Surat dari lubuk hati terdalam

Surat dari lubuk hati terdalam
Thầy dan Br. Pháp Hữu di India

Thầy terkasih,

Selagi kami duduk dalam pelukan lembut Sangha Plum Village sedunia, sembari menulis surat ini untuk Thầy, hati kami dipenuhi dengan rasa syukur dan hormat mendalam. Sudah dua tahun sejak kehadiran fisik Thầy kembali ke Ibunda Pertiwi, namun kehadiran dan semangat Thầy terus menerangi jalan bagi kami, para siswa dan yang lainnya.

Sebagai murid-muridmu, kami mendapat kehormatan dan keistimewaan untuk berjalan di sampingmu, menyerap kedalaman kebijaksanaanmu dan welas asih tanpa batas yang engkau pancarkan. Ajaran Thầy bukan hanya sekedar pelajaran, tetapi juga merupakan pengalaman hidup yang meresap ke dalam kehidupan dan interaksi kami sehari-hari. Kehadiran Thầy adalah tempat kedamaian, sebuah bukti dari kekuatan perhatian penuh dan cinta kasih.

Engkau mengajari kami, melalui teladanmu yang menerangi, bahwa meskipun dalam menghadapi kesulitan dan kesusahan, api aspirasi dapat menyala terang, tak pernah padam.

Hidup Thầy adalah pesan Thầy itu sendiri, merangkul lumpur dan teratai kehidupan, disatukan dari kain ketabahan dan komitmen yang tak tergoyahkan untuk perdamaian, di saat-saat tergelap, Thầy tetap menjadi mercusuar harapan, menunjukkan bahwa kedamaian batin adalah fondasi bagi perdamaian umat manusia.

Petualangan Thầy bukan hanya milik Thầy sendiri. Itu juga menjadi petualangan kami. Melalui matamu, kami belajar untuk melihat dunia dengan penuh kasih dan pengertian. Engkau menunjukkan kepada kami keterkaitan antara semua kehidupan, mengingatkan kami bahwa kita tidak terpisahkan, tetapi sangat terhubung satu sama lain dan dengan Bumi. Ajaran Thầy tentang perhatian penuh, tentang menghargai setiap momen, tentang hidup dengan penuh semangat dan cinta, adalah anugerah yang tak terukur nilainya.

Sembari kami terus berjalan di jalan yang telah Thầy tunjukkan kepada kami, kami merasakan komitmen yang mendalam untuk menjadi penerus warisan Thầy. Bimbinganmu tetap hidup dalam diri kami masing-masing, murid-muridmu, saat kami berusaha untuk mewujudkan dalam pikiran, kata-kata, dan tindakan kami, pintu-pintu Dharma yang telah engkau sampaikan kepada kami. Kami bertekad untuk selalu waspada, menumbuhkan kedamaian dan pengertian di dalam hati kami, dan menyebarkan kedamaian tersebut ke seluruh dunia.

Ketidakhadiranmu sangat terasa, namun kami menemukan pelipur lara dengan mengetahui bahwa engkau masih bersama kami, dalam gemerisik dedaunan, dalam keheningan meditasi, dalam senyuman yang engkau tebar, dalam saat-saat hening untuk merenung, dan dalam komunitas yang hidup ini; karya agungmu. Engkau mengajarkan kepada kami bahwa hidup ini tidak kekal, tetapi cinta dan pengertian adalah warisan yang bertahan dari generasi ke generasi.

Terima kasih, Thầy, atas bimbinganmu yang tak tergoyahkan, kasih sayangmu yang tak ada habisnya, dan pelajaran tak ternilai yang terus membimbing kami. Kami berjanji untuk meneruskan obor ajaran Thầy, memastikan bahwa esensi dari Plum Village terus berkembang dan menyentuh hati banyak orang.

Dengan rasa terima kasih dan cinta yang terdalam,

Kami murid-muridmu

dari Br. Pháp Hữu

Alih bahasa oleh Andy Setiawan dari Instagram

Hal Kecil Membuat Hati Terasa Damai

Hal Kecil Membuat Hati Terasa Damai
Retret Wake Up Nov 2022

Pengalaman pertama mengikuti Day of Mindfulness (DOM) Plum Village di Maret 2019 sangat membekas di memori saya. Saat pulang dari acara, saya merasa sangat bahagia tapi sulit menjelaskan mengapa saya merasa demikian.

Dalam kehidupan sehari-hari, saya merasa bahwa kebahagiaan itu harusnya datang dari pencapaian tinggi maupun hasil yang luar biasa. Setelah pengalaman DOM yang membahagiakan tersebut, saya merasa ‘addicted’ untuk memperhatikan hal yang sedang saya kerjakan, dan saya menjadi sadar bahwa berada di momen kekinian membuat saya lebih mengapresiasi hal kecil. Anak yang biasa mukanya datar ini pun lama kelamaan jadi lebih sering tersenyum 🙂

Tiga tahun kemudian, saya bersyukur bisa mengikuti retret Wake Up, berlatih bersama dengan brother sister secara offline lagi. Perbedaan asal negara dan bahasa tidak menjadi rintangan untuk kami semua untuk menikmati kehangatan dan suasana yang sukacita.

Retret selama empat hari mengingatkan saya betapa bahagianya berada di masa kini : bernapas, makan, berjalan, bernyanyi dengan kesadaran. Sebagai orang yang menghargai efisiensi, memiliki hari yang produktif, dan terkadang terjebak dalam budaya ‘hustling’, saya diingatkan bahwa kita selalu memiliki cukup kondisi untuk berbahagia.

Saat kita bisa menikmati proses, hidup jadi lebih indah. Saat bernyanyi dan menggerakan badan secara sadar penuh, lirik lagunya terasa masuk ke dalam, menyegarkan diri. ‘Duduklah disini jika sedih.. Seruput teh ini bersama (lagu Plum Village)’. Hal kecil membuat hati terasa damai

Saya sadar tidak ada salahnya mempunyai banyak rencana untuk mengisi hari kita – namun saat kita makan kita fokus pada makanan; saat kolega kita mengutarakan ide mereka, kita memperhatikan ucapan mereka; saat orang tua kita memberikan nasihat, kita coba tidak memotong ucapan mereka dan menjawab dengan ucapan yang halus (walaupun sejujurnya masih menjadi praktik yang menantang untuk saya). Dari sudut pandang efisiensi, fokus pada pekerjaan kita membuat kita menyelesaikan segala sesuatu lebih cepat dan hasil lebih baik.

Berkat brothers sisters monastik, dan teman-teman yang mengikuti retret bersama, saya akhirnya memutuskan mengambil 5 Latihan Hidup Berkesadaran Penuh (5 Mindfulness Training atau 5MT) sebagai komitmen untuk terus berlatih gaya hidup yang berdampak baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Awalnya saya tidak terbayang mengambil 5MT karena rasanya berat – masih banyak habit energy atau tindakan saya yang belum sesuai. Namun setelah bertukar pikiran dengan keluarga Plum Village, saya menjadi yakin bahwa 5MT berguna sebagai arahan untuk praktik hidup sehari-hari, dan bukan alat untuk menghakimi diri.

Hadiah yang saya bawa pulang dari retret adalah bangun lebih pagi dan memulai hari dengan positif, semakin banyak pilihan lagu untuk dinyanyikan ke keponakan maupun bersenandung saat menunggu, dan 5MT untuk dilatih secara rutin. (Gracia Yap)

Hati Damai, Dunia Damai

Hati Damai, Dunia Damai


Tâm bình, thế giới bình

(Hati Damai, Dunia Damai)

Ini adalah kutipan dari Master Zen Thích Nhất Hạnh tentang latihan kesadaran penuh (mindfulness), “Kebahagiaan bukan sesuatu yang sangat jauh, kebahagiaan ada di saat ini.”

Sister Trăng Thông Chiếu dan Sister Trăng Phú Xuân dari Plum Village berbagi kepada BBC tentang latihan kesadaran penuh dan bagaimana berlatih dalam “kejernihan 24 jam”.

Wawancara dilakukan oleh BBC News Vietnam di Plum Village International Center, Distrik Pak Chong, Provinsi Nakhon Ratchasima, Thailand pada Juli 2022.

Wawancara ini merupakan bagian dari serangkaian video tentang meditasi kesadaran penuh dan warisan Master Zen Thích Nhất Hạnh, yang dilakukan oleh BBC News Vietnam. Kami mengundang Anda untuk menonton video kami berikutnya.

Wawasan Pembawa ke Pantai Seberang

Wawasan Pembawa ke Pantai Seberang

  • Diterjemahkan ulang oleh Master Zen Thích Nhất Hạnh dari Prajñāpāramitā-hṛdaya Sūtra (Taishō 251) ke bahasa Inggris.
  • Diterjemahkan oleh Br. Chân Pháp Tử (Nyanabhadra) ke bahasa Indonesia berdasarkan naskah bahasa Inggris dan Vietnam.
  • Irama pendarasan oleh Br. Chân Pháp Linh
  • Arranger pendarasan bahasa Indonesia oleh Angelia Natatiluva
  • Pendaras oleh Sr. Trăng Quang Sơn
  • Unduh versi PDF klik sini

The Insight that Brings Us to the Other Shore
Wawasan pembawa ke pantai seberang

Avalokiteshvara
Avalokiteshvara

while practicing deeply with
Merenungkan mendalam

the Insight that Brings Us to the Other Shore,
Wawasan pembawa ke pantai seberang

suddenly discovered that
Seketika sadar bahwa

all of the five Skandhas are equally empty,
Semua pancaskanda adalah sunyata adanya

and with this realisation
Merealisasikan ini

he overcame all Ill-being.
Teratasi semua duka


“Listen Sariputra,
Wahai Sariputra,

this Body itself is Emptiness
Tubuh ini adalah sunyata

and Emptiness itself is this Body.
Dan sunyata adalah tubuh ini

This Body is not other than Emptiness
Tubuh ini tiada beda dengan sunyata

and Emptiness is not other than this Body.
Dan sunyata tiada beda dengan tubuh ini

The same is true of Feelings,
Begitu juga dengan perasaan,

Perceptions, Mental Formations,
Persepsi, formasi mental,

and Consciousness.
Dan kesadaran.


“Listen Sariputra,
Wahai Sariputra,

all phenomena bear the mark of Emptiness;
Semua fenomena bercirikan sunyata;

their true nature is the nature of
Sifat dasarnya adalah

no Birth no Death,
Tiada lahir tiada mati,

no Being no Non-being,
Tiada eksis, tiada non eksis,

no Defilement no Purity,
Tiada noda, tiada suci

no Increasing no Decreasing.
Tiada bertambah tiada berkurang.

“That is why in Emptiness,
maka itu sunyata,

Body, Feelings, Perceptions,
Tubuh, perasaan, persepsi,

Mental Formations and Consciousness
Formasi mental, dan kesadaran

are not separate self entities.
Bukanlah entitas tunggal terpisah.


The Eighteen Realms of Phenomena
Delapan belas ranah fenomena

which are the six Sense Organs,
Yaitu enam organ indra,

the six Sense Objects,
Enam objek indra,

and the six Consciousnesses
Dan enam kesadaran

are also not separate self entities.
Juga bukanlah entitas tunggal terpisah.

The Twelve Links of Interdependent Arising
Dua belas rantai interdependen kemunculan

and their Extinction
Dan kemusnahannya

are also not separate self entities.
Juga bukanlah entitas tunggal terpisah.

Ill-being, the Causes of Ill-being,
Duka, duka samudaya,

the End of Ill-being, the Path,
Duka nirodha, marga

insight and attainment,
Wawasan dan pencapaian,

are also not separate self entities.
Juga bukanlah entitas tunggal terpisah.

Whoever can see this
Mereka yang melihat semua ini

no longer needs anything to attain.
Tak perlu mencapai apa pun lagi.


Bodhisattvas who practice
Bodhisattwa mempraktikkan

the Insight that Brings Us to the Other Shore
Wawasan pembawa ke pantai seberang

see no more obstacles in their mind,
Tidak melihat adanya penghalang pikiran,

and because there
Dan karena

are no more obstacles in their mind,
Tiada lagi penghalang pikiran,

they can overcome all fear,
semua ketakutan teratasi,

destroy all wrong perceptions
Musnahlah semua persepsi keliru

and realize Perfect Nirvana.
Dan merealisasikan nirwana sempurna.


“All Buddhas in the past, present and future
Semua Buddha pada tiga masa

by practicing
Mempraktikkan

the Insight that Brings Us to the Other Shore
Wawasan pembawa ke pantai seberang

are all capable of attaining
Semua mampu mencapai

Authentic and Perfect Enlightenment.
Pencerahan autentik sempurna.


“Therefore Sariputra,
Maka itu Sariputra,

it should be known that
Ketahuilah bahwa

the Insight that Brings Us to the Other Shore
Wawasan pembawa ke pantai seberang

is a Great Mantra,
Adalah maha mantra,

the most illuminating mantra,
Maha vidya mantra,

the highest mantra,
Anuttara mantra,

a mantra beyond compare,
Samasama mantra,

the True Wisdom that has the power
Kearifan sejati berkekuatan

to put an end to all kinds of suffering.
Mengakhiri semua jenis duka.


Therefore let us proclaim
Maka itu marilah mendaraskan

a mantra to praise
Mantra untuk memuja

the Insight that Brings Us to the Other Shore.
Wawasan pembawa ke pantai seberang

Gate, Gate, Paragate, Parasamgate, Bodhi Svaha!
Gate, Gate, Paragate, Parasamgate, Bodhi Svaha!
Gate, Gate, Paragate, Parasamgate, Bodhi Svaha!”

The Heart of the Matter

The Heart of the Matter

Thich Nhat Hanh menjawab tiga pertanyaan tentang emosi kita
Thich Nhat Hanh | Musim Dingin 2009

Keinginan saya untuk mencapai suatu keberhasilan telah menyebabkan banyak penderitaan. Apa pun yang saya lakukan, rasanya tidak pernah cukup. Bagaimana saya bisa berdamai dengan diri saya sendiri?
Kualitas tindakan Anda tergantung pada kualitas diri Anda. Misalkan Anda ingin menawarkan kebahagiaan, untuk membuat seseorang bahagia. Itu hal yang baik untuk dilakukan. Tetapi jika Anda tidak bahagia, maka Anda tidak bisa melakukannya. Untuk membuat orang lain bahagia, diri Anda harus bahagia terlebih dahulu. Jadi ada keterkaitan antara melakukan (doing) dan menjadi (being). Jika Anda tidak berhasil menjadi yang diinginkan, Anda tidak dapat berhasil melakukan apa yang Anda inginkan. Jika Anda tidak merasa bahwa Anda berada di jalan yang benar, kebahagiaan adalah tidak mungkin. Ini berlaku untuk semua orang; jika Anda tidak tahu ke mana Anda pergi, Anda menderita. Sangat penting untuk menyadari jalan Anda dan melihat jalan sejati Anda.

Kebahagiaan berarti Anda merasa berada di jalan yang benar setiap saat. Anda tidak perlu tiba di ujung jalan agar bahagia. Jalan yang benar mengacu pada cara-cara yang sangat konkret bagaimana Anda melakoni hidup di setiap saat. Dalam Agama Buddha, kita berbicara tentang Jalan Mulia Berunsur Delapan: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, tindakan benar, penghidupan benar, upaya benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar. Memungkinkan bagi kita untuk menjalani Jalan Mulia Berunsur Delapan setiap saat dalam kehidupan kita sehari-hari. Itu tidak hanya membuat kita bahagia, ia juga membuat orang di sekitar kita bahagia. Jika Anda mempraktikkan jalan tersebut, Anda menjadi sangat menyenangkan, sangat segar, dan sangat berwelas asih.

Lihatlah pohon di halaman depan. Tampaknya pohon itu tidak melakukan apa-apa. Ia berdiri di sana, kuat, segar, dan indah, dan semua orang mendapat manfaat darinya. Itulah keajaiban dari keberadaan. Jika sebatang pohon tidak seperti sebatang pohon, kita semua akan berada dalam kesulitan. Tetapi jika sebatang pohon adalah pohon yang sebenar-benarnya dan apa adanya, maka ada harapan dan kegembiraan di sana. Itu sebabnya jika Anda bisa menjadi diri sendiri, itu sudah merupakan tindakan. Tindakan berdasarkan pada non-aksi; tindakan adalah wujud dari keberadaan.

Saya sibuk dari pagi hingga larut malam. Saya jarang sendirian. Bagaimana saya bisa menemukan tempat dan waktu untuk berkontemplasi dalam keheningan?
Diam adalah sesuatu yang datang dari hatimu, bukan dari luar. Diam tidak berarti tidak berbicara dan tidak melakukan sesuatu; diam berarti bahwa Anda tidak terganggu di dalam. Jika Anda benar-benar hening, maka apa pun situasi yang Anda alami, Anda dapat menikmati keheningan. Ada saat-saat ketika Anda berpikir bahwa Anda hening dan semua di sekitar tidak bersuara, tetapi pembicaraan terus terjadi di dalam kepala Anda. Itu bukan keheningan. Praktiknya adalah bagaimana menemukan keheningan dalam semua kegiatan yang Anda lakukan.

Mari kita ubah cara berpikir dan cara memandang kita. Kita harus menyadari bahwa keheningan datang dari hati kita dan bukan dari ketiadaan berbicara. Duduk untuk makan siang mungkin merupakan kesempatan bagi Anda untuk menikmati keheningan; meskipun orang lain berbicara, tetap memungkinkan bagi Anda untuk hening di dalam. Buddha dikelilingi oleh ribuan biksu. Meskipun beliau berjalan, bersila, dan menyantap makanan di antara para biksu dan biksuni, beliau selalu berdiam dalam keheningan-Nya. Buddha menjelaskan bahwa untuk menyendiri, untuk diam, tidak berarti Anda harus pergi ke hutan. Anda dapat hidup di Sangha (komunitas), Anda bisa berada di pasar, namun Anda masih menikmati keheningan dan kesunyian. Sendiri tidak berarti tidak ada orang di sekitar Anda.

Menjadi sendiri berarti Anda kokoh di sini dan saat ini dan Anda menjadi sadar akan apa yang terjadi di saat ini. Anda menggunakan perhatian Anda untuk menyadari setiap perasaan, setiap persepsi yang Anda miliki. Anda menyadari apa yang terjadi di sekitar Anda dalam Sangha, tetapi Anda selalu bersama diri sendiri, Anda tidak kehilangan diri sendiri. Itulah definisi Buddha tentang praktik keheningan yang ideal: tidak terjebak di masa lalu atau terbawa oleh masa depan, tetapi selalu berada di sini, tubuh dan pikiran bersatu, menyadari apa yang terjadi di saat ini. Itu adalah keheningan yang nyata.

Saya masih takut kehilangan ibu saya atau orang yang saya kasihi lainnya. Bagaimana saya bisa mengubah rasa takut ini?
Kita dapat melihat secara mendalam bahwa ibu kita tidak hanya ada di luar sana, tetapi juga di sini. Ibu dan ayah kita sepenuhnya hadir di setiap sel tubuh. Kita membawa mereka ke masa depan. Kita dapat belajar berbicara dengan ayah dan ibu di dalam diri kita. Saya sering berbicara dengan ibu, ayah, dan semua leluhur di dalam diri saya. Saya tahu bahwa saya hanyalah kelanjutan dari mereka. Dengan wawasan seperti itu, Anda tahu bahwa bahkan dengan hilangnya tubuh ibumu, ibumu masih berlanjut di dalam dirimu, terutama dalam energi yang telah ia ciptakan dalam hal pemikiran, ucapan, dan tindakan. Dalam Agama Buddha kita menyebutnya energi karma. Karma berarti tindakan, tiga tindakan dari berpikir, berbicara, dan melakukan.

Jika Anda melihat lebih dalam, Anda akan melihat kelanjutan ibu Anda di dalam dirimu dan di luar dirimu. Setiap pikiran, setiap ucapan, setiap tindakannya sekarang berlanjut dengan atau tanpa kehadiran tubuhnya. Kita harus melihatnya lebih dalam. Ia tidak terbatas pada tubuhnya, dan Anda tidak terbatas pada tubuhmu. Sangat penting untuk melihat hal ini. Ini adalah keajaiban meditasi Buddhis — dengan praktik melihat secara mendalam Anda dapat menyentuh hakikat tanpa kelahiran dan tanpa kematian Anda sendiri. Anda menyentuh sifat tidak-lahir dan tidak-mati dari ayah, ibu, anak Anda, dari semua yang ada dalam diri Anda dan di sekitar Anda. Hanya wawasan inilah yang dapat mengurangi dan mengubah rasa takut. (Alih bahasa: Rumini)

Sumber: The Heart of the Matter

Ada Di Hatiku

Ada Di Hatiku

Sinar matahari
di wajah dan mataku
matahari bersi-nar terang (2x)

Sungai mengalir deras
dari gunung ke kakiku
sungai mengalir ke- hatiku (2x)

Chorus:
Dari gunung dan bunga
anak kecil dan rusa (rusa)
kasih sayang sesama
Ada ruang hatiku- untukmu

Pohon menari indah
menghasilkan oksigen
pohon menari di- hatiku (2x)

Burung berterbangan
ikan berenang bebas
semuanya ada di- hatiku (2x)

Dari gunung dan bunga
anak kecil dan rusa (rusa)
kasih sayang sesama
ada ruang hatiku (rumahku) untukmu (3x)

Berbesar Hati lewat Mindfulness

Berbesar Hati lewat Mindfulness
Foto bersama Retret Guru Sekolah Ananda Bagan Batu, Riau.

Mindfulness merupakan meditasi terapan. Saya bisa melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Saya mencobanya terus setiap hari. Praktik Mindfulness membantu saya mengatasi stress dan menghindari cemas.

Day Of Mindfulness (DOM) adalah istilah yang saya tahu. Saya mendapatkan teknik ini dari Sekolah Ananda Bagan Batu. Sebelumnya saya sama sekali tidak mengenal apa itu Mindfulness. Lalu Ibu Rumini memperkenalkan Mindfulness ini kepada saya.

Praktik ini ternyata membuahkan perubahan pada diri saya. Perubahan ini mungkin kecil, namun ada sebuah keyakinan besar bahwa teknik ini perlahan-lahan mengubah saya menjadi lebih baik lagi.

Momen Positif

Pertama kali saya praktik mindfulness lewat duduk hening di pagi hari dengan diawali suara lonceng tiga kali. Saya bersama teman-teman sekadar duduk hening dan relaks sebelum memulai kegiatan belajar mengajar.

Saya mencoba untuk lebih relaks sepanjang melakukan pekerjaan, saya mengatur napas masuk dan napas keluar. Inilah awal saya mencoba mulai mempraktikkan mindfulness dalam aktivitas sehari-hari terutama untuk diri sendiri.

Banyak hal yang saya dapatkan dari setiap acara DOM yang dilaksanakan di sekolah. DOM pasti selalu bisa membuat saya terkesan dan bahagia. Hati saya menjadi lebih tenang. Setidaknya, setelah DOM ada perubahan positif yang saya rasakan.

Terkadang saya merasa setiap kali selesai DOM pasti ada saja momen positif yang terjadi. Melalui praktik mindfulness ini saya jauh merasa lebih bisa menghargai diri saya sendiri. Makan dengan hening menjadi salah satu hal positif yang saya dapatkan.

Anugerah Tuhan

Makan bersama-sama di meja makan dengan hening tanpa suara dan mengambil makanan secukupnya. Makan dengan penuh kesadaran dan tidak terburu-buru membuat saya lebih mensyukuri hidup ini.

Saya tersentak sadar bahwa selama ini saya belum mensyukuri apa yang sudah dianugerahkan oleh Tuhan. Saya selalu makan terburu-buru dan ingin cepat selesai apalagi jika sudah lapar. Saya tidak mengunyah makanan dengan baik, sehingga perut saya bisa sakit tiba-tiba ketika diisi makanan dengan tidak teratur.

Sekarang, saya bersama suami sudah mulai perlahan-lahan membiasakan makan dengan hening tanpa suara sambil mensyukuri nikmatnya makanan tersebut. Mungkin memang belum seutuhnya bisa, tapi setidaknya saya sudah mencoba untuk menyayangi diri sendiri lewat pola makan berkesadaran, pelan, dan sehat.

Meredakan Emosi

Napas masuk napas keluar, salah satu praktik mindfulness yang selalu saya coba setiap hari. Ketika saya marah, saya jadi lebih bisa meredakan emosi lewat napas. Di rumah, jika ada hal-hal yang membuat saya kesal, saya berusaha tidak langsung marah.

Saya mencoba untuk bernapas masuk dan keluar, setelah itu saya merasa emosi saya mulai turun. Saya bisa membicarakan baik-baik tentang hal yang membuat saya kesal itu.

Demikian juga ketika ada kejadian tegang seperti berbeda pendapat dengan suami. Saya mencoba untuk mendengarkannya dengan sabar. Setelah mendengar saya menjadi lebih mengerti, lalu kami sama-sama mencari jalan keluar.

Sejak saya mengenal DOM, saya merasa menjadi jauh lebih sabar dalam menghadapi anak-anak di sekolah, terutama dalam proses belajar mengajar di kelas. Saya dapat lebih memahami anak-anak tersebut setiap kali berhadapan dengan tingkah laku mereka.

Berbesar Hati

Sangat banyak manfaat dan hal-hal positif yang saya rasakan. Praktik mindfulness membuat kehidupan sehari-hari saya menjadi lebih tenang dan bahagia. Relasi dengan suami, keluarga, lingkungan sekitar, teman-teman, rekan kerja, serta anak- anak didik saya, mulai terjadi perubahan.

Saya merasa perubahan terjadi dalam diri saya sendiri, bahkan sangat-sangat mengubah cara saya melihat berbagai kejadian hidup. Sebuah momen yang begitu luar biasa yang sudah saya rasakan dari praktik Mindfulness ini adalah bisa membuat saya lebih berbesar hati memaafkan orang lain (ini menurut pengalaman saya).

Kenapa saya mengatakan ini sebuah momen? Karena Mindfulness inilah saya punya kekuatan baru utnuk bisa berdamai dengan diri saya sendiri juga berdamai dengan mereka yang saya anggap menyakiti hati saya.

Di dunia kerja, saya pernah mengalami kesalahpahaman yang terjadi di antara sesama rekan kerja, dengan hati yang ikhlas saya berdamai dan melepaskan beban yang ada di dalam hati.

Banyak hal baik yang sudah terjadi dari awal saya mengikuti kegiatan DOM ini di sekolah saya, kegiatan yang bisa membuat hati saya jauh lebih tenang dan bahagia daripada sebelumnya.

Bersama-sama

Saya punya cerita kecil tentang retret bersama Bhante Nyanabhadra di pertengahan Juli 2019. Retret itu memberi kesan yang sangat sangat mendalam. Sejak awal hingga akhir retret banyak hal positif yang saya rasakan.

Kami bernyanyi bersama-sama, makan bersama dengan hening penuh kesadaran, duduk hening di pagi hari, relaksasi total, menonton bersama, meditasi teh sambil sharing, jalan berkesadaran, circle sharing dan hal-hal yang lain yang buat saya bahagia selama mengikuti retret itu.

Oh ya noble silent. Saya entah mengapa sangat menyukai latihan itu. Begitu selesai acara pada malam hari, kami masuk kamar lalu benar-benar menggunakan waktu istirahat untuk tidur tanpa mengobrol dengan teman-teman sekamar dan melakukan aktivitas apa pun.

Saya sungguh merasakan manfaatnya dari noble silent. Pagi hari saya bangun, badan dan mata menjadi lebih segar karena tidur tepat waktu. Saya pun berinisiatif akan mencoba melakukan noble silent ini di rumah. Semoga saya bisa!

Berdamai

Pada hari terakhir, saya membuat suatu momen yang akan selalu saya ingat, yaitu berdamai dengan diri sendiri! Ya hari itu saya berusaha keras untuk mampu berdamai dengan diri saya sendiri. Meminta maaf dan mau memaafkan orang yang saya anggap menyakiti hati saya.

Kesalahpahaman yang terjadi di antara saya dan rekan kerja selama ini bisa saya atasi dengan akhir bahagia. Rasa sakit hati yang selama ini sulit untuk saya maafkan, akhirnya saya mencoba berdamai dengan hati saya agar bisa memaafkan rekan saya.

Semoga praktik Mindfulness ini dapat lebih saya terapkan di kehidupan sehari-hari.
Terima kasih Bhante Y.M Nyanabhadra
Terima kasih Ibu Sri Astuti
Terima kasih Ibu Merlyna
Terima kasih Ibu Rumini Lim
Terima kasih teman-teman seperjuangan di Yayasan Pendidikan Ananda

Riama Juni Wanti Rajagukguk, Guru Sekolah Ananda, Bagan Batu, Riau.

Home Is Where The Heart Is

Home Is Where The Heart Is
Home is where the heart is

Unduh Mp3 klik sini

Been travelling a day
Been travelling a year
Been travelling a lifetime,
to find my way home

Home is where the heart is
Home is where the heart is
Home is where the heart is
My heart is with you

Home is where the heart is from the album Songs of Awakening.
Produced by Milarepa and One Sky Music, 1993.

Perfume River, Hue, Vietnam

The Insight That Brings Us To The Other Shore Mp3

The Insight That Brings Us To The Other Shore Mp3

Recorded by ex-Plum Village Brother Michael. This is Thich Nhat Hanh’s revised Heart Sutra, which he completed just before becoming ill in September 2014. The Music is composed by Br. Phap Linh, an English monk based at Plum Village. Thich Nhat Hanh approved the music before suffering a stroke in November 2014, from which he is still recovering.

Unduh Mp3 silakan klik The Insight That Brings Us To The Other Shore.Mp3

Avalokiteshvara
while practicing deeply with
the Insight that Brings Us to the Other Shore,
suddenly discovered that
all of the five Skandhas are equally empty,
and with this realisation
he overcame all Ill-being.

“Listen Sariputra,
this Body itself is Emptiness
and Emptiness itself is this Body.
This Body is not other than Emptiness
and Emptiness is not other than this Body.
The same is true of Feelings,
Perceptions, Mental Formations,
and Consciousness.

“Listen Sariputra,
all phenomena bear the mark of Emptiness;
their true nature is the nature of
no Birth no Death,
no Being no Non-being,
no Defilement no Purity,
no Increasing no Decreasing.

“That is why in Emptiness,
Body, Feelings, Perceptions,
Mental Formations and Consciousness
are not separate self entities.

The Eighteen Realms of Phenomena
which are the six Sense Organs,
the six Sense Objects,
and the six Consciousnesses
are also not separate self entities.

The Twelve Links of Interdependent Arising
and their Extinction
are also not separate self entities.
Ill-being, the Causes of Ill-being,
the End of Ill-being, the Path,
insight and attainment,
are also not separate self entities.

Whoever can see this
no longer needs anything to attain.

Bodhisattvas who practice
the Insight that Brings Us to the Other Shore
see no more obstacles in their mind,
and because there
are no more obstacles in their mind,
they can overcome all fear,
destroy all wrong perceptions
and realize Perfect Nirvana.

“All Buddhas in the past, present and future
by practicing
the Insight that Brings Us to the Other Shore
are all capable of attaining
Authentic and Perfect Enlightenment.

“Therefore Sariputra,
it should be known that
the Insight that Brings Us to the Other Shore
is a Great Mantra,
the most illuminating mantra,
the highest mantra,
a mantra beyond compare,
the True Wisdom that has the power
to put an end to all kinds of suffering.
Therefore let us proclaim
a mantra to praise
the Insight that Brings Us to the Other Shore.

Gate, Gate, Paragate, Parasamgate, Bodhi Svaha!
Gate, Gate, Paragate, Parasamgate, Bodhi Svaha!
Gate, Gate, Paragate, Parasamgate, Bodhi Svaha!”

Ada Damai di Hatiku

Ada Damai di Hatiku

Judul Buku: Ada Damai Di Hatiku
Penulis: Master Zen Thich Nhat Hanh
Penerbit: Yayasan Karaniya
Pesan Lewat Telepon : +62 21 5687957

Kedamaian sejati itu tidak mustahil. Namun membutuhkan kegigihan dan latihan, apalagi pada masa-masa sulit. Bagi sebagian orang, kedamaian dan semangat ahimsa (tanpa-kekerasan) sama dengan sikap terima saja dan tidak berdaya. Justru, melatih kedamaian dan semangat ahimsa itu sebaliknya. Berlatih menjadi damai, menghadirkan kedamaian di dalam diri sendiri, berarti secara terus menerus memupuk pengertian, cinta dan belas kasih walaupun harus berhadapan dengan kesalahpahaman dan konflik. Menghadirkan kedamaian diri dalam suasana perang membutuhkan keberanian.

Kita semua bisa mempraktikkan semangat ahimsa. Kita mulai dengan mengenali bahwa di kedalaman kesadaran kita ada benih kasih sayang dan juga benih kekerasan. Kita tiba-tiba sadar bahwa pikiran itu seperti kebun yang mengandung semua jenis benih: benih-benih pengertian, benih memaafkan, benih sadar penuh, dan juga benih kebodohan, ketakutan, dan kebencian. Kita sadar bahwa setiap saat kita bisa saja bertindak dengan kekerasan ataupun belas kasih, tergantung dari kekuatan benih-benih ini di dalam diri kita.

Bilamana benih kemarahan, kekerasan, dan ketakutan di dalam diri kita disirami beberapa kali sehari, benih itu akan tumbuh makin kuat. Maka kita tidak bisa berbahagia dan tidak dapat menerima diri apa adanya; kita menderita dan juga membuat banyak orang menderita. Namun bilamana kita cerdas dalam memupuk benih cinta kasih, kasih sayang, dan pengertian dalam diri kita setiap hari, benih-benih tersebut akan menjadi kuat dan benih kekerasan dan kebencian akan makin lemah. Kita tahu apabila benih-benih kemarahan, kekerasan, dan ketakutan tersirami, maka kita menjadi tidak damai dan tidak stabil. Kita akan menderita dan sekaligus menyebabkan banyak orang menderita. Kita wajib merawat benih-benih belas kasih, memupuk kedamaian dan lingkungan. Melalui cara demikian kita sudah melangkah di jalan untuk mewujudkan kedamaian.

Ajaran-ajaran di dalam buku ini dipersembahkan untuk menolong siapa saja yang ingin menempuh hidup ahimsa. Latihan ini merupakan warisan nyata dari Buddha dan para guru-guru leluhur saya. Latihan ini masih begitu ampuh di zaman modern ini, sama persis dengan 2.600 tahun lalu waktu Buddha mencapai penerangan sempurna. Mereka bersama-sama merangkai petunjuk-petunjuk praktis bagaimana menjadi damai untuk diri sendiri, keluarga, komunitas, dan dunia ini. Pada saat ini, kita berhadapan dengan demikian banyak konflik di dunia, saya persembahkan buku ini untuk membantu Anda agar menyadari bahwa Anda bisa menghindari kekerasan. Kedamaian sudah tersedia bagi kita di setiap saat. Tergantung pilihan kita.

Beli di Karaniya – Ada Damai Di Hatiku

Memperbarui Sutra Hati

Memperbarui Sutra Hati

Pada Tanggal 11 September 2014, Bhante Thich Nhat Hnah telah menyelesaikan penerjemahan ulang satu dari Sutra sangat penting dalam Mahayana yakni Sutra Hati ke dalam Bahasa Inggris.

Sutra Hati vesi Inggris ini diterjemahkan dari Bahasa Vietnam yang mana versi Vietnman ini juga hasil penerjemahan baru oleh Bhante setelah sekitar 3 minggu di European Institute of Applied Buddhism di Jerman.

Hasil penerjemahan versi Inggris yang baru ini akan dimasukkan dalam buku Pendarasan Plum Village, dan tentu saja akan dimasukkan dalam buku pendarasan versi baru nanti. Sutra Hati versi baru ini sedang dalam proses penataan irama dan lagu oleh monastik di Plum Village, semoga bisa segera dipublikasikan nanti.

Sutra Hati:
Prajna Paramita

Avalokiteshvara
merenungkan mendalam
wawasan pembawa ke pantai seberang
seketika sadar bahwa
semua pancaskanda adalah sunyata adanya
merealisasikan ini
teratasi semua duka (G)

Wahai Sariputra,
tubuh ini adalah sunyata
dan sunyata adalah tubuh ini
tubuh ini tiada beda dengan sunyata
dan sunyata tiada beda dengan tubuh ini
begitu juga dengan perasaan,
persepsi, formasi mental,
dan kesadaran. (G)

Wahai Sariputra,
semua fenomena bercirikan sunyata;
sifat dasarnya adalah
tiada lahir tiada mati,
tiada eksis, tiada non eksis,
tiada noda, tiada suci
tiada bertambah tiada berkurang.
Maka itu sunyata,
tubuh, perasaan, persepsi,
formasi mental, dan kesadaran
bukanlah entitas tunggal terpisah. (G)

Delapan belas ranah fenomena
yaitu enam organ indra,
enam objek indra,
dan enam kesadaran
juga bukanlah entitas tunggal terpisah.
Dua belas rantai interdependen kemunculan
dan kemusnahannya
juga bukanlah entitas tunggal terpisah.
Duka, duka samudaya,
duka nirodha, marga
wawasan dan pencapaian,
juga bukanlah entitas tunggal terpisah.
Mereka yang melihat semua ini
tak perlu mencapai apa pun lagi. (G)

Bodhisattwa mempraktikkan
wawasan pembawa ke pantai seberang
tidak melihat adanya penghalang pikiran,
dan karena
tiada lagi penghalang pikiran, semua ketakutan teratasi,
musnahlah semua persepsi keliru
dan merealisasikan nirwana sempurna. (G)

Semua Buddha pada tiga masa
mempraktikkan wawasan pembawa ke pantai seberang
semua mampu mencapai
pencerahan autentik sempurna. (G)

Maka itu Sariputra,
ketahuilah bahwa
wawasan pembawa ke pantai seberang
adalah maha mantra,
maha vidya mantra,
anuttara mantra,
samasama mantra,
kearifan sejati berkekuatan
mengakhiri semua jenis duka. (G)

Maka itu marilah mendaraskan
mantra untuk memuja
wawasan pembawa ke pantai seberang

Gate gate paragate paramsagate bodhi swaha (3x)

Alasan Thich Nhat Hanh menerjemahkan ulang Sutra Hati

Keluarga terkasih,

Alasan Thay (Bhante Thich Nhat Hanh akrab disapa Thay, Bahasa Vietnam yang berarti Bhante) menerjemahkan ulang Sutra Hati adalah karena para sesepuh belum memaksimalkan penggunaan bahasa secara utuh dalam menuliskannya. Oleh karena itu hampir 2000 tahun banyak terjadi pemahaman keliru.

Thay ingin menceritakan ulang dua buah kisah: yang pertama adalah kisah seorang samanera yang pergi bertemu dengan guru zen, dan kisah kedua berkaitan dengan seorang biksu yang datang untuk bertanya kepada Master Tue Trung.

Kisah Samanera Kecil
Dalam kisah pertama, seorang guru zen bertanya kepada samanera: “Apa yang engkau pahami tentang Sutra Hati?”

Samanera itu beranjali dan membalas:
“Saya telah mengerti bahwa pancaskandha itu kosong. Tidak ada mata, tidak ada telinga, tidak ada hidung, tidak ada lidah, tidak ada badan jasmani juga pikiran; tiada bentuk, tiada suara, tiada bau, tiada rasa, tiada perasaan, tiada objek pikiran; enam kesadaran indra juga tidak eksis, enam belas fenomena juga tidak eksis, dua belas rantai saling memunculkan juga tidak eksis, bahkan kearifan dan pencapaian juga tidak eksis.”

Guru bertanya, “Apakah Anda percaya apa yang tertera dalam Sutra Hati?”
Samanera menjawab, “Ya, saya percaya sepenuhnya.”

“Coba kamu ke sini,” ucap Guru seraya memanggil samanera tersebut. Ketika samanera mendekat, Ia menggunakan jempol dan jari telunjuknya untuk mencubit hidung samanera itu.
Samanera kontan meronta kesakitan, “Guru! Mengapa engkau mencubit hidungku?!” Guru menatap samanera itu dan berkata “Barusan kamu bilang hidung itu tidak eksis, kalau memang benar hidung itu tidak eksis lalu apa yang sakit?”

Kisah Master Tue Trung
Master Tue Trung merupakan seorang guru zen perumah tangga, beliau pernah menjadi mentor bagi raja muda Tran Nhan Tong pada abad ke-13 di Vietnam. Suatu hari, seorang biksu datang berkunjung untuk bertanya tentang Sutra Hati.

“Yang mulia, Apa arti dari kalimat ‘badan jasmani adalah sunyata, sunyata adalah badan jasmani’? Apa makna sesungguhnya?”
Pada awalnya Master Tue Trung hanya terdiam saja, dan kemudian dia bertanya kepada biksu itu, “Apakah Anda punya badan jasmani?”
“Iya, punya.”
“Lantas, mengapa engkau bilang tidak punya badan jasmani?”

Master Tue Trung melanjutkan, “Coba bayangkan angkasa, apakah angkasa juga berwujud?”
“Tidak, angkasa tidak berwujud.”
“Lantas mengapa engkau bilang kekosongan adalah wujud?”

Biksu itu berdiri, membungkuk hormat, dan pergi. Tapi Master Tue Trung segera memanggil dia kembali dan melantunkan gatha berikut ini:

Wujud adalah kekosongan, kekosongan adalah wujud,
Merupakan suatu cara upaya kausalya sementara yang digunakan oleh para Buddha tiga masa
Kekosongan bukanlah wujud, dan wujud bukanlah kekosongan
Hakikat kekosongan dan wujud selalu jernih dan terang, tidak terjebak pada ada maupun tiada

Kisah Master Tue Trung tampaknya memunculkan kontradiksi Sutra Hati dan menantang konsep “Wujud adalah kekosongan dan kekosongan adalah wujud”, konsep yang dianggap pakem dalam literatur Prajñāpāramitā.

Thay merasa bahwa Master Tue Trung terlalu berlebihan dalam kisah itu. Master Tue Trung tidak mampu melihat bahwa kesalahan bukan terletak pada konsep ‘wujud adalah kekosongan’, justru kesalahannya terletak pada struktur kalimatnya, ‘Oleh karena itu dalam kekosongan tiada wujud’. Menurut Thay, struktur syair dalam Sutra Hati dari awal hingga baris yang berbunyi ‘tiada kelahiran, tiada kematian, tiada noda, tiada murni, tiada penambahan, tiada pengurangan’ sudah bagus adanya. Thay menyayangkan bahwa para sesepuh yang menyalin Sutra Hati tidak mengikutsertakan istilah ‘tiada ada dan tiada tak ada’ yang seharusnya diletakkan sebelum ‘tiada kelahiran, tiada kematian’, karena dua istilah itu bisa membantu kita melampaui gagasan ada dan tiada, dan kita tidak lagi terjebak pada ide seperti ‘tiada mata, tiada telinga, tiada hidung, tiada lidah, dan seterusnya’. Hidung samanera itu masih sakit hingga hari ini, pahamkah Anda?

Perkaranya mulai dari kalimat: “Dengarlah Shariputra, karena dalam kekosongan, tiada wujud, tiada perasaan, tiada persepsi, tiada bentuk-bentuk mental, dan tiada kesadaran indra (sanskerta: TasmācŚāriputraśūnyatayāmnarūpamnavedanānasamjñānasamskārānavijñānam). Sungguh aneh! Sebelumnya dinyatakan bahwa kekosongan adalah wujud, dan wujud adalah kekosongan, tapi sekarang malahan pernyataan berlawanan: Tiada kekosongan, tiada badan jasmani. Bagian dalam Sutra Hati ini bisa membawa mudarat kekeliruan pemahaman. Bagian ini menyatakan bahwa semua fenomena itu bukan bagian dari kategori ‘ada’, dan dengan demikian menyatakan bahwa semua fenomena termasuk bagian dari ‘tiada’ (tiada wujud, tiada perasaan, tiada persepsi, tiada bentuk-bentuk mental, tiada kesadaran indra). Sementara hakikat dari semua fenomena merupakan tiada juga tiada tak ada, tiada lahir dan tiada mati. Pandangan ‘ada’ merupakan pandangan ekstrem dan pandangan ‘tiada’ juga merupakan pandangan ekstrem. Hanya karena kalimat yang tidak tepat inilah hidung samanera itu masih sakit hingga kini.

Gatha tersohor yang ditulis oleh Patriak ke-6 Hui Neng, yang beliau sampaikan kepada Patriak ke-5 Hung Ren, juga menyatakan demikian dan Hui Neng juga terjebak pada pandangan keliru:

Sesungguhnya, tiada pohon bodhi
Cermin jernih juga tidak pernah eksis
Tiada sesuatu yang pernah eksis dari waktu tanpa awal
Lantas bagaimana mungkin ada debu bisa menempel padanya?

Iringan awan bergerak menutupi lubang gua
Menyebabkan banyak burung tidak bisa pulang ke rumah

Pengertian mendalam dari prajñāpāramitā merupakan pengertian yang sangat ampuh, membantu kita mengatasi dua sisi yang saling bertolak belakang seperti: lahir dan mati, ada dan tiada, noda dan suci, bertambah dan berkurang, subjek dan objek, dan sebagainya,. Pengertian itu juga membantu kita bersentuhan dengan hakikat sejatinya tiada lahir atau tiada mati, tiada ada dan tiada tak ada, dan sebagainya, yang merupakan hakikat sejati dari semua fenomena. Keadaan bebas ini disebut keadaan dingin, damai, tiada ketakutan; yang bisa kita alami dalam kehidupan ini juga, di dalam badan jasmanimu, dan juga dalam pancaskandhamu, yakni Nirwana. Sebagaimana burung terbang ke angkasa, para rusa berlari bebas di hutan, demikian pula para bijaksana bersemayam dalam keadaan Nirwana. Kalimat ini sungguh indah, bisa ditemukan dalam bab Nirwana dalam Dharmapada versi mandarin.

Pengertian mendalam dari prajñāpāramitā merupakan kebenaran tertinggi, menembus batas semua kebenaran konvensional. Pengertian ini merupakan visi tertinggi dari Buddha. Apa pun yang tercantum dalam Tripitaka, bahkan koleksi prajñāpāramitā yang sangat menakjubkan sekalipun, apabila isinya bertolak belakang dengan konsep itu, maka itu sama saja masih terjebak dalam kebenaran konvensional. Sungguh malangnya, ternyata ada paragraf cukup panjang dalam Sutra Hati saat ini yang juga mengandung kontradiksi tersebut.

Oleh karena alasan inilah Thay telah mengubah penggunaan istilah dalam versi terjemahan baru Sutra Hati (sebelumnya berbahasa Sanskerta maupun Mandarin) yang diterjemahkan oleh Xuan Zang. Thay menerjemahkannya sebagai berikut: ‘Oleh karena itu dalam kekosongan, badan jasmani, perasaan, persepsi, dan bentuk-bentuk mental, dan kesadaran indra tidak bisa berdiri sendirian.’ Semua fenomena merupakan produk dari saling ketergantungan: Inilah poin utama dari ajaran prajñāpāramitā. ‘Bahkan pengertian mendalam dan pencapaian juga tidak bisa terwujud sendirian.’ Thay juga menambahkan istilah ‘tiada ada (kurang ‘ada’ ya?) dan tiada tak ada’ dalam teks terjemahan baru. Tiada & tiada tak ada merupakan visi mendalam Buddha yang dinyatakan dalam Sutra Kātyāyana ketika Buddha menjelaskan tentang pandangan tepat. Istilah tiada dan tiada tak ada akan membantu generasi mendatang agar tidak menderita lagi akibat cubitan di hidung.

Sutra Hati ditujukan untuk membantu para Sarvāstivādin melepaskan pandangan tiada aku dan tiada dharma. Esensi paling dalam dari Prājñāpāramitā adalah kekosongan ‘aku’ (ātmaśūnyatā) dan kekosongan dharma (dharmanairātmya) dan bukan tiada dari aku dan dharma. Dalam Sutra Kātyāyana Buddha bersabda bahwa banyak di antara manusia terjebak dalam pandangan ada dan tiada. Oleh karena itulah kalimat ‘dalam kekosongan tiada wujud, perasaan…’ sudah jelas sekali masih terjebak dalam konsep ‘tiada’ dan tidak sesuai dengan kebenaran tertinggi. Kekosongan aku hanya berarti aku yang tidak bisa berdiri sendiri, bukan aku yang tidak eksis; sebagaimana balon yang bagian tengahnya kosong bukan berarti balon tidak eksis. Demikian juga kekosongan dharma: berarti bahwa fenomena tidak bisa berdiri sendiri dan bukan semua dharma tidak eksis. Contohnya bunga yang terbuat dari elemen non bunga. Bunga itu tidak bisa terwujud tanpa elemen lain, tapi itu bukan berarti bunga itu tidak ada.

Sutra Hati sedikit terlambat muncul yang mana pada saat itu ajaran Tantra telah menyebar. Sesepuh Buddhis mengompilasi Sutra Hati agar para penganut ajaran Tantra juga berlatih dan melafalkan Sutra Hati, oleh karena itulah Sutra Hati dibuat dalam bentuk Mantra. Ini juga termasuk upaya mahir. Thay menggunakan kalimat, ‘Kearifan yang menyeberangkan kita ke pantai seberang’, karena dalam mantra itu ada istilah pāragate yang berarti ‘pergi menuju pantai seberang, pantai kearifan.’

Pārāyana dan pāramitā sama-sama diterjemahkan menjadi ‘menyeberang ke pantai sana’. Dalam Sutta Nipāta ada bab yang berjudul Pārāyana yang juga diterjemahkan sebagai ‘menyeberang ke pantai sana’.

Para sahabat, saya harap Anda bisa menikmati berlatih Sutra Hati baru versi Inggris. Brother Phap Linh sedang menciptakan irama pendarasan yang baru. Sutra Hati versi baru ini akan diikutsertakan dalam Edisi baru Buku Pendarasan Plum Village. Kemarin, tanggal 21 Agustus, setelah selesai menerjemahkan Sutra Hati sekitar pukul 3 subuh, seberkas cahaya bulan menyinari kamar Thay.

Dengan kasih sayang dan kepercayaan,
Gurumu,

Insitut Ashoka, EIAB Waldbröl – Jerman