Melebur Menjadi Satu Rasa

Melebur Menjadi Satu Rasa
Foto bersama di Sungai Gangga

Keinginan untuk datang ke tanah suci Buddha di India, sebenarnya sudah ada sejak 17 tahun yang lalu, saat saya pertama kali belajar mengenal Buddhadharma di bangku sekolah. Dipenghujung bulan Oktober 2023, di saat tengah makan siang, saya mendapatkan sebuah pesan singkat dari Br. Phap Tu, yang seakan-akan menjadi “lonceng kesadaran” untuk mengingatkan saya makan penuh kesadaran. Brother mengirim pesan, menawarkan perjalanan ke India untuk menelusuri jejak langkah Buddha. Dan, betapa beruntungnya saya mendapatkan sponsor dari seorang donatur yang baik hatinya, Ci Susan. Terimakasih Ci Susan akhirnya, salah satu mimpi saya dapat terwujud di tahun ini.

Pada akhir bulan Februari 2024, saya dan ke-4 teman baru dari Medan (Sumiko), Jambi (Ci Marnis) dan Jakarta (Aunty Mira & Nuan), terbang dari Indonesia ke India, untuk bergabung dengan teman-teman dari Vietnam, Hongkong, Amerika dan Australia untuk memulai perjalanan Dharmayatra. Perjalanan kali ini berbeda daripada perjalanan biasanya, karena kami tidak hanya sekedar mengunjungi situs-situs Buddhis yang ada di sana, melainkan juga mempraktikkan seni hidup sadar, seperti yang Buddha praktikkan dahulu, bersama komunitas Plum Village.

Perjalanan ini megusung tema “Old Path, White Clouds” dan memang tidak mengunjungi semua situs yang ada, dikarenakan keterbatasan waktu dan tak ingin terburu-buru dalam mengunjungi suatu tempat. Situs yang kami kunjungi hanya berfokus di seputaran tempat petapa Gotama berjuang merealisasikan pencerahan, menjadi Buddha, dan tempat Buddha mengajar saja. Lebih tepatnya di Varanasi, Bodhgaya dan Rajgir. Dari semua situs tersebut, semuanya sangat indah dan memiliki kesan tersendiri.

Day of Mindfulness @Varanasi

Seperti di Sarnath (Varanasi) tempat Buddha pertamakali membabarkan Dharma kepada 5 petapa, dan di Veluvana (Rajgir) tempat Buddha sering berkunjung dan mengajar, kami memulai kegiatan Day of Mindfulness (DOM) dengan kegiatan meditasi jalan bersama, sungguh damai dan tenang di setiap langkah. Dilanjutkan dengan chanting pagi, meditasi duduk dan ceramah Dharma yang disampaikan Thay Phap Kham, Guru kami dalam perjalanan kali ini, beliau bagaikan Buddha yang tengah mengajar di tengah-tengah muridnya. Pesan yang disampaikan sangat teduh dan cerita mengenai kehidupan Buddha sangat mengalir dan memberi inspirasi pada kami semua. Dharma Sharing dalam grup kecil “Bamboo Forest” yang diselingi meditasi minum teh juga membuat suasana kebersamaan menjadi tambah hangat.

Meditasi jalan @Varanasi
Dharma Sharing @SitusNalanda

Yang tak terlupakan, saat menikmati pemandangan matahari terbit dan terbenam dari Puncak Burung Nasar, Griddhrakūta, dengan berdiam dalam keheningan di tengah keasrian alam, sangat indah sejauh mata memandang. Rasa lelah menaiki ratusan anak tangga rasanya terbayarkan lunas saat itu juga. Tak salah, jika tempat ini di pilih Buddha menjadi salah satu tempat berdiam favoritnya kala itu. Kebebasan dan kebahagiaan melebur menjadi satu rasa, damai.

Berbicara tentang perjalanan di India memang semuanya indah, namun dibalik keindahannya ada pemandangan yang tak dapat kita tutupi, yaitu kemiskinan warganya. Dari anak-anak, wanita dan orangtua yang meminta-minta dapat kita temui disetiap sudut kota. Rasa iba, kasihan dan ingin  membantu tentu saja ada. Namun, dikarenakan jumlah mereka yang sangat banyak, terlepas dari isu mereka sengaja di rekrut, rasanya tak mungkin dapat membantu semuanya.

Berkunjung ke Siddhartha Compassion School

Satu-satunya cara bijak yang dapat kami lakukan adalah dengan memberikan donasi ke salah satu sekolah di sana, namanya Siddhartha Compassion School, yang didirikan dengan misi memberikan pendidikan gratis bagi ratusan anak India, khususnya di Bodhgaya. Lewat pendidikan, di masa mendatang mereka diharapkan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, dan bisa mengangkat derajat orangtua agar dapat keluar dari jerat kemiskinan yang menyandera keluarga mereka bertahun-tahun.

Adapun donasi yang kami berikan berupa seragam baru, buku tulis dan aneka snack jajanan kecil. Raut kebahagiaan terpancar dari wajah mungil mereka. Sangking senangnya, seorang bocah berlarian dan tak sengaja menjatuhkan permen dan coklat yang ia dapatkan, dengan penuh kasih seorang nenek dari Vietnam, anggota kami dalam perjalanan, membantu dia memasukkan permen dan coklat ke saku kantong celananya. Perasaan haru dan pikiran saya terkenang kembali ke masa kecil, ingat ketika nenek melakukan hal yang sama, memberikan permen dan membantu memasukkannya ke saku celana. Hangatnya kasih sayang seorang nenek membawa keceriaan bagi seorang anak kecil, demikian juga yang saya rasakan.

Terus berjalan tiba di setiap momen

14 hari perjalanan dharmayatra di Tanah Suci Buddha tak terasa telah berakhir, Kini kami telah pulang ke rumah masing-masing dengan segudang kenangan dan pengalaman yang berbaur dengan rasa syukur dan keyakinan terhadap Buddhadharma yang semakin mantap. Semangat praktik hidup sadar pun masih terjaga. Semoga benih baik ini dapat terus bertumbuh menjadi kebahagiaan bagi banyak makhluk. (Ferry Setiawan)

Radio 24 Jam Nonstop

Radio 24 Jam Nonstop

Ide ideal dalam bayangan saya dalam mengikuti retret adalah berhasil memperhatikan napas baik frekuensi, panjang napas dan lamanya perhatian penuh, singkatnya kualitas memperhatikan napasnya meningkat, syukur-syukur tercerahkan seperti Sidharta Gautama.

Saat meditasi dibimbing hari kedua, tiba-tiba saya menyadari pikiran saya penuh dengan segala jenis nama buah-buahan dan sayur-sayuran. Napas masuk, saya tahu saya sedang bernapas masuk, kemudian muncul brokoli, mau dimasak kapan dan hari apa. Teng…… suara genta, oow….. 2 menit hilang karena brokoli. 

Retret Volunteer 27 – 30 Okt 2022 @PondokSadhanaAmitayus

Syair kedua dibacakan, alih-alih memperhatikan napas dan kata kunci, muncul silih berganti buah naga, papaya, nanas dan lain-lain. Meditasi berakhir antara memperhatikan napas dan upaya membuang pikiran yang penuh dengan segala urusan bahan baku.

Saya mengikuti retret sekaligus berperan sebagai penanggung jawab harian bagian konsumsi bersama beberapa teman yang lain. Karena ini retret panjang maka persediaan bahan mentah pun menggunung memenuhi lemari pendingin dan dapur, entah karena merasa bertanggung jawab terhadap kesejahteraan perut semua peserta, kesegararan bahan baku atau mix match bahan untuk mendapatkan keragaman menu.

Dari sini saya menyadari, ketenangan yang digambarkan orang lain untuk menilai pribadi saya masih  ditahap permukaan, saya masih tidak bisa tenang dan damai memikirkan urusan konsumsi yang terlihat jelas mempengaruhi meditasi formal saya.

Metode latihan yang ditawarkan Plum Village adalah Engaged Buddhism, membawa Dharma dalam hidup keseharian, secara mandiri berlatih untuk berhenti berpikir, bergerak ataupun berbicara dan menggunakan terutama bunyi genta untuk kembali ke napas, makin menyadari tubuh, pikiran ataupun emosi, maka kita akan makin melambat secara alami. 

Monastik dari Plum Village Thailand

Kalau dalam bahasa slank, INI GUA BANGET sampai di hari terakhir saya tiba-tiba menyadari bahwa energi kebiasaan saya dan peserta lain sangat kuat sehingga kami lebih sering tidak berhenti dalam menghabiskan waktu, kami masih dipaksa untuk berhenti pada saat genta atau jam dinding berbunyi. 

Pikiran itu seperti monyet lincah yang meloncat dari satu pohon ke pohon lain, konon itu yang dikatakan para bijaksana, dalam retret ini saya merealisasikan kebenarannya dengan sangat jelas bahwa saya tidak menyadari bahwa otak saya riuh rendah dengan beragam pemikiran dan segala jenis pembicaraan sendiri dan saya tidak menyadari dan mengira semuanya baik-baik saja. Otak saya itu persis seperti kata Thay, radio 24 jam nonstop, alamak!

Pada satu kali Dharma sharing, kami diminta untuk menggambarkan cuaca hati pada hari itu dan menceritakan kepada keluarga diskusi setelahnya, beberapa orang menggambarkan keluarga selain dirinya sendiri, compare to them I felt how selfish I am. Perasaan itu muncul begitu saja, walaupun permintaan fasilitator adalah menggambarkan cuaca hati sendiri, saya tidak salah menggambar diri sendiri namun kenapa ada yang bisa mengikutsertakan orang lain? 

Dalam observasi saya sejauh ini, ini merupakan refleksi dari latihan bodhisatwa, saya bisa benar dan bisa salah, namun latihan ini membuka pintu hati dan pikiran saya, latihan ini tidak bisa dilakukan instan-dadakan, karakter dan terutama kemampuan untuk berhenti adalah hasil dari latihan berkelanjutan.

Tubuh, pikiran dan emosi adalah kesatuan. Emosi akan merefleksikan bentuknya dalam gesture tubuh, semuanya bisa dibentuk dengan pikiran yang stabil terlatih, so far that are what I get from those retreats, thanks for train me. (Kshantica)

Gatha untuk Berlatih

Gatha untuk Berlatih

“Gatha” adalah syair pendek untuk dilafalkan dalam hati saat melakukan aktivitas sehari-hari. Menghafal puisi-puisi ini dapat membantu kita menumbuhkan energi kesadaran penuh (mindfulness) dan hadir di saat ini, apa pun yang sedang kita lakukan. Ketika kita dapat menyentuh saat ini secara mendalam, kita dapat menyentuh dimensi tertinggi.

Thich Nhat Hanh menyarankan agar kita menarik napas masuk dengan penuh kesadaran pada baris pertama setiap syair, dan mengembuskan napas keluar dengan penuh kesadaran pada baris kedua; menarik napas masuk pada baris ketiga dan mengembuskan napas keluar pada baris keempat. Anda juga bisa melakukannya sambil tersenyum.


Bangun Pagi

Bangun di pagi hari ini, aku tersenyum
Dua puluh empat jam baru tersedia untukku
Aku bertekad untuk hidup sepenuhnya di setiap momen
dan menatap semua makhluk dengan mata penuh welas asih.


Mengambil Langkah Pertama Hari Ini

Berjalan di Bumi
adalah keajaiban!
Setiap langkah penuh perhatian
memperlihatkan Dharmakaya yang menakjubkan


Melangkah dari Tempat Tidur

Jika hari ini aku tidak sengaja
menginjak serangga kecil,
semoga ia tidak terlalu menderita.
Semoga ia terbebaskan.
Penghormatan kepada Bodhisattva dari
Tanah Kebahagiaan yang Agung.


Membuka Jendela

Membuka jendela, aku melihat keluar ke Dharmakaya.
Betapa menakjubkannya hidup ini!
Penuh perhatian setiap saat,
pikiranku jernih seperti sungai yang tenang.


Menyalakan Air

Air datang dari sumber pegunungan yang tinggi.
Air mengalir jauh ke dalam Bumi.
Secaa ajaib, air datang kepada kita dan
menopang semua kehidupan.
Rasa syukurku penuh hingga meluap


Mencuci Tangan Anda

Air mengalir di tangan ini.
Semoga aku menggunakannya
dengan sebaik mungkin
untuk melestarikan
planet kita yang berharga ini.


Menggosok Gigi

Menggosok gigi dan berkumur,
Aku bertekad untuk berbicara
dengan murni dan penuh kasih.
Ketika mulutku harum akan ucapan benar,
sekuntum bunga mekar di taman hatiku


Membilas Mulut

Membilas mulutku, hatiku dibersihkan.
Alam semesta diharumkan oleh wangi bunga.
Tindakan tubuh, ucapan, dan pikiran menjadi tenang.
Bergandengan tangan dengan Buddha, aku berjalan di Tanah Suci.


Menggunakan Toilet

Bernoda atau tak bernoda,
bertambah atau berkurang –
konsep-konsep ini hanya ada dalam pikiran kita.
Realitas interbeing tak tertandingi.


Membasuh Diri (Mandi)

Tidak dilahirkan juga tidak hancur,

melampaui ruang dan waktu –

transmisi juga warisan

ada di dalam hakikat Dharmadhatu menakjubkan.


Bercermin

Kesadaran adalah cermin

memantulkan keempat elemen.

Kecantikan adalah hati penuh cinta kasih

dan pikiran terbuka.


Membasuh Kaki

Kedamaian dan kegembiraan

dari satu jari kaki

adalah kedamaian dan kegembiraan

untuk seluruh tubuhku.


Memasuki Aula Meditasi

Memasuki aula meditasi,

Aku melihat diri sejatiku.

Ketika aku duduk,

Aku bertekad memutuskan semua gangguan.


Menyalakan Lilin

Menyalakan lilin ini,

Memberikan cahaya kepada Buddha yang tak terhitung jumlahnya,

kedamaian dan kegembiraan yang aku rasakan

menerangi bumi ini.


Duduk

Duduk di sini

seperti duduk di bawah pohon Bodhi.

Tubuhku adalah kesadaran penuh itu sendiri,

bebas dari segala gangguan.


Menemukan Postur yang Stabil

Dalam postur duduk teratai,

bunga manusia mekar.

Bunga udumbara* ada di sini,

memberikan aroma wewangian.

*bunga udumbara mekar hanya sekali setiap tiga ribu tahun. Tapi itu bisa berkembang dalam diri kita kapan saja, ketika latihannya stabil.


Menenangkan Napas

Bernapas masuk, aku menenangkan tubuhku.

Bernapas keluar, aku tersenyum.

Berdiam di saat ini,

Aku tahu ini saat yang menakjubkan!


Menyesuaikan Postur

Perasaan datang dan pergi

seperti awan di langit yang berangin.

Bernapas dengan penuh kesadaran

menjadi jangkarku.


Memberi Salam

Sekuntum teratai untukmu

seorang calon Buddha.


Memegang Mangkuk Kosong

Melihat mangkuk ini,

Aku sadar betapa beruntungnya diriku

yang memiliki cukup makanan untuk melanjutkan latihan.


Menyiapkan Makanan

Dalam makanan ini,

Aku melihat dengan jelas

seluruh alam semesta

mendukung keberadaan diriku.


Sebelum makan

Seluruh makhluk di Bumi

sedang berjuang untuk hidup.

Aku beraspirasi untuk berlatih secara mendalam

Agar semua makhluk memiliki cukup makanan.


Ketika Mulai Makan

Sendok pertama, aku mempersembahkan kegembiraan.

Sendok kedua, aku membantu meringankan penderitaan orang lain.

Sendok ketiga, aku melihat kegembiraan orang lain sebagai kegembiraanku.

Sendok keempat, aku belajar cara melepaskan.


Menatap Piring atau Mangkuk Setelah Selesai Makan

Makan telah selesai,

dan aku puas.

Empat rasa syukur*

tumbuh dalam hatiku

*Empat syukur- terima kasih kepada orang tua, guru, teman dan semua makhluk.


Ketidakekalan

Hari ini telah berakhir dan hidup kita telah berkurang satu hari.

Mari kita renungkan apa yang telah kita lakukan.

Mari kita berlatih dengan rajin, bersungguh-sungguh dalam meditasi.

Mari kita hidup menghargai setiap momen dengan kebebasan,

sehingga waktu tidak berlalu sia-sia begitu saja.


Tersenyum pada Kemarahanmu

Bernapas masuk, aku tahu bahwa kemarahan membuatku jelek.

Bernapas keluar, aku tersenyum.

Aku hadir bersama napasku

sehingga aku tidak terhanyut dalam kemarahan.


Menyalakan Komputer

Menyalakan komputer,

pikiranku terhubungkan dengan kesadaran gudang*.

Aku bertekad mengubah energi kebiasaan

untuk menumbuhkan cinta kasih dan pengertian.

* Gudang penyimpanan mengacu pada alayavijñana, kesadaran di mana semua potensi benih disimpan.


Mengendarai Mobil

Sebelum menstarter mobil

Aku tahu ke mana aku akan pergi.

Aku dan mobil adalah satu kesatuan.

Jika mobil melaju kencang, aku melaju kencang.


Melakukan Perjalanan Singkat dengan Aman

Dua pertiga dari kecelakaan

terjadi di dekat rumah.

Mengetahui hal ini, aku berhati-hati

Bahkan dalam perjalanan singkat.


Minum Teh

Secangkir teh dalam kedua tanganku ini,

Perhatian penuh terjaga dengan sempurna.

Pikiran dan tubuhku berdiam

di sini dan saat ini.


Menyiram Tanaman

Jangan kira engkau dipasung, wahai tanaman.

Air ini datang kepadamu dari bumi dan langit.

engkau dan aku pernah bersama

sejak waktu tanpa awal.


Melihat Tanganku

Tangan siapakah ini

yang tidak pernah mati?

Adakah yang pernah lahir?

Apakah ada yang akan mati?


Menggunakan Telepon

Kata-kata dapat tersebar jauh ribuan kilometer.

Semoga kata-kataku menciptakan saling pengertian dan cinta kasih.

Semoga kata-kataku indah bagaikan permata,

menawan bagaikan bunga.


Menyirami Taman

Sinar matahari dan air

telah menyuburkan tanaman ini.

Hujan kasih sayang dan pengertian

dapat mengubah gurun pasir kering menjadi dataran subur luas.


Meditasi Berjalan

Pikiran dapat menjelajah ke seribu arah,

namun di jalan indah ini, aku berjalan dengan damai.

Setiap langkah, angin sejuk bertiup.

Setiap langkah, bunga bermekaran.


Menyalakan Lampu

Kealpaan adalah kegelapan,

Perhatian penuh adalah cahaya.

Aku membawa kewaspadaan

untuk menyinari semua kehidupan.


Mencuci Sayuran

Dalam sayuran ini,

Aku melihat matahari hijau.

Semua dharma berkumpul bersama

menghadirkan kehidupan.


Berkebun

Bumi memberi kita kehidupan dan menutrisi kita.

Bumi membawa kita kembali lagi.

Kita lahir dan mati melalui setiap napas.


Menanam Pohon

Aku mempercayakan diriku kepada Bumi;

Bumi mempercayakan dirinya kepadaku.

Aku mempercayakan diriku kepada Buddha;

Buddha mempercayakan diri-Nya kepadaku.


Membersihkan Kamar Mandi

Betapa indahnya

menggosok dan membersihkan.

Hari demi hari,

hati dan pikiranku menjadi lebih jernih.


Menyapu

Menyapu lahan pencerahan

dengan hati-hati,

pohon pemahaman

tumbuh dari Bumi.


Membersihkan Aula Meditasi

Saat aku membersihkan ruangan yang segar dan tenang ini,

suka cita dan energi tak terbatas muncul!


Membuang Sampah

Dalam sampah, aku melihat mawar.

Dalam mawar, aku melihat kompos.

Semua sedang bertransformasi.

Ketidakkekalan itulah kehidupan.


Memotong Bunga

Bolehkah aku memotongmu, bunga kecil,

hadiah dari bumi dan langit?

Terima kasih, wahai bodhisattwa terkasih,

karena membuat hidup ini begitu indah.


Merangkai bunga

Merangkai bunga-bunga ini

di dunia fana* ini,

dasar dari pikiranku

menjadi tenang dan murni.

*Dunia fana adalah “dunia penuh debu”, kita perlu melatih kesabaran.


Mengganti Air dalam Vas

Air membuat bunga tetap segar.

Bunga dan aku adalah satu kesatuan.

Saat bunga bernapas, aku bernapas.

Saat bunga tersenyum, aku tersenyum.


Informasi Workshop Inner Child

Informasi Workshop Inner Child

The cry we hear from deep in our  hearts,  comes from the wounded child within.  Healing this inner  child’s pain is the key healing to transforming anger,  sadness, and fear. “

Thich Nhat Hanh


Workshop Inner Child adalah workshop untuk melatih pendalaman mindfulness terhadap batin (berdasarkan sutra Satipatana, Majjhima Nikāya 10).

Workshop ini bukanlah bertujuan sebagai sesi psikoterapi, pengobatan trauma ataupun penyembuhan gangguan kejiwaan lainnya. Peserta perlu memiliki keyakinan bahwa dirinya memiliki kestabilan mental dan batin. Peserta yang sedang menghadapi masalah berat di saat ini tidak disarankan untuk berpartisipasi.

Workshop ini terdiri dari 4 sesi :

Persyaratan untuk mengikuti workshop ini:

  1. Sudah pernah mengikuti retreat/DOM/NOM dalam tradisi Plumvillage
  2. Benar-benar membuka diri untuk berlatih berdasarkan tradisi Plumvillage
  3. Menginvestasikan waktu untuk melakukan PR yg akan diberikan di kelas ini: Total Relaxation, Sitting Meditation, Eating Meditation.
  4. Komitmen mengikuti 4 sesi kelas.
  5. Usia min. 18 tahun
  6. Dana kontribusi Rp 50.000,- sebagai tanda komitmen untuk mengikuti workshop ini, yang akan didanakan kepada monastik yang membimbing.
  7. Wajib memiliki dan membaca buku “Reconciliation” ditulis oleh Thich Nhat Hanh sebelum mengikuti sesi pertama:

INFORMASI PENDAFTARAN


FORM PENDAFTARAN

Pendaftaran saat ini ditutup. Terima kasih telah berupaya untuk mendaftar. Silakan mengikuti sesi Inner Child berikutnya di kemudian hari.


Pameran Kaligrafi dan Buku: Aroma Wangi Ibu Pertiwi

Pameran Kaligrafi dan Buku: Aroma Wangi Ibu Pertiwi
Para monastik melantunkan mantra “Namo Avalokitesvaraya” pada sesi pembukaan pameran “Aroma Wangi Ibu Pertiwi”

Koleksi kaligrafi dan buku karya Master Zen Thich Nhat Hanh bertajuk “Aroma Wangi Ibu Pertiwi” baru pertama kali dipamerkan di Kota Ho Chi Minh, Vietnam

Pameran Kaligrafi & Buku “Aroma Wangi Ibu Pertiwi”

Pameran ini dibuka pada tanggal 27 Maret 2021 di Toko Buku Hai An (2B Nguyen THi Minh Khai, Distrik 1, Kota Ho Chi Minh). Selamat seminggu, public bisa menikmati ratusan goresan kaligrafi dari Master Zen Thich Nhat Hanh.

Selain kaligfrafi, pameran ini juga menampilkan ratusan judul buku berbahasa Vietnam oleh sang Master Zen. Semua kaligrafi dan buku tertata rapi, didekorasi dengan nuansa kesederhanaan Zen, meditatif, elegan, dan menyejukkan.

Salah satu sudut pameran kaligrafi dan buku

Aroma Wangi Ibu Pertiwi mempersembahkan wewangian kepada tanah kelahiran sang master zen yaitu Vietnam. Energi cinta kasih juga dikirimkan kepada Ibunda Bumi kita, sang planet Bumi yang hijau ini.

Pameran ini memili banyak raung aktivitas buat para pengunjung untuk menikmati meditasi teh (tea meditation), mendengarkan ajaran Zen, berpartisipasi dalam praktik meditasi yang dipandu oleh Guru Dharma (Dharma Teachers) dari tradisi Zen Plum Village.

Pengunjung menikmati kaligrafi

Master Zen Thich Nhat Hanh pernah menyampaikan, “Dalam kaligrafi saya ada tinta, ada teh, ada napas, ada perhatian, dan juga konsentrasi. Menulis kaligrafi juga suatu praktik meditasi. Saya menulis kata-kata atau kalimat yang dapat membantu setiap orang untuk mengingat praktik hidup berkesadaran (Mindful living).”

Tampaknya kekuatan meditasi dan perhatian penuh kesadaranlah yang membuat kaligrafi karya Master Zen Thich Nhat Hanh menarik perhatian khususnya dunia seniman, peneliti, aktivis, dan praktisi meditasi.

Kaligrafi karya Master Zen Thich Nhat Hanh merupakan perpaduan dari seni, budaya, dan gaya hidup berkesaran (mindful living)

Pameran demikian juga pernah diadakan di beberapa negara yang juga mendapat sambutan hangat. Masyarakat setempat sangat menikmati karya-karya master zen yang sarat dengan nuasa zen.

Menyaksikan karya kaligrafi Master Zen dipamerkan di Vietnam untuk pertama kalinya, Nguyen Xuan Hong sangat terkesima, “Saya sangat senang bahwa karya Master Zen Thich Nhat Hanh diperkenalkan kepada publik melalui pameran ini.

Bagi saya, setiap kaligrafi adalah kitab suci, seolah-olah sedang membaca kitab suci yang menumbuhkan cinta kasih, welas asih, kesabaran, perhatian kesadaran pada saat bersamaan menuju kehidupan lebih damai dan tenteram”, pungkas Nguyen Xuan Hong.

Bagi banyak pengunjung, karya kaligrafi sang master zen bagaikan kitab suci yang memberikan makna sangat mendalam

Vo Thi Kim Phuong yang merupakan murid awam Master Zen sejak lama menyatakan, “Kata-kata dalam kaligrafi sudah pernah saya baca, namun ketika saya membaca ulang kata-kata kaligrafi dalam pameran ini, saya terkejut, ada pencerahan baru, ada kedamaian luar biasa lahir dalam hatiku. Apalagi ditunjang dengan penataan dan dekorasi yang sangat menawan.

Berbeda lagi dengan Nguyen Quang Tiep, salah satu pengunjung pameran, “Saya juga mulai belajar gaya hidup berkesadaran ala Master Zen Thich Nhat Hanh. Melihat satu demi satu kaligrafinya membuat saya sangat menghargai setiap upaya dalam menulis kaligrafi itu. Senang rasanya bisa meluangkan waktu menikmati kaligrafi apalagi dalam kehidupan modern yang sangat hektik ini. Saya menemukan makna hidup baru melalui menyaksikan kaligrafi dengan penuh perhatian.

Kiri: “Kebahagiaan putra-putri merupakan persembahan paling berharga bagi kedua orangtua”
kanan: “Kebahagiaan kedua orang tua merupakan warisan paling berharga bagi putra-putrinya”

Dua kaligrafi dalam Bahasa Vietnam ini sangat disukai oleh Nguyen Quang Tiep, “Kebahagiaan putra-putri merupakan persembahan paling berharga bagi kedua orangtua”, kemudian “Kebahagiaan kedua orang tua merupakan warisan paling berharga bagi putra-putrinya.”


Sumber berita: tuoitre.vn foto oleh HỮU HẠNH
Sumber foto lainnya: giacngo.vn

Pengantar Meditasi Duduk Dipandu

Pengantar Meditasi Duduk Dipandu
The Blooming of a Lotus – Parallax Press
Dengarkan versi audio dari “Pengantar Meditasi Duduk Dipandu

Meditasi dapat dilakukan hampir di mana saja — ketika sedang duduk, berjalan, berbaring, berdiri, bahkan saat sedang bekerja, minum, dan makan. Meditasi duduk (sitting meditation) hanyalah bentuk meditasi yang paling dikenal, dan satu-satunya yang kita rasa paling istimewa untuk menikmatinya, tetapi, sebenarnya ada banyak bentuk meditasi lain yang bisa dipelajari. Selama dua puluh lima tahun belakangan ini, ribuan pengunjung telah datang ke Plum Village untuk berlatih meditasi. Dari waktu ke waktu, mereka telah ditawarkan latihan dipandu selama sesi meditasi duduk. Awalnya, mereka merasa tidak nyaman dengan panduan itu, karena terbiasa meditasi duduk hening, namun berkat Latihan itu, mereka dapat merasakan banyak manfaat dari “meditasi dipandu” (guided meditation) dan oleh karena itu mereka mengalami transformasi pada tingkat yang paling fundamental. Selama bertahun-tahun, murid-murid meditasi dari banyak belahan dunia meminta saya untuk menjadikan latihan ini agar tersedia untuk banyak kalangan.

Pokok Pembahasan dari Meditasi Dipandu

Meditasi dipandu dalam buku ini memiliki tujuan berbeda-beda. Beberapa latihan memunculkan kegembiraan di dalam diri kita; yang lain memungkinkan kita menemukan sifat sejati diri, membantu kita menyembuhkan, memancarkan sinar kesadaran ke dalam diri sendiri, atau membebaskan kita dari emosi yang menyakitkan. Ada latihan tertentu memiliki beberapa tujuan. Latihan yang menyehatkan dan menyegarkan tubuh dan pikiran harus sering dilakukan. Latihan ini bisa disebut sebagai makanan kegembiraan atau food of joy. (Dalam aliran dhyana, ada ungkapan “meditasi sebagai makanan kegembiraan”, yang artinya bahwa perasaan gembira yang muncul dari praktik meditasi menutrisi dan menopang kita. Dalam upacara persembahan nasi di tengah hari, kita mengucapkan, “Menerima makanan ini, kami berdoa agar semuanya akan terawat oleh kegembiraan dari praktik bermeditasi dan kegembiraan Dharma itu akan membawa mereka pada realisasi kebenaran sepenuhnya.”)

Latihan satu sampai empat sangat cocok untuk tujuan itu. Latihan semacam itu menghubungkan kita dengan elemen yang menyegarkan dan menyehatkan, baik dengan diri kita maupun dunia sekitar. Latihan-latihan itu membantu kita mengakhiri pikiran mengembara (distraksi pikiran), membawa kita kembali ke saat ini, kembali ke tempat yang mana kita dapat mengenali kebersatuan tubuh dan pikiran. Meskipun Latihan itu disebut latihan penutrisi (nourishment exercises), Latihan itu juga mengembalikan keseimbangan internal, memungkinkan tubuh dan juga pikiran untuk memulai terjadinya penyembuhan. Latihan lainnya membantu kita memperbarui relasi kita dengan diri sendiri, tubuh, dan pikiran, juga relasi kita dengan dunia pada umumnya, dengan keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, kita belajar mengatasi perasaan bahwa kita ini terpisah, kesepian, dan terisolasi lalu mulai melihat ada cara baru untuk masuk juga menjadi bagian dari dunia ini. Beberapa latihan membantu kita menjadi diri yang seutuhnya, dan beberapa latihan lainnya lagi membantu kita belajar untuk melepaskan. Seorang praktisi dapat menilai sendiri melalui pengalaman pribadinya, menentukan latihan mana yang paling sesuai untuk kebutuhan dirinya dan latihan seperti apa yang sesuai dengan kondisi ligkungan yang sedang mereka hadapi.

Pemandu Meditasi

Mereka yang dipilih untuk memandu latihan meditasi duduk harus berpengalaman dalam latihan meditasi; artinya, mereka sendiri seharusnya telah merasakan langsung transformasi batin. Mereka seharusnya tahu bagaimana mengundang[1] lonceng pada saat meditasi, dia perlu melakukannya dengan penuh keyakinan dan tidak tergesa-gesa, sehingga suara lonceng yang terdengar mencerminkan dan memberikan nuansa pikiran yang stabil dan tenang. Suara pemandu seharusnya tidak terlalu keras atau terlalu lembut. Ia harus dapat menginspirasi dan pada saat bersamaan juga menenangkan. Pemandu meditasi duduk wajib peka terhadap kebutuhan peserta. Seperti halnya dokter harus memilih obat yang paling cocok terhadap pasiennya, pemandu harus menentukan latihan yang paling sesuai untuk komunitas pesertanya. Materi pokok dari meditasi dipandu dan durasi waktunya yang dialokasikan untuk itu harus berdasarkan pemahaman ini. Jika peserta mengalami kegembiraan dan kemudahan pada setiap sesi meditasi dipandu, maka pemandu tersebut dapat dikatakan berhasil dalam tugasnya.

[1] Kita tidak pernah mengatakan “memukul” lonceng karena bagi kita lonceng adalah teman yang bisa membangunkan kita dengan pengertian penuh. Kita mengatakan “mengundang” lonceng, artinya mengundang mengundang untuk berbunyi.

Cara Terbaik untuk Berlatih

Sebelum berlatih salah satu dari latihan dalam panduan ini, penting untuk memahami tujuannya terlebih dahulu. Biasanya, pemandu meditasi akan mengambil waktu lima hingga tujuh menit pada awal sesi untuk menjelaskan tentang latihan. Dalam buku ini, Anda akan menemukan pedoman dasar sebelum setiap latihan. Latihan yang sama bisa dipraktikkan selama beberapa periode meditasi. Setelah sesi latihan dipandu, pemandu meditasi harus siap mendengarkan reaksi para peserta, sehingga pada sesi berikutnya, meditasi dapat lebih sesuai dengan kebutuhan mereka. Praktisi harus diberikan cukup waktu untuk memahami setiap tahapan meditasi. Misalnya, napas masuk selalu diiringi dengan gambaran (image), dan napas keluar juga ada gambaran lainnya, berkaitan dengan gambaran sebelumnya. Menggunakan gambaran untuk bermeditasi itu lebih mudah dan berguna daripada menggunakan ide abstrak. Panduan ini harus mengizinkan sebanyak sepuluh hingga dua belas napas, atau bahkan lebih, agar peserta meditasi dapat memfokuskan diri. Sesungguhnya, setiap sesi harus dimulai dengan beberapa menit bernapas sadar penuh sehingga peserta dapat menenangkan pikiran dan membuka diri terhadap kegembiraan bermeditasi. Lonceng tidak boleh diundang dengan suara penuh, jangan sampai para praktisi terkejut. Pemandu cukup membangunkan lonceng[2] sebelum melanjutkan ke tahap latihan selanjutnya. Suara pemandu harus mencerminkan suasana dan gambaran sesuai dengan apa yang sedang difokuskan oleh para peserta. Hal ini membutuhkan Latihan tambahan, dan semua peserta perlu mencoba menjadi pemandu agar suatu hari nanti mereka dapat membantu orang lain.

[2] Untuk membangunkan lonceng berarti menyentuhnya dengan kuat dengan inviter dan tidak menjauhkan inviter. Ini akan meredam suara. Sebuah suara “membangunkan lonceng” selalu diikuti dengan napas masuk dan napas keluar dan kemudian suara penuh bisa dilakukan. Membuat suara penuh ini disebut mengundang lonceng.

Bernapas dan Melihat Secara Mendalam

Bernapas dan mengetahui bahwa kita sedang bernapas adalah praktik dasar. Tidak ada yang bisa benar-benar berhasil di seni bermeditasi tanpa melalui pintu pernapasan. Mempraktikkan pernapasan sadar sepenuhnya adalah untuk membuka pintu untuk berhenti (stopping) dan melihat secara mendalam (looking deeply) untuk memasuki area konsentrasi dan wawasan (insight). Guru meditasi Tang Hoi, pemimpin pertama sekolah dhyana di Vietnam (abad ketiga Masehi), mengatakan bahwa “Anapananusmriti (menyadari pernapasan) adalah kendaraan besar yang diajarkan oleh para Buddha kepada makhluk hidup.” (dari pengantar Sutta Anapananusmriti). Bernapas sadar sepenuhnya adalah jalan menuju konsentrasi meditasi apa pun. Bernapas dengan penuh kesadaran juga menuntun kita menuju realisasi dasar dari ketidakkekalan (anicca, 無常), kekosongan (sunyata, 空), kemunculan yang saling bergantung (paṭiccasamuppāda, 緣起), ketidakegoisan (anatta, 無我), dan non-dualitas (advaita, 不二) dari semua fenomena apa adanya. Memang benar kita bisa berlatih berhenti dan melihat secara mendalam tanpa menggunakan pernapasan sadar penuh, tetapi pernapasan sadar penuh adalah jalur teraman dan kepastiannya terjamin yang bisa kita ikuti. Jadi semua latihan yang disajikan di sini menggunakan alat bantu pernapasan sadar sepenuhnya. Napas membawa image, dan image membuka pintu yang tertutup oleh persepsi keliru kita.

“Anda hanya perlu duduk.”

Saat berlatih meditasi duduk, Anda perlu merasa benar-benar nyaman. Setiap otot di tubuh Anda dikendorkan sampai relaks, termasuk otot-otot di wajah. Cara terbaik untuk mengendurkan otot-otot di tubuh adalah dengan tersenyum lembut saat bernapas. Anda harus menjaga kolom tulang belakang Anda tegak lurus, tetapi tubuh jangan kaku. Posisi ini akan membuat Anda relaks, dan Anda dapat menikmati perasaan nyaman. Jangan berusaha terlalu keras, jangan bergumul, jangan melawan. Lepaskan semuanya saat Anda duduk. Ini mencegah sakit punggung, sakit bahu, atau sakit kepala. Jika Anda dapat menemukan bantal yang cocok dengan tubuh, Anda dapat duduk untuk waktu yang lama tanpa merasa lelah.

Ada orang mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan saat mereka duduk. Mereka telah diajarkan bagaiman postur meditasi yang benar namun mereka masih belum mengerti bagaimana bernapas dengan ringan dan teratur. Latihan yang disediakan di sini akan membantu mereka menyadari kesatuan (manunggal) tubuh dan pikiran. Setidaknya, mereka akan mengetahui bahwa memungkinkan untuk melakukan “sesuatu” ketika duduk.

“Anda hanya perlu duduk” adalah nasihat dari meditasi Tao Dong (Tradisi Zen Soto). Itu artinya Anda harus duduk tanpa menunggu sebuah keajaiban — dan itu termasuk keajaiban akan pencerahan. Jika Anda duduk kemudian selalu berharap sesuatu, Anda tidak dapat berkontak dengan atau menikmati saat ini, yang selalu mengandung seluruh kehidupan. Duduk dalam konteks ini berarti duduk dengan cara yang tersadarkan, dengan cara yang santai, berbekal pikiran Anda yang terjaga, tenang, dan jernih. Hanya ini yang bisa disebut duduk, dan ini membutuhkan latihan dan praktik.

Reaksi Kurang Bermanfaat atas Meditasi Dipandu

Ada orang merasa suara lonceng dan kalimat yang diucapkan oleh pemandu dalam sesi meditasi duduk itu mengganggu. Dia terbiasa dengan hening berdiam diri saat bermeditasi, mereka merasa kedamaian dan kegembiraannya telah dicuri ketika mengikuti meditasi duduk dipandu. Ini tidak sulit untuk dimengerti. Dalam meditasi hening, Anda mampu menenangkan tubuh dan pikiran. Anda tidak ingin siapa pun mengganggu keadaan ringan, damai, dan sukacita itu. Tetapi, jika Anda puas hanya dengan begitu saja, Anda tidak akan bisa melangkah lebih jauh dalam mentransformasikan penyadaran bagian yang lebih dalam lagi. Ada orang yang bermeditasi hanya untuk melupakan kerumitan dan masalah hidup, seperti kelinci yang menyeluduk di bawah pagar untuk menghindari pemburu atau orang yang berlindung di ruang bawah tanah untuk menghindari bom. Perasaan aman dan terlindungi muncul secara alami saat kita duduk bermeditasi, tetapi kita tidak dapat melanjutkan keadaan ini selamanya. Kita membutuhkan tenaga dan kekuatan untuk keluar dari aula meditasi ke dalam kehidupan karena itulah satu-satunya cara kita dapat berharap untuk mengubah dunia ini. Dalam praktik meditasi dipandu, kita memiliki kesempatan untuk melihat lebih mendalam ke dalam pikiran, menabur benih yang sehat di sana, untuk memperkuat dan mengembangkan benih itu agar benih itu menjadi sarana untuk mengubah penderitaan dalam diri kita. Pada akhirnya, kita juga bisa dipandu dalam meditasi untuk menghadapi secara langsung atas penderitaan itu agar dapat memahami akar penyebabnya dan terbebas dari belenggu.

Meditasi dipandu bukanlah penemuan baru. Meditasi demikian telah digunakan oleh praktisi di masa Buddha. Ini jelas jika Anda membaca Sutta Untuk Orang Sakit dan menjelang kematian (Ekottara Agama, bab 51, sutta 8; Madhyama Agama, sutta 26; atau Majjhima Nikaya, sutta 143). Sutta ini mencatat meditasi dipandu yang digunakan Sariputra untuk membantu Anathapindika ketika ia sedang terbaring sakit di tempat tidurnya. Yang Mulia Sariputra membimbing Anathapindika setahap demi setahap hingga ia mampu mengubah ketakutannya akan kematian. Sutta Anapanasati juga merupakan ajaran meditasi dipandu. Singkatnya, meditasi dipandu telah menjadi bagian dari tradisi Buddhis sejak awal.

Latihan meditasi dipandu dalam buku ini dapat membantu banyak praktisi agar meditasi duduknya lebih konkret. Karena bentuk latihan yang sistematis dalam buku ini, metode ini dapat membuka era baru bagi cara praktik meditasi duduk.

Napas, Lonceng, Kalimat Panduan, dan Kata-Kata Kunci

Pemimpin meditasi dipandu pertama-tama “membangunkan lonceng” di tepi genta untuk menarik perhatian komunitas. Ia harus membiarkan lima atau enam detik berlalu sebelum membaca dua kalimat panduan. Misalnya (dikutip dari latihan keempat):

Bernapas masuk, saya melihat diri saya sebagai bunga.
Bernapas keluar, saya merasa segar.

Setelah itu, ia mengucapkan kata-kata kunci (versi ringkas dari kalimat panduan):

bunga/segar

Suara lonceng penuh menandakan dimulainya latihan. Setelah lima, sepuluh, lima belas, atau lebih napas masuk/keluar, pemimpin meditasi “membangunkan lonceng” lagi, membiarkan lima atau enam detik berlalu, kemudian membacakan dua kalimat panduan berikutnya.

Ada latihan waktu yang mana bernapas masuk/keluar adalah satu-satunya objek perhatian dan konsentrasi. Misalnya (dikutip dari latihan kedua):

Bernapas masuk, saya tahu saya sedang bernapas masuk.
Bernapas keluar, saya tahu saya sedang bernapas keluar.

Dalam latihan lain, bernapas membawa gambaran (image) itu sendiri, dan gambaran ini divisualisasikan dan tetap hidup selama bernapas masuk atau keluar. Gambaran tersebut terkait erat dengan pernapasan. Sebagai contoh (dikutip dari latihan keempat):

Bernapas masuk, saya melihat diri saya sebagai gunung.
Bernapas keluar, saya merasa solid.

Bernapas dan Bernyanyi

Dalam buku ini, Anda akan melihat beberapa lagu latihan dicetak. Bernyanyi sebagai bagian dari latihan meditasi adalah hal yang bermanfaat. Pertama-tama, musik membantu kita mengingat kata-kata dari meditasi dipandu yang pernah ada yang dimasukkan ke dalam lagu. Setelah meditasi telah dihafal, akan jauh lebih mudah untuk mempraktikkannya secara alami, apakah ketika kita sedang duduk atau sedang terlibat dalam melakukan aktivitas apa pun.

Sebelum memulai ceramah Dharma atau diskusi Dharma, menyanyikan lagu dapat membantu menciptakan ketenangan dan suasana yang menyenangkan. Sambil bernyanyi kita melatih kata-kata yang kita nyanyikan. Jika kita menyanyikan kata “bunga”, kita merasakan kesegaran bunga saat bernyanyi. Kita juga bisa menggunakan nyanyian atau musik dari sebuah lagu sebagai pengiring napas kita. Sebagian dari kelompok dapat menyanyi terlebih dahulu sementara sebagian lainnya mendengarkan dan menyadari napas, lalu kedua bagian itu berganti peran.

Sumber: The Blooming of a Lotus – Parallax Press
Penerjemah: Rumini

Duduk Seperti Buddha

Duduk Seperti Buddha

Begawan Buddha, aku sungguh-sungguh ingin duduk seperti diri-Mu, Engkau dengan postur tubuh yang tenang, kokoh, dan kuat. Sebagai muridMu, aku juga ingin memiliki ketenangan-Mu. Aku telah diajarkan untuk duduk dengan punggung tegap dan relaks, kepala tegak sejajar dengan tulang punggung, tidak condong ke depan atau bersandar ke belakang, kedua bahuku relaks, dan telapak tangan satu diletakkan dengan lembut di atas telapak tangan lainnya. Aku merasa solid dan relaks dalam posisi ini.

Aku tahu bahwa kebanyakan orang terlalu sibuk dan sangat sedikit yang memiliki kesempatan untuk duduk hening dalam kebebasan batin. Aku bertekad untuk berlatih meditasi duduk sedemikian rupa sehingga aku merasakan kebahagiaan dan kebebasan saat duduk, baik ketika aku duduk dengan posisi teratai penuh (padmasana), setengah teratai, atau di kursi dengan kedua kakiku datar di bumi.

Aku akan duduk seperti orang bebas. Aku akan duduk sedemikian rupa sehingga tubuh dan pikiranku tenang dan damai. Dengan bernapas sadar sepenuhnya, aku akan menyesuaikan postur tubuhku, membantu tubuhku menjadi tenang dan nyaman. Dengan bernapas sadar sepenuhnya, aku akan mengenali dan membantu menenangkan perasaan dan emosi.

Dengan bernapas sadar sepenuhnya, aku akan membangkitkan kesadaran bahwa aku memiliki semua kondisi yang diperlukan untuk menyatukan tubuh dan pikiran serta untuk menghadirkan kegembiraan dan kebahagiaan.

Dengan bernapas sadar sepenuhnya aku akan melihat secara mendalam ke dalam persepsi dan bentukan mental lainnya ketika mereka muncul. Aku akan melihat lebih mendalam ke akarnya sehingga aku dapat melihat dari mana sumber bentukan mental itu.

Begawan Buddha, aku tidak akan melihat meditasi duduk sebagai upaya untuk membatasi tubuh dan pikiran, atau sebagai cara untuk memaksa diri sendiri untuk menjadi sesuatu atau melakukan sesuatu, atau semacam usaha keras yang hanya akan membawa kebahagiaan di masa depan. Aku bertekad untuk berlatih duduk sedemikian rupa sehingga aku merawat diriku dengan kedamaian dan kegembiraan ketika sedang duduk. Banyak dari leluhurku yang tidak pernah bisa merasakan kebahagiaan luar biasa dari duduk dengan sadar sepenuhnya dan aku bertekad untuk duduk demi leluhurku. Aku ingin duduk untuk ayah, ibu, saudara dan saudariku yang tidak berkesempatan untuk berlatih meditasi duduk.

Ketika aku mendapat nutrisi dari latihan meditasi duduk, semua leluhur dan kerabatku juga mendapatkan manfaat. Setiap tarikan napas, setiap saat ketika melihat mendalam, setiap senyuman selama sesi duduk bermeditasi bisa menjadi kado untuk leluhurku, keturunanku, dan demi diriku sendiri. Aku ingin selalu ingat agar tidur lebih awal dan bangun lebih pagi saat langit masih gelap dan berlatih meditasi duduk tanpa merasa mengantuk.

Ketika aku makan, meminum teh, mendengarkan wejangan Dharma, atau berpartisipasi dalam berbagi Dharma, aku juga akan berlatih duduk dengan kokoh dan nyaman. Di bukit, di pantai, di kaki pohon, di atas batu, di ruang tamu, di bus, dalam demonstrasi menentang perang, atau dalam mogok makan demi membela hak asasi manusia, aku akan juga duduk seperti ini.

Aku bertekad untuk tidak akan duduk di tempat-tempat yang kegiatannya tidak bermanfaat, di tempat-tempat yang ada perjudian dan minum keras, di tempat-tempat yang orang-orang berkelahi, berdebat, saling menyalahkan, dan menghakimi orang lain, kecuali ketika aku memiliki tekad mendalam datang ke tempat-tempat itu untuk menyelamatkan orang lain.

Buddha, aku berjanji untuk duduk untuk-Mu. Duduk dengan ketenangan dan soliditas yang dalam, aku akan mewakili guru spiritualku, yang telah melahirkanku dalam kehidupan spiritual ini. Aku sadar jika semua orang di dunia ini memiliki kapasitas untuk duduk dengan hening, maka kedamaian dan kebahagiaan pasti akan hadir ke Bumi ini.

Menyentuh Bumi

Buddha Shakyamuni, aku menyentuh bumi di hadapan-Mu dan di hadapan dua saudara senior dalam Sanggha-Mu, Yang Mulia Shariputra dan Yang Mulia Mahamaudgalyayana. [Genta]

Berjalan dengan Kesadaran Penuh

Berjalan dengan Kesadaran Penuh
Jalur meditasi jalan di Upper Hamlet, PV Prancis

Begawan Buddha, aku merasakan kehangatan di hatiku setiap kali aku bercerita dan mecurahkan isi hatiku kepada-Mu. Aku merasakan kehadiran-Mu di setiap sel tubuhku dan tahu jika Engkau mendengarkan dengan penuh kasih atas semua yang aku katakan. Engkau berjalan di planet Bumi ini bak orang bebas. Aku juga ingin berjalan di planet Bumi ini sebagai orang bebas.

Di sekelilingku masih ada orang yang tidak berjalan sebagai orang yang bebas. Mereka hanya tahu cara berlari. Mereka berlari ke masa depan karena berpikir bahwa kebahagiaan tidak dapat ditemukan pada saat ini. Mereka berjalan di bumi tetapi pikiran mereka di awan. Mereka berjalan seperti orang yang berjalan sambil tidur, tanpa mengetahui ke mana tujuannya. Aku sadar dalam diriku juga ada kebiasaan yang mengakibatkan kedamaian dan kebebasanku hilang ketika aku berjalan.

Buddha yang terkasih, aku bertekad untuk mengikuti teladan-Mu dan selalu berjalan sebagai seorang yang bebas dan sadar. Aku bertekad dalam setiap langkahku, kedua kakiku akan benar-benar menyentuh bumi dan aku akan waspada bahwa aku sedang berjalan di atas landasan realita dan bukan mimpi. Berjalan seperti itu, membuat aku terhubung dengan segala sesuatu yang indah dan menakjubkan di alam semesta. Aku bertekad untuk berjalan sedemikian rupa sehingga kakiku akan mampu mencetak jejak kebebasan dan perdamaian di bumi.

Aku tahu dalam langkah-langkah yang diayunkan seperti ini dapat menyembuhkan tubuh dan pikiranku juga planet Bumi. Ketika aku berlatih meditasi jalan di luar dengan Sanggha, aku bertekad untuk mensyukuri bahwa ini berjalan bersama Sanggha adalah kebahagiaan besar. Dalam setiap langkah, aku menyadari bahwa aku bukanlah setetes air, melainkan bagian dari sungai yang lebih besar. Dengan bernapas dan berjalan berkesadaran penuh, aku akan menciptakan energi kesadaran penuh dan konsentrasi yang berkontribusi pada kesadaran kolektif Sanggha. Aku akan membuka tubuh dan pikiranku agar energi kolektif Sanggha dapat masuk ke dalam diriku, melindungi, dan membantuku mengalir dengan lembut seperti sungai, menyelaraskan diri dengan segala sesuatu yang ada. Aku tahu bahwa dengan mempercayakan tubuh dan pikiranku, juga rasa sakit yang aku miliki kepada Sanggha, semua itu berpeluang untuk dirangkul dan disembuhkan. Dengan cara ini aku akan dirawat saat aku berlatih berjalan dengan penuh perhatian bersama Sanggha dan bertransformasi secara signifikan dalam tubuh dan pikiranku. Di aula meditasi aku akan membuka diri terhadap energi Sanggha ketika berlatih meditasi jalan perlahan, berjalan satu langkah pada saat bernapas masuk dan satu langkah pada saat bernapas keluar. Aku berjanji untuk berjalan sedemikian rupa sehingga setiap langkah dapat menutrisiku dan Sanggha dengan energi kebebasan dan soliditas.

Menyentuh Bumi

Buddha Shakyamuni, aku bersujud di hadapan-Mu, di hadapan Bodhisattwa Dharanimdhara, Penguasa Bumi, dan di hadapan Bodhisattwa Sadaparibhuta. [Genta]

Sutra Thera

Sutra Thera

Demikianlah yang telah saya dengar, suatu ketika Buddha sedang menetap di wihara dalam Hutan Jeta, di kota Shravasti. Pada waktu itu tersebutlah seorang biksu bernama Thera (sesepuh), yang lebih memilih menyendiri. Kapan pun dia bisa, dia memuji latihan hidup sendirian. Dia memohon sedekah sendirian dan duduk bermeditasi sendirian.

Suatu ketika sekelompok biksu datang menghadap Buddha, memberi hormat dengan cara bersujud, lalu mengambil posisi di samping, kemudian duduk berdekatan, dan berkata, “Buddha, ada seorang sesepuh bernama Thera yang selalu ingin sendirian. Ia selalu memuji latihan hidup sendirian. Ia mengunjungi desa sendirian untuk memohon sedekah, kembali sendirian, dan duduk bermeditasi sendirian.

Buddha meminta salah satu biksu,”Mohon pergilah ke tempat tinggal Biksu Thera dan beritahukan bahwa saya ingin menemuinya.

Seorang biksu melaksanakannya. Saat Biksu Thera mendengar permintaan Buddha, dia segera datang, bersujud di kaki Buddha, mengambil posisi di samping kemudian duduk berdekatan. Kemudian Buddha bertanya kepada Biksu Thera, “Apakah benar adanya bahwa Anda lebih memilih untuk sendirian, memuji hidup berkesendirian, memohon sedekah sendirian, kembali dari desa sendirian, dan duduk bermeditasi sendirian?

Biksu Thera menjawab, “Itu benar adanya, Yang Mulia.

Buddha bertanya kepada Biksu Thera, “Bagaimana cara Anda hidup sendirian?

Biksu Thera menjawab, “Saya hidup sendirian; tidak ada orang lain yang hidup bersama saya. Saya memuji latihan hidup sendirian. Saya memohon sedekah sendirian, dan saya kembali dari desa sendirian. Saya duduk bermeditasi sendirian. Itu saja.

Buddha bersabda sebagai berikut, “Sangatlah jelas bahwa Anda menyukai latihan hidup sendirian. Saya tidak menentangnya, tapi saya ingin memberitahu Anda bahwa ada cara yang lebih indah dan mendalam untuk hidup sendirian. Cara itu adalah pengamatan mendalam untuk melihat bahwa masa lalu telah pergi dan masa depan belum juga tiba, dan bersemayam dengan nyaman di momen kekinian, bebas dari nafsu keinginan. Saat seseorang hidup dengan cara seperti ini, tidak ada keraguan dalam dirinya. Ia meletakkan semua kecemasan dan penyesalan, melepaskan semua keinginan yang mengikat, dan memutuskan belenggu yang menghalanginya untuk hidup bebas. Inilah yang disebut ‘cara lebih baik untuk hidup sendirian.’ Tidak ada cara yang lebih indah untuk hidup sendirian daripada ini.

Kemudian Buddha menyampaikan syair berikut ini:

“Mengamati kehidupan secara mendalam,
memungkinkan melihat apa adanya dengan jelas.
Tidak diperbudak oleh apa pun,
memungkinkan untuk menyingkirkan semua kemelekatan,
menuntun kepada kehidupan yang penuh kedamaian dan kegembiraan.
Inilah hidup sendirian yang sesungguhnya.”

Mendengarkan sabda Buddha, Biksu Thera merasa puas. Ia bersujud dengan hormat kepada Buddha dan meninggalkan tempat itu.

Samyukta Agama 1071,
Sesuai dengan Kitab Pali: Theramano Sutta, Samyutta Nikaya 21.10

Alih bahasa: Oktavia Khoman