Surat dari lubuk hati terdalam

Surat dari lubuk hati terdalam
Thầy dan Br. Pháp Hữu di India

Thầy terkasih,

Selagi kami duduk dalam pelukan lembut Sangha Plum Village sedunia, sembari menulis surat ini untuk Thầy, hati kami dipenuhi dengan rasa syukur dan hormat mendalam. Sudah dua tahun sejak kehadiran fisik Thầy kembali ke Ibunda Pertiwi, namun kehadiran dan semangat Thầy terus menerangi jalan bagi kami, para siswa dan yang lainnya.

Sebagai murid-muridmu, kami mendapat kehormatan dan keistimewaan untuk berjalan di sampingmu, menyerap kedalaman kebijaksanaanmu dan welas asih tanpa batas yang engkau pancarkan. Ajaran Thầy bukan hanya sekedar pelajaran, tetapi juga merupakan pengalaman hidup yang meresap ke dalam kehidupan dan interaksi kami sehari-hari. Kehadiran Thầy adalah tempat kedamaian, sebuah bukti dari kekuatan perhatian penuh dan cinta kasih.

Engkau mengajari kami, melalui teladanmu yang menerangi, bahwa meskipun dalam menghadapi kesulitan dan kesusahan, api aspirasi dapat menyala terang, tak pernah padam.

Hidup Thầy adalah pesan Thầy itu sendiri, merangkul lumpur dan teratai kehidupan, disatukan dari kain ketabahan dan komitmen yang tak tergoyahkan untuk perdamaian, di saat-saat tergelap, Thầy tetap menjadi mercusuar harapan, menunjukkan bahwa kedamaian batin adalah fondasi bagi perdamaian umat manusia.

Petualangan Thầy bukan hanya milik Thầy sendiri. Itu juga menjadi petualangan kami. Melalui matamu, kami belajar untuk melihat dunia dengan penuh kasih dan pengertian. Engkau menunjukkan kepada kami keterkaitan antara semua kehidupan, mengingatkan kami bahwa kita tidak terpisahkan, tetapi sangat terhubung satu sama lain dan dengan Bumi. Ajaran Thầy tentang perhatian penuh, tentang menghargai setiap momen, tentang hidup dengan penuh semangat dan cinta, adalah anugerah yang tak terukur nilainya.

Sembari kami terus berjalan di jalan yang telah Thầy tunjukkan kepada kami, kami merasakan komitmen yang mendalam untuk menjadi penerus warisan Thầy. Bimbinganmu tetap hidup dalam diri kami masing-masing, murid-muridmu, saat kami berusaha untuk mewujudkan dalam pikiran, kata-kata, dan tindakan kami, pintu-pintu Dharma yang telah engkau sampaikan kepada kami. Kami bertekad untuk selalu waspada, menumbuhkan kedamaian dan pengertian di dalam hati kami, dan menyebarkan kedamaian tersebut ke seluruh dunia.

Ketidakhadiranmu sangat terasa, namun kami menemukan pelipur lara dengan mengetahui bahwa engkau masih bersama kami, dalam gemerisik dedaunan, dalam keheningan meditasi, dalam senyuman yang engkau tebar, dalam saat-saat hening untuk merenung, dan dalam komunitas yang hidup ini; karya agungmu. Engkau mengajarkan kepada kami bahwa hidup ini tidak kekal, tetapi cinta dan pengertian adalah warisan yang bertahan dari generasi ke generasi.

Terima kasih, Thầy, atas bimbinganmu yang tak tergoyahkan, kasih sayangmu yang tak ada habisnya, dan pelajaran tak ternilai yang terus membimbing kami. Kami berjanji untuk meneruskan obor ajaran Thầy, memastikan bahwa esensi dari Plum Village terus berkembang dan menyentuh hati banyak orang.

Dengan rasa terima kasih dan cinta yang terdalam,

Kami murid-muridmu

dari Br. Pháp Hữu

Alih bahasa oleh Andy Setiawan dari Instagram

Hal Kecil Membuat Hati Terasa Damai

Hal Kecil Membuat Hati Terasa Damai
Retret Wake Up Nov 2022

Pengalaman pertama mengikuti Day of Mindfulness (DOM) Plum Village di Maret 2019 sangat membekas di memori saya. Saat pulang dari acara, saya merasa sangat bahagia tapi sulit menjelaskan mengapa saya merasa demikian.

Dalam kehidupan sehari-hari, saya merasa bahwa kebahagiaan itu harusnya datang dari pencapaian tinggi maupun hasil yang luar biasa. Setelah pengalaman DOM yang membahagiakan tersebut, saya merasa ‘addicted’ untuk memperhatikan hal yang sedang saya kerjakan, dan saya menjadi sadar bahwa berada di momen kekinian membuat saya lebih mengapresiasi hal kecil. Anak yang biasa mukanya datar ini pun lama kelamaan jadi lebih sering tersenyum 🙂

Tiga tahun kemudian, saya bersyukur bisa mengikuti retret Wake Up, berlatih bersama dengan brother sister secara offline lagi. Perbedaan asal negara dan bahasa tidak menjadi rintangan untuk kami semua untuk menikmati kehangatan dan suasana yang sukacita.

Retret selama empat hari mengingatkan saya betapa bahagianya berada di masa kini : bernapas, makan, berjalan, bernyanyi dengan kesadaran. Sebagai orang yang menghargai efisiensi, memiliki hari yang produktif, dan terkadang terjebak dalam budaya ‘hustling’, saya diingatkan bahwa kita selalu memiliki cukup kondisi untuk berbahagia.

Saat kita bisa menikmati proses, hidup jadi lebih indah. Saat bernyanyi dan menggerakan badan secara sadar penuh, lirik lagunya terasa masuk ke dalam, menyegarkan diri. ‘Duduklah disini jika sedih.. Seruput teh ini bersama (lagu Plum Village)’. Hal kecil membuat hati terasa damai

Saya sadar tidak ada salahnya mempunyai banyak rencana untuk mengisi hari kita – namun saat kita makan kita fokus pada makanan; saat kolega kita mengutarakan ide mereka, kita memperhatikan ucapan mereka; saat orang tua kita memberikan nasihat, kita coba tidak memotong ucapan mereka dan menjawab dengan ucapan yang halus (walaupun sejujurnya masih menjadi praktik yang menantang untuk saya). Dari sudut pandang efisiensi, fokus pada pekerjaan kita membuat kita menyelesaikan segala sesuatu lebih cepat dan hasil lebih baik.

Berkat brothers sisters monastik, dan teman-teman yang mengikuti retret bersama, saya akhirnya memutuskan mengambil 5 Latihan Hidup Berkesadaran Penuh (5 Mindfulness Training atau 5MT) sebagai komitmen untuk terus berlatih gaya hidup yang berdampak baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Awalnya saya tidak terbayang mengambil 5MT karena rasanya berat – masih banyak habit energy atau tindakan saya yang belum sesuai. Namun setelah bertukar pikiran dengan keluarga Plum Village, saya menjadi yakin bahwa 5MT berguna sebagai arahan untuk praktik hidup sehari-hari, dan bukan alat untuk menghakimi diri.

Hadiah yang saya bawa pulang dari retret adalah bangun lebih pagi dan memulai hari dengan positif, semakin banyak pilihan lagu untuk dinyanyikan ke keponakan maupun bersenandung saat menunggu, dan 5MT untuk dilatih secara rutin. (Gracia Yap)

Hati Damai, Dunia Damai

Hati Damai, Dunia Damai


Tâm bình, thế giới bình

(Hati Damai, Dunia Damai)

Ini adalah kutipan dari Master Zen Thích Nhất Hạnh tentang latihan kesadaran penuh (mindfulness), “Kebahagiaan bukan sesuatu yang sangat jauh, kebahagiaan ada di saat ini.”

Sister Trăng Thông Chiếu dan Sister Trăng Phú Xuân dari Plum Village berbagi kepada BBC tentang latihan kesadaran penuh dan bagaimana berlatih dalam “kejernihan 24 jam”.

Wawancara dilakukan oleh BBC News Vietnam di Plum Village International Center, Distrik Pak Chong, Provinsi Nakhon Ratchasima, Thailand pada Juli 2022.

Wawancara ini merupakan bagian dari serangkaian video tentang meditasi kesadaran penuh dan warisan Master Zen Thích Nhất Hạnh, yang dilakukan oleh BBC News Vietnam. Kami mengundang Anda untuk menonton video kami berikutnya.

Ulambana Hari Ibu

Ulambana Hari Ibu

Talkshow tentang Kebaikan Ibu

Sebagian umat Buddha di Indonesia memperingati hari Ulambana (盂蘭) pada pertengahan bulan tujuh kalender lunar. Seremoni Ulambana ini biasanya ditandai dengan memberikan persembahan yang diiringi dengan memanjatkan sutra dan pelimpahan jasa kepada leluhur.

Ulambana sendiri berkaitan erat dengan kisah Bhante Moggalana yang ingin menolong ibunya yang sedang menderita di alam preta (makhluk halus kelaparan). Buddha memberi nasihat kepadanya agar melakukan kebajikan dengan memberikan dana untuk para monastik yang baru saja menyelesaikan masa vassa (retret wajib 3 bulan pada musim hujan). Kebajikan berdana ini dapat dilimpahkan kepada mendiang ibunya.

Ketika agama Buddha menyebar ke Tiongkok, tradisi Ulambana dikaitkan dengan Festival Zhong Yuan (中元節) atau kadang disebut sebagai “Bulan Hantu” (鬼月). Sebagian masyarakat Tionghoa percaya bahwa pada bulan tersebut para leluhur yang telah meninggal dunia bisa bebas sementara karena pintu neraka sedang dibuka lebar.

Lain halnya dengan masyarakat Vietnam. Meskipun ada kemiripan dengan “Festival Zhong Yuan” dalam konteks Buddhis, sebagian masyarakat Vietnam memperingati Ulambana atau Vu Lan (dalam Bahasa Vietnam) sebagai hari mengenang sosok ibu. Kadang mereka menyebutnya sebagai Hari Ibu.

Meskipun terlihat kontras antara “Bulan Hantu” dan “Hari Ibu”, tetapi justru menarik untuk mengetahui beberapa aspek berbeda ini. Mendiang Master Zen Thich Nhat Hanh menulis buku saku berjudul “A Rose for Your Pocket: An Appreciation of Motherhood”, yang menjadi dasar bagi Plum Village untuk memperingati hari bakti kepada ibu.

Pada tanggal 11 Agustus 2022 lalu, Plum Village di Thailand menyambut ratusan praktisi awam untuk bersama-sama mengingat kembali jasa dan kebaikan orang tua, terutama sosok ibu. Acara ini diawali dengan talkshow pagi yang menghadirkan 3 orang monastik untuk mengisahkan pengalaman mereka yang berkenaan dengan ibu mereka.

Selesai mendengarkan talkshow, acara dilanjutkan dengan seremoni memasangkan pin bunga mawar sebagai tanda menyatakan tekad untuk berbakti kepada orang tua. Beberapa monastik memasangkan pin satu per satu kepada semua peserta yang hadir.

Pada siang hari komunitas berlatih menyantap makan siang dengan hening, dan saat malam hari dilakukan sesi Be-In untuk berbagi cerita, pengalaman, puisi, lagu, dan tarian untuk menyatakan bakti kepada orang tua.

Mempersembahkan lagu kepada orang tua

Menyematkan bunga mawar

Menyematkan bunga mawar

Ibu dan anak

Anak muda ikut dalam kegiatan Vu Lan

 

 

Memulai Lembaran Baru

Memulai Lembaran Baru


Dalam memulai lembaran baru kita harus memeriksa dengan sungguh-sungguh dan jujur, tindakan-tindakan, ucapan, dan pikiran-pikiran kita di masa lalu serta menciptakan suatu permulaan yang segar di dalam diri kita dan hubungan kita dengan orang lain. Di pusat pelatihan kita melatih Memulai Lembaran Baru sebagai sebuah komunitas dua minggu sekali dan secara pribadi sesering yang kita inginkan.

Kita melatih Memulai Lembaran Baru untuk menjernihkan batin kita dan menjaga latihan kita tetap segar. Jika kesulitan timbul dalam hubungan kita dengan sesama praktisi dan salah satu dari kita merasa dendam atau sakit, kita tahu inilah waktunya untuk Memulai Lembaran Baru. Berikut ini adalah uraian dari proses empat bagian Memulai Lembaran Baru sebagaimana yang digunakan dalam tata cara resmi. Satu orang berbicara berturut-turut dan tanpa disela selama gilirannya. Para praktisi lainnya mempraktikkan cara mendengarkan dengan sepenuhnya dan mengikuti pernapasan mereka.

  1. Menyiram bunga – ini adalah kesempatan untuk berbagi apresiasi kita untuk orang lain. Kita mungkin menyebutkan contoh-contoh tertentu yang orang lain katakan atau lakukan, sesuatu yang kita kagumi. Ini adalah suatu kesempatan untuk memancarkan kekuatan orang lain dan kontribusi untuk Sangha serta untuk menyemangati pertumbuhan akan kualitas-kualitas positifnya.
  2. Menyampaikan penyesalan – kita mungkin menyebutkan tindakan-tindakan, ucapan, atau pikiran-pikiran kita yang tidak cakap yang mana belum sempat kita minta maaf.
  3. Menyatakan rasa sakit – kita mungkin berbagi bagaimana kita merasakan sakit oleh interaksi dengan praktisi yang lain, dikarenakan tindakan-tindakan, ucapan, dan pikiran-pikirannya. (Untuk menyatakan perasaan sakit pertama-tama kita harus menyiram bunga orang lain dengan berbagi kualitas-kualitas positif yang telah benar-benar kita amati dalam dirinya. Menyatakan perasaan sakit sering dilakukan perorangan dengan praktisi lainnya daripada dalam susunan grup. Anda bisa meminta orang ketiga yang Anda berdua percaya dan hormati untuk hadir, jika mengingini).
  4. Menyampaikan kesulitan masa panjang dan meminta dukungan – kadang-kadang kita masing-masing mendapat kesulitan dan rasa kesakitan timbul dari masa lalu yang muncul sekarang. Ketika kita berbagi suatu persoalan yang sedang kita hadapi kita bisa biarkan orang di sekitar kita memahami kita lebih baik dan memberikan dukungan yang benar-benar kita perlukan.

Praktik Memulai Lembaran Baru membantu kita mengembangkan ucapan yang baik dan mendengarkan dengan rasa belas kasih. Memulai Lembaran Baru adalah suatu latihan mengenai pengakuan dan apresiasi akan elemen-elemen positif di dalam Sangha kita. Misalnya, mungkin kita memperhatikan bahwa teman sekamar kita itu dermawan dalam berbagi wawasan, dan teman yang lain peduli terhadap tumbuh-tumbuhan. Dengan mengakui sifat positif orang lain mengizinkan kita untuk melihat kualitas-kualitas baik kita sendiri juga.

Bersama dengan sifat-sifat baik ini, kita masing-masing memiliki bidang-bidang kelemahan, seperti menasehati supaya jangan murka atau terperangkap dalam salah-tanggap kita. Ketika kita melatih “menyiram bunga” kita saling menyokong pengembangan kualitas-kualitas baik dan pada waktu bersamaan kita membantu melemahkan kesulitan-kesulitan orang lain. Selagi di kebun, saat kita saling “menyiram bunga” cinta kasih dan belas kasih, kita juga menyingkirkan energi dari rumput liar kemarahan, kecemburuan, dan kesalah-tanggapan.

Kita dapat melatih Memulai Lembaran Baru setiap hari dengan menyatakan apresiasi kita terhadap sesama praktisi dan meminta maaf dengan segera bilamana kita melakukan atau mengucapkan sesuatu yang melukai mereka. Kita bisa dengan sopan membiarkan orang lain mengetahui saat kita terluka pula. Kesehatan dan kebahagiaan dari seluruh komunitas tergantung pada kerukunan, kedamaian, dan kegembiraan yang ada di antara setiap anggota Sangha.

Invoking Avalokiteshvara

Invoking Avalokiteshvara

Unduh MP3 klik sini

We invoke your name, Avalokiteshvara.
We aspire to learn your way of listening
in order to help relieve the suffering in the world.
You know how to listen in order to understand.
Namo Avalokiteshvaraya……

We invoke your name in order to practice listening
with all our attention and openheartedness.
We will sit and listen without prejudice.
We will sit and listen without judging or reacting.
We will sit and listen in order to understand.
We will sit and listen so attentively
to hear what’s being said and what’s being left unsaid.
Just by listening deeply
we already,
alleviate,
much pain and suffering in the world.
Namo Avalokiteshvaraya
Namo Avalokiteshvaraya
Namo Abalokiteshvaraya


Kami mengagungkan namamu, Awalokiteswara.
Kami bercita-cita mempelajari cara mendengarmu
agar dapat membantu meringankan penderitaan di dunia.
Engkau tahu cara mendengar untuk memahami.
Namo Avalokitesvaraya…..

Kami mengagungkan namamu agar dapat berlatih mendengar
dengan seluruh perhatian dan keterbukaan hati.
Kami akan duduk dan mendengar tanpa disertai prasangka.
Kami akan duduk dan mendengar tanpa menghakimi atau bereaksi.
Kami akan duduk dan mendengar agar mampu memahami.
Kami akan duduk dan mendengarkan sedemikian rupa sehingga
kami dapat menyimak apa yang disampaikan orang lain serta apa yang belum dituturkannya.
Kami tahu hanya dengan mendengarkan secara mendalam saja,
kami dapat meringankan banyak kepedihan dan penderitaan di dunia ini.
Namo Avalokiteshvaraya
Namo Avalokiteshvaraya
Namo Avalokiteshvaraya


Memupuk Cinta Kasih dan Pengertian

Memupuk Cinta Kasih dan Pengertian

Begawan Buddha, Engkau telah mengajarkan kepada kami untuk tidak menyesali masa lalu atau terhanyut dalam kecemasan dan ketakutan akan masa depan. Aku melihat di sekitarku banyak yang terhanyut dalam kecemasan dan ketakutannya. Kecemasan ini mencegah kami untuk berada dalam kedamaian dan hidup secara mendalam di saat ini. Aku mempunyai wewenang dan kemampuan untuk merencanakan masa depan, tetapi aku tidak perlu terhanyut dalam kecemasanku akan masa depan.

Pada kenyataannya, aku tahu bahwa masa depan terbentuk dari masa sekarang. Ketika aku hidup pada saat ini secara mendalam dan aku hanya berpikir, berucap, dan melakukan hal-hal yang dapat membawa pengertian, cinta kasih, kedamaian, keselarasan, dan kebebasan ke dalam situasi saat ini, maka aku telah melakukan seluruh hal yang mampu aku lakukan untuk membangun fondasi bagi masa depan yang cerah.

Ke mana pun arah masa depan dunia ini dan apakah keturunanku akan memiliki kesempatan untuk hidup dengan bahagia dan bebas atau tidak bergantung pada bagaimana aku hidup di saat ini. Untuk memastikan masa depan yang bahagia dan damai bagi keturunanku, aku akan berlatih hidup sederhana, memupuk hati dan pikiran yang penuh pengertian dan cinta kasih, dan hidup harmonis dengan semua orang di sekelilingku sebagai saudara dan saudari sejati dalam keluarga spiritual.

Jika aku terus mengejar kekuasaan, ketenaran, kekayaan, dan otoritas maka aku tidak punya waktu untuk hidup dengan damai dan bebas. Aku juga akan terus mengeksploitasi sumber daya yang tidak diperlukan dari planet bumi ini, merusak lingkungan dan membawa perselisihan serta kebencian di dunia. Ini bukanlah perbuatan yang positif bagi diriku, bagi lingkungan, atau generasi masa depan.

Begawan Buddha, semoga aku dapat mengabdikan hidupku untuk memupuk kesadaran jernih akan diriku sendiri dan lingkunganku dalam setiap momen agar dapat meneruskan jalan-Mu yang tercerahkan dalam melihat dan bertindak di dunia. Inilah jalan hidup yang paling mulia.

Menyentuh Bumi


Begawan Buddha, dengan tubuh, ucapan, dan pikiran bersatu padu, aku menyentuh bumi di hadapan-Mu yang telah mencapai pengertian dan tindakan yang tercerahkan. [Genta]

The Need to Love

The Need to Love

Thich Nhat Hanh

Seorang Penulis Prancis bernama Antoine bilang: “Mencintai bukan berarti hanya duduk saling memandang saja, namun mencintai berarti bersama-sama memandang ke arah yang sama.” Saya tidak tahu kalimat ini membawa kesan apa buatmu, ketika saya mendengar kalimat itu, saya merenung sebentar kemudian saya tersenyum kecil, karena saya sedang membayangkan sepasang suami istri yang sedang memandang ke arah yang sama, dan arah itu adalah ke televisi karena mereka sudah tidak bisa menikmati saling memandang lagi. Demi mengurangi penderitaan masing-masing maka mereka mencoba untuk memandang ke arah televisi bersama-sama agar bisa melupakan penderitaannya.

Ketika mereka baru menikah, mereka sangat antusias untuk menghabiskan waktu bersama untuk saling memandang, tetapi karena mereka tidak tahu bagaimana berlatih hidup sadar, tidak tahu bagaimana menjaga agar kasih sayangnya tetap membara, mereka tidak tahu bagaimana cara memperdalam pengertian dan welas asih sehingga mereka terus-menerus membuat keretakan keluarga dan stres dalam hubungan itu. Suatu hari mereka sadar bahwa rasanya sudah tidak nyaman lagi saling memandang, jadi daripada saling memandang, mereka secara diam-diam ada kesepakatan tak langsung bahwa lebih baik memandang ke arah televisi, ini sungguh sebuah tragedi!

Ketika engkau mencintai seseorang, engkau percaya pasanganmu memiliki sesuatu yang cantik dan pantas untuk dicintai, engkau selalu mencari sesuatu yang baik dan indah agar kamu bisa mencintainya, kalau tidak demikian, mengapa engkau mau mencintainya? Cinta ini hadir karena kita sedang kelaparan, kita lapar akan sesuatu yang baik, kita lapar akan sesuatu yang cantik, kita lapar akan sesuatu yang tulus, oleh karena itulah kita mencoba untuk mencari dan mencari. Pasangan kita memiliki tiga kualitas itu, cantik, baik, dan tulus. Engkau merasa dirimu sendiri tak punya kualitas itu, oleh karena itulah ketika ada seseorang yang memiliki kualitas itu, maka engkau akan segera mencintainya karena engkau sangat membutuhkan kualitas demikian, dalam cinta demikian, dalam kondisi kebutuhan demikian, engkau merasa ada sesuatu yang bisa kita letakkan dalam dasar hatimu. Engkau selalu merasa ada sesuatu yang kurang dalam dirimu dan engkau selalu merasa tidak memiliki fondasi kualitas itu. Engkau selalu mengembara untuk mencari dan mencari, mencari sesuatu yang baik, indah dan tulus. Ketika engkau menemukan orang yang memiliki kualitas seperti itu, maka engkau begitu bahagia, namun di balik kebahagiaan itu ada ketakutan! Bagaimana kalau-kalau itu bukanlah kecantikan sesungguhnya? Bagaimana kalau-kalau itu bukanlah kebaikan sesungguhnya? Engkau akan takut atas renungan barusan, takut kalau itu kualitas palsu! Engkau juga begitu takut kalau-kalau suatu hari nanti rahasia terbongkar bahwa orang yang engkau cintai itu hanyalah objek imajinasi dirimu belaka. Ketika mencintai seseorang, engkau punya daya imajinasi luar biasa. Engkau menciptakan imajinasi-imajinasi indah dalam pikiranmu, engkau begitu takut kalau kenyataannya tidak sesuai dengan imajinasimu, oleh karena itulah ketakutan makin besar dan makin besar dalam dirimu.

Jadi, pertama, mencintai itu hadir karena engkau merasa ada sesuatu yang kurang atau tidak lengkap dalam dirimu yaitu kehampaan, kedua ada perasaan takut, bahkan ketika engkau menemukan sesuatu, engkau juga takut sesuatu itu bukanlah sesuatu yang engkau bayangkan dan bukan sesuatu yang ingin engkau percaya, bisa saja itu palsu! Walaupun engkau percaya bahwa itu benar, engkau tetap ada perasaan takut engkau takut akan impermanen. Engkau akan takut ketika tiga atau lima tahun kemudian, bagaimana dirimu bisa hidup kalau sang kekasih sudah tidak mencintai dirimu lagi? Oleh karena itulah engkau selalu memaksa sang kekasih untuk mengulang pernyataan “I love you darling, I love you”, karena engkau tak punya perasaan aman dan engkau dipenuhi rasa takut!

Dalam hubungan kasih seperti itu, engkau perlu menenangkan orang itu, engkau merasa harus meyakinkan pasanganmu bahwa engkau mencintainya selamanya, namun dari lubuk hatimu yang paling dalam, engkau sadar bahwa tidak ada sesuatu pun yang bisa berlangsung lama alias impermanen. Engkau mengamati orang-orang dan engkau sendiri melihat bagaimana terjadinya perubahan. Kisah cinta pada awalnya akan bisa berubah menjadi begitu kecut setelah dua atau tiga tahun kemudian. Engkau sendiri sudah banyak melihat kisah nyata seperti itu, namun engkau masih belum begitu percaya bahwa sang kekasih akan mencintaimu seumur hidup.

Jadi ketakutan hadir dalam kisah cintamu, ada juga kekosongan dan ketidakpastian, kemudian hadir juga ketakutan. Ketika engkau merenungkan tentang pasanganmu, maka engkau bisa percaya bahwa ada kualitas dari pasanganmu yang ternyata tidak ada dalam dirimu, oleh karena itu perlu merenungkan agar muncul rasa kagum, karena engkau sudah bisa merasakan kebahagiaan kecil, rasa nyaman ketika engkau kagum atas kecantikan, kebaikan, dan ketulusan pasanganmu. Pada saat bersamaan engkau juga sadar bahwa pasanganmu juga memiliki imajinasi tersendiri atas dirimu. Engkau juga takut kalau suatu hari nanti imaginasi pasanganmu tidak sesuai dengan kenyataannya, engkau mencoba untuk berpura-pura dan bermain sandiwara, engkau mencoba menjadi orang yang diimajinasikan oleh pasanganmu, engkau melakukan semua itu namun ketakutan tetap hadir di situ, ketakutan bahwa suatu hari nanti dia membongkar rahasia kepalsuanmu, bahwa engkau hanya sedang bersandiwara saja, engkau seperti seseorang yang pergi ke butik kosmetik untuk membeli ini dan itu, engkau mau menaburkan semua kosmetik agar tampak indah yang sebenarnya bukan dirimu sesungguhnya.

Dilihat dari segi spiritual dan aspek moral kita juga melakukan hal yang sama, kita menggunakan berbagai jenis kosmetik agar wajah kelihatan indah, mata terlihat bersinar agar orang lain mau mencintaimu. Pada kenyataanya ketika engkau menggunakan kosmetik, maka itu adalah sebuah tragedi bagi mental dan fisikmu sendiri. Suatu tragedi terjadi karena engkau tidak percaya bahwa sesungguhnya dirimu sudah cantik apa adanya, oleh karena itulah engkau mencoba untuk membuat diri cantik. Kita tidak percaya bahwa kita ini baik, tetapi kita mencoba untuk bersandiwara agar kelihatan berkualitas baik. Kita tidak percaya bahwa kita ini tulus. Dari lubuk hati paling dalam barangkali ada rasa mengkhianati pasanganmu kemudian juga mengkhianati dirimu sendiri, kemudian ada perasaan bahwa dirimu tidaklah layak dicintai. Kita memiliki kompleks bahwa diri sendiri tidak layak dicintai. Inilah yang menjadi elemen pembangkit penderitaan dalam hidup sehari-hari, karena kita enggan menyentuh dirimu yang paling dalam, engkau tidak punya kejelasan atau keruh dalam melihat kualitas dirimu sendiri, engkau merasa hampa dan tidak layak dicintai, engkau mencoba mencari sesuatu untuk mengisi hatimu, ini bisa disebut sejenis vakum. Mencintai bisa jadi adalah sebuah cara untuk mencari sesuatu kemudian engkau mengisikannya ke hatimu, yaitu kualitas cantik, baik, dan tulus. Walaupun engkau sudah menemukan kualitas itu, namun engkau tetap khawatir dan takut, engkau tidak yakin itu kualitas sesungguhnya atau bukan? Atau si dia itu sedang bersandiwara saja? Karena bisa saja itu kualitas palsu.

Ketika engkau bertemu seorang guru spiritual, engkau juga punya rasa takut seperti itu, namun seorang guru spiritual ternyata juga seperti manusia biasa, jadi engkau punya rasa takut akan ketulusan guru spritual tersebut. Seorang guru spiritual bisa saja tidak memiliki kecantikan, kebaikan, dan ketulusan sejati, guru spiritual itu juga mungkin memakai kosmetik agar kelihatan seperti seorang guru spiritual yang baik. Kadang kita merasakan bahwa guru spiritual kita ternyata bukanlah seperti yang kita bayangkan, kemudian engkau marah, kecewa, kemudian mencari guru lain lagi. Ini juga merupakan proses mencintai, engkau terus mencari suatu kualitas yang belum ada dalam dirimu sendiri, kualitas yang betul-betul engkau butuhkan.

Kadang-kadang engkau merasa seperti sebuah pot tanpa cover, engkau percaya bahwa coverrnya ada di dunia luar sana, engkau harus berupaya mencari cover untuk menutupi pot itu. Perasaan vakum dan hampa selalu hadir dalam hati. Barangkali ini yang disebut kebutuhan akan cinta, kebutuhan akan dicintai dan kebutuhan untuk mengisi kehampaan dalam hati agar hidup menjadi bermakna. Ketika engkau meneliti lebih dalam tentang orang lain, engkau bisa melihat banyak kekurangan dalam diri sendiri, sehingga engkau ingin mencari seseorang agar bisa menjadi tempat berpijak atau tempat bersandar, tempat berlindung demi mengusir penderitaanmu. Kemudian engkau juga punya keinginan untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang lain karena ada rasa kosong dalam hati, perasaan vakum, engkau tidak tahu cara memeluk penderitaan sendiri, oleh karena itulah engkau butuh orang lain agar bisa memberi perhatian.

Engkau membutuhkan seseorang agar bisa menjagamu setiap saat, seseorang yang bisa mengisi kehampaan hatimu, mengisi kevakuman dan penderitaan dengan energi perhatian penuh kesadaran. Tanpa energi itu engkau tidak bisa hidup, Cinta, inilah kebutuhan akan perhatian, energi perhatian dari orang lain akan membantumu menjadi tidak begitu kosong lagi. Energi yang membantu membantu mencairkan balok es penyumbat akibat penderitaan. Engkau sendiri tidak sanggup membangkitkan energi kesadaran itu oleh karena itulah engkau butuh orang lain, apabila pasanganmu tidak punya energi secukupnya untuk mengurangi penderitaanmu, maka engkau kecewa! Engkau merasa kehadiran pasangan sudah tidak berguna lagi oleh karena itulah cintamu juga ikut menguap!

[Genta]

Seandainya engkau cukup beruntung, engkau berkesempatan untuk menemukan kekasih yang tepat, kekasih yang punya kualitas kebaikan, elemen kecantikan begitu nyata dirasakan karena engkau punya kesempatan untuk menghabiskan banyak waktu bersamanya, engkau punya kesempatan untuk membuktikan dan menyakinkan elemen kecantikan, elemen kebaikan, elemen ketulusan pada sang calon kekasih.

Buddha mendefinisikan Maitri sebagai kasih sayang sebagai suatu jenis kecantikan. Ketika engkau berlatih maitri, maka engkau bisa merasakan kecantikan alami. Saya sangat terkesan ketika saya membaca kalimat itu. Seseorang yang punya hati yang baik, dia selalu bersedia untuk melakukan sesuatu demi memberikan rasa lega, menghadirkan sukacita, membawa rasa nyaman bagi orang lain, jika kejadian seperti ini hadir dalam sang kekasih, punya kesempatan untuk berkenalan dengan orang demikian, maka engkau orang yang beruntung sekali. Orang itu terdorong oleh sebuah energi untuk memberikan kebaikan dan sukacita kepada orang lain, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Apabila engkau telah berhubungan dengannya dalam kurun cukup lama maka engkau bisa mengetahui bahwa dia punya kualitas kecantikan sesungguhnya. Ketika engkau berkesempatan menyentuh energi kecantikan itu, maka secara alami engkau sedang menyentuh kecantikan alami dalam dirimu sendiri.

Engkau sering tidak percaya bahwa dirimu sendiri juga punya kecantikan itu, engkau tak percaya bahwa dirimu sendiri juga punya kemampuan untuk mencintai, dicintai, dan welas asih, engkau merasa minder bahwa dirimu tidak ada cinta kasih sama sekali, engkau tak sanggup mencintai, engkau begitu menderita gara-gara perasaan seperti ini, engkau selalu meremehkan diri sendiri, engkau merasa dirimu tidak berguna sama sekali, tetapi engkau cukup beruntung karena bisa mencintai seseorang yang punya energi maitri, energi kasih sayang, engkau punya kesempatan untuk bersentuhan dengan energi itu dan sekaligus menyentuh energi itu yang memang sudah ada dalam dirimu. Oleh karena itu energi perhatian penuh kesadaran sangat penting sekali, energi kesadaran membantumu melihat bahwa ada kasih sayang dan welas asih dalam dirimu.

Saat menjelang subuh ketika Siddharta mencapai pencerahan di bawah pohon bodhi, beliau takjub sendiri, beliau meditasi sepanjang malam, subuh itu ia melihat meteor, beliau jadi sadar bahwa semua orang punya kemampuan untuk mengerti, kemampuan sadar, dan kemampuan mencintai, namun sementara ini mereka tenggelam dalam samudra penderitaan dari satu kehidupan menuju kehidupan selanjutnya.”

Kemampuan ini dimiliki oleh semua orang, namun mereka tidak percaya, oleh karena itulah mereka jatuh ke dalam kompleks bahwa dirinya bukanlah orang yang layak dicintai, tidak layak menjadi leluhur, tidak layak menjadi guru spiritual, dan sebagainya. Ini disebut kompleks inferior, kompleks ini perlu ditransformasi. Caranya yaitu dengan mengenali bahwa ada sifat layak dari orang lain, dia adalah orang yang engkau cintai. Mengenali bahwa kasih sayang dan welas asih merupakan sumber energi yang penting bagi seseorang, ketika engkau menyentuh energi baik sang kekasihmu maka energi ini akan memantul balik ke dirimu. Ketika engkau merenungkan orang lain berarti engkau sedang merenungkan dirimu sendiri. Sama juga ketika engkau bersujud kepada Buddha di altar maka engkau punya kesempatan untuk menyentuh Buddha yang ada dalam hatimu.

Ada orang yang punya waktu untuk memberikan kesempatan kepada energi pengertian, welas asih, dan kasih sayang untuk tumbuh. Ketika energi seperti ini tumbuh, mereka menjadi bahagia, mereka yang punya energi kasih sayang, welas asih, sukacita, dan kebebasan adalah orang bahagia. Apabila engkau punya kesempatan untuk bersentuhan dengan orang demikian, mencintainya, maka engkau punya kesempatan untuk menyentuh sifat baik dalam dirimu. Mungkin ada banyak energi derita, keragu-raguan, putus asa, sifat cemburu, namun energi ini tidak bisa mematikan energi kebaikan dalam dirimu, energi ini tidak bisa mematikan kasih sayang dalam dirimu.

Buddha mengatakan pikiran selalu bersinar seperti cermin, namun cermin ini terkubur dalam debu ratusan tahun, kita hanya perlu menggunakan kain lap untuk membersihkannya, dengan demikian cermin ini bisa bersinar kembali. Ini yang disebut benih Buddha atau elemen dasar pencerahan, semua orang punya elemen dasar ini. Akibat dari penderitaan dan persepsi keliru sangat banyak maka, debu-debu ini menutupi elemen dasar pencerahan, begitu banyak persepsi keliru dalam dirimu. Tugas kita adalah berlatih untuk membersihka lapisan debu ini dan mengangkat layar persepsi keliru agar engkau bisa mengerti bahwa elemen dasar kencantikan, kebaikan, dan ketulusan memang sudah ada dalam dirimu, ini merupakan latihan esensial meditasi buddhis. Pada umumnya engkau merasa minder, makanya engkau mencari orang lain, engkau mencari guru yang bisa memberi sesuatu yang engkau tidak punya, tetapi sesungguhnya seorang guru yang mahir adalah guru yang membantu kamu menemukan guru dalam dirimu, guru itu akan meminta kamu untuk kembali ke gurumu ‘sendiri’, karena engkau telah punya elemen dasar kebaikan, elemen dasar pencerahan, elemen dasar welas asih dan sukacita, ketika engkau kembali pada dirimu sendiri dan menyentuh kehidupanmu dengan mendalam, maka engkau menemukan guru dalam hatimu sendiri. Seorang guru yang mahir adalah guru yang tidak membuat kamu menjadi orang yang tergantung kepadanya, seorang guru yang mahir adalah dia yang menyuruhmu kembali ke diri sendiri untuk menemukan bahwa ada guru dalam hatimu, engkau tidak perlu mengemis apa pun, engkau tidak perlu mengemis kecantikan, engkau tidak perlu mengemis kebaikan, engkau juga tidak perlu mengemis kebenaran, ternyata semua itu sudah ada dalam dirimu, inilah pernyataan Buddha ketika beliau tercerahkan, “Sungguh aneh, semua orang punya elemen dasar itu, namun mereka tenggelam dari satu kehidupan menuju kehidupan berikutnya, mereka tenggelam dalam samudra penderitaan”.

Jadi, apa artinya cinta? Mencintai berarti saling memandang dan memandang bersama pada arah yang sama. Ketika engkau tahu cara memandang, maka saling memandang akan menjadi suatu hal yang indah sekali, karena engkau tahu cara saling memandang dan menemukan elemen dasar kebaikan, kecantikan, dan ketulusan di pasanganmu dan dirimu sendiri. Memandang orang lain berarti memandang diri sendiri, jadi engkau punya kesempatan untuk menemukan bahwa cinta merupakan sesuatu yang nyata dan eksis.

Banyak kesempatan sudah hadir bagimu, bagi kita semua, beruntung bisa menerimanya. Cinta merupakan sesuatu yang sungguh eksis, cinta merupakan suatu energi yang membantu engkau menjadi kuat, menjadi penuh kasih, dan menjadi penuh perhatian. Perhatian terhadap kondisi orang dan makhluk lain, perhatian dicurahkan untuk meringankan penderitaan, perhatian dicurahkan untuk menolong orang lain agar mereka berbahagia. Ketika engkau bersentuhan dengan orang lain maka, engkau menghadirkan energi cinta, pada saat bersamaan engkau bersentuhan dengan kecantikan, karena cinta adalah kecantikan. Melalui pengalaman seperti ini engkau sadar bahwa cinta dan kecantikan itu eksis maka engkau bisa membangkitkan cinta dan kecantikan setiap hari, hidupmu menjadi lebih bermakna.

Buddha bilang, berlatih maitri membawa kecantikan, kecantikan yang membuat hidup lebih bermakna. Beliau juga bilang ketika engkau berlatih karuna atau welas asih, maka hatimu seperti angkasa raya tanpa batas, karuna merupakan sebuah energi yang membantumu untuk mengurangi penderitaan, membantu orang di sekeliling untuk mengurangi penderitaannya. Karuna juga merupakan energi untuk mentrasformasi penderitaan. Penderitaan itu seperti sampah kompos, cinta seperti bunga. Kompos itu tidak begitu indah sedangkan cinta atau bunga itu indah, tugas penderitaan dan kompos sudah jelas, kalau kita tau bagaimana memanfaatkan penderitaan maka kita bisa mentransformasi penderitaan menjadi cinta, kita bisa menghadirkan kecantikan bunga.

Mengerti tentang penderitaan orang di sekelilingmu dan mengerti penderitaan pribadi sangat penting, karena melalui pengertian atas penderitaan engkau baru bisa mentransformasi penderitaan menjadi cinta. Ketika kecantikan hadir maka cinta juga ada di situ, ketika welas asih hadir di situ maka engkau merasa punya banyak ruang di hatimu. Ketika engkau berucap penuh cinta kasih dan welas asih, kita sangat percaya bahwa orang yang mendapatkan manfaat hanyalah orang lain, engkau cenderung lupa bahwa pada momen itu cinta telah lahir dalam hatimu, begitu juga welas asih sudah lahir dari hatimu paling dalam, jadi orang pertama yang mendapatkan manfaat adalah dirimu sendiri, ketika cinta dan welas asih lahir dalam dirimu maka kecantikan dan kebahagiaan lahir seketika itu juga.

Buddha mengatakan bahwa berlatih maitri maka, engkau bisa merasakan banyak ruang dalam hatimu, ruang kosong ini memberi kesempatan kepada sukacita untuk tumbuh, kebahagiaan dan sukacita sesungguhnya tidak akan bisa terjadi kalau hatimu tidak ada ruang. Maitri diterjemahkan menjadi kasih sayang, ini merupakan elemen pertama dari true love. Karuna adalah welas asih, kemampuan untuk mengurangi dan mentransformasi penderitaan. Mudita atau sukacita merupakan elemen ketiga true love yang diajarkan oleh Buddha, elemen keempat adalah upeksa yang berarti kesetaraan atau non diskriminasi atau bisa diterjemahkan menjadi kebebasan. Engkau mencintai bukan karena orang tersebut bagian dari keluarga kandungmu, engkau mencintai seseorang bukan karena dia sama agamanya. Engkau mencintai bukan karena dia adalah anak kandungmu atau istri atau suamimu. Engkau mencintai karena orang itu butuh cinta, itu saja! Cintamu tanpa harus ada syarat apa pun, ini namanya cinta tanpa syarat, engkau mencintai untuk mengurangi penderitaan, mentransformasi penderitaan, menghadirkan sukacita, menghadirkan kebahagiaan. Engkau tidak berharap balasan apa pun. Buddha bilang ketika engkau mencintai maka engkau tidak ada apa pun, namun “tidak ada apa pun” juga suatu hal yang indah, berarti engkau tidak butuh apa pun, namun engkau punya semuanya.

Tanpa kehadiran Upeksa, cinta berubah menjadi posesif. Hembusan angin pada musim panas memberi kesegaran, namun apabila engkau mencoba untuk mengalengkan angin itu agar bisa menikmatinya sendirian, maka angin itu akan mati.

Kekasih atau orang yang kita sayangi juga demikian, dia bagaikan awan, angin atau bunga, apabila engkau mengurungnya dalam kaleng, dia akan mati. Ternyata banyak orang bertindak demikian, mereka merampas kebebasan sang kekasih, lebih parah lagi bahkan sang kekasih sudah tidak bisa menjadi dirinya sendiri lagi.

Banyak orang yang hanya hidup untuk memuaskan dirinya sendiri saja, menjadikan kekasihnya sebagai objek untuk memenuhi keinginannya, tindakan demikian bukanlah mencintai namun menghancurkan!

Engkau berulang kali mengatakan “aku cinta padamu”, namun apabila engkau tidak mengerti aspirasi, kebutuhan, kesulitannya, maka engkau sedang memenjarakan kekasihmu dalam sel yang bernama “cinta”.

Cinta sejati memberimu dan kekasihmu ruang agar tetap memiliki kebebasan

Wejangan Dharma oleh Thich Nhat Hanh pada tanggal 01 Januari 1998 di Plum Village Prancis

Ucapan Benar

Ucapan Benar

Begawan Buddha, selama hidup-Mu, Engkau telah mencurahkan banyak waktu untuk mengajarkan Dharma kepada para biksu, biksuni, dan praktisi awam. Kata-kata-Mu menyiram benih-benih pengertian dalam diri mereka yang mendengarnya dan membantu mereka untuk melepaskan persepsi salah. Ucapan-Mu menuntun banyak orang menuju ke arah yang positif. Ucapan-Mu menghibur mereka yang tertekan dan membangkitkan kepercayaan diri dan energi yang dibutuhkan.

Ada saat-saat ketika ada orang mengajukan pertanyaan kepada-Mu dan Engkau hanya duduk diam, tersenyum, dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Engkau melihat bahwa bagi orang-orang ini, keheningan jauh lebih manjur daripada kata-kata. Sebagai murid-Mu, aku ingin dapat melakukan apa yang Engkau lakukan dan hanya berbicara jika diperlukan, dan diam bila diperlukan untuk diam.

Begawan Buddha, aku berjanji kepada-Mu bahwa mulai sekarang aku akan berlatih berbicara lebih sedikit. Aku tahu bahwa di masa lalu aku telah berbicara terlalu banyak. Aku telah melontarkan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi diriku atau bagi mereka yang mendengarkannya. Aku juga telah melontarkan hal-hal yang menyebabkan diriku dan orang lain menderita. 

Dalam ceramah Dharma pertama yang Engkau berikan kepada lima biksu di Taman Rusa, Engkau menyebutkan praktik Ucapan Benar, salah satu dari delapan Praktik Benar yang termasuk dalam Jalan Mulia Beruas Delapan. Latihan ucapan benarku masih sangat lemah. Aku telah mengucapkan kata-kata yang memecah-belah, yang membuat komunikasi menjadi sulit antara aku dan orang lain karena persepsiku yang salah, karena pemikiranku yang tidak matang atau karena aku berbicara dengan kemarahan, kesombongan, dan kecemburuan. Aku tahu bahwa ketika komunikasi menjadi sulit atau terputus sama sekali, maka aku tidak bisa bahagia. 

Aku bertekad mulai dari sekarang, ketika bentuk-bentuk mental (mental formations) dari kejengkelan, kesombongan, dan kecemburuan timbul dalam diriku, aku akan kembali ke napas berkesadaran sehingga aku dapat mengenali bentuk-bentuk mental itu. Aku akan berlatih berdiam dalam keheningan dan tidak bereaksi lewat ucapan negatif. Saat aku ditanya mengapa aku tidak berbicara, aku akan jujur mengatakan bahwa ada iritasi, kesedihan, atau kecemburuan dalam diriku dan aku khawatir jika aku berbicara maka akan dapat menyebabkan perpecahan.

Aku akan meminta kesempatan lain untuk mengutarakannya ketika pikiranku telah menjadi lebih damai. Aku tahu bahwa jika aku melakukan itu, aku akan dapat melindungi diriku dan pihak lain. Aku tahu bahwa aku juga seharusnya tidak membekap emosiku. Untuk itu, aku akan menggunakan napas berkesadaran untuk mengenali dan menjaga emosiku, dan berlatih melihat secara mendalam ke akar bentuk-bentuk mentalku. Jika aku berlatih seperti itu, aku akan dapat menenangkan dan metransformasikan penderitaan yang sedang aku rasakan.

Aku tahu bahwa aku memiliki hak dan kewajiban untuk mengizinkan orang yang aku cintai mengetahui kesulitan dan penderitaanku. Meskipun demikian, aku akan berlatih untuk memilih waktu dan tempat yang tepat untuk berbicara, dan akan berbicara dengan menggunakan kata-kata yang menenangkan dan penuh kasih. Aku tidak akan menggunakan kata-kata menyalahkan, tuduhan, atau kecaman. Sebaliknya, aku hanya akan berbicara tentang kesulitan dan penderitaanku sehingga orang tersebut memiliki kesempatan untuk mengerti lebih baik tentang diriku.

Ketika aku berbicara aku dapat menolong orang lain untuk melepaskan persepsi salahnya tentang diriku, dan itu akan membantu kami berdua. Aku akan berbicara dengan penuh kesadaran bahwa yang aku katakan dapat saja muncul dari persepsiku yang salah tentang diriku atau pihak lain. Aku akan bertanya kepada orang tersebut, jika ia melihat elemen salah persepsi dari ucapanku, memohon dia menunjukkannya kepadaku dengan terampil dan memberikan nasihat kepadaku.

Begawan Buddha, aku berjanji untuk berlatih berbicara dengan berkesadaran sehingga pihak lain dapat mengerti diriku dan dirinya sendiri dengan lebih baik, tanpa menyalahkan, mengkritik, menghina atau marah. Ketika aku menceritakan penderitaanku, luka dalam diriku mungkin akan tersentuh dan bentuk-bentuk mental dari kemarahan akan muncul. Aku berjanji kapan pun rasa marah dan iritasi mulai muncul, aku akan berhenti berbicara dan kembali ke napasku sehingga aku dapat mengenali kemarahanku dan tersenyum padanya.

Aku akan meminta izin pada orang yang sedang duduk dan mendengarkanku untuk berhenti berbicara beberapa saat. Ketika aku melihat bahwa aku telah kembali pada keadaan yang tenang, aku akan melanjutkan pembicaraan. Ketika orang lain berbicara, aku akan mendengarkan secara mendalam dengan pikiran yang tenang dan tanpa prasangka. Ketika aku sedang mendengarkan, jika aku mengenali apa yang dikatakan orang tersebut bukanlah kebenaran, aku tidak akan menginterupsinya. Aku akan terus mendengarkan secara mendalam dan sungguh-sungguh; demi mengerti apa yang menyebabkan orang itu memiliki persepsi salah.

Aku akan mencoba melihat apa yang telah aku lakukan atau katakan sehingga membuat orang itu salah paham terhadapku. Pada hari berikutnya, aku akan menggunakan ucapan dan tindakan yang lembut dan terampil dan membantu orang lain menyelaraskan persepsinya terhadapku. Ketika orang tersebut selesai berbicara, aku akan menyatukan kedua telapak tanganku dan berterima kasih padanya atas pembicaraan yang tulus dan terbuka denganku.

Aku akan merenungkan secara mendalam apa yang telah dikatakan oleh orang tersebut sehingga pengertian dan kemampuanku untuk hidup secara harmonis dengannya makin baik hari demi hari. Aku sadar dengan membuka hati dan pikiran kita satu sama lainnya secara bertahap, kita akan dapat melepaskan kesalahpahaman, penilaian dan kritikan antara satu sama lainnya. Dengan berlatih berbicara dengan terampil dan penuh kasih, aku akan memiliki kesempatan terbaik untuk merawat cinta dan pengertian.

Menyentuh Bumi

Begawan Buddha, dengan tubuh, ucapan dan pikiran bersatu padu, aku menyentuh bumi di hadapan-Mu dan di hadapan Bodhisatwa Mendengarkan Mendalam, Avalokiteshvara. [Genta]

Surat Cinta Untuk Bumi

Surat Cinta Untuk Bumi

UNTUK MERAYAKAN HARI BUMI kami ingin menawarkan mediasi berikut ini, yaitu surat cinta untuk Bumi, yang ditulis oleh Thay. Ini adalah kontemplasi yang dapat membantu menciptakan percakapan yang mendalam, dialog yang hidup, dengan planet kita. Dan yang terpenting, ini adalah praktik melihat secara mendalam.

Dikutip dari “Surat Cinta untuk Bumi” oleh Thich Nhat Hanh

IBU TERCINTA DARI SEMUA HAL

Ibu Bumi yang terkasih,

Aku menunduk hormat di hadapan-Mu saat aku melihat secara mendalam dan menyadari bahwa Engkau hadir dalam diriku dan bahwa aku adalah bagian dari diri-Mu. Aku terlahir dari diri-Mu dan Engkau selalu ada dan hadir, menawarkan semua yang aku butuhkan untuk makanan dan pertumbuhan diriku. Ibuku, ayahku, dan semua leluhurku juga adalah anak-anakmu. Kami menghirup udara segar dari-Mu. Kami minum air jernih milik-Mu. Kami makan makanan bergizi dari-Mu. Tumbuhan herbal dari-Mu menyembuhkan kami ketika kami sakit.

Engkau adalah ibu dari semua makhluk. Aku memanggil-Mu dengan nama manusia Ibu, namun aku tahu sifat keibuan-Mu lebih luas dan tua daripada peradaban umat manusia. Kami hanyalah satu spesies muda dari banyak anak-anak-Mu. Jutaan spesies lain yang hidup, atau yang pernah hidup di Bumi juga adalah anak-anak-Mu. Engkau bukan manusia, tapi aku tahu Engkau juga seperti manusia. Engkau adalah makhluk bernapas yang hidup dalam bentuk sebuah planet.

Setiap spesies memiliki bahasanya sendiri, namun sebagai Ibu kami, Engkau dapat memahami kami semua. Itulah mengapa Engkau dapat mendengarkan aku hari ini saat aku membuka hatiku untuk-Mu dan mempersembahkan doaku.

Ibu terkasih, di mana pun ada tanah, air, batu atau udara, Engkau ada di sana, memberi makan untukku dan memberi kehidupan padaku. Engkau hadir di setiap sel tubuhku. Tubuh fisikku adalah tubuh fisik-Mu, dan sama seperti matahari dan bintang-bintang yang hadir di dalam diri-Mu, mereka juga hadir dalam diriku. Engkau tidak berada di luar diriku dan aku tidak berada di luar diri-Mu. Engkau lebih dari sekedar lingkunganku. Engkau tidak kurang dari diriku.

Aku berjanji untuk menjaga kesadaran tetap menyala bahwa Engkau selalu ada di dalam diriku, dan aku selalu ada di dalam diri-Mu. Aku berjanji untuk menyadari bahwa kesehatan dan kesejahteraan-Mu adalah kesehatan dan kesejahteraan diriku sendiri. Aku tahu bahwa aku perlu menjaga kesadaran ini tetap menyala dalam diriku agar kita berdua menjadi damai, bahagia, sehat, dan kuat.

Terkadang aku lupa. Tersesat dalam kebingungan dan kecemasan akan kehidupan sehari-hari, aku lupa bahwa tubuhku adalah tubuh-Mu, dan terkadang bahkan lupa sama sekali bahwa aku memiliki tubuh. Tidak menyadari keberadaan tubuhku dan planet indah di sekelilingku dan di dalam diriku, membuat aku tidak dapat menghargai dan merayakan anugerah kehidupan yang berharga yang telah Engkau berikan kepadaku. Ibu terkasih, harapan terdalamku adalah untuk bangkit dan sadar akan keajaiban kehidupan. Aku berjanji untuk melatih diriku agar selalu hadir bagi diriku sendiri, bagi hidupku, dan bagi-Mu setiap saat. Aku tahu bahwa kehadiranku yang sebenarnya adalah hadiah terbaik yang bisa aku berikan kepada-Mu, Ibu yang aku cintai.

***

AGAR KITA DAPAT BERTAHAN, baik sebagai individu maupun sebagai spesies, kita membutuhkan revolusi dalam kesadaran. Hal ini bisa dimulai dengan kebangkitan kolektif kita. Dengan melihat lebih mendalam, dengan kesadaran penuh dan konsentrasi, kita dapat melihat bahwa kita adalah Bumi dan, dengan ini maka wawasan, cinta dan pengertian akan lahir.

Tidak ada batas di mana atau bagaimana salah satu dari kita dapat melakukan percakapan secara mendalam dengan Bumi. Anda bahkan mungkin dapat menulis surat cinta Anda sendiri untuk Ibu Bumi sesuai dengan keinginan Anda.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan Terima Kasih


Kami dari Sanggha monastik, biksu dan biksuni dari Tradisi Zen Plum Village yang berada di Thailand, mengucapkan terima kasih dengan sepenuh hati kepada semua kebaikan para donatur yang telah berbaik hati membantu kelangsungan monastik selama tahun 2020 ini. Semoga Anda semua sehat, semoga semua makhluk berbagai, dunia aman dan damai.

Hadiah Untuk Thay (Gift for Thay)

Hadiah Untuk Thay (Gift for Thay)

Kepada Thay terkasih, dan para leluhur spiritual yang kami muliakan,

Kami telah hadir di sini sebagai empat lapisan komunitas untuk berlatih dan merayakan hari keberlanjutan dari guru Spiritual kami. Thay yang tanpa gentar telah menunjukan sang jalan, sebagaimana bintang utara memandu pengelana, agar kami tidak tersesat pada pandangan salah tentang kebahagiaan sejati.

Kami mengucap syukur dan merasa beruntung karena berjodoh dengan Para Guru dan Ajaran mulia. Kami menyadari tanpa bimbingan Guru Spiritual yang terampil, akan sulit bagi kami untuk mewujudkan transformasi diri dan transformasi sosial di sekitar kami.

Kami juga menyadari, bahwa praktik yang kami lakukan menjadi wujud dari keberlanjutan para guru dan leluhur spiritual. Di dalam setiap napas maupun langkah yang kami lakukan dengan sadar-penuh, kami dapat melihat kehadiran Guru kami serta para leluhur spiritual ada bersama latihan tersebut. Kami juga mampu melihat, hadirnya keberlanjutan Guru Spiritual kami pada Komunitas berlatih yang harmonis. Thay tidak pernah terpisah dan hilang dalam setiap aktivitas spiritual yang kami lakukan.

Thay yang kami kasihi, kami menyadari semangat idealmu untuk menghadirkan lebih banyak pengertian mendalam dan belas kasih dalam setiap tindakan kami. Melalui seni hidup berkesadaran, Engkau berikan proposal tentang tatanan kehidupan yang lebih baik bagi diri kami dan generasi selanjutnya. Kami menyadari masih banyak kelalaian dalam diri kami, sehingga kami tidak mampu berlatih dengan sungguh-sungguh.

Menyadari hal itu, kami ingin meneguhkan komitmen untuk berlatih sepenuh hati, berlindung pada komunitas tercinta ini, dan menjadi kelanjutan dari Thay dan semua guru dari silsilah leluhur spiritual. Kami bertekad untuk hidup lebih mendalam dengan cara berlatih bernapas dan berjalan berkesadaran dalam kehidupan sehari-hari, karena kami tahu itulah latihan kesukaanmu. Kami juga tahu Thay senang membangun sangha, kami akan melanjutkan tugas membangun persaudaraan kakak dan adik dengan sepenuh hati, walaupun kami sering menghadapi tantangan. Kami tidak akan menyerah untuk praktik, atau meninggalkan komunitas kami, tapi beraspirasi untuk mendengar secara mendalam dan saling membantu, tidak akan meninggalkan siapa pun, walaupun dia menjadi penyebab penderitaan.

Thay yang kami kasihi, pada hari berkelanjutanmu ini, kami persembahkan latihan kami sebagai hadiah untukmu. Semoga kami mampu untuk menghadirkan tatanan dunia yang lebih berwelas asih, dan secara kolektif mampu menghapus kejamnya sikap diskriminasi dan intoleransi yang ada di dalam diri kami dan kesadaran kolektif komunitas kami.

Dear Thay, and our most noble spiritual ancestors,

We have come here today as a fourfold community to practice mindfulness and to celebrate our Spiritual Teacher’s continuation day. Thay, you have unwaveringly guided our paths, as the north star guides travelers, so that we do not lose ourselves in harmful ideations in our journey to true happiness.

We express our boundless gratitude to you and we feel infinitely fortunate for having been destined for The Teachers and Noble Teachings. We realise that without a skilled Spiritual Teacher it would be difficult for us to undergo our self transformation and trigger the social transformation around us.

We realise that our practices are a manifestation of the continuation of our teachers and spiritual ancestors. In every step and breath we take mindfully, we see also our Teacher’s presence in ourselves along with that of our spiritual ancestors. We see the continuation of our Spiritual Teacher in our harmonious Community practices. Thay, you are never separate from and always present in any spiritual activity we do.

Thay whom we love, we admire the spirit in your ideals to bring deeper understanding and more compassion to every aspect of our lives. Through the art of living mindfully, you have given us and our future generations the opportunity to lead better lives. We realise there is still ignorance in our spirits, and therefore we are not yet capable of practicing with full sincerity.

Understanding that, we pledge to strengthen our commitment to our daily practice, seeking refuge in our beloved community, and continuing your ways and the ways of all the teachers amongst our spiritual ancestors. We vow to live life profoundly through breathing and walking mindfully in all the paths of our lives, because we know that that is your favourite practice. We know that you take joy in building sanghas, so we will continue building brotherhoods and sisterhoods with all our hearts, even though at times we may face challenges. We will never give up on our practices or leave our community, and we instead aspire to listen deeply and to help each other. We will never leave behind a member of our community, even if we may sometimes cause each other suffering.

Thay whom we love, on your continuation day today, we offer you our practice as a gift. May we face the challenges the world presents to us with compassion, and together transform the cruelty, discrimination, and intolerance in our hearts and collective consciousness.

oleh: True Forest of Communication – Chân Thông Lâm (真通林)