The Need to Love

Thich Nhat Hanh

Seorang Penulis Prancis bernama Antoine bilang: “Mencintai bukan berarti hanya duduk saling memandang saja, namun mencintai berarti bersama-sama memandang ke arah yang sama.” Saya tidak tahu kalimat ini membawa kesan apa buatmu, ketika saya mendengar kalimat itu, saya merenung sebentar kemudian saya tersenyum kecil, karena saya sedang membayangkan sepasang suami istri yang sedang memandang ke arah yang sama, dan arah itu adalah ke televisi karena mereka sudah tidak bisa menikmati saling memandang lagi. Demi mengurangi penderitaan masing-masing maka mereka mencoba untuk memandang ke arah televisi bersama-sama agar bisa melupakan penderitaannya.

Ketika mereka baru menikah, mereka sangat antusias untuk menghabiskan waktu bersama untuk saling memandang, tetapi karena mereka tidak tahu bagaimana berlatih hidup sadar, tidak tahu bagaimana menjaga agar kasih sayangnya tetap membara, mereka tidak tahu bagaimana cara memperdalam pengertian dan welas asih sehingga mereka terus-menerus membuat keretakan keluarga dan stres dalam hubungan itu. Suatu hari mereka sadar bahwa rasanya sudah tidak nyaman lagi saling memandang, jadi daripada saling memandang, mereka secara diam-diam ada kesepakatan tak langsung bahwa lebih baik memandang ke arah televisi, ini sungguh sebuah tragedi!

Ketika engkau mencintai seseorang, engkau percaya pasanganmu memiliki sesuatu yang cantik dan pantas untuk dicintai, engkau selalu mencari sesuatu yang baik dan indah agar kamu bisa mencintainya, kalau tidak demikian, mengapa engkau mau mencintainya? Cinta ini hadir karena kita sedang kelaparan, kita lapar akan sesuatu yang baik, kita lapar akan sesuatu yang cantik, kita lapar akan sesuatu yang tulus, oleh karena itulah kita mencoba untuk mencari dan mencari. Pasangan kita memiliki tiga kualitas itu, cantik, baik, dan tulus. Engkau merasa dirimu sendiri tak punya kualitas itu, oleh karena itulah ketika ada seseorang yang memiliki kualitas itu, maka engkau akan segera mencintainya karena engkau sangat membutuhkan kualitas demikian, dalam cinta demikian, dalam kondisi kebutuhan demikian, engkau merasa ada sesuatu yang bisa kita letakkan dalam dasar hatimu. Engkau selalu merasa ada sesuatu yang kurang dalam dirimu dan engkau selalu merasa tidak memiliki fondasi kualitas itu. Engkau selalu mengembara untuk mencari dan mencari, mencari sesuatu yang baik, indah dan tulus. Ketika engkau menemukan orang yang memiliki kualitas seperti itu, maka engkau begitu bahagia, namun di balik kebahagiaan itu ada ketakutan! Bagaimana kalau-kalau itu bukanlah kecantikan sesungguhnya? Bagaimana kalau-kalau itu bukanlah kebaikan sesungguhnya? Engkau akan takut atas renungan barusan, takut kalau itu kualitas palsu! Engkau juga begitu takut kalau-kalau suatu hari nanti rahasia terbongkar bahwa orang yang engkau cintai itu hanyalah objek imajinasi dirimu belaka. Ketika mencintai seseorang, engkau punya daya imajinasi luar biasa. Engkau menciptakan imajinasi-imajinasi indah dalam pikiranmu, engkau begitu takut kalau kenyataannya tidak sesuai dengan imajinasimu, oleh karena itulah ketakutan makin besar dan makin besar dalam dirimu.

Jadi, pertama, mencintai itu hadir karena engkau merasa ada sesuatu yang kurang atau tidak lengkap dalam dirimu yaitu kehampaan, kedua ada perasaan takut, bahkan ketika engkau menemukan sesuatu, engkau juga takut sesuatu itu bukanlah sesuatu yang engkau bayangkan dan bukan sesuatu yang ingin engkau percaya, bisa saja itu palsu! Walaupun engkau percaya bahwa itu benar, engkau tetap ada perasaan takut engkau takut akan impermanen. Engkau akan takut ketika tiga atau lima tahun kemudian, bagaimana dirimu bisa hidup kalau sang kekasih sudah tidak mencintai dirimu lagi? Oleh karena itulah engkau selalu memaksa sang kekasih untuk mengulang pernyataan “I love you darling, I love you”, karena engkau tak punya perasaan aman dan engkau dipenuhi rasa takut!

Dalam hubungan kasih seperti itu, engkau perlu menenangkan orang itu, engkau merasa harus meyakinkan pasanganmu bahwa engkau mencintainya selamanya, namun dari lubuk hatimu yang paling dalam, engkau sadar bahwa tidak ada sesuatu pun yang bisa berlangsung lama alias impermanen. Engkau mengamati orang-orang dan engkau sendiri melihat bagaimana terjadinya perubahan. Kisah cinta pada awalnya akan bisa berubah menjadi begitu kecut setelah dua atau tiga tahun kemudian. Engkau sendiri sudah banyak melihat kisah nyata seperti itu, namun engkau masih belum begitu percaya bahwa sang kekasih akan mencintaimu seumur hidup.

Jadi ketakutan hadir dalam kisah cintamu, ada juga kekosongan dan ketidakpastian, kemudian hadir juga ketakutan. Ketika engkau merenungkan tentang pasanganmu, maka engkau bisa percaya bahwa ada kualitas dari pasanganmu yang ternyata tidak ada dalam dirimu, oleh karena itu perlu merenungkan agar muncul rasa kagum, karena engkau sudah bisa merasakan kebahagiaan kecil, rasa nyaman ketika engkau kagum atas kecantikan, kebaikan, dan ketulusan pasanganmu. Pada saat bersamaan engkau juga sadar bahwa pasanganmu juga memiliki imajinasi tersendiri atas dirimu. Engkau juga takut kalau suatu hari nanti imaginasi pasanganmu tidak sesuai dengan kenyataannya, engkau mencoba untuk berpura-pura dan bermain sandiwara, engkau mencoba menjadi orang yang diimajinasikan oleh pasanganmu, engkau melakukan semua itu namun ketakutan tetap hadir di situ, ketakutan bahwa suatu hari nanti dia membongkar rahasia kepalsuanmu, bahwa engkau hanya sedang bersandiwara saja, engkau seperti seseorang yang pergi ke butik kosmetik untuk membeli ini dan itu, engkau mau menaburkan semua kosmetik agar tampak indah yang sebenarnya bukan dirimu sesungguhnya.

Dilihat dari segi spiritual dan aspek moral kita juga melakukan hal yang sama, kita menggunakan berbagai jenis kosmetik agar wajah kelihatan indah, mata terlihat bersinar agar orang lain mau mencintaimu. Pada kenyataanya ketika engkau menggunakan kosmetik, maka itu adalah sebuah tragedi bagi mental dan fisikmu sendiri. Suatu tragedi terjadi karena engkau tidak percaya bahwa sesungguhnya dirimu sudah cantik apa adanya, oleh karena itulah engkau mencoba untuk membuat diri cantik. Kita tidak percaya bahwa kita ini baik, tetapi kita mencoba untuk bersandiwara agar kelihatan berkualitas baik. Kita tidak percaya bahwa kita ini tulus. Dari lubuk hati paling dalam barangkali ada rasa mengkhianati pasanganmu kemudian juga mengkhianati dirimu sendiri, kemudian ada perasaan bahwa dirimu tidaklah layak dicintai. Kita memiliki kompleks bahwa diri sendiri tidak layak dicintai. Inilah yang menjadi elemen pembangkit penderitaan dalam hidup sehari-hari, karena kita enggan menyentuh dirimu yang paling dalam, engkau tidak punya kejelasan atau keruh dalam melihat kualitas dirimu sendiri, engkau merasa hampa dan tidak layak dicintai, engkau mencoba mencari sesuatu untuk mengisi hatimu, ini bisa disebut sejenis vakum. Mencintai bisa jadi adalah sebuah cara untuk mencari sesuatu kemudian engkau mengisikannya ke hatimu, yaitu kualitas cantik, baik, dan tulus. Walaupun engkau sudah menemukan kualitas itu, namun engkau tetap khawatir dan takut, engkau tidak yakin itu kualitas sesungguhnya atau bukan? Atau si dia itu sedang bersandiwara saja? Karena bisa saja itu kualitas palsu.

Ketika engkau bertemu seorang guru spiritual, engkau juga punya rasa takut seperti itu, namun seorang guru spiritual ternyata juga seperti manusia biasa, jadi engkau punya rasa takut akan ketulusan guru spritual tersebut. Seorang guru spiritual bisa saja tidak memiliki kecantikan, kebaikan, dan ketulusan sejati, guru spiritual itu juga mungkin memakai kosmetik agar kelihatan seperti seorang guru spiritual yang baik. Kadang kita merasakan bahwa guru spiritual kita ternyata bukanlah seperti yang kita bayangkan, kemudian engkau marah, kecewa, kemudian mencari guru lain lagi. Ini juga merupakan proses mencintai, engkau terus mencari suatu kualitas yang belum ada dalam dirimu sendiri, kualitas yang betul-betul engkau butuhkan.

Kadang-kadang engkau merasa seperti sebuah pot tanpa cover, engkau percaya bahwa coverrnya ada di dunia luar sana, engkau harus berupaya mencari cover untuk menutupi pot itu. Perasaan vakum dan hampa selalu hadir dalam hati. Barangkali ini yang disebut kebutuhan akan cinta, kebutuhan akan dicintai dan kebutuhan untuk mengisi kehampaan dalam hati agar hidup menjadi bermakna. Ketika engkau meneliti lebih dalam tentang orang lain, engkau bisa melihat banyak kekurangan dalam diri sendiri, sehingga engkau ingin mencari seseorang agar bisa menjadi tempat berpijak atau tempat bersandar, tempat berlindung demi mengusir penderitaanmu. Kemudian engkau juga punya keinginan untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang lain karena ada rasa kosong dalam hati, perasaan vakum, engkau tidak tahu cara memeluk penderitaan sendiri, oleh karena itulah engkau butuh orang lain agar bisa memberi perhatian.

Engkau membutuhkan seseorang agar bisa menjagamu setiap saat, seseorang yang bisa mengisi kehampaan hatimu, mengisi kevakuman dan penderitaan dengan energi perhatian penuh kesadaran. Tanpa energi itu engkau tidak bisa hidup, Cinta, inilah kebutuhan akan perhatian, energi perhatian dari orang lain akan membantumu menjadi tidak begitu kosong lagi. Energi yang membantu membantu mencairkan balok es penyumbat akibat penderitaan. Engkau sendiri tidak sanggup membangkitkan energi kesadaran itu oleh karena itulah engkau butuh orang lain, apabila pasanganmu tidak punya energi secukupnya untuk mengurangi penderitaanmu, maka engkau kecewa! Engkau merasa kehadiran pasangan sudah tidak berguna lagi oleh karena itulah cintamu juga ikut menguap!

[Genta]

Seandainya engkau cukup beruntung, engkau berkesempatan untuk menemukan kekasih yang tepat, kekasih yang punya kualitas kebaikan, elemen kecantikan begitu nyata dirasakan karena engkau punya kesempatan untuk menghabiskan banyak waktu bersamanya, engkau punya kesempatan untuk membuktikan dan menyakinkan elemen kecantikan, elemen kebaikan, elemen ketulusan pada sang calon kekasih.

Buddha mendefinisikan Maitri sebagai kasih sayang sebagai suatu jenis kecantikan. Ketika engkau berlatih maitri, maka engkau bisa merasakan kecantikan alami. Saya sangat terkesan ketika saya membaca kalimat itu. Seseorang yang punya hati yang baik, dia selalu bersedia untuk melakukan sesuatu demi memberikan rasa lega, menghadirkan sukacita, membawa rasa nyaman bagi orang lain, jika kejadian seperti ini hadir dalam sang kekasih, punya kesempatan untuk berkenalan dengan orang demikian, maka engkau orang yang beruntung sekali. Orang itu terdorong oleh sebuah energi untuk memberikan kebaikan dan sukacita kepada orang lain, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Apabila engkau telah berhubungan dengannya dalam kurun cukup lama maka engkau bisa mengetahui bahwa dia punya kualitas kecantikan sesungguhnya. Ketika engkau berkesempatan menyentuh energi kecantikan itu, maka secara alami engkau sedang menyentuh kecantikan alami dalam dirimu sendiri.

Engkau sering tidak percaya bahwa dirimu sendiri juga punya kecantikan itu, engkau tak percaya bahwa dirimu sendiri juga punya kemampuan untuk mencintai, dicintai, dan welas asih, engkau merasa minder bahwa dirimu tidak ada cinta kasih sama sekali, engkau tak sanggup mencintai, engkau begitu menderita gara-gara perasaan seperti ini, engkau selalu meremehkan diri sendiri, engkau merasa dirimu tidak berguna sama sekali, tetapi engkau cukup beruntung karena bisa mencintai seseorang yang punya energi maitri, energi kasih sayang, engkau punya kesempatan untuk bersentuhan dengan energi itu dan sekaligus menyentuh energi itu yang memang sudah ada dalam dirimu. Oleh karena itu energi perhatian penuh kesadaran sangat penting sekali, energi kesadaran membantumu melihat bahwa ada kasih sayang dan welas asih dalam dirimu.

Saat menjelang subuh ketika Siddharta mencapai pencerahan di bawah pohon bodhi, beliau takjub sendiri, beliau meditasi sepanjang malam, subuh itu ia melihat meteor, beliau jadi sadar bahwa semua orang punya kemampuan untuk mengerti, kemampuan sadar, dan kemampuan mencintai, namun sementara ini mereka tenggelam dalam samudra penderitaan dari satu kehidupan menuju kehidupan selanjutnya.”

Kemampuan ini dimiliki oleh semua orang, namun mereka tidak percaya, oleh karena itulah mereka jatuh ke dalam kompleks bahwa dirinya bukanlah orang yang layak dicintai, tidak layak menjadi leluhur, tidak layak menjadi guru spiritual, dan sebagainya. Ini disebut kompleks inferior, kompleks ini perlu ditransformasi. Caranya yaitu dengan mengenali bahwa ada sifat layak dari orang lain, dia adalah orang yang engkau cintai. Mengenali bahwa kasih sayang dan welas asih merupakan sumber energi yang penting bagi seseorang, ketika engkau menyentuh energi baik sang kekasihmu maka energi ini akan memantul balik ke dirimu. Ketika engkau merenungkan orang lain berarti engkau sedang merenungkan dirimu sendiri. Sama juga ketika engkau bersujud kepada Buddha di altar maka engkau punya kesempatan untuk menyentuh Buddha yang ada dalam hatimu.

Ada orang yang punya waktu untuk memberikan kesempatan kepada energi pengertian, welas asih, dan kasih sayang untuk tumbuh. Ketika energi seperti ini tumbuh, mereka menjadi bahagia, mereka yang punya energi kasih sayang, welas asih, sukacita, dan kebebasan adalah orang bahagia. Apabila engkau punya kesempatan untuk bersentuhan dengan orang demikian, mencintainya, maka engkau punya kesempatan untuk menyentuh sifat baik dalam dirimu. Mungkin ada banyak energi derita, keragu-raguan, putus asa, sifat cemburu, namun energi ini tidak bisa mematikan energi kebaikan dalam dirimu, energi ini tidak bisa mematikan kasih sayang dalam dirimu.

Buddha mengatakan pikiran selalu bersinar seperti cermin, namun cermin ini terkubur dalam debu ratusan tahun, kita hanya perlu menggunakan kain lap untuk membersihkannya, dengan demikian cermin ini bisa bersinar kembali. Ini yang disebut benih Buddha atau elemen dasar pencerahan, semua orang punya elemen dasar ini. Akibat dari penderitaan dan persepsi keliru sangat banyak maka, debu-debu ini menutupi elemen dasar pencerahan, begitu banyak persepsi keliru dalam dirimu. Tugas kita adalah berlatih untuk membersihka lapisan debu ini dan mengangkat layar persepsi keliru agar engkau bisa mengerti bahwa elemen dasar kencantikan, kebaikan, dan ketulusan memang sudah ada dalam dirimu, ini merupakan latihan esensial meditasi buddhis. Pada umumnya engkau merasa minder, makanya engkau mencari orang lain, engkau mencari guru yang bisa memberi sesuatu yang engkau tidak punya, tetapi sesungguhnya seorang guru yang mahir adalah guru yang membantu kamu menemukan guru dalam dirimu, guru itu akan meminta kamu untuk kembali ke gurumu ‘sendiri’, karena engkau telah punya elemen dasar kebaikan, elemen dasar pencerahan, elemen dasar welas asih dan sukacita, ketika engkau kembali pada dirimu sendiri dan menyentuh kehidupanmu dengan mendalam, maka engkau menemukan guru dalam hatimu sendiri. Seorang guru yang mahir adalah guru yang tidak membuat kamu menjadi orang yang tergantung kepadanya, seorang guru yang mahir adalah dia yang menyuruhmu kembali ke diri sendiri untuk menemukan bahwa ada guru dalam hatimu, engkau tidak perlu mengemis apa pun, engkau tidak perlu mengemis kecantikan, engkau tidak perlu mengemis kebaikan, engkau juga tidak perlu mengemis kebenaran, ternyata semua itu sudah ada dalam dirimu, inilah pernyataan Buddha ketika beliau tercerahkan, “Sungguh aneh, semua orang punya elemen dasar itu, namun mereka tenggelam dari satu kehidupan menuju kehidupan berikutnya, mereka tenggelam dalam samudra penderitaan”.

Jadi, apa artinya cinta? Mencintai berarti saling memandang dan memandang bersama pada arah yang sama. Ketika engkau tahu cara memandang, maka saling memandang akan menjadi suatu hal yang indah sekali, karena engkau tahu cara saling memandang dan menemukan elemen dasar kebaikan, kecantikan, dan ketulusan di pasanganmu dan dirimu sendiri. Memandang orang lain berarti memandang diri sendiri, jadi engkau punya kesempatan untuk menemukan bahwa cinta merupakan sesuatu yang nyata dan eksis.

Banyak kesempatan sudah hadir bagimu, bagi kita semua, beruntung bisa menerimanya. Cinta merupakan sesuatu yang sungguh eksis, cinta merupakan suatu energi yang membantu engkau menjadi kuat, menjadi penuh kasih, dan menjadi penuh perhatian. Perhatian terhadap kondisi orang dan makhluk lain, perhatian dicurahkan untuk meringankan penderitaan, perhatian dicurahkan untuk menolong orang lain agar mereka berbahagia. Ketika engkau bersentuhan dengan orang lain maka, engkau menghadirkan energi cinta, pada saat bersamaan engkau bersentuhan dengan kecantikan, karena cinta adalah kecantikan. Melalui pengalaman seperti ini engkau sadar bahwa cinta dan kecantikan itu eksis maka engkau bisa membangkitkan cinta dan kecantikan setiap hari, hidupmu menjadi lebih bermakna.

Buddha bilang, berlatih maitri membawa kecantikan, kecantikan yang membuat hidup lebih bermakna. Beliau juga bilang ketika engkau berlatih karuna atau welas asih, maka hatimu seperti angkasa raya tanpa batas, karuna merupakan sebuah energi yang membantumu untuk mengurangi penderitaan, membantu orang di sekeliling untuk mengurangi penderitaannya. Karuna juga merupakan energi untuk mentrasformasi penderitaan. Penderitaan itu seperti sampah kompos, cinta seperti bunga. Kompos itu tidak begitu indah sedangkan cinta atau bunga itu indah, tugas penderitaan dan kompos sudah jelas, kalau kita tau bagaimana memanfaatkan penderitaan maka kita bisa mentransformasi penderitaan menjadi cinta, kita bisa menghadirkan kecantikan bunga.

Mengerti tentang penderitaan orang di sekelilingmu dan mengerti penderitaan pribadi sangat penting, karena melalui pengertian atas penderitaan engkau baru bisa mentransformasi penderitaan menjadi cinta. Ketika kecantikan hadir maka cinta juga ada di situ, ketika welas asih hadir di situ maka engkau merasa punya banyak ruang di hatimu. Ketika engkau berucap penuh cinta kasih dan welas asih, kita sangat percaya bahwa orang yang mendapatkan manfaat hanyalah orang lain, engkau cenderung lupa bahwa pada momen itu cinta telah lahir dalam hatimu, begitu juga welas asih sudah lahir dari hatimu paling dalam, jadi orang pertama yang mendapatkan manfaat adalah dirimu sendiri, ketika cinta dan welas asih lahir dalam dirimu maka kecantikan dan kebahagiaan lahir seketika itu juga.

Buddha mengatakan bahwa berlatih maitri maka, engkau bisa merasakan banyak ruang dalam hatimu, ruang kosong ini memberi kesempatan kepada sukacita untuk tumbuh, kebahagiaan dan sukacita sesungguhnya tidak akan bisa terjadi kalau hatimu tidak ada ruang. Maitri diterjemahkan menjadi kasih sayang, ini merupakan elemen pertama dari true love. Karuna adalah welas asih, kemampuan untuk mengurangi dan mentransformasi penderitaan. Mudita atau sukacita merupakan elemen ketiga true love yang diajarkan oleh Buddha, elemen keempat adalah upeksa yang berarti kesetaraan atau non diskriminasi atau bisa diterjemahkan menjadi kebebasan. Engkau mencintai bukan karena orang tersebut bagian dari keluarga kandungmu, engkau mencintai seseorang bukan karena dia sama agamanya. Engkau mencintai bukan karena dia adalah anak kandungmu atau istri atau suamimu. Engkau mencintai karena orang itu butuh cinta, itu saja! Cintamu tanpa harus ada syarat apa pun, ini namanya cinta tanpa syarat, engkau mencintai untuk mengurangi penderitaan, mentransformasi penderitaan, menghadirkan sukacita, menghadirkan kebahagiaan. Engkau tidak berharap balasan apa pun. Buddha bilang ketika engkau mencintai maka engkau tidak ada apa pun, namun “tidak ada apa pun” juga suatu hal yang indah, berarti engkau tidak butuh apa pun, namun engkau punya semuanya.

Tanpa kehadiran Upeksa, cinta berubah menjadi posesif. Hembusan angin pada musim panas memberi kesegaran, namun apabila engkau mencoba untuk mengalengkan angin itu agar bisa menikmatinya sendirian, maka angin itu akan mati.

Kekasih atau orang yang kita sayangi juga demikian, dia bagaikan awan, angin atau bunga, apabila engkau mengurungnya dalam kaleng, dia akan mati. Ternyata banyak orang bertindak demikian, mereka merampas kebebasan sang kekasih, lebih parah lagi bahkan sang kekasih sudah tidak bisa menjadi dirinya sendiri lagi.

Banyak orang yang hanya hidup untuk memuaskan dirinya sendiri saja, menjadikan kekasihnya sebagai objek untuk memenuhi keinginannya, tindakan demikian bukanlah mencintai namun menghancurkan!

Engkau berulang kali mengatakan “aku cinta padamu”, namun apabila engkau tidak mengerti aspirasi, kebutuhan, kesulitannya, maka engkau sedang memenjarakan kekasihmu dalam sel yang bernama “cinta”.

Cinta sejati memberimu dan kekasihmu ruang agar tetap memiliki kebebasan

Wejangan Dharma oleh Thich Nhat Hanh pada tanggal 01 Januari 1998 di Plum Village Prancis