Penahbisan Novis Aprikot Putih

Penahbisan Novis Aprikot Putih

Plum Village Thailand mengadakan Seremoni Penahbisan Novis (sramanera & sramaneri) pada tanggal 14 Juli 2024 dengan nama keluarga penahbisan, Bunga Aprikot Putih (En. White Apricot Blossom, Vn. Cây Hoa Mai Trắng).

Keluarga penahbisan ini terdiri 11 orang, terdiri dari 8 sramanera

  1. Chân Nhất Hội, 
  2. Chân Nhất Hậu,
  3. Chân Nhất Hoà,
  4. Chân Nhất Ngôn, 
  5. Chân Nhất Minh,
  6. Chân Nhất Ngộ,
  7. Chân Nhất Phương, 
  8. Chân Nhất Bảo,

dan 3 sramaneri:

  1. Chân Sắc Hạnh, 
  2. Chân Sinh Hạnh,
  3. Chân Sách Hạnh.

 

Melebur Menjadi Satu Rasa

Melebur Menjadi Satu Rasa
Foto bersama di Sungai Gangga

Keinginan untuk datang ke tanah suci Buddha di India, sebenarnya sudah ada sejak 17 tahun yang lalu, saat saya pertama kali belajar mengenal Buddhadharma di bangku sekolah. Dipenghujung bulan Oktober 2023, di saat tengah makan siang, saya mendapatkan sebuah pesan singkat dari Br. Phap Tu, yang seakan-akan menjadi “lonceng kesadaran” untuk mengingatkan saya makan penuh kesadaran. Brother mengirim pesan, menawarkan perjalanan ke India untuk menelusuri jejak langkah Buddha. Dan, betapa beruntungnya saya mendapatkan sponsor dari seorang donatur yang baik hatinya, Ci Susan. Terimakasih Ci Susan akhirnya, salah satu mimpi saya dapat terwujud di tahun ini.

Pada akhir bulan Februari 2024, saya dan ke-4 teman baru dari Medan (Sumiko), Jambi (Ci Marnis) dan Jakarta (Aunty Mira & Nuan), terbang dari Indonesia ke India, untuk bergabung dengan teman-teman dari Vietnam, Hongkong, Amerika dan Australia untuk memulai perjalanan Dharmayatra. Perjalanan kali ini berbeda daripada perjalanan biasanya, karena kami tidak hanya sekedar mengunjungi situs-situs Buddhis yang ada di sana, melainkan juga mempraktikkan seni hidup sadar, seperti yang Buddha praktikkan dahulu, bersama komunitas Plum Village.

Perjalanan ini megusung tema “Old Path, White Clouds” dan memang tidak mengunjungi semua situs yang ada, dikarenakan keterbatasan waktu dan tak ingin terburu-buru dalam mengunjungi suatu tempat. Situs yang kami kunjungi hanya berfokus di seputaran tempat petapa Gotama berjuang merealisasikan pencerahan, menjadi Buddha, dan tempat Buddha mengajar saja. Lebih tepatnya di Varanasi, Bodhgaya dan Rajgir. Dari semua situs tersebut, semuanya sangat indah dan memiliki kesan tersendiri.

Day of Mindfulness @Varanasi

Seperti di Sarnath (Varanasi) tempat Buddha pertamakali membabarkan Dharma kepada 5 petapa, dan di Veluvana (Rajgir) tempat Buddha sering berkunjung dan mengajar, kami memulai kegiatan Day of Mindfulness (DOM) dengan kegiatan meditasi jalan bersama, sungguh damai dan tenang di setiap langkah. Dilanjutkan dengan chanting pagi, meditasi duduk dan ceramah Dharma yang disampaikan Thay Phap Kham, Guru kami dalam perjalanan kali ini, beliau bagaikan Buddha yang tengah mengajar di tengah-tengah muridnya. Pesan yang disampaikan sangat teduh dan cerita mengenai kehidupan Buddha sangat mengalir dan memberi inspirasi pada kami semua. Dharma Sharing dalam grup kecil “Bamboo Forest” yang diselingi meditasi minum teh juga membuat suasana kebersamaan menjadi tambah hangat.

Meditasi jalan @Varanasi
Dharma Sharing @SitusNalanda

Yang tak terlupakan, saat menikmati pemandangan matahari terbit dan terbenam dari Puncak Burung Nasar, Griddhrakūta, dengan berdiam dalam keheningan di tengah keasrian alam, sangat indah sejauh mata memandang. Rasa lelah menaiki ratusan anak tangga rasanya terbayarkan lunas saat itu juga. Tak salah, jika tempat ini di pilih Buddha menjadi salah satu tempat berdiam favoritnya kala itu. Kebebasan dan kebahagiaan melebur menjadi satu rasa, damai.

Berbicara tentang perjalanan di India memang semuanya indah, namun dibalik keindahannya ada pemandangan yang tak dapat kita tutupi, yaitu kemiskinan warganya. Dari anak-anak, wanita dan orangtua yang meminta-minta dapat kita temui disetiap sudut kota. Rasa iba, kasihan dan ingin  membantu tentu saja ada. Namun, dikarenakan jumlah mereka yang sangat banyak, terlepas dari isu mereka sengaja di rekrut, rasanya tak mungkin dapat membantu semuanya.

Berkunjung ke Siddhartha Compassion School

Satu-satunya cara bijak yang dapat kami lakukan adalah dengan memberikan donasi ke salah satu sekolah di sana, namanya Siddhartha Compassion School, yang didirikan dengan misi memberikan pendidikan gratis bagi ratusan anak India, khususnya di Bodhgaya. Lewat pendidikan, di masa mendatang mereka diharapkan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, dan bisa mengangkat derajat orangtua agar dapat keluar dari jerat kemiskinan yang menyandera keluarga mereka bertahun-tahun.

Adapun donasi yang kami berikan berupa seragam baru, buku tulis dan aneka snack jajanan kecil. Raut kebahagiaan terpancar dari wajah mungil mereka. Sangking senangnya, seorang bocah berlarian dan tak sengaja menjatuhkan permen dan coklat yang ia dapatkan, dengan penuh kasih seorang nenek dari Vietnam, anggota kami dalam perjalanan, membantu dia memasukkan permen dan coklat ke saku kantong celananya. Perasaan haru dan pikiran saya terkenang kembali ke masa kecil, ingat ketika nenek melakukan hal yang sama, memberikan permen dan membantu memasukkannya ke saku celana. Hangatnya kasih sayang seorang nenek membawa keceriaan bagi seorang anak kecil, demikian juga yang saya rasakan.

Terus berjalan tiba di setiap momen

14 hari perjalanan dharmayatra di Tanah Suci Buddha tak terasa telah berakhir, Kini kami telah pulang ke rumah masing-masing dengan segudang kenangan dan pengalaman yang berbaur dengan rasa syukur dan keyakinan terhadap Buddhadharma yang semakin mantap. Semangat praktik hidup sadar pun masih terjaga. Semoga benih baik ini dapat terus bertumbuh menjadi kebahagiaan bagi banyak makhluk. (Ferry Setiawan)

Tiga Latihan Menyentuh Bumi

Tiga Latihan Menyentuh Bumi

Ini adalah teks lengkap panduan praktik Tiga Latihan Menyentuh Bumi yang digunakan di pusat latihan dan komunitas Tradisi Plum Village. Mempraktikkan Tiga Latihan Menyentuh Bumi memberi kesempatan kepada seorang praktisi untuk menyentuh secara mendalam realitas kesalingketerkaitan menembus batas ruang dan waktu.

Setelah berlatih dengan teks standar ini, kami menganjurkan Anda untuk menulis teks pribadi, sehingga Anda dapat mendalami Latihan ini lebih mendalam.

Untuk memulai latihan ini, kami mengundang Anda menyatukan telapak tangan di depan dada dalam bentuk kuncup lotus. Jika Anda bersama orang lain, salah satu dari Anda boleh bertugas sebagai bell master, dan mengundang lonceng serta membacakan teks untuk didengarkan oleh orang lain. Jika Anda sendirian, Anda boleh mengundang lonceng, dan membaca teks dengan suara lantang.

Kemudian, dengan perlahan turunkan tubuh ke lantai sehingga keempat anggota tubuh (kedua lengan dan kedua lutut) dan dahi beristirahat di atas lantai dengan nyaman. Saat menyentuh Bumi, buka telapak tangan menghadap ke atas, pasrahkan keterbukaan Anda kepada Tiga Permata – Buddha, Dharma, dan Sanggha. Saat menyentuh Bumi, kita menghirup semua kekuatan dan stabilitas Bumi, kemudian mengembuskan penderitaan – kemarahan, kebencian, ketakutan, dan ketidakmampuan serta perasaan duka.

Selamat berlatih.

I

Menyentuh Bumi, aku tersambungkan dengan para leluhur dan keturunan dari keluarga spiritual dan keluarga kandungku.

[mengundang genta]

[menyentuh bumi]

Para leluhur spiritualku mencakup Buddha, Bodhisattwa, Sanggha Mulia yang terdiri dari para siswa Buddha, ……………………[masukkan nama orang lain yang ingin Anda ikut sertakan], dan guru spiritualku sendiri yang masih hidup atau yang telah meninggal dunia. Mereka hadir dalam diriku karena mereka telah mentransmisikan benih kedamaian, kebijaksanaan, cinta, dan kebahagiaan kepadaku. Mereka telah membangkitkan sumber pengertian dan kasih sayang dalam diriku. Ketika aku melihat leluhur spiritualku, aku melihat mereka yang telah sempurna dalam praktik latihan sadar penuh, pengertian, dan welas asih, dan mereka yang masih belum sempurna. Aku menerima mereka semua karena aku melihat dalam diriku juga ada kekurangan dan kelemahan. Sadar bahwa latihan sadar penuhku tidak selalu sempurna, dan bahwa aku tidak selalu memiliki pengertian dan berwelas asih seperti yang aku inginkan, aku membuka hati dan menerima semua keturunan spiritualku. Beberapa keturunanku mempraktikkan latihan sadar penuh, pengertian, dan welas asih sehingga menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa hormat, tetapi ada juga yang menghadapi banyak kesulitan dan bertubi-tubi mengalami pasang surut dalam latihannya.

Dengan cara yang sama, aku menerima semua leluhur dari keluarga pihak ibuku dan dari pihak ayahku. Aku menerima semua kualitas baik dan tindakan bajik mereka, dan aku juga menerima semua kelemahan mereka. Aku membuka hati dan menerima semua keturunanku bersama kualitas baik, talenta, dan juga kelemahan mereka.

Para leluhur spiritualku, leluhur kandung, keturunan spiritual, dan keturunan kandung, semuanya adalah bagian dari diriku. Aku adalah mereka, dan mereka adalah aku. Aku tidak memiliki diri yang terpisah. Semuanya eksis sebagai bagian dari arus kehidupan yang menakjubkan, arus terus bergerak.

[tiga napas]

[mengundang genta]

[berdiri]


II

Menyentuh Bumi, aku tersambungkan dengan semua orang dan semua spesies yang hidup di saat ini di dunia ini bersamaku.

[mengundang genta]

[menyentuh bumi]

Aku merupakan satu kesatuan dari pola kehidupan luar biasa yang memancar ke segala arah. Aku melihat hubungan erat antara aku dan orang lain, bagaimana kita merasakan kebahagiaan dan penderitaan bersama-sama. Aku merupakan satu kesatuan dari mereka yang terlahir difabel atau yang menjadi cacat karena perang, kecelakaan, atau penyakit. Aku merupakan satu kesatuan dari mereka yang terjebak dalam situasi perang atau penindasan. Aku merupakan satu kesatuan dari mereka yang tidak menemukan kebahagiaan dalam kehidupan keluarga, yang tidak memiliki akar dan pikiran yang tenang, yang lapar akan pengertian dan cinta, dan yang mencari sesuatu yang indah, bijak, dan benar untuk dirangkul dan dipercayai. Aku adalah seseorang yang berada di ambang kematian yang sangat takut dan tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku adalah seorang anak yang tinggal di daerah miskin dan penyakit yang mengakibatkan derita nestapa, kaki dan lengan kurus bagaikan tongkat kering dan masa depan suram. Aku juga adalah sang perakit bom yang dijual ke negara-negara miskin. Aku adalah katak yang berenang di kolam dan aku juga adalah ular yang membutuhkan tubuh katak sebagai makanan. Aku adalah ulat atau semut yang diburu oleh burung untuk dijadikan makanan, dan aku juga adalah burung yang sedang berburu ulat atau semut. Aku adalah hutan yang sedang ditebang. Aku adalah sungai dan udara yang sedang tercemar, dan aku juga adalah orang yang menebang hutan kemudian mencemari sungai dan udara. Aku melihat diriku eksis di dalam semua spesies, dan aku melihat semua spesies eksis dalam diriku.

Aku merupakan satu kesatuan dari makhluk-makhluk agung yang telah menyadari kebenaran tiada kelahiran dan tiada kematian, makhluk yang mampu melihat bentuk-bentuk kelahiran dan kematian, kebahagiaan dan penderitaan, dengan mata yang tenang. Aku merupakan satu kesatuan dari orang-orang itu — yang dapat ditemukan di setiap sudut— yang memiliki cukup kedamaian pikiran, pengertian dan cinta, yang mampu menyentuh sesuatu yang indah, menutrisi, dan menyembuhkan, yang juga memiliki kapasitas untuk merangkul dunia dengan hati yang penuh cinta dan tangan yang siap membantu dan peduli. Aku adalah seseorang yang memiliki cukup kedamaian, kegembiraan, dan kebebasan, seseorang yang mampu mempersembahkan keberanian dan kegembiraan kepada makhluk hidup di sekitar. Aku melihat bahwa aku tidak kesepian dan terasingkan. Cinta dan kebahagiaan dari makhluk agung di planet ini membantuku agar tidak tenggelam dalam keputusasaan. Mereka membantuku untuk melakoni hidupku dengan cara yang berarti, dengan kedamaian dan kebahagiaan sejati. Aku melihat semuanya eksis di dalam diriku, dan aku melihat diriku sendiri eksis di dalam semuanya.

[tiga napas]

[mengundang genta]

[berdiri]


III

Menyentuh Bumi, aku melepaskan gagasanku bahwa aku adalah tubuh ini dan bahwa rentang masa hidupku adalah terbatas.

[mengundang genta]

[menyentuh bumi]

Aku melihat bahwa tubuh ini terbentuk dari empat elemen, sebenarnya bukanlah aku dan aku tidak dibatasi oleh tubuh ini. Aku adalah bagian dari arus kehidupan para leluhur spiritual dan leluhur kandung yang selama ribuan tahun telah mengalir hingga ke masa kini dan terus mengalir selama ribuan tahun ke masa depan. Aku merupakan satu kesatuan dari para leluhurku. Aku merupakan satu kesatuan dari semua orang dan semua spesies, saat mereka damai dan tidak takut, atau pun saat menderita dan takut. Pada saat ini, aku hadir di mana pun di planet ini. Aku juga hadir di masa lalu dan masa depan. Kefanaan tubuh ini tidak menyentuhku, seperti ketika bunga plum jatuh, itu tidak berarti akhir dari pohon plum. Aku melihat diriku sebagai ombak di permukaan samudra. Hakikatku adalah air samudra. Aku melihat diriku eksis dalam semua ombak lainnya dan melihat semua ombak lainnya eksis dalam diriku. Muncul dan menghilangnya bentuk dari ombak tidak mempengaruhi samudra. Tubuh Dharma dan kehidupan spiritualku tidak bergantung pada kelahiran dan kematian. Aku melihat kehadiran diriku sebelum tubuhku bermanifestasi dan setelah tubuhku hancur. Bahkan pada saat ini, aku melihat bagaimana aku eksis di tempat lain yang bukan di tubuh ini. Tujuh puluh atau delapan puluh tahun bukanlah rentang usiaku. Rentang usiaku seperti rentang usia sehelai daun atau seorang Buddha, tidak terbatas. Aku telah melampaui gagasan bahwa aku adalah tubuh yang terpisah dalam ruang dan waktu dari semua bentuk kehidupan lainnya.

[tiga napas]

[mengundang genta]

[berdiri]

Anak Muda Memilih Jalur Monastik

Anak Muda Memilih Jalur Monastik

Bulan Desember 2019 menjadi bulan penting bagi 14 anak muda yang berkomitmen untuk menempuh jalur monastik. Mereka menerima penahbisan sebagai sramanera dan sramaneri. Penahbisan di Plum Village selalu dalam jumlah besar sehingga diberikan nama keluarga. Penahbisan barusan mendapat nama Ngọc Am yang berarti Mourning-cypress.

Penahbisan ini dihadiri oleh biksu dan biksuni senior dari Vietnam. Seremoni penahbisan ini juga dihadiri oleh Master Zen Thich Nhat Hanh yang akrab disapa Thay. Seperti yang telah diberitakan bahwa Thay kembali ke Vietnam sejak setahun terakhir. Saat ini beliau sedang berada di Thailand untuk melakukan check up kesehatan, beliau dalam kondisi prima hingga saat ini.

To Live Happily in the Here and Now

To Live Happily in the Here and Now
Dharma Sharing bersama anak sekolah

Siswa SMP Sekolah Ananda pertama kali mengadakan Day of Mindfulness (DoM). Anak-anak sudah pernah mempraktikkan hidup berkewawasan (mindfulness) ketika makan, duduk, relaksasi total. Praktik ini sudah dilakukan secara rutin oleh para guru, sekarang saatnya untuk mengajak anak-anak untuk ikut latihan juga.

Tema DoM perdana ini adalah Happiness is here and now. Anak remaja banyak terbebani oleh tugas sekolah, maka dari itu penting mengajarkan mereka cara untuk berbahagia melalui meditasi. Kami ingin anak-anak berbahagia di sekolah juga di rumah, agar mereka tumbuh menjadi generasi yang berkewawasan.

Menyentuh Momen Saat Ini

“The present moment is filled with joy and happiness. If you are attentive, you will see it.”

Thich Nhat Hanh

Sesi berbagi Dharma (Dharma Sharing), anak-anak diminta untuk menyebutkan hal apa yang membuat mereka bahagia maupun tidak bahagia. Mereka berbahagia ketika dapat berkumpul dengan orang tua dan keluarga. Mereka tidak berbahagia ketika orang tua bertengkar, kurang diperhatikan, berselisih paham dengan teman, tidak dibelikan barang yang diinginkan, nilai rapor rendah, ada anggota keluarga yang sakit atau meninggal dunia. Jawaban ini lebih bervariasi.

Siswa mulai mengerti bahwa kondisi untuk berbahagia sebenarnya sudah ada, mereka sering melupakannya. Contoh, matahari di langit. Luangkan waktu sejenak untuk merasakan hangatnya matahari, semua kehidupan bisa berlangsung dikarenakan sinar matahari.

Banyak makanan bergantung pada sinar matahari, matahari seperti seorang ayah dan ibu merawat kita, selalu hadir setiap hari. Jika seseorang merasa tidak diperhatikan, tidak ada yang menyayangi, ingatlah matahari selalu merawat semuanya, setiap detik dan menit, bahkan setiap hari. Bumi, pohon, air, udara, burung, serangga, mereka selalu hadir untuk kita. Itu adalah suatu kebahagiaan.

Jangan menggantungkan kebahagiaan kepada orang lain atau materi. Jangan berpikir, “Saya akan bahagia jika saya menjadi juara kelas, atau ketika saya dibelikan handphone terbaru, atau ketika mama bahagia, maka saya akan bahagia.” Kita bisa memunculkan rasa bahagia dalam diri kita terlebih dahulu.

Jika seseorang berhentik sejenak untuk menyentuh momen kekinian, maka banyak kondisi kebahagiaan yang terlihat jelas. Kita tidak perlu mencari kondisi-kondisi kebahagiaan di luar sana, justru saat ini kita sudah memiliki banyak kondisi kebahagiaan.

Berhenti dan menyentuh momen kekinian, maka tubuh dan pikiran bisa beristirahat. Berhenti untuk memberi kesempatan bagi kita untuk mengenali kondisi-kondisi bagi kebahagiaan sesungguhnya sudah hadir dan ada di depan kita. Jika kita bahagia, maka kita dapat menjadi sumber kebahagiaan juga bagi orang lain.

Mengenali Benih Positif dan Benih Negatif di Dalam Diri

“The seed of suffering in you may be strong, but don’t wait until you have no more suffering before allowing yourself to be happy.”

Thich Nhat Hanh

Anak-anak diberi kesempatan untuk mengenal benih positif dan negatif yang dominan dalam dirinya. Mereka sudah mampu mengenali benih-benih itu. Mereka menuliskan cara-cara menyirami benih positif, dan menghindari menyirami benih negatif.

Benih-benih positif yang ada dalam diri para siswa antara lain suka memberi, rendah hati, suka tersenyum, ramah, ceria, perhatian, easy going, bersyukur, humoris, percaya diri, tenang, jujur, penyayang, bersemangat, mudah memaafkan, pantang menyerah, tidak suka cakap kotor, dan lain-lain.

Benih-benih negatif yang dalam diri para siswa antara lain pemarah, egois, serakah, tidak percaya diri, malas, iri hati, suka melawan, suka menunda, berbohong, rendah diri, keras kepala, sombong, boros, kasar, dan lain-lain.

Cara menyiram atau tidak meyiram benih agar bertumbuh antara lain:

  • Selalu bersyukur
  • Sabar dan selalu tersenyum
  • Tidak membandingkan diri dengan orang lain
  • Mencari dan berkumpul dengan orang-orang dan lingkungan yang baik
  • Berpikir positif
  • Mengingat hal-hal yang diajarkan orang tua
  • Lebih dekat dengan Tuhan, rajin ibadah dan berdoa
  • Banyak membaca quote-quote motivasi
  • Mengendalikan emosi
  • Memahami sifat dan karakter orang lain
  • Menjadikan hal-hal baik sebagai kebiasaan
  • Memikirkan orang lain dan menempatkan diri di posisi orang lain untuk dapat memahami bagaimana keadaannya jika kita berlaku tidak mengenakkan pada mereka
  • Menenangkan diri

Bagi anak seusia 12 – 15 tahun, pemikiran-pemikiran seperti ini cukup bagus, walaupun masih ada sebagian siswa yang menjawab masih tidak tahu bagaimana cara menyiram atau tidak menyiram benih-benih tersebut. Hal ini memberikan saya ide baru untuk membahas topik ini lebih mendalam pada DoM bulan berikutnya dengan cara lebih seru.

Sharing Bersama Fasilitator

“I am determined to practice deep listening. I am determined to practice loving speech.”

Thich Nhat Hanh

Setelah relaksasi total, para siswa berpencar sesuai kelompoknya untuk bermain games dan berbagi cerita bersama masing-masing fasilitator. Dalam kelompok kecil, para fasilitator menjelaskan terlebih dahulu tata cara dalam sharing. Diawali dengan memberi bow (hormat) sebelum dan setelah bercerita, tidak memotong pembicaraan teman, tidak mengejek apabila teman salah bicara, belajar mendengarkan teman tanpa menghakimi, dan berbicara dengan bahasa yang sopan dan tidak menyakiti teman. Mereka juga belajar mengundang lonceng secara bergiliran setiap kali seorang temannya selesai berbagi cerita.

Dalam kesempatan ini bukan hanya sesama siswa berbagi cerita, tapi juga para fasilitator (yang juga adalah guru). Di sekolah mungkin tidak banyak hal yang mereka ketahui tentang guru-guru mereka, tapi pada kesempatan ini para guru tidak segan berbagi cerita. Berbagi tentang keluarga, keseharian mereka, tentang cita-cita, apa yang membuat mereka bahagia pada hari itu, apa yang mereka sukai dan tidak sukai, dan lain-lain.

Latihan berkewawasan selesai pada sore hari. Ada beberapa anak yang jujur mengatakan bahwa hal yang membuat ia bahagia pada hari itu adalah ia dapat bangun lebih telat dari biasanya (karena DoM dimulai pukul 8.30 pagi), tidak perlu belajar pada Sabtu ini, dapat bermain game dengan teman-teman dan  menikmati relaksasi total, serta tidak perlu memikirkan pelajaran sekolah ataupun pekerjaan rumah.

Latihan DoM ini adalah pengalaman pertama bagi para siswa. Semoga latihan hari ini memberi rasa relaks dan semoga mereka dapat mengingat bahwa untuk menumbuhkan rasa bahagia dalam diri adalah tidak sulit, cukup menyadari saat ini, menyentuh momen saat ini, maka kita akan menyadari bahwa kondisi-kondisi untuk berbahagia sebenarnya telah ada di hadapan kita.

“It is possible to live happily in the here and now. So many conditions of happiness are available—more than enough for you to be happy right now. You don’t have to run into the future in order to get more.”

Thich Nhat Hanh

RUMINI LIM, guru sekolah Ananda Bagan Batu, pengajar mindfulness class dan volunteer retret mindfulness

Bentuk Luar

Bentuk Luar

Begawan Buddha, aku merasa malu, karena aku sering berlatih tapi hanya bentuk luar saja, tanpa memperhatikan makna sesungguhnya. Ketika mempersembahkan dupa, menyentuh bumi, praktik meditasi duduk dan berjalan, membaca sutra, aku membiarkan pikiran terus mengembara ke masa lalu dan masa depan, dan aku terjebak dalam pemikiran tak bermanfaat tentang masa kini. Aku telah sering kehilangan banyak kesempatan berharga karena tidak berlatih dengan serius. Sebetulnya, ketika melangkah atau bernapas dengan penuh kewawasan (mindfulness), aku berkesempatan untuk membangkitkan energi kewawasan dan konsentrasi tepat. Ketika kewawasan dan konsentrasi tepat telah bangkit, maka energi pencerahan dan pengertian juga akan hadir.

Aku sangatlah beruntung karena sudah mendapatkan instruksi latihan itu. Sementara aku masih seperti orang tidak mengerti apa pun. Aku berjalan, berdiri, berbicara, dan tersenyum dalam kealpaan. Aku berjanji, Begawan Buddha, aku akan berusaha menjadi lebih baik lagi dalam setiap momen dalam kehidupan sehari-hari, aku akan membangkitkan kewawasan dan konsentrasi tepat lebih banyak lagi. Membangkitkan kewawasan dan konsentrasi bukan hanya menyembuhkan dan mentransformasikan batin dan tubuh, tetapi juga mendukung banyak anggota sanggha lainnya dan akan meningkatkan kualitas praktik dari seluruh sanggha.

Menyentuh Bumi

Begawan Buddha, dengan tubuh, ucapan, dan pikiran bersatu padu, aku menyentuh bumi dengan rasa syukur kepadaMu, Buddha yang telah tiba di pantai seberang, yang mampu menunjukkan jalan, agar aku selalu mengingatkan janjiku. [Genta]

Dengan tubuh, ucapan, dan pikiran dalam satu kesatuan, aku menyentuh bumi dengan penuh rasa syukur kepada Buddha Vipasyin. [Genta]

Buddha dan Sanggha Orisinal

Buddha dan Sanggha Orisinal

Begawan Buddha, Aku melihat Buddha duduk bersama Sanggha biksu, biksuni, upasaka, dan upasika. Aku seperti Raja Prasenajit, setiap kali raja melihat komunitas Sanggha biksu dan biksuni, raja merasa bahwa Buddha begitu luar biasa dan energi keyakinan, respek, dan kagum tumbuh besar. Aku merasakan kehadiran Buddha dalam Sanggha. Buddha telah mentransmisikan kearifan dan welas asih kepada begitu banyak orang. Begawan Buddha, semua murid-muridMu, apakah itu biksu, biksuni, upasaka, atau upasika, merupakan kelanjutan dari Buddha; sebetulnya mereka juga adalah Buddha. Aku melihat ada Buddha di dalam metode praktik yang telah diajarkan, jika ajaran itu diterapkan dengan terampil, maka akan membawa pada transformasi dan penyembuhan. Begawan Buddha, aku bisa melihat Buddha dalam energi pengertian dan welas asih yang terwujud dalam setiap manusia, dalam karya tulisan, puisi, arsitektur, musik, dan karya seni dan bentuk budaya. Aku bisa merasakan Buddha dalam diriku, dalam benih pencerahan dan cinta kasih yang memungkinkan aku berlatih mengembangkan kearifan dan welas asih.

Menyentuh Bumi

Begawan Buddha, dengan tubuh, ucapan, dan pikiran bersatu padu, aku menyentuh bumi agar bisa menyentuh Buddha dalam diriku, dalam Sanggha, menyentuh Buddha dalam ajaran beserta praktik Dharma, juga dalam kesempatan menakjubkan yang telah Buddha ciptakan untuk kehidupan spiritualku. [Genta]

Dengan tubuh, ucapan, dan pikiran bersatu padu, aku menyentuh bumi di hadapan Buddha Dipankara, Dia yang telah memprediksi pencerahan dari guru akarku, Buddha Sakyamuni. [Genta]

Kado Untuk Hari Berkelanjutan Thay

Kado Untuk Hari Berkelanjutan Thay
Perayaan hari berkelanjutan Zen Master Thich Nhat Hanh di Plum Village Thailand

Thay adalah sapaan hormat bagi seorang biksu dalam tradisi mahayana Vietnam. Thay adalah bahasa Vietnam yang berarti guru atau bhante. Zen Master Thich Nhat Hanh akrab disapa Thay oleh para murid-muridnya.

Murid tentu saja bisa dalam berbagai bentuk. Ada yang secara tidak formal menjadikan beliau sebagai guru. Ada juga yang secara formal yaitu melalui penerimaan 5 atau 14 Latihan Kesadaran Penuh. Ada juga murid monastik yang menerima penahbisan dari beliau.

Setiap manusia hadir ke dunia ini berkat kebaikan orang tua. Hari lahir biasanya disebut hari ulang tahun. Thay bilang, hari ulang tahun seharusnya adalah hari berkelanjutan (continuation), jadi kita di Plum Village menyebutkan hari berkelanjutan.

Suatu ketika, Thay ditanya, kado apakah yang paling berharga yang bisa dipersembahkan kepada beliau? Thay jawab, “Anda bisa mempersembahkan kado apa pun, namun kado yang paling bermakna adalah tekad untuk berlatih kesadaran penuh, bentuk latihan nyata untuk mewujudkan perdamaian, keharmonisan, bagi diri dan dunia.”

Murid-murid yang telah menerima 5 Latihan Kesadaran Penuh (Pancasila), ataupun mereka yang telah menerima 14 Latihan Kesadaran Penuh (Bodhisattvasila) atau kadang disebut sila ordo Interbeing, pada hari ini bertekad mempersembahkan latihan kepada beliau, untuk meneruskan karir beliau dalam jalan transformasi, meneruskan karir para sesepuh Zen, dan juga karir Buddha.

Berikut ini adalah tekad kami semua, dipersembahkan kepada Thay, Zen Master Thich Nhat Hanh. Kami persembahkan dengan sepenuh hati:

Everytime l touch the leaf, remind me to stop.
Breathing in, breathing out … make me calm and smile to the green, to the earth.
Happy Continuation Day, dear Thay.  You teach me much than l think. Thank you and wish you Healthy & Happy.

Rosmeri Sumiati, Jakarta

Saya bertekad untuk lebih intensif berlatih kesadaran penuh dan mengusahakan komunitas berlatih yang lebih aktif serta solid, sehingga kami dapat tumbuh bersama-sama dan membawa perubahan bagi lingkungan kami, semoga bisa lebih damai, tentram, penuh kasih dan selalu diliputi kebahagiaan.

Elysanty, Jambi

Saya bertekad untuk selalu mengingatkan diri sendiri agar berlatih sadar penuh ketika melakukan aktivitas sehari-hari, seperti ketika bangun tidur, berjalan, makan, di sekolah bersama murid-murid, dan ketika bersama komunitas sekolah. Saya juga akan melanjutkan ‘planting the seeds’ kepada murid-murid dan berlatih bersama komunitas guru di sekolah.

Rumini, Bagan Batu

Saya bertekad dan berusaha dengan daya upaya benar untuk berlatih dengan mengembangkan pengertian dan kesabaran. Saya berkomitmen untuk mengajak lebih banyak orang untuk memahami dan mempraktikkan latihan ini. dan memberikan manfaat.
Happy Continuation day, Thay., beloved teacher. 
wish you always stay in healthy, peace and longlife.
Buddha & Bodhisatva Bless You.

Finny Owen, Medan

Semoga saya dapat belajar lebih sering hening (mengurangi respon yang spontan dalam berkomunikasi ). Saya akan sering mempraktikkan kontemplasi agar mendapatkan kemajuan dalam berlatih mendengar secara mendalam 

Waty, Song Wen Juan, Medan

Saya berharap dapat lebih banyak berlatih dan mengaplikasikan latihan sadar penuh di dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam kehidupan pribadi maupun komunitas sehingga dapat menjadi pribadi yg lebih baik lagi dan dapat membawa kebaikan untuk lingkungan sekitar.

Agnes, Jambi

Saya menyadari saya telah memiliki kondisi yg cukup untuk berbahagia, jangan karena marah dan benci mengharap orang lain celaka.

Padmadevi, Tangerang

Meski t’lah berganti lagi satu masa kehidupan
kini raut wajah pun t’lah berubah
dari masa kehidupan tak berawal yang tak kita ketahui
kita bertemu dan berpisah berulang kali

Di masa kehidupan ini kita berjumpa kembali
cerita indah senantiasa terukir di hati
setiap perjumpaan senantiasa disertai perpisahan
di manapun berada jika ada jodoh pertemuan pun akan terjadi lagi

Lahir, sakit, tua dan mati adalah realita nyata
sebuah lonceng kesadaran bagi kita untuk terjaga bangun
Janji temu dengan kehidupan selalu tersedia di saat ini
tinggal seberapa sering kita bisa menyadarinya.

Rohana, Tangerang

Saya bertekad untuk menjaga ucapan yang benar dan berusaha untuk mengonsumsi informasi yang benar serta berusaha memahami baru dipahami.

Yuyong, Jakarta

Saat retreat adalah saat saya belajar hidup berkesadaran. Di luar retreat, pada kehidupan sehari-hari, itulah saat saya berlatih dan mempraktikkan hidup berkesadaran. Saya bertekat untuk terus berlatih dan mempraktikkannya, karena akan membuat hidup saya menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain.

Susanto, Medan

Saya bertekad untuk membangun kebersamaan,  keharmonisan, lebih rajin untuk mendengar secara mendalam dengan sabar,  dan berlatih untuk berbahasa kasih. 
“selamat Hari berkelanjutan Thay,  semoga Thay dapat lebih lama membimbing dan mendampingi kami semua”.

Ida, Surabaya

Selamat hari lahir thay, semoga Thay senantiasa sehat selalu dan dapat membimbing serta memberikan pencerahan bagi kami semua dimanapun berada… di hari lahir Thay dan saya kebetulan di tanggal yang sama… ajaran dan praktik yang diajarkan Thay sungguh indah dan sering memberikan pencerahan kecil bagi saya.

saya bertekad dan terus mengupayakan agar dapat terus mempraktikkan 14 latihan sadar penuh yang saya terima tanggal 15 mei 2018 sehingga saya pun dapat memberikan kebahagiaan bagi diri saya sendiri, keluarga, sahabat dan semua makhluk.

Suryati Nengsih, Palembang

Selama Saya masih bisa bernapas, masih bisa berjalan, Saya bertekad akan terus berbagi hidup berkesadaran kepada banyak orang.

Samidjah, Tangerang

Saya bertekad untuk menghindari kesombongan diri, senantiasa rendah hati dan terus belajar dan berlatih menjadi manusia yang lebih baik, serta terus berbagi dan berkembang dalam komunitas spiritual yang mendukung.

Henry G. Chandra, Jakarta

Dear Thay,
Some body said life begins at 50. Somebody else said life begins at 40…
Now… I think whatever life begins … I am become old….. become weak…but I know my spirit as younger as previous years ago.
That’s not pessimistic thought, I belief life is a choice… Choose becomes Bodhisatva or becomes beast, those words start with B 😀..
Thay, when I saw your peace picture together with all sangha and kalyanamitta, my wish is you always happy and healthy.
I promise to myself getting older elegantly, and share the benefits of practice to all beings gradually time to time, specially to human being.
Happy continuation Day, Thay..
Big hug from me.

Kshantica, Jakarta

Saya bertekad menjaga dan memperkuat hubungan yang harmonis dengan personal maupun komunitas, tidak menimbulkan perselisihan.
Bertekad belajar setiap saat.

Juniarti Salim, Palembang

Retret GABI: Bring Each Smile To Breath

Retret GABI: Bring Each Smile To Breath

Retret GABI SumSel @Lubuklinggau

GABI (Gelanggang anak buddhis indonesia) Sumatera Selatan memilih menghabiskan libur natal mereka untuk berlatih bersama di Wihara Buddha Indonesia Lubuklinggau dari 22 s.d. 25 Desember 2017.

Pada acara ini anak-anak diajarkan untuk selalu menyadari napas masuk, napas keluar sesuai dengan tema acara ini bring smile into each breath, anak-anak dibimbing untuk mencintai setiap napasnya mulai dari hanya mendengarkan dentang jam dinding setiap jam, mendengarkan bunyi lonceng pergantian acara, serta meditasi duduk dan jalan setiap pagi. Hal tersebut guna untuk merelaksasikan pikiran dan hati mereka yang selama ini sudah terbebani.

Kegiatan menarik lainnya yaitu bertepatan dengan hari ibu 22 desember 2017, meski banyak anak jauh dari ibu mereka, namun anak-anak tetap merayakan hari ibu dengan memberikan kejutan kue dan tiup lilin kecil pada ibu-ibu yang telah memasak dan menyediakan makanan untuk mereka. Beberapa dari mereka menjadi perwakilan menyuapi ibu-ibu tersebut dan semuanya bernyanyi kasih ibu di perayaan yang sederhana dan penuh makna.

Anak-anak juga membiasakan diri untuk meditasi makan, relaksasi total setiap siang hari, stick exercise, mendengarkan Dharma dengan tema berbakti pada orang tua dan kalyannamitta (sahabat yang sesungguhnya), belajar bernyanyi lagu Buddhis, workshop mewarnai zen tangle dan mind map dengan tema berbakti kepada orang tua, serta berbagai games yang mengarah pada kesadaran, kejujuran, serta solidaritas bersama.

Anak-anak terlihat sangat bahagia pada acara retreat ini walaupun gadget dan snack pribadi harus disita. Mereka seakan lupa akan hal itu terbukti pada saat sesi Dharma sharing banyak dari mereka yang aktif menyampaikan kesannya mengikuti retreat ini bisa mendapatkan banyak teman baru, belajar mandiri tidak merepotkan mama dan papa di rumah dan belajar tidak berisik. Mereka juga ingin mempraktikkan apa yang telah dipelajari selama retreat dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Kami sebagai pendidik dan kakak-kakak dari GABI sangat bahagia bisa melihat anak-anak yang biasanya terlalu ribut dan tidak tenang bisa menjadi anak yang lebih baik selama 4 hari latihan. Kami harap anak-anak bisa mempraktikkan meditasi sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Kami juga berharap agar acara retreat untuk anak-anak ini akan menjadi agenda rutin tahunan (sudah direkues orang tua).

Kami mengucapkan terima kasih kepada fasilitator luar biasa Bhante Nyanabhadra, Bhante Bhadraputra dan Bhante Bhadramurti yang sudah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing anak-anak. Kakak-kakak GABI, dan panitia dengan sangat baik dan penuh perhatian, terima kasih untuk briefing setiap malamnya yang menjadi kunci kesuksesan acara ini.

Semoga latihan seperti ini dapat tetap kita lanjutkan di kesempatan berikutnya. We’ve already brought those smiles into each breath, thank you bhante. (Siska)*

*DPD IPGABI Sumatra Selatan

Joy Is Every Step

Joy Is Every Step

Day of Mindfulness: Joy is Every Step @Pusdiklat Bodhidharma

Joy is Every step adalah tema Day of Mindfulness hari Sabtu, 28 Oktober 2017, di Pusdiklat Boddhidharma, dibimbing oleh Sister Tin Yue merupakan hari latihan bersama hidup sadar oleh praktisi-praktisi lintas agama.

Beberapa praktisi sudah berlatih dengan metode Zen Plum Village, beberapa baru pertama kali berlatih mengikuti metode ini.

Diringkas dengan apik, semua kegiatan disesuaikan dengan kebiasaan hidup sehari-hari yang penuh dengan kesibukan.

Dalam sesi meditasi teh dan berbagi, diungkapkan bahwa latihan ini adalah latihan yang sesungguhnya karena berpraktik sesuai kondisi nyata keseharian.

Sesi yin yoga dan total relaksasi merupakan sesi favorit, sesi yang membawa praktisi untuk benar-benar relaks.

Ceramah Thay (Zen Master Thich Nhat Hanh) pada saat Retret Israel-Palestina, Oktober 2005 membawa pencerahan baru bahwa kita berlindung pada realitas absolut yang membuat kita damai dan bahagia setiap saat, setiap langkah. (Kshantica)