Sadar, Bebas Khawatir dan Belajar Memahami dengan Mindfulness

Secara umum mindfulness dapat diartikan suatu sikap kesadaran penuh akan diri saat ini. Tidak berpikir ke masa lalu ataupun masa depan atau tidak mengkhawatirkan masa lalu maupun masa depan. Singkatnya, mindfulness dapat diartikan tubuh dan pikiran benar-benar bersatu. Mindfulness itu sadar setiap saat dan fokus pada masa kini. Hal yang menarik dari hal di atas bagi saya pribadi adalah “tidak khawatir ke masa lalu ataupun masa depan.”

Sampai pada akhirnya, dalam suatu acara saya mendengar kalimat ini, “Fokus saja pada masa kini, kalau kamu persiapkan saat ini, maka pada masa yang akan datang kau akan bahagia.” Sama seperti murid akan ujian, kalau dia mulai sekarang atau saat ini belajar, maka dia akan bisa mengikuti ujiannya. Kalimat ini saya dengar ketika mengikuti retret guru pada November 2018 di Sibolangit. Hal tersebut sangat mengubah pola pikir saya.

Di Sini, Saat Ini

Dalam agama saya, ada ayat Alkitab yang mengatakan begini “Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari esok, karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Sebenarnya banyak ayat Alkitab lain yang menuliskan tentang kekhawatiran, tetapi saya tetap merasa khawatir. “Bagaimana jika begini? Bagaimana jika begitu? Dan bagaimana akhirnya?” Pertanyaan-pertanyaan demikian sering muncul di kepala saya, tentu saja itu membuat saya sangat khawatir.

Banyak hal yang saya sukai tentang mindfulness, dan banyak hal yang saya pelajari ketika mengikuti Retret dan Day of Mindfulness (DOM). Mindfulness mengubah hidup saya menjadi lebih penyabar dan menjadi sadar penuh akan hal-hal yang saya lakukan. Hidup di saat ini.

Pada meditasi makan, saya belajar mencukupkan makanan yang ingin saya komsumsi, belajar tidak serakah dan belajar mementingkan orang lain yang berada di antrian belakang. Mengunyah makanan lebih dari 24 kali juga baik untuk lambung, baik untuk kesehatan, dan membuat kita kenyang. Ini baik untuk program diet. Hal-hal tersebut juga saya dapat pada pembelajaran mindfulness.

Deep Listening

Penerapan mindfulness pada pembelajaran di sekolah membuat saya banyak belajar, terutama dalam menghadapi orang tua. Ketika ada orang tua yang marah, saya berpikir, “oh…ibu atau bapak ini belum mindful”, atau “oh… ibu atau bapak ini belum belajar mindful.” Mindful mengajari saya untuk banyak belajar.

Pada serangkaian acara pada DOM dan retret, saya paling menyukai meditasi yang saling berhadapan berpasangan. Face to face. Eye to eye. Meditasi ini membuat kita dapat melihat langsung wajah teman kita. Menceritakan hal positif kepada teman. Hanya hal positif.

Bagi saya, hal yang menarik adalah mengetahui hal-hal positif dalam diri yang semula tidak saya ketahui. Saya menjadi tahu bahwa orang lain ternyata memperhatikan saya. Saya juga memiliki kesempatan untuk memberitahu orang lain hal-hal positif yang ada di dalam dirinya, yang mungkin semula tidak dia sadari. Saya yakin itu membuat mereka bahagia, hal tersebut dapat terlihat dari senyum mereka.

Saya pernah mendengar pepatah “jangan terlalu percaya dengan pujian, karena ada orang yang memuji setulus hati, ada yang hanya ingin menguji hati.” Saya termasuk tipe orang yang tidak terlalu suka dengan pujian. Entah bagaimana, pujian justru membuat saya menjadi lebih bersemangat akhir-akhir ini.

Kegiatan Positif

Di sekolah kami sebenarnya sudah pernah melakukan kegiatan ini, saling memberi pujian atau hal positif kepada rekan sekerja. Hal tersebut sangat membantu saya dalam bekerja. Contohnya ketika teman sekerja marah atau melakukan hal-hal yang membuat saya jengkel atau marah, maka saya hanya akan mengingat hal-hal positif yang pernah dia katakan kepada saya, dan hal-hal positif yang pernah saya katakan kepadanya. Ini membantu saya dapat mengontrol emosi saya.

Dampak positif yang saya rasakan setelah mengikuti retret adalah saya menjadi merasa bersalah ketika menceritakan hal-hal negatif tentang seseorang. Rasa bersalah ini terasa karena ketika meditasi “menyirami benih kebaikan” saya bertemu dengan dia. Saat bercerita, kata-katanya yang paling saya ingat adalah, “Saya pun tersiksa memiliki sifat begini Bu, sebenarnya saya tidak mau marah, tapi entah kenapa saya tetap marah”. Saat itu saya pun bertekad untuk tetap memiliki pandangan positif terhadapnya. Dan memang, ketika kita bisa dekat dengan seseorang akan banyak hal-hal positif yang bisa kita lihat pada orang tersebut.

Selain hal positif yang saya katakan kepada teman, hal kedua yang saya dapatkan ketika retret meditasi berhadapan adalah saya juga mencurahkan “uneg-uneg” kepada teman saya. Kemungkinan hal ini bukan masalah untuknya, tapi ini selalu mengganggu saya. Suatu hari dia pernah berkata, “Aku menyesal meninggalkan pekerjaanku kak, menyesal juga meninggalkan pelayananku di gereja.” Tapi setelah dia kembali, dia tidak melakukan hal yang dia katakan. Itu membuat saya kesal dan sedih. Tapi setelah retret itu, dia kembali bersama-sama kami lagi. Yeah….. ! hehehe

Rasa Syukur

Terima kasih saya ucapkan kepada Bhante Y.M Nyanabhadra yang sudah membimbing kami selama retret. Kepada ibu Sri selaku volunteer, kepada ibu Rumini yang selalu memiliki ide-ide, dan kepada bu Merlyna dari Yayasan. Semoga selalu diberkati dan menjadi berkat untuk orang lain.

Saya juga merasa bersyukur selama retret bisa bersama dengan Ibu Lusi dan Ibu Lilis. Mereka adalah ibu dan istri yang luar biasa. Ibu Lilis yang sangat sayang kepada anaknya, dan ibu Lusi yang sangat sayang kepada suaminya. Berada bersama dalam satu kamar selama tiga hari membuat saya lebih banyak mengetahui hal-hal positif tentang mereka.

Bagan batu, 23 Juli 2019
MARISAH TAMPUBOLON, Guru Sekolah Ananda Bagan Batu