Mindfulness Class: Meditasi Biskuit dan Teh

Meditasi Biskuit dan Teh

“Drink your tea slowly and reverently, as if it is the axis on which the world earth revolves – slowly, evenly, without rushing toward the future.” ~ Thich Nhat Hanh

Ketika diumumkan akan diadakan “biscuit meditation” untuk siswa SD, mereka sangat antusias dan penasaran. Ini kali pertama bagi mereka. Bagi siswa SMP, mereka sudah pernah melakukannya. Agar bervariasi untuk siswa SMP, saya memakai sistem potluck yang mana setiap anak diminta untuk membawa satu bungkus kecil biskuit yang akan kami nikmati bersama ditemani segelas teh. Biskuit yang terkumpul menjadi sangat bervariasi sehingga mereka lebih bersemangat.

Karena ini pertama kali bagi kelas SD, mereka dijelaskan terlebih dahulu bagaimana melakukan meditasi ini. Dari mulai memberi bow ketika biskuit diberikan secara bergiliran, mengedarkan biskuit dengan sadar penuh, menghirup wangi teh dan mencicipinya secara perlahan, menggigit biskuit secara perlahan dan membiarkannya melembut di mulut, menikmati biskuit bersama teh dan merasakan sensasinya, hingga menutup meditasi dengan melakukan bow bersama-sama.

Anak-anak terlihat sangat antusias dan berusaha melakukannya dengan sungguh-sungguh. Jika ada temannya yang lupa memberi bow, mereka akan saling mengingatkan dengan berbisik, “Bow dulu.”

Saat mereka menikmati biskuit, ada yang sangat serius melakukannya, ada yang sambil berpandang-pandangan dengan temannya lalu tersenyum. Ketika lonceng diundang kembali sebagai tanda selesai, meditasi kami tutup dengan bow bersama-sama. Setelah itu anak-anak berbagi pengalaman mereka bagaimana rasanya melakukan meditasi ini.

Lain halnya dengan siswa SMP. Dalam kelas ini, mereka bukan hanya belajar menikmati makan dalam hening dan tidak terburu-buru, tetapi mereka juga dilatih agar dapat melihat sifat ‘interbeing‘ dari makanan yang mereka konsumsi.

“Elemen-elemen apa saja yang ada dalam biskuit dan teh yang mereka makan dan minum?”

“Apakah mereka bisa membayangkan perjalanan yang dibutuhkan oleh makanan itu hingga terhidang di hadapannya?”

“Bagian mana dari snack ini yang membutuhkan waktu paling lama untuk ditanam? Bagian mana yang membutuhkan perjalanan paling jauh untuk tiba di hadapan kita?”

“Apakah mereka dapat melihat adanya peran cacing, matahari, awan, hujan, petani coklat, peternak sapi, supir truk, dan orang yang mengangkutnya?

Setelah memahami adanya saling keterkaitan ini, mereka akan belajar untuk tidak meremehkan apapun. Belajar untuk tahu bersyukur dan berterima kasih, menjadi lebih peduli dan lebih sadar akan lingkungan sekitarnya.(Rumini Lim)*

“Karena dalam sebuah piring makanan, terdapat banyak tangan, hati dan jiwa yang terlibat dalam penyiapannya.” ~ Thich Nhat Hanh

*Guru Sekolah Ananda di Bagan Batu, ia mengajar mindfulness class