Tidak Perlu Jauh-jauh Ke Luar Negeri

DOM di Wihara Buddhasena Bogor

Pertama kali mengenal Retret dan Hari Hidup Berkesadaran ialah sejak tahun 2010 ketika Master Zen Thich Nhat Hanh datang ke Indonesia. Karena retret tersebut telah menyentuh hati saya yang terdalam, sejak saat itu saya aktif mengikuti kegiatan Retret dan Hari Hidup Berkesadaran. Setiap ada kegiatan seperti ini, saya biasanya selalu bersemangat dan usahakan untuk datang.

Hari Hidup Berkesadaran, atau dalam bahasa Inggrisnya ialah Day of Mindfulness (DOM) biasanya mempunyai jadwal yang selalu sama: Registrasi, Orientasi, Meditasi Duduk, Meditasi Jalan, Dharma Talk, Meditasi Makan, Relaksasi Total, Sharing, Foto-foto, selesai.

DOM Special
Nah, ternyata DOM yang diadakan di Wihara Buddhasena Bogor tanggal 27 Januari 2018 kemarin mempunyai jadwal yang berbeda dari biasanya: Registrasi, Orientasi, Meditasi Duduk, Chanting Namo Avalokiteshvara, Gerak Badan Berkesadaran, Dharma Talk, Meditasi Makan, Qi Gong, Relaksasi Total, NoBar film Walk With Me, Foto-foto, selesai.

Day of Mindfulness kemarin itu sungguh sangat spesial karena adanya Chanting Namo Avalokiteshvara, Qi Gong, dan NoBar film Walk With Me. Bagi saya yang paling berkesan ialah NoBar film Walk With Me nya. Tidak hanya itu, peserta DOM kemarin ada yang berasal dari Columbia dan Myanmar juga. Saya pun kebetulan ditunjuk menjadi volunteer translator untuk mereka.

Film Walk With Me merupakan film dokumenter yang menceritakan mengenai kehidupan para monastik di Plum Village: Upacara penahbisan monastik, cukur rambut, kegiatan sehari-hari di Plum Village, retret yang diadakan di Plum Village, chanting Namo Avalokiteshvara, Meditasi Jalan dan Duduk di jalanan umum, dan lain sebagainya.

Batal Menonton
Sejak film Walk With Me tayang di bioskop di Eropa, saya pun berpikir kapan film itu bisa tayang di Indonesia. Saya sangat ingin menonton film tersebut. Ketika saya di Eropa bulan September – Oktober 2017 kemarin, saya rencananya ingin menonton film Walk With Me di Amsterdam tanggal 1 Oktober 2017. Awalnya saya bersemangat sekali untuk nonton film Walk With Me di Amsterdam, namun karena sudah lelah jalan-jalan dan orangtua juga kurang minat nonton, jadi akhirnya batal.

Tidak patah semangat, saat saya ke Thailand bulan Desember 2017 kemarin, saya mencari informasi mengenai penayangan film Walk With Me di Bangkok. Namun saya tidak berhasil mendapatkan informasi penayangan nya. Eh kemarin ini akhirnya film Walk With Me ditayangkan juga di Indonesia! Suatu keberuntungan saya akhirnya bisa menonton film Walk With Me ini di Bogor, kota kelahiran saya sendiri. Tidak perlu jauh-jauh lagi untuk menonton film tersebut.

Menonton Film Walk With Me

Suasana Damai
Tujuan utama saya ke Eropa kemarin ialah untuk mengunjungi Samanera Bhadrawarman (sepupu saya yang sudah menjadi Samanera dan sedang berlatih di Plum Village Perancis). Saya tinggal di Plum Village Perancis selama 5 hari. Lalu 5 hari nya lagi dipakai untuk jalan-jalan. Selama di Plum Village, saya merasakan betapa damai nya tinggal disana. Saya juga berkesempatan untuk mengikuti Day of Mindfulness di sana.

Tinggal selama 5 hari di Plum Village meninggalkan jejak yang cukup mendalam bagi saya. Oleh karena itu, ketika saya menonton film Walk With Me ini yang mayoritas di-shoot di Plum Village Perancis, saya bisa mengenang kembali bagaimana suasana damai di Plum Village, bagaimana suasana kehidupan para monastik di Plum Village.

Bertemu Zen Master
Karena film itu juga, saya bisa mengenang kembali bagaimana perasaan saya ketika pertama kali ikut Retret Hidup Berkesadaran yang dibimbing langsung oleh Master Zen Thich Nhat Hanh pada tahun 2010 lalu. Bagian yang paling menyentuh dari film Walk With Me ialah saat chanting Namo Avalokiteshvara. Di film itu diperlihatkan seorang wanita yang menangis tersedu-sedu saat mendengar chanting tersebut.

Saya pun langsung merasa wanita itu seperti diri saya sendiri saat pertama kali mendengar chanting Namo Avalokiteshvara di Retret Hidup Berkesadaran tahun 2010 lalu. Saat itu saya juga menangis tersedu-sedu saat mendengar chanting tersebut. Sungguh sebuah chanting yang sangat indah yang menyentuh hati terdalam!

Berkelanjutan
Karena saya ditunjuk menjadi volunteer translator, saya jadi berkesempatan untuk memperkenalkan Plum Village kepada orang Columbia dan Myanmar. Karena yang Columbia sudah 2 tahun di Indonesia, jadi bisa berbicara bahasa Indonesia walaupun masih belum terlalu lancar. Kalau yang Myanmar, karena baru 5 bulan di Indonesia, jadi hanya bisa mengerti beberapa kata dalam bahasa Indonesia. Saya pun kebanyakan menjadi translator untuk kedua orang Myanmar ini.

Sebenarnya lebih tepatnya sih menjadi teman yang menjelaskan kepada mereka, bukan hanya sebatas translate apa yang sedang dijelaskan oleh Bhante Nyanabhadra dan Sister Rising Moon. Saya jelaskan juga kepada mereka bagaimana pentingnya ikut retret atau DOM secara berkelanjutan.

Jeane Rooseline (Baris pertama, nomor dua dari kiri)

Bersama Komunitas
Retret atau DOM harus dilakukan secara berkala, agar kita ingat akan latihan Mindfulness. Tanggapan mereka pun baik. Mereka bilang mau ikut acara seperti ini lagi. Saya pun sebagai yang menjelaskan kepada mereka menjadi turut senang. Sungguh suatu hal yang baik jika kita bisa latihan Mindfulness secara berkala bersama dengan komunitas. (Jeane Rooseline)*

*Volunteer dan anggota dari Wake Up Bogor