Relaksasi Mendalam

Relaksasi Mendalam

Berbaringlah dengan nyaman di atas matras atau lantai. Anda boleh menggunakan selimut untuk menjaga kehangatan tubuh. Tutuplah mata. Izinkan kedua tangan dan kaki relaks.

Sambil bernapas masuk dan keluar, Anda bisa merasakan kontak badan dengan lantai, dari tumit, bagian kaki, bokong, punggung, tangan dan lengan, dan bagian belakang kepala.

Setiap napas membuat Anda bersatu dengan lantai, lepaskanlah semua keteganggan, letakkan semua kekhawatiran, tidak perlu melekat pada apa pun.

Bernapas masuk, Anda bisa merasakan perut Anda mengembang, bernapas keluar Anda bisa merasakan perut Anda mengempis, rasakan kembang dan kempis perut. Untuk beberapa napas berikutnya, Anda memperhatikan kembang dan kempis perut.

[Hening sejenak]

[Kaki]

Bernapas masuk, saya menyadari kaki,
Bernapas keluar, saya izinkan kaki relaks.

Bernapas masuk, saya kirimkan cinta kasih kepada kaki,
Bernapas keluar, saya tersenyum kepada kaki.

Sambil bernapas masuk dan keluar, saya menyadari sungguh beruntung memiliki kaki yang sehat, bisa berjalan, berlari, berolah-raga, menari, mengendarai mobil, dan melakukan banyak kegiatan sepanjang hari. Marilah kita kirimkan rasa syukur kepada kaki yang selalu menemani kita selama ini.

Bernapas masuk, saya menyadari kaki kanan dan kaki kiri,
Bernapas keluar, saya mengizinkan semua sel-sel dalam kaki untuk relaks.

Bernapas masuk, saya tersenyum kepada kaki.
Bernapas keluar, saya kirimkan kasih sayang kepada kaki.

Mari kita mengapresiasi kesehatan kaki kita pada saat ini. Sambil bernapas masuk dan keluar, kita mengirimkan energi kelembutan dan perhatian kepada kaki. Izinkanlah kedua kaki untuk istirahat, bersatu sepenuhnya dengan lantai. Lepaskan semua tensi yang ada dalam kaki.

[Tangan]

Bernapas masuk, saya menyadari kedua belah tangan bersentuhan dengan lantai,
Bernapas keluar, saya merelakskan semua otot dan melepaskan semua tensi tangan sepenuhnya.

Sambil bernapas masuk dan keluar, kita mengapresiasi betapa beruntungnya punya dua tangan sehat. Sambil bernapas keluar, kirimkan senyum kasih saying kepada tangan.

Bernapas masuk dan keluar menyadari banyak hal yang bisa dilakukan oleh tangan, seperti: memasak, menulis, menyetir, menggandengan tangan seseorang, menggendong bayi, mandi, melukis, memainkan alat musik, memperbaiki dan membangun rumah, membelai binatang, memegang secangkir teh.

Ternyata tangan saya bisa melakukan begitu banyak hal. Marilah kita bersyukur bahwa tangan kita masih sehat, marilah kita mengizinkan semua sel-sel dalam tangan untuk istirahat.

[Lengan]

Bernapas masuk, saya menyadari kedua belah lengan,
Bernapas keluar, saya mengizinkan kedua belah lengan untuk relaks.

Bernapas masuk, saya mengirimkan kasih sayang kepada lengan,
Bernapas keluar, saya tersenyum kepada lengan.

Luangkan waktu untuk mengapresiasi lengan, menyadari bahwa lengan sedang dalam kondisi sehat dan kuat. Marilah kita mengirimkan rasa syukur karena lengan bisa merangkul seseorang, bermain ayunan, membantu dan melayani orang lain, bekerja membersihkan rumah, memotong rumput, lengan memungkinkan semua pekerjaan sepanjang hari.

Sambil bernapas masuk dan keluar, izinkan kedua lengan melepaskan tensi dan beristirahat sepenuhnya di atas lantai. Anda bisa merasakan tensi mulai mengalir keluar dari lengan. Mari kita peluk lengan dengan penuh kesadaran, rasakan sukacita dan kelegaan dalam setiap bagian lengan.

[Bahu]

Bernapas masuk, saya menyadari kedua bahu,
Bernapas keluar, saya mengizinkan semua tensi di bahu untuk mengalir ke lantai.

Bernapas masuk, saya mengirimkan kasih saying kepada kedua bahu,
Beernapas keluar, saya tersenyum dengan penuh rasa syukur kepada bahu.

Sambil bernapas masuk dan keluar, kita menyadari bahwa ada banyak tensi dan stress bertumpuk di kedua bahu. Melalui setiap embusan napas, saya izinkan tensi mengalir keluar dari bahu, merasakan bahu mulai menjadi relaks dan semakin relaks.

Marilah kita mengirimkan energi kelembutan dan perhatian, mengetahui bahwa sesungguhnya saya juga tidak ingin membebani kedua bahu, saya ingin hidup sedemikian rupa agar bahu saya bisa relaks dan merasa lega.

[Jantung]

Bernapas masuk, saya menyadari jantung,
Bernapas keluar, saya mengizinkan jantung untuk istirahat.

Bernapas masuk, saya mengirimkan kasih sayang kepada jantung,
Bernapas keluar, saya tersenyum kepada jantung.

Sambil bernapas masuk dan keluar, saya menyadari bahwa jantung yang berdetak adalah suatu keajaiban. Jantung yang berdetak membuat saya tetap bisa hidup, jantung terus berdetak, setiap detik dan menit, setiap jam, dan setiap hari. Jantung tidak pernah berhenti semenjak kita dalam kandungan ibunda. Berkat jantung yang berdetak selama 24 jam maka, kita bisa hidup dan bisa melakukan banyak kegiatan.

Bernapas masuk, saya berjanji akan mencari cara hidup baik agar bisa membuat jantung berfungs dengan baik.

Bernapas keluar, saya bisa merasakan jantung saya sedang relaks dan semakin relaks. Izinkan semua sel di dalam jantung tersenyum, merasa lega dan bersukacita.

[Perut]

Bernapas masuk, saya menyadari perut dan usus,
Bernapas keluar, saya izinkan perut dan usus untuk relaks.

Bernapas masuk, saya mengirimkan cinta dan syukur kepada perut dan usus,
Bernapas keluar, saya tersenyum lembut kepada perut dan usus.

Sambil bernapas masuk, saya tahu betapa pentingnya kesehatan perut dan usus. Berikanlah mereka kesempatan untuk istirahat sepenuhnya.

Setiap hari perut mencerna dan menyerap makanan, memberikan kita energi dan kekuatan. Kita perlu mengenali dan mengapresiasi perut. Sambil bernapas masuk, rasakan perut dan usus dalam kondisi relaks dan melepaskan semua keteganggan. Sambil bernapas keluar, senyum kepada perut dan usus.

[Mata]

Bernapas masuk, saya menyadari dua mata saya,
Bernapas keluar, saya mengizinkan mata beserta semua otot-otot disekitarnya untuk relaks.

Bernapas masuk, saya tersenyum kepada mata,
Bernapas keluar, saya mengirimkan kasih sayang kepada mata.

Izinkanlah mata Anda instirahat sepenuhnya, biarkan mata tenggelam ke dalam. Sambil bernapas masuk dan keluar, mari kita menyadari betapa pentingnya mata kita.

Mata kita bisa digunakan untuk menatap orang lain, melihat matahari terbenam, membaca dan menulis, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, melihat burung berterbangan di angkasa, menonton film, begitu banyak hal yang bisa dilakukan berkat mata.

Marilah kita menggunakan waktu ini untuk menghargai mata, bahwa mata adalah hadiah terindah, izinkanlah mata untuk istirahat sepenuhnya.

[Anda bisa melanjutkan ke organ-organ lain, gunakanlah pola-pola di atas]

Sekarang, jika ada bagian dari tubuh Anda yang sakit, pergunakanlah momen ini untuk menyadarinya, kirimkanlah energi kasih sayang ke bagian yang sakit itu.

Bernapas masuk izinkan area yang sakit untuk istirahat,
Bernapas keluar tersenyum kepada area yang sakit itu dengan lembut dan kasih.

Sadarilah bahwa ada bagian-bagian lain dari tubuh kita yang masih kuat dan sehat. Izinkanlah area badan yang sehat ini mengirimkan energi penyembuhan kepada area tubuh yang sakit tersebut.

Anda merasakan bahwa mendapatkan dukungan, kiriman energi, dan kasih sayang yang diterima oleh bagian tubuh yang sakit itu.

Bernapas masuk, yakinkanlah bahwa dirimu memiliki kekuatan penyembuhan diri;
Bernapas keluar, lepaskan semua kekhawatiran, rasa takut yang menghalangi dirimu.

Bernapas masuk dan keluar, tersenym dengan penuh kasih sayang dan tegar kepada area tubuh yang sakit tersebut.

Bernapas masuk, saya menyadari seluruh tubuh yang sedang berbaring,
Bernapas keluar, saya menikmati sensasi seluruh tubuh yang sedang berbaring, sungguh relaks dan tenang.

Tersenyum kepada seluruh tubuh sembari bernapas masuk, dan kirimkan kasih sayang dan welas asih kepada seluruh tubuh sembari bernapas keluar.

Rasakan semua sel-sel dalam tubuh juga ikut berbahagia dan bersukacita bersamamu.

Rasakan Syukur kepada seluruh sel dalam tubuh.
Sekarang, Anda boleh mengembalikan perhatian kepada naik dan turun perut.

[Jika Anda sedang memandu orang lain, jika Anda merasa nyaman, maka boleh menyanyikan beberapa lagu yang memberikan kesan menenangkan]

Ini adalah akhir dari sesi relaksasi, Anda boleh membuka maka. Anda tetap dalam posisi berbaring, tidak perlu terburu-buru. Silakan menggerakkan bagian tangan dan kaki, lakukan dengan pelan dan penuh perhatian.

Setelah itu Anda boleh pelan-pelan bangkit dan duduk menikmati kesegaran pikiran dan badan jasmani.

Melebur Menjadi Satu Rasa

Melebur Menjadi Satu Rasa
Foto bersama di Sungai Gangga

Keinginan untuk datang ke tanah suci Buddha di India, sebenarnya sudah ada sejak 17 tahun yang lalu, saat saya pertama kali belajar mengenal Buddhadharma di bangku sekolah. Dipenghujung bulan Oktober 2023, di saat tengah makan siang, saya mendapatkan sebuah pesan singkat dari Br. Phap Tu, yang seakan-akan menjadi “lonceng kesadaran” untuk mengingatkan saya makan penuh kesadaran. Brother mengirim pesan, menawarkan perjalanan ke India untuk menelusuri jejak langkah Buddha. Dan, betapa beruntungnya saya mendapatkan sponsor dari seorang donatur yang baik hatinya, Ci Susan. Terimakasih Ci Susan akhirnya, salah satu mimpi saya dapat terwujud di tahun ini.

Pada akhir bulan Februari 2024, saya dan ke-4 teman baru dari Medan (Sumiko), Jambi (Ci Marnis) dan Jakarta (Aunty Mira & Nuan), terbang dari Indonesia ke India, untuk bergabung dengan teman-teman dari Vietnam, Hongkong, Amerika dan Australia untuk memulai perjalanan Dharmayatra. Perjalanan kali ini berbeda daripada perjalanan biasanya, karena kami tidak hanya sekedar mengunjungi situs-situs Buddhis yang ada di sana, melainkan juga mempraktikkan seni hidup sadar, seperti yang Buddha praktikkan dahulu, bersama komunitas Plum Village.

Perjalanan ini megusung tema “Old Path, White Clouds” dan memang tidak mengunjungi semua situs yang ada, dikarenakan keterbatasan waktu dan tak ingin terburu-buru dalam mengunjungi suatu tempat. Situs yang kami kunjungi hanya berfokus di seputaran tempat petapa Gotama berjuang merealisasikan pencerahan, menjadi Buddha, dan tempat Buddha mengajar saja. Lebih tepatnya di Varanasi, Bodhgaya dan Rajgir. Dari semua situs tersebut, semuanya sangat indah dan memiliki kesan tersendiri.

Day of Mindfulness @Varanasi

Seperti di Sarnath (Varanasi) tempat Buddha pertamakali membabarkan Dharma kepada 5 petapa, dan di Veluvana (Rajgir) tempat Buddha sering berkunjung dan mengajar, kami memulai kegiatan Day of Mindfulness (DOM) dengan kegiatan meditasi jalan bersama, sungguh damai dan tenang di setiap langkah. Dilanjutkan dengan chanting pagi, meditasi duduk dan ceramah Dharma yang disampaikan Thay Phap Kham, Guru kami dalam perjalanan kali ini, beliau bagaikan Buddha yang tengah mengajar di tengah-tengah muridnya. Pesan yang disampaikan sangat teduh dan cerita mengenai kehidupan Buddha sangat mengalir dan memberi inspirasi pada kami semua. Dharma Sharing dalam grup kecil “Bamboo Forest” yang diselingi meditasi minum teh juga membuat suasana kebersamaan menjadi tambah hangat.

Meditasi jalan @Varanasi
Dharma Sharing @SitusNalanda

Yang tak terlupakan, saat menikmati pemandangan matahari terbit dan terbenam dari Puncak Burung Nasar, Griddhrakūta, dengan berdiam dalam keheningan di tengah keasrian alam, sangat indah sejauh mata memandang. Rasa lelah menaiki ratusan anak tangga rasanya terbayarkan lunas saat itu juga. Tak salah, jika tempat ini di pilih Buddha menjadi salah satu tempat berdiam favoritnya kala itu. Kebebasan dan kebahagiaan melebur menjadi satu rasa, damai.

Berbicara tentang perjalanan di India memang semuanya indah, namun dibalik keindahannya ada pemandangan yang tak dapat kita tutupi, yaitu kemiskinan warganya. Dari anak-anak, wanita dan orangtua yang meminta-minta dapat kita temui disetiap sudut kota. Rasa iba, kasihan dan ingin  membantu tentu saja ada. Namun, dikarenakan jumlah mereka yang sangat banyak, terlepas dari isu mereka sengaja di rekrut, rasanya tak mungkin dapat membantu semuanya.

Berkunjung ke Siddhartha Compassion School

Satu-satunya cara bijak yang dapat kami lakukan adalah dengan memberikan donasi ke salah satu sekolah di sana, namanya Siddhartha Compassion School, yang didirikan dengan misi memberikan pendidikan gratis bagi ratusan anak India, khususnya di Bodhgaya. Lewat pendidikan, di masa mendatang mereka diharapkan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, dan bisa mengangkat derajat orangtua agar dapat keluar dari jerat kemiskinan yang menyandera keluarga mereka bertahun-tahun.

Adapun donasi yang kami berikan berupa seragam baru, buku tulis dan aneka snack jajanan kecil. Raut kebahagiaan terpancar dari wajah mungil mereka. Sangking senangnya, seorang bocah berlarian dan tak sengaja menjatuhkan permen dan coklat yang ia dapatkan, dengan penuh kasih seorang nenek dari Vietnam, anggota kami dalam perjalanan, membantu dia memasukkan permen dan coklat ke saku kantong celananya. Perasaan haru dan pikiran saya terkenang kembali ke masa kecil, ingat ketika nenek melakukan hal yang sama, memberikan permen dan membantu memasukkannya ke saku celana. Hangatnya kasih sayang seorang nenek membawa keceriaan bagi seorang anak kecil, demikian juga yang saya rasakan.

Terus berjalan tiba di setiap momen

14 hari perjalanan dharmayatra di Tanah Suci Buddha tak terasa telah berakhir, Kini kami telah pulang ke rumah masing-masing dengan segudang kenangan dan pengalaman yang berbaur dengan rasa syukur dan keyakinan terhadap Buddhadharma yang semakin mantap. Semangat praktik hidup sadar pun masih terjaga. Semoga benih baik ini dapat terus bertumbuh menjadi kebahagiaan bagi banyak makhluk. (Ferry Setiawan)

Sutra tentang Napas Berkesadaran Penuh

Sutra tentang Napas Berkesadaran Penuh

Sutra tentang Napas Berkesadaran Penuh adalah salah satu sutra terpenting dalam tradisi Plum Village, dan diajarkan di setiap retret Plum Village. Ketika Thich Nhat Hanh menemukan sutra ini, dia berkata, “Saya merasa saya adalah orang paling bahagia di dunia.

Terjemahan di bawah ini telah dipersiapkan oleh Thich Nhat Hanh dari Anapanasati Sutta, Majjhima Nikaya 118, dan juga ada di dalam buku Chanting from the Heart (Parallax Press, Rev.Ed., 2006). Terjemahan bahasa Inggris pertama Thay diterbitkan pada tahun 1988, dan beliau terus merevisi dan menyempurnakan terjemahannya dalam beberapa tahun terakhir.

Untuk komentar lebih lanjut tentang teks ini, silakan melihat Thich Nhat Hanh, Breathe, You Are Alive! Sutra on the Full Awareness of Breathing (Parallax Press, Rev.Ed., 2010). Anda juga dapat membaca The Path of Emancipation: Talks from a 21-Day Mindfulness Retreat on the Discourse on the Full Awareness of Breathing (Parallax Press, 2000).

I

Aku mendengar sabda Buddha ini suatu ketika beliau menetap di Savatthi, di Taman Sebelah Timur, bersama sejumlah siswa yang terkenal dan berbakat, ada Sariputra, Mahamoggalyayana, Mahakassyapa, Mahakacchayana, Mahakotthita, Mahakappina, Mahachunda, Anuradha, Revata, dan Ananda. Para biksu senior dalam komunitas dengan tekun memberikan petunjuk kepada para biksu junior – beberapa mengajar sepuluh biksu, beberapa mengajar dua puluh, beberapa mengajar tiga puluh, dan beberapa mengajar empat puluh; dan dengan cara demikian para biksu yang baru berlatih mencapai kemajuan pesat secara bertahap.

Malam itu bulan purnama, dan Upacara Pavarana diadakan untuk mengakhiri retret musim hujan (vassa). Begawan Buddha, Yang Tercerahkan, sedang duduk di tempat terbuka, dan para siswa-Nya berkumpul di sekelilingnya. Setelah menatap semua orang yang hadir, Ia menyampaikan:

“Wahai para biksu, Saya bersukacita setelah mengetahui hasil yang telah Anda capai dalam latihan. Saya juga tahu Anda masih bisa mencapai kemajuan lebih jauh lagi. Apa yang belum Anda capai, bisa direalisasikan. Apa yang belum Anda sadari, dapat Anda sadari dengan sempurna. [Untuk ikut serta dalam memberikan dukungan] Saya akan menetap di sini hingga bulan purnama berikutnya. “

Ketika mereka mendengar bahwa Buddha akan menetap di Savatthi selama satu bulan lagi, para biksu dari seluruh negeri mulai berdatangan untuk menerima pelajaran dari Beliau. Para biksu senior terus mengajar para junior untuk berlatih bahkan lebih giat lagi. Beberapa biksu senior mengajar sepuluh biksu, beberapa mengajar dua puluh, beberapa mengajar tiga puluh, dan beberapa mengajar empat puluh. Melalui bantuan ini, para biksu yang lebih baru dapat, sedikit demi sedikit, mencapai kemajuan dalam pemahamannya.

Ketika bulan purnama berikutnya tiba, Buddha, duduk di bawah langit terbentang luas, melihat ke sekeliling para biksu yang berkumpul dan mulai menyampaikan:

“Wahai para biksu, komunitas kita murni dan baik. Pada intinya, dalam komunitas ini tidak ada pembicaraan yang tidak berguna dan kesombongan, dan oleh karena itu patut untuk menerima persembahan dan dipandang sebagai ladang jasa kebajikan. Komunitas seperti ini jarang ada, dan setiap peziarah yang mencarinya, tidak peduli seberapa jauh ia harus melakukan perjalanan, akan menganggapnya layak untuk dilakukan.

“O para biksu, ada biksu-biksu dalam kelompok ini yang telah mencapai tingkat Arahat, menghancurkan setiap akar kotoran batin (kilesa), meletakkan setiap beban, dan mencapai pengertian benar dan emansipasi. Ada juga para biksu yang telah memotong lima ikatan internal (samyojana) pertama dan mencapai hasil berupa tidak pernah kembali lagi (anāgāmī) ke siklus kelahiran dan kematian.

“Ada orang-orang yang telah melepaskan tiga ikatan internal pertama dan mendapatkan hasil berupa kembali sekali lagi (sakadāgāmi). Mereka telah memotong akar keserakahan, kebencian, dan ketidaktahuan, dan hanya perlu kembali ke siklus kelahiran dan kematian sekali lagi. Ada orang-orang yang telah melepaskan tiga ikatan internal dan mencapai tingkat memasuki-arus (sotāpanna), dengan tenang berjalan menuju kondisi Yang Tercerahkan. Ada orang yang mempraktikkan Empat Landasan Kesadaran Penuh (satipaṭṭhāna). Ada orang yang mempraktikkan Empat Upaya Benar (sammappadhānā), dan ada yang mempraktikkan Empat Landasan Keberhasilan (Iddhipāda). Ada mereka yang berlatih Lima Pancaindra (pañca indriya), ada yang berlatih Lima Kekuatan (pañca bala), ada yang berlatih Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhaṅgā), dan ada yang berlatih Jalan Mulia Berunsur Delapan. Ada yang mempraktikkan cinta kasih, ada yang berlatih welas asih, ada yang berlatih sukacita, dan ada yang berlatih ekuanimitas (upekkhā). Ada yang mempraktikkan Sembilan Perenungan (paṭikkūlamanasikāra), dan ada yang berlatih Pengamatan tentang Ketidakkekalan. Ada juga para bhikkhu yang telah berlatih Napas Berkesadaran Penuh. ”

II

“O para biksu, napas berkesadaran penuh, jika dikembangkan dan dilatih secara terus menerus, akan bermanfaat dan membawa manfaat besar. Latihan ini akan menuntun pada keberhasilan dalam mempraktikkan Empat Landasan Kesadaran Penuh. Jika metode Empat Landasan Kesadaran Penuh dikembangkan dan dipraktikkan secara terus-menerus, praktik ini akan menuntun pada keberhasilan dalam latihan Tujuh Faktor Percerahan. Tujuh Faktor Pencerahan, jika dikembangkan dan dipraktikkan secara terus menerus, akan memunculkan pemahaman dan pembebasan batin (pikiran).

“Bagaimana cara untuk mengembangkan dan berlatih metode Napas Berkesadaran Penuh secara terus-menerus sehingga latihan ini akan membawa hasil dan memberikan manfaat besar?

“Itu adalah seperti ini, para biksu: seorang praktisi pergi ke hutan atau di bawah kaki pohon, atau ke tempat yang sepi, duduk dengan stabil dalam posisi bersila berbentuk lotus, menegakkan tubuhnya, dan berlatih seperti ini: ‘Bernapas masuk, aku tahu aku sedang bernapas masuk. Bernapas keluar, aku tahu aku sedang bernapas keluar.’

1. ‘Menarik napas panjang, aku tahu aku sedang menarik napas panjang. Mengembuskan napas panjang, aku tahu aku sedang mengembuskan napas panjang.

2. ‘Menarik napas pendek, aku tahu aku sedang bernapas pendek. Mengembuskan napas pendek, aku tahu aku sedang mengembuskan napas pendek.

3. ‘Napas masuk, aku menyadari seluruh tubuhku. Napas keluar, aku menyadari seluruh tubuhku.’ Ia berlatih seperti ini.

4. ‘Napas masuk, aku menenangkan seluruh tubuhku. Napas keluar, aku menenangkan seluruh tubuhku.’ Ia berlatih seperti ini.

5. ‘Napas masuk, aku merasa sukacita. Napas keluar, aku merasa sukacita.’ Ia berlatih seperti ini.

6. ‘Napas masuk, aku merasa bahagia. Napas keluar, aku merasa bahagia.’ Ia berlatih seperti ini.

7. ‘Napas masuk, aku menyadari bentukan mentalku. Napas keluar, saya menyadari bentukan mentalku.’ Ia berlatih seperti ini.

8. ‘Napas masuk, aku menenangkan bentukan mentalku. Napas keluar, aku menenangkan bentukan mentalku.’ Ia berlatih seperti ini.

9. ‘Napas masuk, aku menyadari pikiranku. Napas keluar, aku menyadari pikiranku.’ Ia berlatih seperti ini.

10. ‘Napas masuk, aku membuat pikiranku bahagia. Napas keluar, aku membuat pikiranku bahagia.’ Ia berlatih seperti ini.

11. ‘Napas masuk, aku memusatkan pikiranku. Napas keluar, aku memusatkan pikiranku.’ Ia berlatih seperti ini.

12. ‘Napas masuk, aku membebaskan pikiranku. Napas keluar, aku membebaskan pikiranku.’ Ia berlatih seperti ini.

13. ‘Napas masuk, aku mengamati sifat ketidakkekalan dari semua dharma (fenomena). Napas keluar, aku mengamati sifat ketidakkekalan dari semua dharma.’ Ia berlatih seperti ini.

14. ‘Napas masuk, aku mengamati lenyapnya keinginan. Napas keluar, aku mengamati lenyapnya keinginan.’ Ia berlatih seperti ini.

15. ‘Napas masuk, aku mengamati hakikat tiada-kelahiran tiada-kematian dari semua fenomena. Napas keluar, aku mengamati hakikat tiada-kelahiran tiada-kematian dari semua fenomena.’ Ia berlatih seperti ini.

16. ‘Napas masuk, aku mengamati melepaskan. Napas keluar, aku mengamati melepaskan.’ Ia berlatih seperti ini.

“Napas Berkesadaran Penuh, jika dikembangkan dan dipraktikkan terus menerus sesuai dengan petunjuk ini, akan bermanfaat dan membawa keuntungan besar.”

III

“Dengan cara apa seseorang mengembangkan dan terus menerus mempraktikkan Napas Berkesadaran Penuh, agar berhasil dalam latihan Empat Landasan Kesadaran Penuh?

“Ketika praktisi menarik atau mengembuskan napas panjang atau pendek, menyadari napasnya atau seluruh tubuhnya, atau menyadari bahwa ia sedang membuat seluruh tubuhnya tenang dan damai, ia berdiam dengan damai mengamati tubuh di dalam tubuh, tekun, terjaga sepenuhnya, dengan jernih memahami keadaannya, melampaui semua kemelekatan dan penolakan terhadap kehidupan ini. Latihan bernapas dengan Kesadaran Penuh ini termasuk dalam Landasan Kesadaran Penuh Pertama, yaitu tubuh.

“Ketika praktisi menarik napas masuk atau keluar, menyadari sukacita atau kebahagiaan dari bentukan mental, atau untuk mengkondisikan bentukan mental menjadi damai, ia bersemayam dengan damai dalam mengamati perasaan di dalam perasaan, tekun, terjaga sepenuhnya, dengan jernih memahami keadaannya, melampaui semua kemelekatan dan penolakan terhadap kehidupan ini. Latihan bernapas dengan Kesadaran Penuh ini termasuk dalam Landasan Kesadaran Penuh Kedua, yaitu perasaan.

“Ketika praktisi menarik napas masuk atau keluar dengan kesadaran pikiran, atau untuk membuat pikiran menjadi bahagia, untuk mengumpulkan pikiran dalam konsentrasi, atau untuk melepaskan dan membebaskan pikiran, ia bersemayam dengan damai dalam pengamatan pikiran di dalam pikiran, tekun, terjaga sepenuhnya, dengan jernih memahami keadaannya, melampaui semua kemelekatan dan penolakan terhadap kehidupan ini. Latihan bernapas dengan Kesadaran Penuh ini termasuk dalam Landasan Kesadaran Penuh Ketiga, yaitu pikiran (batin). Tanpa Napas Berkesadaran Penuh, tidak akan ada perkembangan stabilitas dan pemahaman meditasi.

“Ketika praktisi bernapas masuk atau bernapas keluar dan merenungkan inti dari ketidakkekalan atau inti dari lenyapnya keinginan atau sifat tiada-kelahiran tiada-kematian dari semua fenomena atau melepaskan, ia bersemayam dengan damai dalam pengamatan objek pikiran dalam objek pikiran, tekun, terjaga sepenuhnya, dengan jernih memahami keadaannya, melampaui semua kemelekatan dan penolakan terhadap kehidupan ini. Latihan bernapas Kesadaran Penuh ini termasuk dalam Landasan Kesadaran Penuh Keempat, yaitu objek pikiran (objek batin, dharma).

“Praktik Napas Berkesadaran Penuh, jika dikembangkan dan dipraktikkan secara terus menerus, akan menuntun pada pencapaian sempurna dari Empat Landasan Kesadaran Penuh.”

IV

Lebih dari itu, jika mereka dikembangkan dan terus menerus dipraktikkan, Empat Landasan Perhatian Penuh akan menuntun pada Tujuh Faktor Pencerahan yang sempurna. Bagaimana bisa?

“Ketika praktisi dapat mempertahankan, tanpa gangguan, berlatih mengamati tubuh di dalam tubuh, perasaan di dalam perasaan, pikiran di dalam pikiran, dan objek pikiran di dalam objek pikiran, dengan tekun, terjaga sepenuhnya, dengan jernih memahami keadaannya, melampaui semua kemelekatan dan penolakan terhadap kehidupan ini, dengan stabilitas meditasi yang teguh, kukuh dan tak tergoyahkan, ia akan mencapai Faktor Pencerahan Pertama, yaitu kesadaran penuh (mindfulness). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

“Ketika praktisi dapat bersemayam dalam kestabilan meditasi tanpa terganggu dan dapat menyelidiki setiap dharma (fenomena, objek pikiran), setiap objek pikiran yang muncul, maka Faktor Pencerahan Kedua akan lahir dan berkembang dalam dirinya, yaitu faktor menyelidiki dharma (factor of investigating dharmas, dhamma vicaya). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

“Ketika praktisi dapat mengamati dan menyelidiki setiap dharma dengan cara berkelanjutan, tekun, dan teguh, tanpa terganggu, Faktor Pencerahan Ketiga akan lahir dan berkembang dalam dirinya, yaitu faktor energi (factor of energy, viriya). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

“Ketika praktisi telah mencapai kestabilan, diam tak tergoyahkan dalam arus latihan, Faktor Pencerahan Keempat akan lahir dan dikembangkan dalam dirinya, yaitu faktor sukacita (factor of joy, pīti). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

“Ketika praktisi dapat berdiam tanpa gangguan dalam keadaan sukacita, ia akan merasakan tubuh dan pikirannya menjadi ringan dan damai. Pada titik ini, Faktor Pencerahan Kelima akan lahir dan dikembangkan, yaitu faktor kelegaan (factor of ease, passaddhi). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

“Ketika tubuh dan pikiran tenang, praktisi dapat dengan mudah masuk ke dalam konsentrasi. Pada titik ini, Faktor Pencerahan Keenam akan lahir dan dikembangkan di dalam dirinya, yaitu faktor konsentrasi (factor of concentration, samādhi). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

“Ketika praktisi berdiam dalam konsentrasi dengan ketenangan yang dalam, ia akan berhenti membeda-bedakan dan membandingkan. Pada titik ini, Faktor Pencerahan Ketujuh muncul, lahir, dan dikembangkan dalam dirinya, yaitu faktor pelepasan (factor of letting go, upekkha). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

Ini adalah bagaimana Empat Landasan Kesadaran Penuh, jika dikembangkan dan dipraktikkan secara terus menerus, akan menuntun pada pencapaian sempurna dalam Tujuh Faktor Pencerahan. ”

V.

“Bagaimana Tujuh Faktor Pencerahan, jika dikembangkan dan dipraktikkan terus menerus, menuntun pada pencapaian sempurna dari pemahaman sejati dan pembebasan penuh?

“Jika praktisi mengikuti jalan Tujuh Faktor Pencerahan, hidup di tempat terpencil yang tenang, mengamati dan merenungkan lenyapnya nafus keinginan, ia akan mengembangkan kemampuan untuk melepaskan. Ini akan menjadi hasil dari mengikuti jalan Tujuh Faktor Pencerahan dan akan menuntun pada pencapaian sempurna dari pemahaman sejati dan pembebasan sepenuhnya.”

VI

Inilah yang disabdakan oleh Begawan, Yang Tercerahkan; dan setiap orang di dalam pesamuhan tersebut merasa bersyukur dan gembira telah mendengar ajaran-Nya.

Anapanasati Sutta, Majjhima Nikaya 118

 

Sekilas Tentang “Applied Buddhism”

Sekilas Tentang “Applied Buddhism”
European Institute of Applied Buddhism – Germany

Thich Nhat Hanh dalam Dhamma Talk yang disampaikan pada tanggal 21 Juni 2009 di Plum Village 

Di awal sekali, kita menciptakan istilah “Engaged Buddhism”. Engaged Buddhism berarti Anda berlatih sepanjang hari tanpa terputus, dalam keluarga, komunitas, kota, dan masyarakat. Cara Anda berjalan, menatap, duduk menginspirasi orang sekitar untuk hidup sedemikian rupa agar bisa menghadirkan kedamaian, kebahagiaan, kegembiraan, dan kekeluargaan setiap saat.

Istilah Engaged Buddhism lahir ketika perang di Vietnam sangat intens. Bermeditasi adalah menyadari apa yang sedang terjadi, dan apa yang terjadi kemudian adalah begitu banyak bom berjatuhan, rakyat terluka dan sekarat: penderitaan dan penghancuran kehidupan. Anda ingin membantu meringankan penderitaan mereka, jadi Anda duduk dan berjalan di tengah orang-orang yang berlarian menghindari bom. Anda belajar bagaimana berlatih bernapas berkesadaran penuh sembari membantu merawat anak yang terluka. Jika Anda tidak berlatih saat melayani, Anda akan kewalahan dan kelelahan.

Ketika Anda sendirian, berjalan, bersila dalam posisi duduk, menyeruput teh, atau menyiapkan sarapan, itu juga termasuk Engaged Buddhism, karena Anda melakukannya bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk membantu melestarikan dunia. Ini adalah saling keterkaitan (interbeing). Engaged Buddhism adalah praktik yang merembes ke dalam setiap aspek dunia ini.

“Applied Buddhism” adalah kelanjutan dari Engaged Buddhism. Applied Buddhism berarti bahwa ajaran Buddha dapat diterapkan dalam setiap keadaan agar dapat membawa pengertian dan solusi untuk masalah di dunia ini. Applied Buddhism menawarkan cara-cara konkret untuk meringankan penderitaan dan membawa kedamaian dan kebahagiaan dalam setiap situasi.

Ketika Presiden Obama memberikan pidato di Universitas Kairo, dia menggunakan bahasa penuh kasih sayang untuk meredakan ketegangan antara Amerika dan negara Islam. Beliau menggunakan praktik Buddhis dalam berucap penuh cinta kasih: berbicara dengan kerendahan hati, mengakui nilai-nilai Islam, mengakui niat baik dari orang-orang Islam, dan mengidentifikasi teroris sebagai sejumlah kecil orang yang memanfaatkan ketegangan dan kesalahpahaman di antara masyarakat.

Praktik mentransformasi tensi di dalam tubuh adalah Applied Buddhism karena tensi tinggi yang menumpuk di tubuh akan membawa penyakit. Sutra tentang bernapas berkesadaran penuh, Anapanasati, yang disajikan dalam bentuk enam belas latihan, adalah Applied Buddhism.* Kita harus dapat menerapkan ajaran tentang bernapas berkesadaran penuh di mana pun—di keluarga, di sekolah, di rumah sakit, dan sebagainya. Ajaran Buddha bukan hanya untuk umat Buddha. Ajaran Buddha terdiri dari unsur-unsur non-Buddha.

* Untuk membaca komentar Thich Nhat Hanh tentang sutra tentang bernapas berkesadaran penuh, lihat Breathe, You Are Alive! dari Parallax Press.

Dicetak kembali dari EIAB Newsletter, Juni 2010

Alih bahasa: Rumini (True Spring Season, 真節春)

Kesadaran Terhadap Tubuh

Kesadaran Terhadap Tubuh

Master Zen Thich Nhat Hanh menjelaskan tentang napas berkesadaran terhadap tubuh, bagaimana melakukan pemindamian (scanning) terhadap setiap bagian tubuh. Demikianlah cara untuk merelakskan tubuh. Manusia sering tak mampu merelakskan tubuh, inilah pentingnya mempraktikkan napas berkesadaran untuk merelakskan tubuh

Kebahagiaan dalam Setiap Napas

Kebahagiaan dalam Setiap Napas

Sumber: Lion’s Roar

Oleh: Thich Nhat Hanh

Belajar bernapas, sumber foto kanan: Buddha Doodles

Menurut Thich Nhat Hanh, “Ketika kita berhenti memberi makan kepada benih loba, seketika itu juga kita bisa menyadari bahwa kondisi kebahagiaan sudah lengkap sebetulnya”

Pikiran manusia selalu ingin memiliki sesuatu dan tidak pernah merasa puas. Inilah penyebab bertambahnya tindakan buruk. Bodhisatwa selalu mengingat akan prinsip memiliki sedikit keinginan. Mereka hidup sederhana dalam kedamaian agar bisa mempraktikkan jalur spiritual dan menjadikan realisasi pengertian sempurna sebagai karier satu-satunya.

Sutra Delapan Realisasi Makhluk Agung

Buddha bersabda bahwa loba itu seperti seseorang memegang obor berjalan melawan hembusan angin; api akan membakar tangannya. Ketika seseorang haus lalu disuguhkan air asin, makin banyak dia meneguk makin haus jadinya. Jika Anda mengejar uang, berkesimpulan bahwa dengan sejumlah uang akan membuat Anda bahagia. Namun, setelah Anda mencapai target, Anda tetap saja merasa belum cukup, Anda ingin lebih banyak lagi. Ada banyak orang kaya, namun mereka tidak bahagia. Buddha memberikan analogi bahwa objek loba kita seperti tulang. Seekor anjing asyik mengerat tulang itu berulang-ulang namun tidak pernah puas.

Semua orang pernah mengalami momen kesepian, kesedihan, kekosongan, kefrustasian, atau ketakutan. Anda mengisi kekosongan perasaan itu dengan film dan roti apit (sandwich). Anda belanja demi menutupi kepedihan, keputus-asaan, kemarahan, dan depresi. Anda mencari cara untuk mengonsumsi dengan harapan mengenyahkan semua perasaan itu. Bahkan ada program TV yang tidak menarik sekalipun tetap Anda tonton. Anda berkesimpulan bahwa semua aktivitas itu lebih baik daripada mendera malaise, keadaan lesu dan serba sulit dalam dirimu. Pandanganmu sudah kabur bahkan remang-remang, tidak bisa melihat semua elemen kebahagiaan yang ada dalam dirimu.

Semua orang punya gagasan tentang kebahagiaan. Justru karena gagasan itulah Anda mengejar objek yang didambakan. Anda mengorbankan waktu, bahkan kesehatan jasmani dan rohani juga. Menurut Buddha, kebahagiaan itu sederhana, jika Anda kembali ke momen kekinian, menyadari bahwa banyak kondisi kebahagiaan sudah cukup di sini dan saat ini. Semua keajaiban hidup sudah tersedia. Inilah realisasi yang bisa membantumu melepaskan semua loba, murka, dan mara.

Makin banyak Anda mengonsumsi, makin banyak toksin yang menyuburkan loba, murka, dan awidya (batin gelap gulita). Anda perlu melakukan dua hal agar bisa terjaga kembali. Pertama, tataplah secara mendalam bahan nutrisi apa saja yang menyuburkan loba, cari tahu sumbernya. Semua binatang dan tumbuhan butuh makanan untuk bertahan hidup. Loba itu butuh makanan agar bisa bertahan hidup, demikian juga cinta kasih dan penderitaan. Jika loba terus membesar, itu berarti Anda menyuburkannya setiap hari. Jika Anda sudah menemukan sumber penyuburnya, Anda bisa memotongnya, kemudian loba akan mengecil.

Praktik kedua adalah berkewawasan dalam mengonsumsi. Jika Anda berhenti mengonsumsi hal-hal yang menyuburkan loba, awidya, dan persepsi keliru, Anda bisa memberikan nutrisi lain kepada dirimu. Pengertian dan welas asih bisa lahir. Sukacita pada momen kekinian juga bisa terjadi. Anda berkesempatan untuk mentransformasikan penderitaanmu.

Empat Nutrimen

Buddha pernah menjelaskan tentang empat jenis nutrisi, empat jenis makanan yang Anda santap setiap hari. Kebahagiaan dan penderiaan sangat tergantung pada jenis nutrisi yang Anda santap, apakah itu bajik atau tidak bajik.

Nutrisi Pertama: Makanan Lewat Mulut

Nutrisi jenis pertama adalah makanan lewat mulut, apa pun yang Anda masukkan ke dalam mulut, dikunyah, ditelan, atau diminum. Anda tahu makanan apa saja yang menyehatkan dan tidak menyehatkan bagi badan jasmani, namun Anda sering tidak memikirkannya. Sebelum menyantap makanan, lihatlah makanan yang ada di meja, bernapas masuk dan keluar lalu bertanya apakah makanan ini akan membuat saya lebih sehat atau makin sakit? Ketika Anda jajan di luar, contoh kudapan, makan malam pada acara tertentu, mengemil sesuatu ketika sedang kerja, maka Anda boleh berhenti sejenak dan memutuskan untuk menyantap makanan yang sehat. Inilah makan berkewawasan.

Wawas dalam menyantap makanan mulai dari belanja. Saat Anda pergi ke toko kelontongan, Anda bisa memilih jenis makanan yang menyehatkan. Anda bisa memilih memasak makanan sebagai kesempatan sebagai praktisi kewawasan. Di meja makan, Anda bisa praktik hening sejenak. Anda bisa praktik bernapas masuk dan keluar kemudian membangkitkan rasa syukur atas makanan sehat yang sudah tersedia ini.

Nutrisi Kedua: Kesan Impresi

Kesan impresi merupakan konsumsi lewat mata, telinga, hidung, badan, dan batin. Program telvisi, buku, film, musik, dan topik pembicaraan merupakan bahan konsumsi. Ada yang sehat ada juga yang toksin. Ketika Anda berbicara dengan seorang sahabat baik atau mendengarkan wejangan Dharma, maka benih welas asih, pengertian, dan sikap memaafkan akan tersirami, menjadi subur, kita menjadi lebih sehat. Lain cerita kalau iklan atau film, ini yang banyak menyirami benih-benih loba, maka Anda bisa menjadi cemas, tidak nyaman, dan sedih.

Ketika Anda menyetir mobil melewati kota, Anda juga mengonsumsi, terlepas dari Anda ingin atau tidak. Anda diserbu selama 24 jam sehari oleh kesan impresi papan reklame, radio, dan semua informasi dari lingkungan sekitar. Tanpa kewawasan, Anda menjadi rentan. Kekuatan kewawasan membuat Anda bisa lebih terjaga dalam melihat, mendengar, membau, dan menyentuh. Keterjagaan dengan kewawasan membantu Anda mengubah fokus dan atensi, sehingga mendapat nutrisi positif dari segala sesuatu dari lingkungan. Langit biru, nyanyian burung, dan kehadiran para sahabat, semua ini menyuburkan benih welas asih dan sukacita.

Nutrisi Ketiga: Niat

Nutrisi ketiga adalah niat, istilah lainnya adalah aspirasi dan dorongan keinginan. Setiap manusia memiliki keinginan terdalamnya, Anda bisa dinutrisi oleh keinginan itu. Tanpa keinginan, seseorang tidak memiliki energi untuk hidup. Keinginan terdalam bisa saja bajik atau non bajik. Ketika Siddharta meninggalkan istana untuk menekuni jalur spiritual, dia memiliki keinginan kuat untuk melatih dirinya untuk mencapai pencerahan demi membantu orang lain mengurangi penderitaanya. Itu merupakah keinginan bajik, karena keinginan itu memberikannya energi untuk berlatih, mengatasi kesulitan, dan berhasil. Ada juga keinginan untuk menghukum orang lain, meraih harta, atau sukses dengan cara mengorbankan orang lain, ini merupakan keinginan non bajik yang justru membawa penderitaan kepada orang lain.

Setiap orang bisa menatap mendalam untuk mengetahui keinginan hati terdalamnya masing-masing, melihat apakah keinginan itu bajik atau tidak. Keinginan untuk mengurangi polusi atau melestarikan planet ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Namun, serakah harta, kekuasaan, seks, ketenaran, atau keinginan menghukum orang lain menuntun pada penderitaan. Keinginan seperti itu menyeret ke arah malapetaka. Jika Anda menemukan keinginan seperti itu muncul dalam dirimu, Anda perlu memberhentikannya dan menatap mendalam. Dorongan penyebab keinginan itu apa? Apakah ada perasaan sedih dan kesepian sehingga Anda mencoba untuk menutupinya?

Nutrisi keempat: Alam Penyadaran

Alam Penyadaran berarti penyadapan kolektif. Anda terkena dampak dari cara berpikir dan berpandang orang lain dalam banyak cara. Penyadaran individual terbentuk dari penyadaran kolektif, dan penyadaran kolektif terbentuk dari penyadaran individual.

Sesungguhnya, alam penyadaran kitalah yang membentuk cara hidup kita di dunia ini. Jika Anda kurang wawas dan hidup di lingkungan yang banyak orang murka, kasar, dan keji, maka lambat laun Anda juga bisa mengikuti sifat mereka. Walaupun Anda mencoba untuk membangkitkan welas asih dan kebaikan hati, itu terlalu sulit, Anda tetap terkena dampak penyadaran kolektif itu. Jika semua orang mengonsumsi hal serupa yaitu mendorong keserakahan, maka makin sulit mempertahankan kewawasan terjaga. Hal ini terjadi pada anak-anak. Ketika anak-anak berada di lingkungan tertentu maka dia akan terkena dampak dari lingkungan itu lewat pola asuh orang tuanya.

Rata-rata dari kita tidak tinggal di lingkungan yang dominan orang yang memiliki kedamaian, welas asih, dan terbuka. Namun, kita bisa membangkitkan kewawasan agar bisa menciptakan lingkungan baik. Walaupun hanya rumah kita atau beberapa blok dari rumah kita atau komunitas kecil, kita butuh dikelilingi oleh mereka yang penuh welas asih.

Buddha menyatakan, “Jika Anda tahu bagaimana menatap mendalam atas hakikat sang keserakahan dalam dirimu dan mengetahui sumber nutrisi yang menyuburkannya, Anda sudah memulai dalam proses transformasi dan penyembuhan”. Setiap jenis penderitaan selalu disebabkan oleh satu atau lebih jenis nutrisi. Menatap mendalam atas hakikat penderitaan dalam konteks empat nutrisi bisa menuntun kita menuju jalur mengonsumsi dengan penuh kewawasan, ujungnya menuju ke jalan kebahagiaan sejati.

Kewawasan dalam Mengonsumsi

Sejak lebih dari dua ribu tahun yang lalu, Buddha telah memberikan tuntunan yang disebut sebagai Lima Sila yang menakjubkan kepada para murid awamnya, Sila ini membantu mereka hidup damai, bajik, dan bahagia.

Saya telah menerjemahkan sila itu agar sesuai dengan zaman modern dengan sebutan Lima Latihan Kewawasan, karena kewawasan merupakan fondasi dari semua sila itu. Latihan kewawasan pertama fokus pada menghargai kehidupan; kedua yaitu kedermawanan dan penghidupan benar, ketiga yaitu cinta sejati dan tanggung jawab seksual, keempat yaitu mendengar secara mendalam dan ucapan jujur.

Latihan kewawasan kelima fokus pada kesehatan dan penyembuhan lewat kewawasan dalam mengonsumsi, “Menyadari bahwa kebahagiaan sejati berakar dalam kedamaian, soliditas, kebebasan, dan welas asih, dan bukan dalam kekayaan atau ketenaran, saya bertekad untuk tidak menjadikan ketenaran, profit, kekayaan, dan kenikmatan sensual sebagai tujuan hidup, saya juga tidak akan mengumpulkan kekayaan sementara jutaan orang sedang lapar dan sekarat. Saya berkomitmen untuk hidup sederhana dan berbagi waktu, energi, dan sumber materi kepada mereka yang membutuhkannya. Saya akan mempraktikkan berkewawasan dalam mengonsumsi, tidak meneguk alkohol, narkoba atau semua produk yang memasukkan toksin kepada penyadaran kolektif maupuan individual.”

Anda bisa memutuskan untuk mempraktikkan latihan kewawasan itu dan tidak mengonsumsi apa pun yang bisa membawa masuk toksin ke dalam badan dan batin. Berkewawasan dalam mengonsumsi merupakan solusi bagi mengurangi keserakahan, bukan hanya untuk diri sendiri juga untuk semua orang, juga dunia ini. Salah satu cara berkelanjutan bagi umat manusia agar bisa terus mengurangi bahan konsumsi dan memiliki sikap berkecukupan dan tidak memiliki banyak barang. Apabila Anda bisa hidup sederhana dan bahagia, Anda sedang berada dalam posisi baik untuk membantu orang lain. Anda punya waktu dan energi lebih untuk dibagikan kepada orang lain.

Berkewawasan dalam mengonsumsi berarti menatap mendalam atas keinginan untuk mengonsumsi ketika keinginan itu muncul, pertahankan kekuatan kewawasan atas keinginan itu sampai Anda menghasilkan wawasan mendalam atas sumber akar keinginan itu. Ketika Anda mempersepsikan sesuatu, atau apa pun itu, semua proses itu menciptakan label dalam batin. Sebuah label merupakan objek persepsi kita. Contoh, ketika Anda menatap seorang teman, Anda bisa melihat elemen-elemen dalam dirinya yang bukan dirinya. Anda bisa melihat udara, air, zat padat seperti tanah bahkan sinar matahari dalam dirinya. Anda juga bisa melihat ada elemen leluhurnya. Jadi, Anda tidak terjebak dalam hasil pemikiran atas bentuk luarnya, labelnya, semua itu sesungguhnya adalah dirinya juga.

Ketika ada label, tanda, atau tampak luar, maka di situ ada pengecohan. Label bisa menipu dan mengelabui. Namun, kita bisa menembus lapisan label, dan melihat sifat sejati dari segala sesuatu. Melihat hakikat realitas bukan melalui hasil meditasi dua puluh tahuh; namun itu hasil dari latihan sehari-hari. Anda bisa melakukannya di rumah, kantor, atau di mana pun Anda berada. Ketika Anda mentap mendalam, Anda bisa menemukan hakikat dari seorang manusia atau materi; Anda melihat karakteristik interdependensi dan interkoneksinya. Anda menyentuh realitas dari makanan yang sedang Anda santap, atau minuman yang sedang Anda teguk. Anda melihat sepotong roti sebagai realitas, Anda melihat kakak laki-laki dan perempuan, kekasih, anak, dan teman sejawat, melihat mereka sebagaimana adanya. Anda bisa menatap mendalam atas hakikat uang dan materi dan menyadari bahwa semua itu tidak akan membawakan makin banyak kebahagiaan sebagaimana yang sudah ada saat ini. Makin seseorang menatap mendalam, dia akan bisa melihat dengan jernih, dan realitas akan menyingkapkan dirinya di hadapan mata secara perlahan-lahan. Ketika Anda melihat realitas sebagaimana adanya, tiada keserakahan, tiada kemarahan, dan tiada ketakutan.

Mengejar keserakahan telah membawa banyak penderitaan dan keputusasaan. Apabila Anda berkomitmen untuk mempraktikkan berkewawasan dalam mengonsumsi maka itu adalah komitmen untuk kebahagiaan. Itu merupakan keputusan penuh kesadaran agar membuat hati lebih lapang untuk menerima kebahagiaan yang sudah tersedia dalam setiap langkah dan setiap napas. Setiap napas dan langkah bisa memperkuat dan menyembuhkan. Sebagaimana Anda bernapas masuk dan keluar, atau ketika Anda melangkah dengan kewawasan, melantunkan mantra: “Inilah momen bahagia”. Anda tidak perlu membayar apa pun. Itulah sebabnya saya bilang bahwa berkewawasan dalam mengonsumsi merupakan jalan keluar dari penderitaan. Ajaran ini sederhana, dan juga tidak sulit untuk dipraktikkan.

Alih bahasa: Nyanabhadra Chân Pháp Tử

Asap, Awan, dan Angin

Asap, Awan, dan Angin
Jembatan Gentala Arasy, Jambi

Betapa udara bersih sangat berharga, ini baru saya sadari ketika udara di sekitar bikin sesak napas. Tak hanya itu, bahkan rumah pun penuh asap, bernapas serasa begitu memberatkan, dada terasa sakit, dan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) melanda.

Di tengah-tengah musibah asap, saat saya berkesempatan keluar dari kota yang berasap ini. Saya pun bisa menghirup udara Jakarta sangat saya syukuri, padahal udara Jakarta sebenarnya juga sudah cukup terpolusi, tapi jauh lebih baik dibandingkan dengan udara di Jambi, pada saat ini.

Lupa Bersyukur

Hal ini menyadarkan saya bahwa saya sering lupa bersyukur dengan sesuatu yang biasa berada sangat dekat, memberiku hidup yang baik, semua itu adalah udara yang bersih, hujan, air bersih, sinar matahari dan masih banyak lagi.

Saat udara bersih (biasa) kita lupa mensyukuri untuk udara bersih yang kita hirup dengan bebas setiap saat. Saat hujan terlalu sering, kita mengeluh karena kehujanan, banjir. Memboroskan air bersih yang tinggal mengalir saat keran dibuka. Sinar matahari yang terik, menjadi keluhan. Padahal tanaman, sayur yang kita makan, bila tanpa sinar matahari tidak akan bisa berfotosintesis, tidak bisa tumbuh besar.

Saat bencana kebakaran hutan dan lahan melanda, bahkan untuk bernapas saja susah, bau asap yang menusuk hidung, menyesakkan paru-paru, membuat kerongkongan menjadi kering, mata perih, seperti ikan yang diangkat keluar dari air, megap-megap. Betapa udara bersih sangat berharga.

Berharap Awan dan Angin

Ketika berharap turun hujan, mengapa tidak ada yang mengusahakan hujan buatan? Untuk membuat hujan buatan juga tidak hanya serta merta cukup dengan menggunakan bahan-bahan kimia, tapi juga dibutuhkan faktor alam yang mendukung, yaitu adanya kumpulan awan yang cukup.

Ya awan, awan sangat dibutuhkan kala “musim” asap begini. Walau awan bisa datang dan pergi sesuka-sukanya, tapi di saat begini, semua orang berharap awan bisa berkumpul di tempat di mana sumber kebakaran terjadi, sehingga hujan buatan bisa diwujudkan. Syukur-syukur bisa hujan secara alami.

Kemana perginya air? Mengapa awan tidak terkumpul? Kumpulan titik-titik air ini yang terbentuk menjadi awan, sangat dinanti-nantikan kehadirannya. Kadang kala, angin meniupnya menjadi tersebar kemana-mana, usaha mewujudkan hujan buatan pun gagal.

Ya angin, udara, awan, sinar matahari, semua itu dibutuhkan pada saat yang tepat, untuk berdaya guna bagi kehidupan kita. Karena ketidakpedulian, Kita merusaknya, atau tidak peduli mau tercemar atau tidak, membakar lahan berimbas kebakaran hutan, buang sampah sembarangan menyebabkan selokan tersumbat dan banjir, dan lain sebagainya tindakan-tindakan yang dapat merusak alam.

Tapi setelah menghadapi udara yang berasap, sesak napas, sudahkah disadari bahwa masa depan yang akan datang, lingkungan tempat kita tinggal ini, akan menjadi seperti apa, bila kita tidak peduli, tidak menjaganya mulai dari sekarang.

Manusia Awan

Manusia juga ada yang seperti awan dan angin. Awan datang dan pergi, saatnya datang maka berkumpulah seperti layaknya orang yang telah berjanji, kumpul bersama lalu munculah ide dan kegiatan. Bagaimana dengan angin? Angin dibutuhkan untuk membawa awan berkumpul juga membawa awan menjadi buyar.

Sifat angin memang susah ditebak, kita tidak bisa memerintah angin untuk tidak datang dalam bentuk badai atau angin kencang yang bisa memporak-porandakan segala sesuatu. Kita hanya bisa mempersiapkan diri kita untuk menghadapi angin kencang dengan berlindung dalam bangunan yang kokoh atau menghindarinya.

Dengan belajar mindfulness saya jadi mengerti dan mensyukuri ada udara bersih yang saya hirup setiap saat. Ada awan yang bisa menurunkan hujan kala asap begitu pekat hingga menyesakkan dada, ada angin yang walau tak tentu arah, tapi berkat angin, awan bisa berkumpul.

Ada orang yang kita harapkan kehadirannya, namun orang tersebut masih seperti awan, terlalu sulit ditebak kehadirannya. Berharap ada orang yang seperti angin yang meniupkannya untuk hadir pada saat yang tepat. Namun angin (orang itu) juga sulit ditebak akan bertiup ke arah sini atau sana, atau malah menjauh.

Hanya perlu memahami, lalu ya sudah, demikianlah adanya. jengkel, gondok, atau marah mungkin di awal-awal ada, tapi berfokus pada tujuan sambil napas masuk napas keluar, akan mentranformasikan perasaan negatif tersebut menjadi bunga sukacita setelah semua kesulitan bisa dilalui.

ELYSANTY (True Peaceful Sound), anggota Ordo Interbeing dan sukarelawan praktik mindfulness dari Jambi

Menumbuhkan Semangat Baru

Menumbuhkan Semangat Baru

Saya ingin mengisahkan beberapa pengalaman dan kesan-kesan dari program kewawasan (mindfulness). Saya ingat waktu pertama kali mengikuti program kewawasan, saya menemukan banyak hal baru. Aktivitasnya memang berkenaan dengan sehari-hari, berjalan, menyantap makanan, dan istirahat (relaksasi total), namun semua itu dilakukan dengan berkewawasan, penuh perhatian kesadaran.

Waktu saya mencoba menyantap makanan dengan cara berkewawasan, dalam hati saya membatin, “Baru kali ini saya makan selambat ini, rasanya agak gak sabar”, walaupun demikian saya tetap mengikuti instruksi agar makan pelan-pelan saja. Teknik berjalan dengan pelan juga demikian, rasanya tidak sabar kalau diminta jalan pelan-pelan.

Setelah pulang ke rumah saya merenungkan kembali apa yang telah saya alami, “Kenapa yang saya dapatkan hari ini berbanding terbalik dengan keseharian saya, yang biasanya saya makan cepat-cepat yang beberapa kali ngunyah langsung menelan makanan tanpa berpikir bagaimana usus mengolahnya?  Jalan yang selalu seperti terburu-buru”.

Kegiatan kewawasan itu membuat saya sadar bahwa ketika makan sudah selayaknya sadar kalau sedang makan, dan kalau saya berjalan ya benar-benar sadar kalau saya sedang berjalan, sejak itu juga saya makin tertarik dan lebih ingin mengetahui lebih banyak lagi.

Sudah pergi

Pada pertengahan Juli 2019, Yayasan Ananda mengadakan Retret. Retret untuk kali ini di pandu langsung oleh Bante Nyanabhadra dan di bantu oleh Ibu Sri. Saya sangat terinspirasi, bagi saya saat mengikuti retret ini ketika melihat salah satu kutipan yang di tampilkan di slide yang berisi “masa lalu telah pergi, masa depan belum juga tiba, hanya ada satu masa untuk hidup yaitu masa sekarang” by : Buddha Gotama.

Ketika saya membaca kutipan itu saya langsung tersadarkan bahwa saya salah satu dari orang yang sering memikirkan dan mengingat masa lalu, dan sangat khawatir dan mencemaskan masa depan, tanpa saya sadar dengan hidup saya saat ini. Selain penjelasan tentang masa lalu dan masa depan saya juga tertarik dengan penjelasan tentang panca indra.

Ketika kita melakukan dan menjalani aktivitas, kita tidak sadar bahwa panca indra sangat berperan penting terhadap pikiran. kita tidak pernah menyadari bahwa panca indra tersebut saling mempengaruhi pikiran, baik pada saat kita mengalami kegagalan, kemarahan, kejujuran, kesetiaan, keangkuhan, dan sebagainya. Setelah itu, kita bisa mengambil sikap tetap tenang dan kembali ke napas masuk dan napas keluar maka kita akan merasakan ketenangan.

Berkesan

Selain itu saya juga senang sekali dengan pelajaran yang diberikan Bhante, Bhante berkata jika kita sedang emosi jangan lupa BIBO “kembali ke napas masuk dan napas keluar“, tidak tahu kenapa saya tertarik sekali dengan itu sangat sederhana kata-kata nya tapi mampu meredakan emosi, karena sampai saat ini kalau saya terbawa emosi atau dalam keadaan hati yang kacau saya melakukan BIBO tersebut dan Puji Tuhan itu benar-benar membuat saya tenang.

Dalam kegiatan retret ini juga saya suka dengan “Noble Silent” tidak berbicara dengan teman sekamar pada saat ingin tidur, itu juga pengalaman yang gak bisa dilupakan sekaligus hal yang lucu karena pada saat hari pertama kami masuk ke kamar mau tidur kami benar-benar gak ada berbicara padahal mata saling berpandangan, ternyata dengan begitu saya bisa merasakan ketenangan dan tidak mengganggu satu sama lain.

Ada hal yang saya kesalkan pada saat makan pagi. Makanan pagi kami saat itu bihun goreng, itu pertama sekali saya memakannya, karena saya benar-benar tidak suka bihun, tapi karena keadaan saya saat itu memang benar-benar lapar, sebelum makan saya kembali ke napas masuk dan napas keluar baru memasukkan bihun goreng itu ke mulut. Setiap suapan saya telan dan langsung minum dan begitu sampai habis, dan akhirnya saya mampu memakannya tanpa tersisa sedikitpun.

Suara gitar

Tapi ada satu hal yang paling berkesan bagi saya, itu pada saat bernyanyi bersama, ketika saya melihat Bhante memainkan gitar saya sempat berkata dalam hati “ya ampun ternyata Bhante bisa bermain gitar perfectnya”, selain mampu menjadi inspirasi bagi semua pendengarnya saat mendengarkan dia memaparkan semua materi atau pembahasan dia juga mampu memainkan gitar yang seketika orang terkesima saat mendengarkan suara gitar itu.

Saya memang salah satu orang yang kagum melihat orang yang bisa bermain gitar, lagu demi lagu kami nyanyikan seolah tak mau berhenti, bernyanyi salah satu hal yang membuat saya bahagia dan memang benar dengan bernyanyi bisa menumbuhkan semangat baru. 

Terimakasih Ibu Rumini yang telah mengenalkan latihan ini kepada saya, terimakasih juga kepada Bhante Nyanabhadra yang telah banyak memberikan pelajaran begitu juga dengan ibu Sri yang sudah banyak membantu, dan saya mengucapkan terimakasih kepada Yayasan Ananda yang sudah bersedia memberikan kesempatan yang indah untuk mengikuti tetret, dan terima kasih buat semua orang-orang yang terlibat dalam acara ini. Semoga semua makhluk berbahagia.

VIOLA, guru sekolah Ananda, Bagan Batu.