Sutra tentang Napas Berkesadaran Penuh

Sutra tentang Napas Berkesadaran Penuh

Sutra tentang Napas Berkesadaran Penuh adalah salah satu sutra terpenting dalam tradisi Plum Village, dan diajarkan di setiap retret Plum Village. Ketika Thich Nhat Hanh menemukan sutra ini, dia berkata, “Saya merasa saya adalah orang paling bahagia di dunia.

Terjemahan di bawah ini telah dipersiapkan oleh Thich Nhat Hanh dari Anapanasati Sutta, Majjhima Nikaya 118, dan juga ada di dalam buku Chanting from the Heart (Parallax Press, Rev.Ed., 2006). Terjemahan bahasa Inggris pertama Thay diterbitkan pada tahun 1988, dan beliau terus merevisi dan menyempurnakan terjemahannya dalam beberapa tahun terakhir.

Untuk komentar lebih lanjut tentang teks ini, silakan melihat Thich Nhat Hanh, Breathe, You Are Alive! Sutra on the Full Awareness of Breathing (Parallax Press, Rev.Ed., 2010). Anda juga dapat membaca The Path of Emancipation: Talks from a 21-Day Mindfulness Retreat on the Discourse on the Full Awareness of Breathing (Parallax Press, 2000).

I

Aku mendengar sabda Buddha ini suatu ketika beliau menetap di Savatthi, di Taman Sebelah Timur, bersama sejumlah siswa yang terkenal dan berbakat, ada Sariputra, Mahamoggalyayana, Mahakassyapa, Mahakacchayana, Mahakotthita, Mahakappina, Mahachunda, Anuradha, Revata, dan Ananda. Para biksu senior dalam komunitas dengan tekun memberikan petunjuk kepada para biksu junior – beberapa mengajar sepuluh biksu, beberapa mengajar dua puluh, beberapa mengajar tiga puluh, dan beberapa mengajar empat puluh; dan dengan cara demikian para biksu yang baru berlatih mencapai kemajuan pesat secara bertahap.

Malam itu bulan purnama, dan Upacara Pavarana diadakan untuk mengakhiri retret musim hujan (vassa). Begawan Buddha, Yang Tercerahkan, sedang duduk di tempat terbuka, dan para siswa-Nya berkumpul di sekelilingnya. Setelah menatap semua orang yang hadir, Ia menyampaikan:

“Wahai para biksu, Saya bersukacita setelah mengetahui hasil yang telah Anda capai dalam latihan. Saya juga tahu Anda masih bisa mencapai kemajuan lebih jauh lagi. Apa yang belum Anda capai, bisa direalisasikan. Apa yang belum Anda sadari, dapat Anda sadari dengan sempurna. [Untuk ikut serta dalam memberikan dukungan] Saya akan menetap di sini hingga bulan purnama berikutnya. “

Ketika mereka mendengar bahwa Buddha akan menetap di Savatthi selama satu bulan lagi, para biksu dari seluruh negeri mulai berdatangan untuk menerima pelajaran dari Beliau. Para biksu senior terus mengajar para junior untuk berlatih bahkan lebih giat lagi. Beberapa biksu senior mengajar sepuluh biksu, beberapa mengajar dua puluh, beberapa mengajar tiga puluh, dan beberapa mengajar empat puluh. Melalui bantuan ini, para biksu yang lebih baru dapat, sedikit demi sedikit, mencapai kemajuan dalam pemahamannya.

Ketika bulan purnama berikutnya tiba, Buddha, duduk di bawah langit terbentang luas, melihat ke sekeliling para biksu yang berkumpul dan mulai menyampaikan:

“Wahai para biksu, komunitas kita murni dan baik. Pada intinya, dalam komunitas ini tidak ada pembicaraan yang tidak berguna dan kesombongan, dan oleh karena itu patut untuk menerima persembahan dan dipandang sebagai ladang jasa kebajikan. Komunitas seperti ini jarang ada, dan setiap peziarah yang mencarinya, tidak peduli seberapa jauh ia harus melakukan perjalanan, akan menganggapnya layak untuk dilakukan.

“O para biksu, ada biksu-biksu dalam kelompok ini yang telah mencapai tingkat Arahat, menghancurkan setiap akar kotoran batin (kilesa), meletakkan setiap beban, dan mencapai pengertian benar dan emansipasi. Ada juga para biksu yang telah memotong lima ikatan internal (samyojana) pertama dan mencapai hasil berupa tidak pernah kembali lagi (anāgāmī) ke siklus kelahiran dan kematian.

“Ada orang-orang yang telah melepaskan tiga ikatan internal pertama dan mendapatkan hasil berupa kembali sekali lagi (sakadāgāmi). Mereka telah memotong akar keserakahan, kebencian, dan ketidaktahuan, dan hanya perlu kembali ke siklus kelahiran dan kematian sekali lagi. Ada orang-orang yang telah melepaskan tiga ikatan internal dan mencapai tingkat memasuki-arus (sotāpanna), dengan tenang berjalan menuju kondisi Yang Tercerahkan. Ada orang yang mempraktikkan Empat Landasan Kesadaran Penuh (satipaṭṭhāna). Ada orang yang mempraktikkan Empat Upaya Benar (sammappadhānā), dan ada yang mempraktikkan Empat Landasan Keberhasilan (Iddhipāda). Ada mereka yang berlatih Lima Pancaindra (pañca indriya), ada yang berlatih Lima Kekuatan (pañca bala), ada yang berlatih Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhaṅgā), dan ada yang berlatih Jalan Mulia Berunsur Delapan. Ada yang mempraktikkan cinta kasih, ada yang berlatih welas asih, ada yang berlatih sukacita, dan ada yang berlatih ekuanimitas (upekkhā). Ada yang mempraktikkan Sembilan Perenungan (paṭikkūlamanasikāra), dan ada yang berlatih Pengamatan tentang Ketidakkekalan. Ada juga para bhikkhu yang telah berlatih Napas Berkesadaran Penuh. ”

II

“O para biksu, napas berkesadaran penuh, jika dikembangkan dan dilatih secara terus menerus, akan bermanfaat dan membawa manfaat besar. Latihan ini akan menuntun pada keberhasilan dalam mempraktikkan Empat Landasan Kesadaran Penuh. Jika metode Empat Landasan Kesadaran Penuh dikembangkan dan dipraktikkan secara terus-menerus, praktik ini akan menuntun pada keberhasilan dalam latihan Tujuh Faktor Percerahan. Tujuh Faktor Pencerahan, jika dikembangkan dan dipraktikkan secara terus menerus, akan memunculkan pemahaman dan pembebasan batin (pikiran).

“Bagaimana cara untuk mengembangkan dan berlatih metode Napas Berkesadaran Penuh secara terus-menerus sehingga latihan ini akan membawa hasil dan memberikan manfaat besar?

“Itu adalah seperti ini, para biksu: seorang praktisi pergi ke hutan atau di bawah kaki pohon, atau ke tempat yang sepi, duduk dengan stabil dalam posisi bersila berbentuk lotus, menegakkan tubuhnya, dan berlatih seperti ini: ‘Bernapas masuk, aku tahu aku sedang bernapas masuk. Bernapas keluar, aku tahu aku sedang bernapas keluar.’

1. ‘Menarik napas panjang, aku tahu aku sedang menarik napas panjang. Mengembuskan napas panjang, aku tahu aku sedang mengembuskan napas panjang.

2. ‘Menarik napas pendek, aku tahu aku sedang bernapas pendek. Mengembuskan napas pendek, aku tahu aku sedang mengembuskan napas pendek.

3. ‘Napas masuk, aku menyadari seluruh tubuhku. Napas keluar, aku menyadari seluruh tubuhku.’ Ia berlatih seperti ini.

4. ‘Napas masuk, aku menenangkan seluruh tubuhku. Napas keluar, aku menenangkan seluruh tubuhku.’ Ia berlatih seperti ini.

5. ‘Napas masuk, aku merasa sukacita. Napas keluar, aku merasa sukacita.’ Ia berlatih seperti ini.

6. ‘Napas masuk, aku merasa bahagia. Napas keluar, aku merasa bahagia.’ Ia berlatih seperti ini.

7. ‘Napas masuk, aku menyadari bentukan mentalku. Napas keluar, saya menyadari bentukan mentalku.’ Ia berlatih seperti ini.

8. ‘Napas masuk, aku menenangkan bentukan mentalku. Napas keluar, aku menenangkan bentukan mentalku.’ Ia berlatih seperti ini.

9. ‘Napas masuk, aku menyadari pikiranku. Napas keluar, aku menyadari pikiranku.’ Ia berlatih seperti ini.

10. ‘Napas masuk, aku membuat pikiranku bahagia. Napas keluar, aku membuat pikiranku bahagia.’ Ia berlatih seperti ini.

11. ‘Napas masuk, aku memusatkan pikiranku. Napas keluar, aku memusatkan pikiranku.’ Ia berlatih seperti ini.

12. ‘Napas masuk, aku membebaskan pikiranku. Napas keluar, aku membebaskan pikiranku.’ Ia berlatih seperti ini.

13. ‘Napas masuk, aku mengamati sifat ketidakkekalan dari semua dharma (fenomena). Napas keluar, aku mengamati sifat ketidakkekalan dari semua dharma.’ Ia berlatih seperti ini.

14. ‘Napas masuk, aku mengamati lenyapnya keinginan. Napas keluar, aku mengamati lenyapnya keinginan.’ Ia berlatih seperti ini.

15. ‘Napas masuk, aku mengamati hakikat tiada-kelahiran tiada-kematian dari semua fenomena. Napas keluar, aku mengamati hakikat tiada-kelahiran tiada-kematian dari semua fenomena.’ Ia berlatih seperti ini.

16. ‘Napas masuk, aku mengamati melepaskan. Napas keluar, aku mengamati melepaskan.’ Ia berlatih seperti ini.

“Napas Berkesadaran Penuh, jika dikembangkan dan dipraktikkan terus menerus sesuai dengan petunjuk ini, akan bermanfaat dan membawa keuntungan besar.”

III

“Dengan cara apa seseorang mengembangkan dan terus menerus mempraktikkan Napas Berkesadaran Penuh, agar berhasil dalam latihan Empat Landasan Kesadaran Penuh?

“Ketika praktisi menarik atau mengembuskan napas panjang atau pendek, menyadari napasnya atau seluruh tubuhnya, atau menyadari bahwa ia sedang membuat seluruh tubuhnya tenang dan damai, ia berdiam dengan damai mengamati tubuh di dalam tubuh, tekun, terjaga sepenuhnya, dengan jernih memahami keadaannya, melampaui semua kemelekatan dan penolakan terhadap kehidupan ini. Latihan bernapas dengan Kesadaran Penuh ini termasuk dalam Landasan Kesadaran Penuh Pertama, yaitu tubuh.

“Ketika praktisi menarik napas masuk atau keluar, menyadari sukacita atau kebahagiaan dari bentukan mental, atau untuk mengkondisikan bentukan mental menjadi damai, ia bersemayam dengan damai dalam mengamati perasaan di dalam perasaan, tekun, terjaga sepenuhnya, dengan jernih memahami keadaannya, melampaui semua kemelekatan dan penolakan terhadap kehidupan ini. Latihan bernapas dengan Kesadaran Penuh ini termasuk dalam Landasan Kesadaran Penuh Kedua, yaitu perasaan.

“Ketika praktisi menarik napas masuk atau keluar dengan kesadaran pikiran, atau untuk membuat pikiran menjadi bahagia, untuk mengumpulkan pikiran dalam konsentrasi, atau untuk melepaskan dan membebaskan pikiran, ia bersemayam dengan damai dalam pengamatan pikiran di dalam pikiran, tekun, terjaga sepenuhnya, dengan jernih memahami keadaannya, melampaui semua kemelekatan dan penolakan terhadap kehidupan ini. Latihan bernapas dengan Kesadaran Penuh ini termasuk dalam Landasan Kesadaran Penuh Ketiga, yaitu pikiran (batin). Tanpa Napas Berkesadaran Penuh, tidak akan ada perkembangan stabilitas dan pemahaman meditasi.

“Ketika praktisi bernapas masuk atau bernapas keluar dan merenungkan inti dari ketidakkekalan atau inti dari lenyapnya keinginan atau sifat tiada-kelahiran tiada-kematian dari semua fenomena atau melepaskan, ia bersemayam dengan damai dalam pengamatan objek pikiran dalam objek pikiran, tekun, terjaga sepenuhnya, dengan jernih memahami keadaannya, melampaui semua kemelekatan dan penolakan terhadap kehidupan ini. Latihan bernapas Kesadaran Penuh ini termasuk dalam Landasan Kesadaran Penuh Keempat, yaitu objek pikiran (objek batin, dharma).

“Praktik Napas Berkesadaran Penuh, jika dikembangkan dan dipraktikkan secara terus menerus, akan menuntun pada pencapaian sempurna dari Empat Landasan Kesadaran Penuh.”

IV

Lebih dari itu, jika mereka dikembangkan dan terus menerus dipraktikkan, Empat Landasan Perhatian Penuh akan menuntun pada Tujuh Faktor Pencerahan yang sempurna. Bagaimana bisa?

“Ketika praktisi dapat mempertahankan, tanpa gangguan, berlatih mengamati tubuh di dalam tubuh, perasaan di dalam perasaan, pikiran di dalam pikiran, dan objek pikiran di dalam objek pikiran, dengan tekun, terjaga sepenuhnya, dengan jernih memahami keadaannya, melampaui semua kemelekatan dan penolakan terhadap kehidupan ini, dengan stabilitas meditasi yang teguh, kukuh dan tak tergoyahkan, ia akan mencapai Faktor Pencerahan Pertama, yaitu kesadaran penuh (mindfulness). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

“Ketika praktisi dapat bersemayam dalam kestabilan meditasi tanpa terganggu dan dapat menyelidiki setiap dharma (fenomena, objek pikiran), setiap objek pikiran yang muncul, maka Faktor Pencerahan Kedua akan lahir dan berkembang dalam dirinya, yaitu faktor menyelidiki dharma (factor of investigating dharmas, dhamma vicaya). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

“Ketika praktisi dapat mengamati dan menyelidiki setiap dharma dengan cara berkelanjutan, tekun, dan teguh, tanpa terganggu, Faktor Pencerahan Ketiga akan lahir dan berkembang dalam dirinya, yaitu faktor energi (factor of energy, viriya). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

“Ketika praktisi telah mencapai kestabilan, diam tak tergoyahkan dalam arus latihan, Faktor Pencerahan Keempat akan lahir dan dikembangkan dalam dirinya, yaitu faktor sukacita (factor of joy, pīti). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

“Ketika praktisi dapat berdiam tanpa gangguan dalam keadaan sukacita, ia akan merasakan tubuh dan pikirannya menjadi ringan dan damai. Pada titik ini, Faktor Pencerahan Kelima akan lahir dan dikembangkan, yaitu faktor kelegaan (factor of ease, passaddhi). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

“Ketika tubuh dan pikiran tenang, praktisi dapat dengan mudah masuk ke dalam konsentrasi. Pada titik ini, Faktor Pencerahan Keenam akan lahir dan dikembangkan di dalam dirinya, yaitu faktor konsentrasi (factor of concentration, samādhi). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

“Ketika praktisi berdiam dalam konsentrasi dengan ketenangan yang dalam, ia akan berhenti membeda-bedakan dan membandingkan. Pada titik ini, Faktor Pencerahan Ketujuh muncul, lahir, dan dikembangkan dalam dirinya, yaitu faktor pelepasan (factor of letting go, upekkha). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

Ini adalah bagaimana Empat Landasan Kesadaran Penuh, jika dikembangkan dan dipraktikkan secara terus menerus, akan menuntun pada pencapaian sempurna dalam Tujuh Faktor Pencerahan. ”

V.

“Bagaimana Tujuh Faktor Pencerahan, jika dikembangkan dan dipraktikkan terus menerus, menuntun pada pencapaian sempurna dari pemahaman sejati dan pembebasan penuh?

“Jika praktisi mengikuti jalan Tujuh Faktor Pencerahan, hidup di tempat terpencil yang tenang, mengamati dan merenungkan lenyapnya nafus keinginan, ia akan mengembangkan kemampuan untuk melepaskan. Ini akan menjadi hasil dari mengikuti jalan Tujuh Faktor Pencerahan dan akan menuntun pada pencapaian sempurna dari pemahaman sejati dan pembebasan sepenuhnya.”

VI

Inilah yang disabdakan oleh Begawan, Yang Tercerahkan; dan setiap orang di dalam pesamuhan tersebut merasa bersyukur dan gembira telah mendengar ajaran-Nya.

Anapanasati Sutta, Majjhima Nikaya 118

 

Sekilas Tentang “Applied Buddhism”

Sekilas Tentang “Applied Buddhism”
European Institute of Applied Buddhism – Germany

Thich Nhat Hanh dalam Dhamma Talk yang disampaikan pada tanggal 21 Juni 2009 di Plum Village 

Di awal sekali, kita menciptakan istilah “Engaged Buddhism”. Engaged Buddhism berarti Anda berlatih sepanjang hari tanpa terputus, dalam keluarga, komunitas, kota, dan masyarakat. Cara Anda berjalan, menatap, duduk menginspirasi orang sekitar untuk hidup sedemikian rupa agar bisa menghadirkan kedamaian, kebahagiaan, kegembiraan, dan kekeluargaan setiap saat.

Istilah Engaged Buddhism lahir ketika perang di Vietnam sangat intens. Bermeditasi adalah menyadari apa yang sedang terjadi, dan apa yang terjadi kemudian adalah begitu banyak bom berjatuhan, rakyat terluka dan sekarat: penderitaan dan penghancuran kehidupan. Anda ingin membantu meringankan penderitaan mereka, jadi Anda duduk dan berjalan di tengah orang-orang yang berlarian menghindari bom. Anda belajar bagaimana berlatih bernapas berkesadaran penuh sembari membantu merawat anak yang terluka. Jika Anda tidak berlatih saat melayani, Anda akan kewalahan dan kelelahan.

Ketika Anda sendirian, berjalan, bersila dalam posisi duduk, menyeruput teh, atau menyiapkan sarapan, itu juga termasuk Engaged Buddhism, karena Anda melakukannya bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk membantu melestarikan dunia. Ini adalah saling keterkaitan (interbeing). Engaged Buddhism adalah praktik yang merembes ke dalam setiap aspek dunia ini.

“Applied Buddhism” adalah kelanjutan dari Engaged Buddhism. Applied Buddhism berarti bahwa ajaran Buddha dapat diterapkan dalam setiap keadaan agar dapat membawa pengertian dan solusi untuk masalah di dunia ini. Applied Buddhism menawarkan cara-cara konkret untuk meringankan penderitaan dan membawa kedamaian dan kebahagiaan dalam setiap situasi.

Ketika Presiden Obama memberikan pidato di Universitas Kairo, dia menggunakan bahasa penuh kasih sayang untuk meredakan ketegangan antara Amerika dan negara Islam. Beliau menggunakan praktik Buddhis dalam berucap penuh cinta kasih: berbicara dengan kerendahan hati, mengakui nilai-nilai Islam, mengakui niat baik dari orang-orang Islam, dan mengidentifikasi teroris sebagai sejumlah kecil orang yang memanfaatkan ketegangan dan kesalahpahaman di antara masyarakat.

Praktik mentransformasi tensi di dalam tubuh adalah Applied Buddhism karena tensi tinggi yang menumpuk di tubuh akan membawa penyakit. Sutra tentang bernapas berkesadaran penuh, Anapanasati, yang disajikan dalam bentuk enam belas latihan, adalah Applied Buddhism.* Kita harus dapat menerapkan ajaran tentang bernapas berkesadaran penuh di mana pun—di keluarga, di sekolah, di rumah sakit, dan sebagainya. Ajaran Buddha bukan hanya untuk umat Buddha. Ajaran Buddha terdiri dari unsur-unsur non-Buddha.

* Untuk membaca komentar Thich Nhat Hanh tentang sutra tentang bernapas berkesadaran penuh, lihat Breathe, You Are Alive! dari Parallax Press.

Dicetak kembali dari EIAB Newsletter, Juni 2010

Alih bahasa: Rumini (True Spring Season, 真節春)

I Vow to Live this Day with Love

I Vow to Live this Day with Love

Unduh Mp3 klik sini


Composed by Sze Chai


There’s a time, when the sun starts to fall
When the fire and tears come along
The life of an innocent child is risking its all
Is there hope comes with with dawn?

There’s a time, I wish to do something more
But I’m all alone, I cannot be strong
Though the sun has risen, it’s hard to feel its warmth
On this path, please guide me along!

It’s time to stop
It’s time to breathe
It’s time to take care of myself
It’s not a fault to take a walk in peace and harmony
How can I heal a wounded heart
If I only see the dark
It’s gonna change tomorrow
Because I vow to live this day with love

There’s a time, I take a little pause
The world seems so different than before
My friends still smiling, my beloved still alive
There is hope, and love can re-born!

It’s time to stop
It’s time to breathe
It’s time to take care of myself
It’s not a fault to take a walk in peace and harmony
How can I heal a wounded heart
If I only see the dark
It’s gonna change tomorrow
Because I vow to live this day with love

I vow to talk
I vow to think
I vow to act only out of love
Though in the darkest phase of time, there is no hatred and no fear
Our compassion is the light
Guides us to pass through the night
It’s gonna change tomorrow
Because I vow to live this day with love

It’s gonna change tomorrow
Because I vow to live this day with love

Thich Nhat Hanh, Pengajar Kewawasan Telah Pulang ke Vietnam

Thich Nhat Hanh, Pengajar Kewawasan Telah Pulang ke Vietnam

Setelah Setengah Abad, Guru Perdamaian Pulang ke Vietnam

Ditulis oleh Richard C. Paddock untuk New York Times pada 16 Mei 2019

Thich Nhat Hanh menerima pengunjung di Vihara Tu Hieu di Hue, Vietnam, pada bulan Maret. Sumber: Pham untuk The New York Times

HUE, Vietnam — Biksu Buddha, Thich Nhat Hanh telah lama ditolak haknya untuk kembali ke tanah kelahirannya di Vietnam. Beliau telah tinggal di luar negeri lebih dari lima dekade, mengkampanyekan melawan perang dan mengajar praktik kewawasan (mindfulness).

Pendeta Dr. Martin Luther King Jr. menyebut beliau sebagai teman dan merekomendasikan beliau untuk menerima Penghargaan Nobel Perdamaian 1967. Beberapa tahun kemudian, para pemimpin perusahaan teknologi utama merangkul ajaran master Zen tersebut. Oprah Winfrey pun mewawancarai beliau. Presiden Barack Obama mengutip beliau selama kunjungannya ke Vietnam pada tahun 2016.

Kini setelah berusia 92 tahun dan menderita dampak strok berat, Thich Nhat Hanh diam-diam pulang ke rumah, ke kota Hue di pusat Vietnam untuk menjalani hari-hari terakhirnya di biara tempat dia menjadi novis (samanera) di usia 16 tahun.

“Pemerintah Vietnam Selatan yang telah mengasingkannya,” ucap Sister True Dedication, seorang murid biara dari Thich Nhat Hanh dan mantan jurnalis BBC. “Beliau telah berharap sejak lama untuk pulang.”

Thich Nhat Hanh telah melakukan sebagai mana banyak orang pada beberapa dekade belakangan ini untuk menyebarkan konsep kewawasan ke seluruh dunia. Ajaran beliau telah diadopsi di wilayah yang tidak biasanya seperti Silicon Valley, Bank Dunia, Kongres dan Tentara Amerika Serikat.

Vihara Tu Hieu adalah tempat Thich Nhat Hanh menjadi samanera pada usia 16 tahun. Sumber: Linh Pham untuk The New York Times

Sejak dia kembali ke Wihara Tu Hieu pada akhir Oktober, kehadiran Thich Nhat Hanh telah menarik ratusan pengikutnya yang terkadang menanti selama berhari-hari sambil berharap dapat melihat beliau sekilas didorong di kursi rodanya di sekitar lapangan tersebut.

Thich Nhat Hanh pernah fasih menggunakan tujuh bahasa, tetapi strok yang dideritanya pada tahun 2014 membuatnya lumpuh sebagian dan tak mampu bicara.

Pemerintah komunis Vietnam tidak memberikan komentar kepada publik atas kepulangan beliau, tetapi beberapa pejabat tinggi datang untuk bertemu secara pribadi dan memberikan hormatnya. Duta besar Amerika Serikat untuk Vietnam, Daniel Kritenbrink telah berkunjung setelah kepulangan beliau dan merasa terhormat bisa bertemu langsung dengan beliau.

Bulan lalu, sembilan senator Amerika Serikat mengunjungi Thich Nhat Hanh. Kemudian beberapa dari mereka memaparkan bahwa itu adalah pertemuan yang sangat emosional.

“Ini jauh melampaui pengalaman politik,” ucap Senator Patrick Leahy dari partai Vermont Democrat yang memimpin delegasi tersebut melalui telepon. “Ini merupakan pengalaman yang sangat religius.”

Senator lain dalam grup tersebut, Tom Udall dari partai New Mexico Democrat mengatakan bahwa dia berpartisipasi dalam lokakarya dengan Thich Nhat Hanh pada tahun 2003 sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Sejak berpartisipasi tersebut, dia pun mulai melakukan meditasi setiap hari.

Thich Nhat Hanh dengan anak dari salah satu pengikutnya. Sumber: Linh Pham dari The New York Times

Salah satu ajaran yang dia anut adalah yang disebut Thich Nhat Hanh sebagai meditasi jalan. “Sejak saya bertemu dengan Anda, ketika saya berjalan ke lantai Senat untuk memberikan suara, saya mengingat bahwa saya mencium bumi dengan kaki saya,” ucap Senator Udall pada biksu tersebut di Hue.

Pemerintah Vietnam mengizinkan Thich Nhat Hanh untuk mengunjungi negara tersebut pertama kali pada tahun 2005, 39 tahun setelah kepergiannya, tetapi izin untuk pulang kembali baru dikabulkan belakangan ini.

Secara internasional, beliau adalah salah satu tokoh Vietnam yang paling dikenal dan paling dihormati. Beliau dan Dalai Lama sering disebut bersama sebagai dua biksu Buddha yang paling berpengaruh di zaman modern.

Selama hidup di pengasingan, Thich Nhat Hanh telah mendirikan 10 biara dan pusat latihan di enam negara. Keenam negara tersebut termasuk Amerika Serikat, Perancis dan Thailand. Beliau telah menulis lebih dari 100 buku yang telah dijual jutaan kopi di Amerika Serikat saja. Jumlah pengikutnya ada ratusan ribu.

Banyak orang Amerika mengenalnya sebagai pengajar utama tentang kewawasan, yaitu kondisi mental yang dicapai dengan memusatkan perhatian pada momen kini. Beliau menciptakan istilah “Agama Buddha yang terjun aktif” (Engaged Buddhism) dan mendorong umat Buddha bertindak meningkatkan kehidupan orang-orang yang kurang beruntung dan mempromosikan kedamaian.

“Gagasan mengenai Engaged Buddhism kini telah menyebar luas,” ucap John Powers, profesor peneliti dan pakar ajaran Buddha di Universitas Deakin, Australia.

Wisatawan di Vihara Tu Hieu. Sumber: Linh Pham untuk New York Times

Pada tahun 1960. Thich Nhat Hanh meninggalkan tempat yang nantinya menjadi Vietnam Selatan ke Amerika Serikat. Beliau mengajar agama di Universitas Princeton dan Universitas Columbia. Kemudian pada tahun 1963 beliau pulang untuk berperan memimpin pergerakan umat Buddha menentang perang di sana.

Beliau pergi lagi ke Amerika Serikat pada tahun 1966 dan berjumpa dengan Dr. King di Chicago dan tampil bersama. Selama beliau di sana, Vietnam Selatan melarang beliau kembali ke Vietnam.

Pertemanan beliau dengan Dr. King dimulai setahun sebelumnya ketika dia menulis untuk menjelaskan mengapa biksu Buddha dan biarawati yang merupakan teman dan rekan beliau telah membakar diri di Vietnam Selatan untuk memprotes perang.

“Saya katakan bahwa ini bukan bunuh diri,” ucap beliau kepada Oprah Winfrey pada wawancara mereka di tahun 2010. “Terkadang kami perlu membakar diri kami demi untuk didengarkan. Ini dilakukan karena welas asih. Ini merupakan tindakan cinta kasih dan bukan keputusasaan.”

Beliau mendorong Dr. King untuk mengambil sikap menentang perang, seperti yang beliau lakukan pada tahun 1967. Kemudian Dr. King mendesak Nobel Institute untuk memberikan penghargaan Perdamaian kepada Thich Nhat Hanh di tahun tersebut.

“Ini adalah Guru perdamaian dan anti kekerasan, yang secara kasar dipisahkan dari bangsanya sendiri ketika mereka ditindas oleh perang ganas yang telah bekembang mengancam kewarasan dan keamanan seluruh dunia,” tulis Dr. King.

Martin Luther King, Jr. berkata tentang Thich Nhat Hanh: “Saya pribadi tidak tahu siapa yang lebih layak lagi akan Hadiah Nobel Perdamaian selain biksu baik hati asal Vietnam ini.” Foto milik Parallax Press.

Di tahun-tahun berikutnya, Thich Nhat Hanh mengabdikan hidupnya untuk mengajar kewawasan dan engaged Buddhism.

Pada tahun 2013, di usia 87 tahun, beliau berkunjung ke Amerika Serikat dan mengadakan praktik kewawasan di kantor pusat Bank Dunia di Washington dan di perusahaan teknologi di San Francisco Bay Area.

Setelah beliau terserang strok setahun kemudian, beliau diundang kembali ke San Francisco oleh pengikut terkemuka, seorang milyader Marc Benioff yang mendirikan perusahaan komputasi awan Salesforce.

Benioff mengatur agar beliau dapat menjalani perawatan rehabilitasi di Pusat Medis UCSF yang dikenal dalam menangani korban strok. Beliau pun tinggal di rumah Benioff selama enam bulan bersama dengan rombongan 50 pengikut tambahan.

“Kami membuka rumah kami bagi mereka, dan mereka pindah ke dalam,” ucap Benioff dalam suatu wawancara. “Mendadak rumah kami berubah menjadi pusat spiritual.”

Terinspirasi dengan cara mereka memasukkan kewawasan dalam kehidupan keseharian, Benioff pun menjadikannya sebagai bagian dari budaya perusahaan dan membuat pusat meditasi di setiap lantai Menara Salesforce, bangunan tertinggi di San Francisco.

“Kita hidup dalam masyarakat yang mana kita menyala secara terus menerus, dan selalu menyala tidaklah alami,” ucapnya. Benioff mengatakan bahwa kewawasan melepas kita dari kecepatan dan kerumitan serta kebisingan kehidupan keseharian, kita pun bisa kembali dalam kedamaian.

Inti dari ajaran Thich Nhat Hanh adalah gagasan bahwa orang harus berusaha untuk “menjadi damai” dan melalui latihan, mengatasi kemarahan dan emosi negatif.

“Musuh kita bukanlah manusia, tetapi intoleransi, kefanatikan, kediktatoran, keserakahan, kebencian dan diskriminasi yang terbentang dalam hati manusia” tulisnya kepada Dr. King pada tahun 1966.

Jalan masuk ke Vihara Tu Hieu. Sumber Linh Pham untuk New York Times

Sumber: New York Times

Alih bahasa: Endah

Di Atas Bumi Inilah Kita Menjadi Satu

Di Atas Bumi Inilah Kita Menjadi Satu
Hari Hidup Berkewawasan @Bali

Day of mindfulness (DOM) adalah program latihan hidup berkewawasan (mindfulness) sehari. Prinsip utamanya adalah hadir sepenuhnya di sini dan saat ini. Kewawasan menjadi energi dasar untuk mengenali dan memahami kondisi jiwa dan raga yang terjadi dalam diri.

Saya mengenal latihan ini sejak 2007. Saya berupaya agar latihan ini terus berlanjut kemudian menjadikannya sebagai pola hidup. Praktik ini membuat saya dekat dengan Master Zen Thich Nhat Hanh, bahkan saya bisa merasakan kehadirannya dalam setiap keheningan dan setiap napas.

Sehari Mencintai Diri

Pada hari Rabu, 3 April 2019, saya pertama kali berlatih hidup berkewawasan bersama Komunitas Swadhita Bali, lokasi latihan di Buddhayana Buddhist Centre, Denpasar, Bali.

Pada saat hari ini juga bertepatan dengan hari libur nasional yaitu memperingati Isra Mi’raj Nabi Muhamad. Salah satu dari peserta ada yang meyakini hari istimewa ini dan kami memberikan ucapan selamat kepadanya. Latihan hidup berkewawasan adalah kesempatan saya mengenali tubuh dan pikiran dengan latihan dasar melalui mengamati setiap napas masuk dan keluar.

Pada awal latihan, kami mengawali dengan menghadirkan suka cita (joy) melalui nyanyian berkewawasan (mindful singing) yaitu: “breathing in, breathing out”. Terlihat perasaan suka cita dalam diri mereka dan ini adalah praktik nyata dalam menghadirkan suka cita secara wawas (mindful). 

Saya memulai latihan ini dengan memberikan orientasi tentang “apa itu praktik berkewawasan”? Tentunya dalam komunitas ini, banyak yang lebih tahu dan sering mendengar istilah “kewawasan”, karena sebagian dari komunitas ini adalah para praktisi psikolog profesi.

Ada yang berprofesi sebagai psikolog klinis dan ada juga yang berprofesi sebagai konselor untuk para remaja di Bali. Mereka tertarik dengan praktik kewawasan, karena mereka adalah seorang praktisi untuk menyembuhkan mental orang-orang yang sedang gundah.

Menjadi seorang praktisi konseling dan psikolog klinis, mereka sadar bahwa berdamai dengan diri sendiri itu penting. Agar bisa demikian, maka ia perlu mulai dengan mencintai dirinya sendiri terlebih dahulu. DOM adalah kesempatan untuk mengenali diri sendiri sehingga kita bisa lebih jauh mencintai diri sendiri melalui napas.

Beberapa dari peserta mengatakan praktik ini yang bisa membantu mereka mengenali diriya sendiri. Mereka bisa mengenali emosi, kemarahan dan masalah dalam pasangannya. Mereka akan menjadikan latihan ini sebagai latihan yang berkelanjutan dalam mendukung profesinya.

Penyembuhan Atas Trauma

Satu peserta berasal dari Palu. Dia adalah seorang psikolog klinis. Rasa takut dan trauma yang masih terngiang dalam dirinya dan juga duka mendalam. Kota Palu membuat dirinya mengingat peristiwa duka itu, sehingga dia tidak ingin tinggal di Palu untuk sementara ini sebelum rasa traumanya terobati.

Kota ke kota, provinsi ke provinsi yang dia tuju untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyembuhan jiwa. Walaupun seorang psikolog tetapi “saya adalah manusia biasa juga yang bisa merasakan penderitaan batin” ini yang dikatakan oleh peserta itu sewaktu berbagi rasa kepada kelompok berlatih.

Dalam sesi berbagi dia mengatakan, “Hari ini saya merasakan suka cita dan bahagia melalui latihan wawas napas dan saya cocok dengan metode ini dalam rangka mencari penyembuhan jiwa atas trauma bencana yang menimpa keluarga saya di Palu.

Berbeda Menjadi Satu

Peserta DOM ada 18 orang. Kami berasal dari berbagai daerah, suku, agama dan etnis berbeda. Hal ini yang menjadi menarik dan membuat warna komunitas berlatih ini menjadi indah. Latihan kewawasan ini membuat kami menjadi satu rasa yaitu rasa hening dan rasa damai. Rasa damai ada dalam napas, ada dalam langkah hening dan ada dalam setiap aktivitas.

Kita menjadi berbeda karena memiliki asal usul, budaya, agama dan leluhur darah masing-masing. Di saat kita berada di dalam rahim ibu, kita hanya berada di dalam tubuh ibu selama sembilan bulan, namun di saat kita sudah lahir kita akan berada di rahim yang sesungguhnya yaitu rahim ibu pertiwi.

Kita berbeda asal usul namun kita sekarang sedang berada di dalam rahim ibu pertiwi, rahim yang sejati dan rahim yang besar. Di atas bumi inilah kita menjadi satu. Kita menjadi satu, satu keluarga tidaklah cukup namun kita butuh keluarga spiritual yang dapat menyatukan kita semua. Semua menjadi satu, satu menjadi semua.

Istirahat Total

Latihan kami tidak hanya duduk hening saja, tapi juga ada jalan hening, mendengarkan Dharma Sharing (Berbagi Dharma). Sesi setelah makan siang dengan hening yaitu sesi relaksasi total (total relaxation). Latihan yang tidak kalah penting dan saya bilang sesi ini menjadi sesi yang sangat favorit untuk peserta.

Sesi ini menjadi sangat berkesan waktu disampaikan dalam sesi berbagi. Tubuh dan pikiran istirahat secara total, tubuh dan pikiran relaks selamat 45 menit. Kami diberikan panduan untuk mengenali bagian-bagian tubuh dan organ yang selama ini tidak memiliki waktu untuk mengunjungi mereka.

Ketika tubuh terasa capek, relaksasikanlah tubuhmu. Kami berbaring dan pikiran pun diistirahatkan. Setelah sesi ini selesai, kami dapat merasakan kesegaran kembali dalam tubuh. Ternyata tubuh ini butuh istirahat toh.

Latihan bersama di Buddhayana Buddhis Centre telah selesai dan kami pun berpamitan untuk kembali membawa energi kebahagiaan ini kedalam kehidupan sehari-hari. Sesampai tempat istirahat, saya memberikan tubuh dan pikiran untuk istirahat juga. Setelah memberikan bimbingan dan berbagi kepada komunitas berlatih, saya juga memberikan nutrisi kepada diri saya dengan santai sejenak di tempat yang sangat hening dan sejuk.

          “After charging others, we need to go to recharge ourselves too”.


WANDI BHADRAGUNA, aspiran Ordo Interbeing, dosen, praktisi hidup berkewawasan, sukarelawan retret dan DOM, aktif di kepanditaan Majelis Buddhayana Indonesia.

To Live Happily in the Here and Now

To Live Happily in the Here and Now
Dharma Sharing bersama anak sekolah

Siswa SMP Sekolah Ananda pertama kali mengadakan Day of Mindfulness (DoM). Anak-anak sudah pernah mempraktikkan hidup berkewawasan (mindfulness) ketika makan, duduk, relaksasi total. Praktik ini sudah dilakukan secara rutin oleh para guru, sekarang saatnya untuk mengajak anak-anak untuk ikut latihan juga.

Tema DoM perdana ini adalah Happiness is here and now. Anak remaja banyak terbebani oleh tugas sekolah, maka dari itu penting mengajarkan mereka cara untuk berbahagia melalui meditasi. Kami ingin anak-anak berbahagia di sekolah juga di rumah, agar mereka tumbuh menjadi generasi yang berkewawasan.

Menyentuh Momen Saat Ini

“The present moment is filled with joy and happiness. If you are attentive, you will see it.”

Thich Nhat Hanh

Sesi berbagi Dharma (Dharma Sharing), anak-anak diminta untuk menyebutkan hal apa yang membuat mereka bahagia maupun tidak bahagia. Mereka berbahagia ketika dapat berkumpul dengan orang tua dan keluarga. Mereka tidak berbahagia ketika orang tua bertengkar, kurang diperhatikan, berselisih paham dengan teman, tidak dibelikan barang yang diinginkan, nilai rapor rendah, ada anggota keluarga yang sakit atau meninggal dunia. Jawaban ini lebih bervariasi.

Siswa mulai mengerti bahwa kondisi untuk berbahagia sebenarnya sudah ada, mereka sering melupakannya. Contoh, matahari di langit. Luangkan waktu sejenak untuk merasakan hangatnya matahari, semua kehidupan bisa berlangsung dikarenakan sinar matahari.

Banyak makanan bergantung pada sinar matahari, matahari seperti seorang ayah dan ibu merawat kita, selalu hadir setiap hari. Jika seseorang merasa tidak diperhatikan, tidak ada yang menyayangi, ingatlah matahari selalu merawat semuanya, setiap detik dan menit, bahkan setiap hari. Bumi, pohon, air, udara, burung, serangga, mereka selalu hadir untuk kita. Itu adalah suatu kebahagiaan.

Jangan menggantungkan kebahagiaan kepada orang lain atau materi. Jangan berpikir, “Saya akan bahagia jika saya menjadi juara kelas, atau ketika saya dibelikan handphone terbaru, atau ketika mama bahagia, maka saya akan bahagia.” Kita bisa memunculkan rasa bahagia dalam diri kita terlebih dahulu.

Jika seseorang berhentik sejenak untuk menyentuh momen kekinian, maka banyak kondisi kebahagiaan yang terlihat jelas. Kita tidak perlu mencari kondisi-kondisi kebahagiaan di luar sana, justru saat ini kita sudah memiliki banyak kondisi kebahagiaan.

Berhenti dan menyentuh momen kekinian, maka tubuh dan pikiran bisa beristirahat. Berhenti untuk memberi kesempatan bagi kita untuk mengenali kondisi-kondisi bagi kebahagiaan sesungguhnya sudah hadir dan ada di depan kita. Jika kita bahagia, maka kita dapat menjadi sumber kebahagiaan juga bagi orang lain.

Mengenali Benih Positif dan Benih Negatif di Dalam Diri

“The seed of suffering in you may be strong, but don’t wait until you have no more suffering before allowing yourself to be happy.”

Thich Nhat Hanh

Anak-anak diberi kesempatan untuk mengenal benih positif dan negatif yang dominan dalam dirinya. Mereka sudah mampu mengenali benih-benih itu. Mereka menuliskan cara-cara menyirami benih positif, dan menghindari menyirami benih negatif.

Benih-benih positif yang ada dalam diri para siswa antara lain suka memberi, rendah hati, suka tersenyum, ramah, ceria, perhatian, easy going, bersyukur, humoris, percaya diri, tenang, jujur, penyayang, bersemangat, mudah memaafkan, pantang menyerah, tidak suka cakap kotor, dan lain-lain.

Benih-benih negatif yang dalam diri para siswa antara lain pemarah, egois, serakah, tidak percaya diri, malas, iri hati, suka melawan, suka menunda, berbohong, rendah diri, keras kepala, sombong, boros, kasar, dan lain-lain.

Cara menyiram atau tidak meyiram benih agar bertumbuh antara lain:

  • Selalu bersyukur
  • Sabar dan selalu tersenyum
  • Tidak membandingkan diri dengan orang lain
  • Mencari dan berkumpul dengan orang-orang dan lingkungan yang baik
  • Berpikir positif
  • Mengingat hal-hal yang diajarkan orang tua
  • Lebih dekat dengan Tuhan, rajin ibadah dan berdoa
  • Banyak membaca quote-quote motivasi
  • Mengendalikan emosi
  • Memahami sifat dan karakter orang lain
  • Menjadikan hal-hal baik sebagai kebiasaan
  • Memikirkan orang lain dan menempatkan diri di posisi orang lain untuk dapat memahami bagaimana keadaannya jika kita berlaku tidak mengenakkan pada mereka
  • Menenangkan diri

Bagi anak seusia 12 – 15 tahun, pemikiran-pemikiran seperti ini cukup bagus, walaupun masih ada sebagian siswa yang menjawab masih tidak tahu bagaimana cara menyiram atau tidak menyiram benih-benih tersebut. Hal ini memberikan saya ide baru untuk membahas topik ini lebih mendalam pada DoM bulan berikutnya dengan cara lebih seru.

Sharing Bersama Fasilitator

“I am determined to practice deep listening. I am determined to practice loving speech.”

Thich Nhat Hanh

Setelah relaksasi total, para siswa berpencar sesuai kelompoknya untuk bermain games dan berbagi cerita bersama masing-masing fasilitator. Dalam kelompok kecil, para fasilitator menjelaskan terlebih dahulu tata cara dalam sharing. Diawali dengan memberi bow (hormat) sebelum dan setelah bercerita, tidak memotong pembicaraan teman, tidak mengejek apabila teman salah bicara, belajar mendengarkan teman tanpa menghakimi, dan berbicara dengan bahasa yang sopan dan tidak menyakiti teman. Mereka juga belajar mengundang lonceng secara bergiliran setiap kali seorang temannya selesai berbagi cerita.

Dalam kesempatan ini bukan hanya sesama siswa berbagi cerita, tapi juga para fasilitator (yang juga adalah guru). Di sekolah mungkin tidak banyak hal yang mereka ketahui tentang guru-guru mereka, tapi pada kesempatan ini para guru tidak segan berbagi cerita. Berbagi tentang keluarga, keseharian mereka, tentang cita-cita, apa yang membuat mereka bahagia pada hari itu, apa yang mereka sukai dan tidak sukai, dan lain-lain.

Latihan berkewawasan selesai pada sore hari. Ada beberapa anak yang jujur mengatakan bahwa hal yang membuat ia bahagia pada hari itu adalah ia dapat bangun lebih telat dari biasanya (karena DoM dimulai pukul 8.30 pagi), tidak perlu belajar pada Sabtu ini, dapat bermain game dengan teman-teman dan  menikmati relaksasi total, serta tidak perlu memikirkan pelajaran sekolah ataupun pekerjaan rumah.

Latihan DoM ini adalah pengalaman pertama bagi para siswa. Semoga latihan hari ini memberi rasa relaks dan semoga mereka dapat mengingat bahwa untuk menumbuhkan rasa bahagia dalam diri adalah tidak sulit, cukup menyadari saat ini, menyentuh momen saat ini, maka kita akan menyadari bahwa kondisi-kondisi untuk berbahagia sebenarnya telah ada di hadapan kita.

“It is possible to live happily in the here and now. So many conditions of happiness are available—more than enough for you to be happy right now. You don’t have to run into the future in order to get more.”

Thich Nhat Hanh

RUMINI LIM, guru sekolah Ananda Bagan Batu, pengajar mindfulness class dan volunteer retret mindfulness