Berkesadaran Penuh untuk Pendidik

Berkesadaran Penuh untuk Pendidik

Yayasan Pendidikan Panca Dharma mengadakan Retret Mindfulness untuk guru dan staf pendidikan di SMA Dharma Loka Pekan Baru dari 24 s.d. 27 Juni 2024. Retret ini dibimbing oleh B. Nyanabhadra (Br. Pháp Tử) yang merupakan Dharma Acharya dari tradisi Zen Plum Village.

Inti dari mindfulness terletak pada kesadaran penuh (mindful) di setiap momen, menghargai kehidupan yang terjadi, dan memupuk hubungan cinta dengan diri sendiri dan orang lain. Inilah cara kita melatih perhatian dalam dunia yang sibuk.

Di dunia yang serba cepat dan sibuk saat ini, konsep mindfulness telah mendapat perhatian yang sangat signifikan karena kemampuannya mengurangi stres, meningkatkan fokus, dan juga meningkatkan kesejahteraan secara menyeluruh.

Mempraktikkan mindfulness di dunia yang sibuk memerlukan niat dan komitmen, namun manfaatnya sangat besar. Dengan mempraktikkan latihan mindfulness secara teratur, mulai dari hal kecil, konsisten, dan terapkan mindfulness sebagai alat yang ampuh untuk menjalani hidup yang lebih seimbang dan memuaskan.

Retret ini diikuti oleh guru dan staf dengan latar belakang agama yang berbeda-beda. Memang meditasi ada kaitannya dengan agama Buddha. Namun, meditasi juga merupakan teknik universal yang bisa dipraktikkan oleh semua orang.

Metodenya sederhana untuk mengembangkan kebiasaan berhenti sejenak sepanjang hari. Saat merasa kewalahan atau stres, ambillah jeda sejenak. Pejamkan mata, tarik napas dan hembuskan, alihkan perhatian pada momen saat ini. Meditasi dapat membantu merespons tantangan dengan lebih jelas dan tenang

Praktik utama dalam retret adalah mindful breathing (bernapas dengan penuh kesadaran). Mulailah latihan mindfulness dengan latihan pernapasan sederhana. Pilihlah tempat yang tenang, duduk dengan nyaman, dan fokus pada pernapasan. Rasakan sensasi setiap tarikan dan hembusan napas yang keluar. Ini membantu memusatkan perhatian pada momen saat ini dan menenangkan pikiran.

Menyantap makanan juga bisa menjadi sebuah meditasi yang ampuh. Ubah aktivitas sehari-hari menjadi pengalaman yang penuh perhatian. Saat makan, fokuslah pada rasa, tekstur, dan sensasi setiap gigitan dan kunyahan makanan. Dalam kesadaran penuh saat makan, nikmati setiap momen tanpa gangguan dari HP atau tugas lainnya.

Salah satu teknik meditasi bisa dilakukan lewat postur berbaring. Dalam retret ini disebut relaksasi total. Teknik ini menyarankan untuk selalu dapat fokus pada pernapasan, juga berguna untuk fokus pada sensasi fisik, seperti hangat dan lembutnya selimut, juga dapat merasakan dan merelakskan anggota tubuh dan pikiran.

Barangkali banyak yang berpikir bahwa meditasi itu selalu dilakukan dalam kondisi diam. Namun, meditasi juga bisa dalam wujud pergerakan yang disebut sebagai mindful movements. Dalam retret tersebut kami belajar mengombinasikan napas masuk dan keluar dengan gerakan tongkat. Teknik ini bertujuan untuk membawa perhatian penuh pada momen saat ini untuk mengalami saat ini dan di sini. Mindfulness pada gerakan dan fokus pada napas atau perasaan tubuh saat bergerak.

Semua manusia berjalan setiap hari. Kita berjalan dari satu tempat ke tempat lain untuk mencapai tujuan. Kegiatan hari ini juga bisa menjadi rutinitas untuk membangkitkan kesadaran penuh. Proses berjalan bisa menggabungkan napas berkesadaran sehingga kegiatan berjalan tidak hanya untuk mencapai tujuan, tapi juga membangkitkan energi kesadaran. Baik dalam berjalan ke temapat kerja, ke rapat, atau bahkan di sekitar rumah, dan perhatikan setiap langkah yang diambil. Perhatikan sensasi di kaki, gerakan tubuh, serta pemandangan dan suara di sekitar yang didengar.

Kesadaran penuh juga bisa dibangkitkan lewat menyanyi. Dalam retret ada sesi menyanyi lagu-lagu mindfulness. Bernyanyi membutuhkan pernapasan dalam, dan perhatian penuh melatih pikiran untuk fokus pada napas. Bernyanyi membutuhkan kemampuan untuk melemaskan beberapa otot sambil melatih otot lainnya, dan perhatian penuh mendorong relaksasi fisik dan kesadaran tubuh.

Kegiatan melukis bisa menjadi salah satu latihan mindfulness. Ini semua tentang ekspresi diri dan perhatian yang membantu terhubung dengan momen saat ini.Gambar meditasi dapat memiliki banyak bentuk. Beberapa orang mungkin menemukan kedamaian dalam menggambar bentuk atau pola sederhana, sementara yang lain mungkin menikmati pekerjaan lebih detail seperti membuat gambar pemandangan alam atau merancang pola yang rumit.

Di plum village ada latihan yang namanya Tea Meditation. Kami mempraktikkan minumlah dari cangkir teh. Cobalah fokus pada kehangatan dan rasa cangkir teh. Pikirkan tentang sensasi bau dan rasa saat menikmati teh. Sadari pikiran saat menjauh dari teh, tetapi kembalilah fokus pada sensasi memegang cangkir dan menikmati rasa teh.

Mindfulness membutuhkan latihan dan usaha. Saat pertama kali memulai, pikiran mungkin melayang, tetapi dengan latihan dan kesabaran, hal itu akan menjadi lebih mudah. Pada akhirnya, kita menyadari bahwa kita menjalani kehidupan yang lebih sadar-dan berada di jalur untuk menikmati manfaat seperti berkurangnya stres, kesehatan mental yang lebih baik, hubungan yang lebih baik, dan kebahagian yang lebih besar secara keseluruhan.

Semoga para pendidik yang berada di lingkungan Yayasan Pendidikan Panca Dharma dapat menerapkan rangkaian Mindfulness pada diri sendiri dan juga kepada peserta didik mulai dari tingkat usia dini hingga sekolah lanjutan atas. Agar lebih berperhatian penuh, fokus, dan hidup menjadi seimbang dan sejahtera.

Flora, guru sekolah Dharma Loka, Pekan Baru

Menggapai Ketenangan Pikiran

Menggapai Ketenangan Pikiran
Day of Mindfulness, Sekolah Dharma Loka Pekanbaru (26 Agustus 2023, Furaya Hotel)

Di tengah kehidupan yang semakin rumit dan banyak tuntutan, penting bagi kita untuk menjaga keseimbangan pikiran dan perasaan. Salah satu cara untuk menciptakan waktu bagi diri sendiri dan merasa lebih tenang adalah melalui praktik kesadaran. Pada tanggal 26 Agustus 2023, Hotel Furaya di Pekanbaru akan menjadi tempat istimewa. Kami berkesempatan mengikuti acara mindfulness (kesadaran penuh), banyak dari mereka berasal dari berbagai latar belakang, terutama guru dan karyawan dari Sekolah Dharma Loka yang dijalankan oleh Yayasan Pendidikan Panca Dharma, dapat bergabung. Dalam upaya untuk tumbuh dan menjadi lebih baik, kami belajar tentang menjalankan aktifitas hidup dengan lebih penuh perhatian.

Kegiatan dimulai pada pukul 08.00 hingga 17.00, dipandu oleh sembilan fasilitator berpengalaman yang datang dari Jakarta sebagai perwakilan dari Zen Plum Village. Para fasilitator ini tidak hanya membawa pengetahuan tentang mindfulness, tetapi juga pengalaman dalam membimbing peserta menuju pemahaman yang lebih dalam tentang hidup dengan penuh kesadaran.

Salah satu poin penting dari acara ini adalah melatih diri beraktifitas dengan penuh kesadaran. Peserta diajarkan untuk mempraktikkan setiap tindakan sehari-hari dengan fokus penuh, mulai dari makan hingga berbicara. Melalui meditasi duduk dipandu, peserta diajak untuk merelakskan pikiran dengan memusatkan perhatian pada napas masuk dan keluar. Ini membantu mereka mengembangkan keterampilan mengendalikan pikiran dan emosi, yang pada gilirannya meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Sesi meditasi tidak hanya dilakukan di ruang yang tenang, tetapi juga melibatkan meditasi jalan setelah makan siang. Konsep ini bertujuan untuk membantu proses pencernaan dan metabolisme tubuh, sambil tetap menghubungkan pikiran dengan tubuh dalam kesadaran penuh. Makan siang sendiri menjadi momen penting untuk berlatih kesadaran, setiap suapan diambil dengan perhatian dan rasa syukur atas makanan yang diberikan.

Berikunya ada sesi relaksasi total, kami dipandu untuk belajar bagaimana beristirahat dengan nyaman, menghilangkan semua ketegangan yang ada dalam otot-otot tubuh kami. Dimulai dari otot-otot wajah dan mata, kemudian merambat melalui otot-otot pundak, lengan, hingga mencapai kaki. Tujuannya adalah agar kami bisa merasakan istirahat yang berkualitas dan membuat tubuh kami terasa segar saat kami bangun.

Sesi puncak dari kegiatan ini adalah “sharing berkesadaran.” Dalam sesi ini, peserta diajarkan untuk mendengarkan dengan penuh perhatian ketika seseorang berbicara, menciptakan ruang yang aman untuk berbagi pikiran dan perasaan. Momen ini juga mengajarkan pentingnya berbicara dengan penuh kesadaran dan cinta kasih, menghindari kata-kata yang bisa menyakiti orang lain. Ini adalah pengalaman berharga yang membawa dampak positif dalam hubungan antar peserta.

Salah satu peserta kegiatan, yang juga seorang guru di Sekolah Dharma Loka, berbagi pengalaman pribadinya. Ia merasa bahwa setelah mengikuti kegiatan ini, pikirannya menjadi lebih tenang dan ia dapat menjalani rutinitas sebagai seorang guru dengan lebih nyaman. Tuntutan pekerjaan yang sebelumnya terasa memberatkan kini dapat dihadapi dengan lebih baik berkat pemahaman tentang hidup dengan penuh kesadaran.

Harapannya, kegiatan ini bukanlah akhir dari perjalanan ke arah kesadaran diri, melainkan awal dari komitmen untuk terus mempraktikkan mindfulness dalam kehidupan sehari-hari. Dari mengawali pagi dengan meditasi singkat untuk memulai hari dengan pikiran yang jernih, hingga mencari momen untuk berhenti sejenak sebelum memulai aktivitas baru, setiap langkah kecil ini dapat membawa perubahan yang positif dalam hidup.

Pengalaman yang diperoleh dari kegiatan mindfulness di Hotel Furaya Pekanbaru pada tanggal 26 Agustus 2023 membuktikan betapa pentingnya memahami arti hidup dengan penuh kesadaran. Dalam dunia yang semakin sibuk, memberikan waktu bagi diri sendiri untuk merenung dan memahami setiap momen adalah investasi berharga bagi kesejahteraan (well-being) pribadi dan hubungan antarmanusia. (Bambang, guru sekolah Dharmaloka Pekanbaru)

Foto dari Pak S. Lio Floren Tio

Seremoni Mengenang Satu Tahun Kepergian Master Zen Thich Nhat Hanh

Seremoni Mengenang Satu Tahun Kepergian Master Zen Thich Nhat Hanh
Seremoni peringatan mendiang Master Zen Thich Nhat Hanh

Hujan rintik-rintik menguyur kota Huế ketika kami dalam perjalanan menuju wihara Diệu Trạm. Wihara Diệu Trạm merupakan wihara para Bhiksuni dengan jumlah residen 80 biarawati yang bersebelahan dengan wihara Từ Hiếu, wihara para Bhiksu dengan jumlah residen 20 biarawan. Wihara Từ Hiếu merupakan tempat Master Zen Thich Nhat Hanh ditahbiskan, oleh karena itu kadang wihara ini disebut sebagai Wihara Akar dari tradisi Zen Plum Village.

Ketika kami tiba di wihara Diệu Trạm, beberapa biarawati menyambut dan mengantarkan kami menuju kamar. Walaupun udara dingin dan lembab sangat terasa di malam itu, hati saya merasa sangat bahagia. Ada kurang lebih 150 siswa monastik dari pusat latihan Plum Village dari berbagai negara yang datang ke wihara akar untuk berpartisipasi dalam rangkaian acara peringatan satu tahun wafatnya Maha Guru Zen, Thích Nhất Hạnh. Thầy yang artinya Guru merupakan sapaan Beliau, telah menahbiskan 1.214 siswa monastik dan puluhan ribu murid awam.

Rangkaian acara peringatan satu tahun wafatnya Thầy diawali dengan dua hari retret monastik yaitu pada tanggal 3 s.d. 4 Januari 2023. Ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi monastik karena para senior bhiksu dan bhiksuni dari tradisi Plum Village berbagi Dharma kepada generasi monastik yang lebih muda. Retret monastik ini juga menjadi ajang reuni, berkumpul dengan kakak dan adik seperguruan yang telah lama tidak bertemu.

Energi kebahagiaan dan keceriaan terpancar di segala sudut kedua wihara meskipun banyak persiapan yang harus dilakukan dalam menyambut total sekitar 250 monastik. Ada begitu banyak pekerjaan yang harus dibereskan, seperti memotong sayur, memasak, mempersiapkan aula meditasi, sistem audio dan terjemahan, mempersiapkan kamera dan siaran langsung, dan lain lain. Seluruh monastik dan awam yang hadir bersama-sama bersumbangsih dalam meditasi kerja.

Bunga seruni atau kadang disebut bunga krisan.
Bunga Seruni (sumber: wikipedia id)

Pada tanggal 5 s.d. 6 Januari, wihara Từ Hiếu yang merupakan tempat pelaksanaan seremoni peringatan wafatnya Thầy dibersihkan secara menyeluruh dan tenda-tenda dipasang. Bunga dan buah dipersembahkan ke altar Buddha dan Bodhisattwa, altar leluhur dan Thầy. Di altar Thầy selalu dihiasi bunga Seruni yang berwarna coklat kekuningan, ini adalah bunga kesukaan Thầy.

Di Plum Village Perancis, bunga Seruni mekar di bulan Oktober. Di Phương Khê, tempat tinggal Thầy di Prancis selalu dihiasi dengan bunga ini. Hingga saat ini, Phương Khê selalu dibersihkan secara berkala oleh siswa monastik, bunga-bunga dan tanaman yang ada tetap dirawat. Bahkan di Phương Khê telah dibangun aula meditasi yang baru.

Aula meditasi yang baru ini merupakan amanat dari Thầy ketika Beliau sedang sakit. Dengan menggunakan kursi roda, pendamping Thầy akan membawa Beliau ke salah satu gedung tua di Phương Khê dan Beliau memberikan petunjuk bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk pemugaran gedung tersebut. Hal ini dilakukan karena jumlah siswa monastik yang terus bertambah sehingga aula lama yang digunakan sudah tidak muat lagi. Thầy adalah arsitek dari aula meditasi yang baru itu.

Seremoni peringatan hari wafatnya salah satu leluhur Guru, Thầy Huệ Minh berdekatan dengan seremoni guru kita maka seremoni untuk Beliau juga menjadi bagian dari rangkaian acara dan diadakan pada tanggal 7 Januari. Ada banyak monastik yang merupakan siswa atau cucu siswa Beliau berdatangan ke wihara Từ Hiếu untuk mengikuti seremoni peringatan itu. Begitu pula praktisi awam hadir dari berbagai kota di Vietnam maupun dari luar negeri. Pendarasan doa-doa dilakukan secara tradisional dan menggunakan bahasa sino Vietnam yang mirip dengan bahasa Mandarin.

Day of Mindfulness (DOM) yang menjadi ikon dari Plum Village diadakan di hari Minggu, 8 Januari, begitu banyaknya siswa monastik dan praktisi awam yang berdatangan, aula meditasi wihara Diệu Trạm menjadi tidak muat tetapi tim soundsystem sudah mempersiapkan tempat di luar aula meditasi sehingga semua yang hadir dapat mengikuti DOM. Thầy Pháp Ấn membabarkan Dharma dilanjutkan dengan makan siang bersama dan sorenya ada sesi tanya jawab.

Di dalam tradisi Vietnam, tahun pertama meninggalnya seorang Guru disebut tahun Tiểu Tường, yang mana upacara peringatan ini hanya dihadiri oleh keluarga monastik dan siswa-siswa Beliau. Tahun kedua disebut tahun Đại Tường, di tahun kedua ini akan diadakan seremoni dalam skala besar, Para Maha Guru dari berbagai wihara di Vietnam akan diundang untuk menghadiri Đại Tường, ini juga seremoni memindahkan altar Thầy ke altar utama leluhur.

Meditasi kerja pun dilanjutkan di hari senin, 9 Januari di pagi dan siang hari. Lalu di malam hari di aula meditasi Bulan Purnama, wihara Từ Hiếu diadakan acara mengenang Thầy, ada begitu banyak kenangan indah yang dibagikan, transformasi dan penyembuhan, kebahagiaan dan kegembiraan serta nyanyian-nyanyian, dan semua ini dipersembahkan kepada Thầy.

Kota Huế diguyur hujan sejak saya tiba tanggal 2 Januari, jikalaupun hujan berhenti paling lama 30 menit atau satu jam saja lalu hujan akan turun lagi. Tetapi di hari seremoni peringatan wafatnya Thầy di tanggal 10 Januari, sejak pagi hujan tidak turun setetes pun sampai kami selesai makan siang.

Lebih dari 2.500 orang memadati wihara Từ Hiếu, siswa monastik, anggota ordo Interbeing, praktisi awam, anak remaja dan anak-anak. Seremoni dimulai pukul 09:00 di aula Buddha, wihara Từ Hiếu dengan mendaraskan sutra dan mantra secara tradisional dalam bahasa Sino Vietnam. Guru-guru besar memimpin pendarasan dan siswa monastik Thầy berlutut di hadapan altar Buddha serta melakukan namaskara berulang kali kepada Buddha dan Bodhisattwa.

Meditasi makan bersama

Satu jam kemudian, para monastik melakukan prosesi dari aula Buddha ke aula meditasi Bulan Purnama untuk melanjutkan pendarasan sutra dengan menggunakan Bahasa Vietnam. Bukan hanya siswa-siswa monastik Thầy yang bernamaskara pada saat pendarasan, guru-guru besar yang memimpin seremoni ini pun ikut bernamaskara di depan altar Thầy. Pendarasan sutra-sutra dilakukan dengan melodi khas dari kota Huế, sangat indah, unik dan penuh dengan kekuatan.

Di sore harinya, kami mengunjungi taman kenangan tempat Thầy dikremasikan yang berjarak 45 Km dari wihara. Saat itu hujan rintik-rintik, kami melakukan penghormatan kepada Thầy dengan mempersembahkan dupa, bunga dan buah lalu kami mendaraskan Namo Avalokitesvaraya dilanjutkan dengan meditasi jalan di sekitar taman. Setelah selesai, Thầy Pháp Ấn mengatakan bahwa Thầy sangat suka melakukan meditasi jalan ketika hujan rintik-rintik. Kami semua sangat merasakan kehadiran Thầy.

Kota Huế merupakan kota tua dan umat Buddha di sini masih sangat tradisional, monastik yang telah meninggal dikuburkan dan didirikan stupa di atasnya. Ada begitu banyak stupa dan pemakaman umum di kota ini. Ketika pemerintah kota Huế mendapat info bahwa Thầy menginginkan upacara yang sederhana dan dikremasikan, mereka membangun krematorium dari batu bata dan proses kremasi menggunakan kayu.

Stupa piramida kecil di taman kenangan

Setelah krematorium ini selesai dibangun, seorang Maha Guru yang juga sangat dihormati di kota Huế, menginginkan upacara yang sederhana dan dikremasikan, Beliau adalah yang pertama menggunakan krematorium ini. Lalu satu tahun kemudian, Thầy menggunakan krematorium tersebut. Setelah itu, krematorium ini ditutup. Di taman ini didirikan dua monumen untuk mengenang dua Guru besar dan batu bata yang digunakan disusun menjadi bentuk piramida, menjadi saksi telah dikremasikannya dua Guru besar di taman tersebut.

Saya merasa sangat terharu dapat mengikuti rangkaian acara peringatan satu tahun wafatnya Thầy, keberadaan saya di Vietnam membuat saya merasa sangat terhubungkan dengan lebih mendalam kepada wihara akar, para leluhur, Thầy dan kebudayaan serta kehidupan orang Vietnam. (Sr. Trăng Mới Lên; monastik yang berasal dari Indonesia, saat ini tinggal di Lower Hamlet, Plum Village Prancis)

Guru Mencari Muridnya

Guru Mencari Muridnya

Aku mencarimu, wahai anakku,
Di kala sungai dan pegunungan masih terbaring samar.
Aku mencarimu
Ketika engkau masih tertidur lelap
Meskipun terompet kerang telah berulang kali bergema di sepuluh penjuru.
Tanpa meninggalkan gunung purba kita,
Aku memandang ke negeri nan jauh
Dan mengenali jejak kakimu di sana-sini.
Ke mana engkau pergi, anakku?
Ada saatnya halimun datang dan menyelimuti dusun terpencil,
Tetapi engkau masih mengembara di negeri nan jauh.
Aku memanggil namamu melalui setiap napas,
Yakin meskipun engkau tersesat di luar sana,
Engkau akhirnya akan menemukan jalan kembali kepadaku.
Terkadang aku memanifestasikan diriku persis di jalan kecil yang engkau lalui
Tetapi engkau masih memandangku seolah-olah aku orang asing
Engkau tidak bisa melihat hubungan antara kita di kehidupan sebelumnya,
Engkau tidak bisa mengingat tekad lama yang kau ucapkan.
Engkau tidak mengenaliku
Karena batinmu terperangkap dalam bayang-bayang masa depan yang begitu jauh.
Di kehidupan sebelumnya, engkau sering menggandeng tanganku dan kita menikmati berjalan bersama-sama.
Kita duduk bersama kurun waktu lama di kaki pohon pinus tua.
Kita berdiri berdampingan dalam keheningan selama berjam-jam,
Mendengarkan deru angin yang dengan lembut memanggil kita
Dan menatap mega putih berarak-arakkan.
Engkau memungut dan memberikan kepadaku daun merah musim gugur yang pertama
Dan aku menuntunmu melewati hutan bersalju.
Tetapi ke mana pun kita pergi, kita selalu kembali ke gunung purba itu
Dekat dengan bulan dan bintang-bintang
Mengundang lonceng besar berbunyi setiap pagi,
Dan membangunkan semau makhluk agar selalu terjaga.
Kita duduk dengan tenang di gunung An Tu1 bersama Guru Agung Truc Lam2
Di samping pohon-pohon kamboja yang bermekaran.
Kita naik perahu ke laut untuk menyelamatkan manusia perahu saat mereka melintas.
Kita membantu Guru Van Hanh3 merancang ibu kota Thong Long.
Kita membangun bersama pertapaan beratap jerami,
Dan membentangkan jaring untuk menyelamatkan biksuni Trac Tuyen4
Ketika suara pasang naik mendengungkan telinga
Di tepi Sungai Tien Duong.
Bersama kita membuka jalan dan melangkah ke atas angkasa luas di balik angkasa,
Setelah bertahun-tahun bekerja menyobek jaring waktu.
Kita menyimpan cahaya meteor
Dan menjadikannya sebagai pelita untuk menuntun mereka yang ingin pulang
Setelah puluhan tahun mengembara di tempat-tempat nan jauh.
Tetapi masih ada saat-saat ketika benih pengembara di dalam dirimu hidup kembali.
Engkau meninggalkan gurumu, saudara laki-laki dan saudara perempuanmu.
Sendirian engkau pergi…
Aku memandangmu dengan welas asih,
Meskipun aku tahu ini bukanlah perpisahan sejati
(Karena aku sudah ada di dalam setiap sel tubuhmu)
Dan mungkin engkau harus memerankan putra yang hilang sekali lagi.
Itulah alasan aku berjanji ,aku akan hadir di sana untukmu
Kapan pun engkau jatuh di dalam bahaya.
Terkadang engkau terbaring tak sadarkan diri di pasir panas gurun perbatasan.
Aku memanifestasikan diriku sebagai awan untuk memberimu naungan teduh.
Larut malam awan menjadi embun
Dan nektar welas asih menetes butir demi butir untuk engkau minum.
Terkadang engkau duduk di kegelapan jurang yang dalam
Benar-benar terasing dari rumah sejatimu.
Aku memanifestasikan diriku sebagai tangga yang panjang dan dengan ringan melemparkan diriku ke bawah
Agar engkau bisa memanjat ke atas ke tempat bercahaya
Untuk menemukan kembali birunya langit dan suara sungai kecil dan burung-burung.
Terkadang aku mengenalimu di Birmingham,
Di distrik Do Link5 atau New England.
Terkadang aku bertemu engkau di Hang Chou, Xiamen, atau Shanghai.
Terkadang aku menemukanmu di St. Petersburg atau Berlin Timur.
Terkadang, meskipun hanya berusia lima tahun, aku melihatmu dan mengenalimu,
Karena benih Bodhicitta yang engkau bawa di dalam hatimu yang lembut.
Di mana pun aku melihatmu, aku selalu mengangkat tanganku dan memberimu isyarat,
Baik itu di Bac Ninh6, Saigon, atau pelabuhan Thuan An.
Terkadang engkau adalah bulan purnama emas yang menggantung di puncak Gunung Kim Son,
Atau burung kecil yang terbang melintasi hutan Dai Lao7 di malam musim dingin.
Sering kali aku melihatmu
Tetapi engkau tidak melihatku,
Meskipun saat berjalan di dalam halimun sore hari, pakaianmu basah kuyup.
Tetapi akhirnya engkau selalu pulang ke rumah.
Engkau pulang ke rumah dan duduk di kakiku di gunung purba itu,
Mendengarkan burung berkicau dan monyet memekik
Dan gunung bernyanyi, menggema dari Aula Buddha.
Engkau telah kembali kepadaku, memutuskan untuk tidak menjadi pengembara lagi.
Pagi ini burung-burung pagi dengan sukacita menyambut matahari cerah.
Tahukah anakku, mega putih masih melayang di kubah langit?
Di manakah engkau sekarang? Gunung purba itu masih ada di sana
Di momen kekinian,
Meskipun ombak berpuncak putih masih ingin pergi ke arah lain.
Pandanglah lagi, engkau akan melihatku di dalam dirimu dan di setiap daun serta kuncup bunga.
Jika engkau memanggil namaku, engkau akan segera melihatku.
Ke manakah engkau pergi?
Pohon kamboja tua mempersembahkan bunga-bunganya yang harum pagi ini.
Engkau dan aku tidak pernah benar-benar berpisah.
Musim semi telah tiba.
Dedaunan baru pohon pinus telah tumbuh berbentuk jarum berkilauan
Dan di tepi hutan, pohon-pohon plum liar telah berbunga.

Thich Nhat Hanh

Diterjemahkan dari bahasa Vietnam oleh Sister Annabel Chan Duc.

Versi bahasa Indonesia diterjemahkan dari bahasa Inggris dan merujuk pada naskah Vietnam

1Gunung suci di Vietnam Utara, di mana aliran meditasi Bamboo Forest (Hutan Bambu) didirikan.
2Guru Hutan Bambu (Master Truc Lam) yang mendirikan aliran meditasi Bamboo Forest (Hutan Bambu) di abad ke-14.
3Guru meditasi yang di tahun 980 membantu menstabilkan situasi politik di Vietnam dan mencegah pasukan Sung menyerbu negara tersebut.
4Rujukan untuk puisi “Kieu” oleh penyair Nguyen Du. Trac Tuyen adalah nama Dharma Kieu, yang saat dia tidak bisa menanggung penderitaannya lagi, melemparkan dirinya ke dalam Sungai Tien Duong dan diselamatkan oleh kakak perempuan dan gurunya dalam Dharma.
5Suatu distrik di Vietnam Tengah.
6Ibu kota kuno Vietnam di propinsi Bac Ninh. Itu adalah pusat Buddhis yang berkembang sejak awal era Kristen.
7Di perbukitan di dekat Dalat, di mana penulis mendirikan Pusat Latihan Fragrant Palm Leaves. (Daun Palem Harum)

Finding A Home At Work

Finding A Home At Work
DOM untuk guru sekolah Ananda, Feb 2020

Di dalam dunia kerja, tak ada yang bisa mengelak urusan kerja sama dengan orang lain. Ada tim, rekan kerja divisi, proyek, supplier, ataupun klien. Di dunia sekolah, ada para guru, selain interaksi dengan sesama guru dan staf, juga berhubungan dengan murid dan orang tua murid. Jika kita datang ke tempat kerja dengan suasana hati yang siap, gembira, segar dan damai, kita dapat membantu rekan atau murid kita untuk melakukan hal yang sama.

Ada waktunya kita merasa kurang nyaman di tempat kerja. Anda merasa takut dikucilkan. Anda mencoba untuk berprilaku yang membuat agar bisa diterima oleh mereka. Coba bayangkan Anda pergi ke taman dan menghabiskan waktu melihat pohon, bunga dan binatang. Anda merasa nyaman dan diterima oleh mereka. Anda tidak takut mereka menatapmu atau menghakimimu.

Bunga tidak memiliki rasa takut seperti itu. Ia tumbuh di taman bersama bunga dan tanaman lainnya, tapi ia tidak mencoba untuk menjadi bunga lain. Ia menerima dirinya apa adanya. Jangan mencoba menjadi orang lain atau sesuatu yang lain. Jika kita lahir seperti kita sekarang, kita tidak perlu mengubahnya menjadi sesuatu yang lain. Kita belajar menerima diri apa adanya. Semesta telah membantu kita menjadi versi kita yang sekarang ini, kita indah apa adanya.

“To be beautiful means to be yourself”

Thich Nhat Hanh

Mengatasi Emosi di Tempat Kerja

Sangat penting bagi kita untuk belajar bagaimana menghadapi emosi yang meluap di tempat kerja, hal ini demi menjaga hubungan baik dengan teman kerja, menjaga komunikasi tetap terbuka dan tidak menciptakan atmosfir kerja yang negatif atau penuh tekanan.

Pertama, sadarilah bahwa emosi apa pun pasti tidak bertahan lama. Mereka datang, menginap sebentar, kemudian pergi. Sangat penting untuk menghentikan semua pikiran kita ketika emosi yang kuat muncul, jangan menambah ‘api’ dengan pikiran-pikiran kita yang lain. Kita perlu berhenti sejenak dan kembali pada latihan bernapas.

Latihan kedua. Menyadari tubuh dan ikuti napas masuk dan napas keluar. Ikuti saja. Tidak perlu memaksa untuk mengubahnya. Bawa perhatian pada napas dan secara alami izinkan napas menjadi lebih tenang, lebih dalam, lebih pelan dengan secara alami. Jika kita bisa berlatih seperti ini, bukan hanya napas kita yang menjadi tenang, tapi tubuh dan pikiran kita juga dapat menjadi tenang.

Setelah berhasil kembali ke diri kita, kenali perasaan dalam diri kita. Di dalam mungkin ada rasa marah, kekhawatiran, ketakutan, keraguan, atau putus asa. Kenali dan terimalah semua perasaan itu dengan lembut. Bayangkan seorang ibu yang mendengar bayinya menangis. Hal pertama yang dia lakukan adalah segera menghentikan pekerjaannya, dan langsung menuju ke bayinya. Kemudian ia menggendongnya dengan lembut. Di dalam diri bayi pasti ada energi penderitaan sehingga menangis. Dalam diri ibu ada energi kelembutan, yang mulai mengalir ke bayi ketika digendong. Sama halnya dengan ini, emosi kuat kita adalah bayi kita, kemarahan kita adalah bayi kita. Rasa putus asa kita adalah bayi kita. Bayi kita memerlukan kita untuk pulang dan memberi perhatian padanya.

Memulihkan Komunikasi

Bagaimana jika kita tidak dapat mentransformasikan perasaan marah atau kecewa? Kita harus mendatangi orang tersebut dan meminta bantuan agar kita dapat mengoreksi persepsi keliru yang kita miliki. Tetapi ini hanya dilakukan jika kita kita telah berdamai dengan kemarahan diri sendiri.

Biasanya waktu yang tepat untuk mengkomunikasikan hal ini adalah dalam 24 jam, karena tidak baik untuk kesehatan jika kita menyimpan amarah terlalu lama. Biarkan orang tersebut tahu jika kita sedang marah, tahu bahwa kita menderita karenanya dan kita tidak tahu mengapa mereka mengatakan atau melakukan hal itu sehingga membuat kita marah. Minta bantuan dan penjelasan. Jika kita sangat marah dan tidak dapat mengatakannya secara langsung, ungkapkan dengan tulisan.

“Untuk temanku,
Aku sedang menderita.
Aku marah, dan aku ingin kamu mengetahuinya.
Bantulah aku. Aku tidak dapat menghadapi kemarahan ini sendirian.
Aku telah berlatih, tetapi hampir 24 jam berlalu dan aku belum merasa
sedikit pun lega. Aku tidak dapat mentransformasikan kemarahan ini sendirian. Bantulah aku.”

Thich Nhat Hanh

Aku membutuhkanmu. Aku sedang menderita. Bantulah aku” adalah tiga kalimat yang bisa membantu kita meredakan kemarahan. Kalimat ini bisa ditulis dan disimpan di dompet, sehingga ketika kita marah, sebelum kita berkata atau melakukan sesuatu, keluarkan tulisan itu dari dompet dan bacalah tiga kalimat itu.

Tanda Tanganmu

Ketika kita bekerja, ada yang melakukan service (pelayanan) pada orang lain ataupun memproduksi sesuatu barang. Tetapi ada hal lain selain itu yang kita hasilkan ketika bekerja, yakni pikiran, ucapan dan perbuatan. Ketika seorang pelukis atau komposer menghasilkan sebuah karya, mereka akan memberikan tanda tangan pada hasil karyanya.

Dalam kehidupan sehari, pikiran, ucapan dan perbuatan kita adalah tanda tangan kita. Jika pikiran kita adalah pikiran benar, mengandung pengertian, welas asih dan pencerahan, itu adalah hasil karya yang bagus, itu adalah warisan kita. Apapun yang kita katakan adalah hasil dari siapa kita dan apa yang kita pikirkan. Jika kata-kata kita kejam atau baik, itu adalah tanda tangan kita. Apa yang kita katakan mungkin dapat menyebabkan kemarahan, pesimis, rasa putus asa yang besar, dan itu adalah tanda tangan kita. Melalui kewawasan (mindfulness), kita dapat memproduksi ucapan yang mengandung pengertian, welas asih, dan sukacita..

Ketika kita memiliki kedamaian dan kebahagiaan yang cukup, maka apa pun yang kita katakan akan memancarkan elemen positif kepada orang lain, dan itu akan menumbuhkan benih baik dalam diri mereka, mengizinkan elemen positif dalam diri mereka untuk bertumbuh. Mereka juga akan mengetahui bagaimana menyiram hal-hal positif pada lawan bicara. Sebaliknya, jika pembicaraan hanya bertujuan untuk mengeluh tentang orang lain di tempat kerja, meluapkan kemarahan, frustasi, dan kekerasan, maka kita akan melukai diri sendiri dan orang lain. Begitu juga dengan perbuatan kita. (Sumber: Work oleh Thich Nhat Hanh)

Jadi mari kita ke tempat kerja sebagai seorang bodhisatwa yang memiliki aspirasi untuk menolong orang lain untuk bertransformasi dan melewati saat-saat sulit mereka dan membawa kedamaian serta kesejahteraan bagi lingkungan di tempat kerja.

RUMINI LIM guru sekolah Ananda di Bagan Batu

Mengikuti Jejak Buddha

Mengikuti Jejak Buddha

Begawan Buddha, engkau merupakan guruku, engkau telah mengantarkanku ke dunia spiritual. Aku adalah muridmu, aku adalah adikmu, dan aku juga merupakan anakmu. Aku bertekad melanjutkan cita-citamu melayani semua makhluk. Engkau mengajarkan aku untuk berlatih rendah hati, sabar, dan penuh pengertian, dan tidak keras kepala. Engkau sendiri berlatih rendah hati agar bisa menjadi panutan bagi kami, siswa-siswamu.

Berkat pengertian mendalam, engkau tidak terjebak dalam kobaran api kemarahan, badai kekecewaan, dan ombak kekesalan, engkau juga tidak jatuh ke dalam jurang persepsi keliru. Caramu berpikir, berucap, dan bertindak penuh kesabaran dan pengertian, memancarkan kasih sayang dan welas asih kepada semua orang di sekitarmu.

Begawan Buddha, dari lubuk hatiku paling dalam, ternyata aku juga punya kehendak menjadi seperti dirimu, mengikuti jejak langkahmu, aku bertekad sepenuh hati untuk berlatih rendah hati, sabar, penuh pengertian dan tidak keras kepala, aku sadar apabila aku menjadi sombong, tergesa-gesa, bersikap tidak peduli dan keras kepala, maka aku menciptakan penderitaan besar bagi diriku sendiri dan juga penderitaan bagi orang-orang disekitarku. Diriku sendiri dan orang lain menjadi korban akibat sikap ketidakpedulian dan keras kepalaku.

Aku sadar bahwa sudah terlalu banyak persepsi keliru menumpuk dalam hatiku, sehingga aku tidak bisa menerima nasihat orang lain, bahkan aku selalu mengabaikan nasihat dari engkau, oh Buddha.

Mulai hari ini aku bertekad sepenuh hati berlatih menumbuhkan pengertian dan kasih, menghadirkan elemen-elemen kebahagiaan bagi diriku dan orang lain di sekelilingku, pada masa kini maupun masa akan datang.

Menyentuh Bumi

Aku menyentuh bumi tiga kali dengan tubuh, ucapan dan pikiran yang bersatupadu untuk meresapi dan meneguhkan tekad ini.

Berhenti dan Relaks

Berhenti dan Relaks

“Mindfulness helps you go home to the present. And every time you go there and recognize a condition of happiness that you have, happiness comes.”

Thich Nhat Hanh

Seberapa sering kita melalui hari, bulan, dan tahun dengan benar-benar menyadarinya? Atau lebih sering menyadari ‘tahu-tahu’? “Tahu-tahu sudah mau akhir tahun. Tahu-tahu sudah mau 2019. Tahu-tahu sudah tua.”

Menyadari begitu cepatnya waktu berlalu tanpa kita benar-benar sadar melewatinya dapat menimbulkan penyesalan. Menyesal tidak menikmati momen, entah momen perkembangan sang buah hati, momen kebersamaan dengan orang tua atau orang yang kita kasihi, momen perayaan, dan banyak momen-momen berharga lainnya.

Untuk itu, diperlukan latihan dan keterampilan agar hidup kita makin berkualitas dan dapat menikmati setiap momennya. Itulah alasan tema yang diambil pada DOM guru dan staf sekolah bulan November ini adalah Stop and Relax. Bersyukur pada kesempatan ini Bhante Nyanabhadra bersedia membimbing kami melalui live streaming.

DO ONE THING AT A TIME

Dalam sesi dhamma talk, bhante mengingatkan kembali pentingnya beberapa meditasi terapan, seperti meditasi duduk, meditasi jalan, relaksasi badan, makan dengan hening, mendengar genta, berhenti, bernapas, relaks dan senyum. Melakukan satu hal pada satu waktu membantu kita untuk lebih menyadari setiap waktu yang dilalui. Menyatukan tubuh dan pikiran membuat kita benar-benar hadir di saat ini. Dengan makin sering kita berlatih mindfulness, akan menumbuhkan rasa bersyukur pada banyak hal dalam hidup kita. Seiring hal itu, benih welas asih dan kebahagiaan juga akan makin berkembang.

Pada sesi tanya jawab, para guru juga antusias untuk bertanya kepada bhante. Ada pertanyaan mengenai manfaat meditasi jalan, pola makan dan makan berkesadaran, pengalaman ketika relaksasi badan dan meditasi duduk, bagaimana kewawasan (mindfulness) dapat selaras diterapkan kepada murid sekolah, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Penjelasan jawaban dari bhante sangat gamblang sehingga mudah dimengerti dan diterima para guru yang kebanyakan adalah non-buddhis.

BEGINNING ANEW

Banyak orang memiliki hubungan yang menyakitkan dan terluka ketika masa kecil, masa remaja ataupun saat dewasa. Banyak orang yang tidak tumbuh dalam lingkungan yang menutrisi cara berkomunikasi dan berinteraksi yang positif, baik di dalam keluarga maupun lingkungan pertemanan. Hal ini menyebabkan banyak orang sulit berkomunikasi dengan orang lain karena mereka hanya fokus pada kualitas negatif diri mereka dan kualitas negatif orang lain, lebih cenderung menciptakan jarak daripada menjalin hubungan dengan sekitarnya.

‘Beginning Anew’ atau membuka lembaran baru menjadi tema dalam sesi sharing DOM (Day of Mindfulness) atau Hari Berkewawasan kali ini. Pada awal sesi, para peserta dibagi dalam beberapa kelompok kecil untuk bercerita singkat mengenai diri mereka masing-masing. Setelah itu, mereka diminta untuk ‘menyiram bunga’ sesama anggota kelompoknya dengan menuliskan hal-hal baik dan positif orang-orang tersebut.

Menyiram bunga (flower watering) adalah salah satu hal terpenting dalam sesi membuka lembaran baru. Ketika masing-masing membaca hal-hal positif dari sudut pandang rekan-rekannya, akan menumbuhkan benih positif dan rasa percaya diri pada masing-masing pribadi. Bahkan mungkin ada yang baru menyadarinya setelah diberitahu di sesi ini. Terkadang butuh sudut pandang orang lain untuk mengenali diri sendiri.

Napas masuk, saya tahu saya sedang bernapas masuk.
Napas keluar, saya tahu saya sedang bernapas keluar.
Napas masuk, saya melihat semua kualitas positif diri saya.
Napas keluar, saya ingin mengenali kualitas positif di diri teman, rekan atau anggota keluarga saya.
Napas masuk, saya ingin mengetahui berbagai kualitas positif di diri teman, rekan atau anggota keluarga saya dan memberikan penghargaan saya pada mereka.
Napas keluar, saya bahagia kata-kata saya dapat menunjukkan apresiasi saya pada mereka.

Setelah flower watering, masuk ke tahap yang lebih dalam, yaitu mengakui kesalahan dan penyesalan kita. Butuh keberanian dalam menaklukan ego diri dan hati yang besar untuk mengakui kesalahan kita. Menyadari kesalahan tidak begitu sulit, tapi untuk berani mengakuinya serta meminta maaf adalah satu sikap yang luar biasa. Terlebih lagi di dalam suatu forum. Salah seorang guru tidak disangka langsung mempraktikkan hal ini. Suatu kesalahpahaman yang telah berlangsung selama dua tahun akhirnya diungkapkan pada sesi ini.

Napas masuk, saya ingin mengenali bagaimana kata-kata dan perbuatan saya dapat menyakiti orang lain.
Napas keluar, saya ingin meminta maaf pada mereka.
Napas masuk, saya ingin berbagi kesulitan yang sedang saya hadapi.
Napas keluar, saya meyakinkan orang lain bahwa sikap tidak biasa saya tidak terkait dengan apapun yang telah dia lakukan.

Tahap terakhir adalah mengekspresikan kesulitan, luka batin maupun sakit hati kita. Biasanya tahap ini lebih mudah dibanding tahap sebelumnya. Ketika mendapat kesempatan mengungkapkan rasa kecewa, kesedihan, kemarahan ataupun sakit hati yang membebani selama ini akan sangat melegakan hati .

Napas masuk, saya sadar bahwa saya merasa disakiti seseorang melalui kata-kata atau perbuatannya.
Napas keluar, saya akan melakukan meditasi duduk atau meditasi jalan untuk menenangkan pikiranku.
Napas masuk saya mengajak teman, rekan atau keluarga saya untuk membicarakan perasaan tidak nyaman ini.
Napas keluar, saya akan berbagi perasaan ini dengan cara yang tenang, saya tidak akan menyalahkan orang lain.
Napas masuk, saya merasa bahagia dapat mengkomunikasikan hal ini dengan niat baik dan menghargai orang lain.
Napas keluar, saya tersenyum.

Beginning anew bukan meminta untuk dimaafkan. Mendapat kesempatan untuk membuka lembaran baru sangat membantu seseorang untuk mengungkapkan kesalahpahaman dan penderitaannya. Beginning anew mengubah pikiran dan hati kita untuk bertransformasi dari kesalahpahaman atau ketidaktahuan yang menyebabkan tindakan salah dari tubuh, hati, dan pikiran kita. Beginning anew juga menumbuhkan benih-benih welas asih dalam diri kita.

Praktik ini sungguh bermanfaat untuk memperbaiki hubungan yang bermasalah. Mendengar secara mendalam dan membuka pintu hati juga diperlukan agar latihan ini dapat membuahkan hasil yang baik. Semua kesalahpahaman muncul dari pikiran. Melalui pikiran juga, kesalahpahaman akan hilang.

“When another person makes you suffer, it is because he suffers deeply within himself, and his suffering is spilling over. He does not need punishment; he needs help.”

Thich Nhat Hanh

RUMINI LIM, guru sekolah Ananda Bagan Batu, pengajar mindfulness class dan volunteer retret mindfulness

Kado Untuk Hari Berkelanjutan Thay

Kado Untuk Hari Berkelanjutan Thay
Perayaan hari berkelanjutan Zen Master Thich Nhat Hanh di Plum Village Thailand

Thay adalah sapaan hormat bagi seorang biksu dalam tradisi mahayana Vietnam. Thay adalah bahasa Vietnam yang berarti guru atau bhante. Zen Master Thich Nhat Hanh akrab disapa Thay oleh para murid-muridnya.

Murid tentu saja bisa dalam berbagai bentuk. Ada yang secara tidak formal menjadikan beliau sebagai guru. Ada juga yang secara formal yaitu melalui penerimaan 5 atau 14 Latihan Kesadaran Penuh. Ada juga murid monastik yang menerima penahbisan dari beliau.

Setiap manusia hadir ke dunia ini berkat kebaikan orang tua. Hari lahir biasanya disebut hari ulang tahun. Thay bilang, hari ulang tahun seharusnya adalah hari berkelanjutan (continuation), jadi kita di Plum Village menyebutkan hari berkelanjutan.

Suatu ketika, Thay ditanya, kado apakah yang paling berharga yang bisa dipersembahkan kepada beliau? Thay jawab, “Anda bisa mempersembahkan kado apa pun, namun kado yang paling bermakna adalah tekad untuk berlatih kesadaran penuh, bentuk latihan nyata untuk mewujudkan perdamaian, keharmonisan, bagi diri dan dunia.”

Murid-murid yang telah menerima 5 Latihan Kesadaran Penuh (Pancasila), ataupun mereka yang telah menerima 14 Latihan Kesadaran Penuh (Bodhisattvasila) atau kadang disebut sila ordo Interbeing, pada hari ini bertekad mempersembahkan latihan kepada beliau, untuk meneruskan karir beliau dalam jalan transformasi, meneruskan karir para sesepuh Zen, dan juga karir Buddha.

Berikut ini adalah tekad kami semua, dipersembahkan kepada Thay, Zen Master Thich Nhat Hanh. Kami persembahkan dengan sepenuh hati:

Everytime l touch the leaf, remind me to stop.
Breathing in, breathing out … make me calm and smile to the green, to the earth.
Happy Continuation Day, dear Thay.  You teach me much than l think. Thank you and wish you Healthy & Happy.

Rosmeri Sumiati, Jakarta

Saya bertekad untuk lebih intensif berlatih kesadaran penuh dan mengusahakan komunitas berlatih yang lebih aktif serta solid, sehingga kami dapat tumbuh bersama-sama dan membawa perubahan bagi lingkungan kami, semoga bisa lebih damai, tentram, penuh kasih dan selalu diliputi kebahagiaan.

Elysanty, Jambi

Saya bertekad untuk selalu mengingatkan diri sendiri agar berlatih sadar penuh ketika melakukan aktivitas sehari-hari, seperti ketika bangun tidur, berjalan, makan, di sekolah bersama murid-murid, dan ketika bersama komunitas sekolah. Saya juga akan melanjutkan ‘planting the seeds’ kepada murid-murid dan berlatih bersama komunitas guru di sekolah.

Rumini, Bagan Batu

Saya bertekad dan berusaha dengan daya upaya benar untuk berlatih dengan mengembangkan pengertian dan kesabaran. Saya berkomitmen untuk mengajak lebih banyak orang untuk memahami dan mempraktikkan latihan ini. dan memberikan manfaat.
Happy Continuation day, Thay., beloved teacher. 
wish you always stay in healthy, peace and longlife.
Buddha & Bodhisatva Bless You.

Finny Owen, Medan

Semoga saya dapat belajar lebih sering hening (mengurangi respon yang spontan dalam berkomunikasi ). Saya akan sering mempraktikkan kontemplasi agar mendapatkan kemajuan dalam berlatih mendengar secara mendalam 

Waty, Song Wen Juan, Medan

Saya berharap dapat lebih banyak berlatih dan mengaplikasikan latihan sadar penuh di dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam kehidupan pribadi maupun komunitas sehingga dapat menjadi pribadi yg lebih baik lagi dan dapat membawa kebaikan untuk lingkungan sekitar.

Agnes, Jambi

Saya menyadari saya telah memiliki kondisi yg cukup untuk berbahagia, jangan karena marah dan benci mengharap orang lain celaka.

Padmadevi, Tangerang

Meski t’lah berganti lagi satu masa kehidupan
kini raut wajah pun t’lah berubah
dari masa kehidupan tak berawal yang tak kita ketahui
kita bertemu dan berpisah berulang kali

Di masa kehidupan ini kita berjumpa kembali
cerita indah senantiasa terukir di hati
setiap perjumpaan senantiasa disertai perpisahan
di manapun berada jika ada jodoh pertemuan pun akan terjadi lagi

Lahir, sakit, tua dan mati adalah realita nyata
sebuah lonceng kesadaran bagi kita untuk terjaga bangun
Janji temu dengan kehidupan selalu tersedia di saat ini
tinggal seberapa sering kita bisa menyadarinya.

Rohana, Tangerang

Saya bertekad untuk menjaga ucapan yang benar dan berusaha untuk mengonsumsi informasi yang benar serta berusaha memahami baru dipahami.

Yuyong, Jakarta

Saat retreat adalah saat saya belajar hidup berkesadaran. Di luar retreat, pada kehidupan sehari-hari, itulah saat saya berlatih dan mempraktikkan hidup berkesadaran. Saya bertekat untuk terus berlatih dan mempraktikkannya, karena akan membuat hidup saya menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain.

Susanto, Medan

Saya bertekad untuk membangun kebersamaan,  keharmonisan, lebih rajin untuk mendengar secara mendalam dengan sabar,  dan berlatih untuk berbahasa kasih. 
“selamat Hari berkelanjutan Thay,  semoga Thay dapat lebih lama membimbing dan mendampingi kami semua”.

Ida, Surabaya

Selamat hari lahir thay, semoga Thay senantiasa sehat selalu dan dapat membimbing serta memberikan pencerahan bagi kami semua dimanapun berada… di hari lahir Thay dan saya kebetulan di tanggal yang sama… ajaran dan praktik yang diajarkan Thay sungguh indah dan sering memberikan pencerahan kecil bagi saya.

saya bertekad dan terus mengupayakan agar dapat terus mempraktikkan 14 latihan sadar penuh yang saya terima tanggal 15 mei 2018 sehingga saya pun dapat memberikan kebahagiaan bagi diri saya sendiri, keluarga, sahabat dan semua makhluk.

Suryati Nengsih, Palembang

Selama Saya masih bisa bernapas, masih bisa berjalan, Saya bertekad akan terus berbagi hidup berkesadaran kepada banyak orang.

Samidjah, Tangerang

Saya bertekad untuk menghindari kesombongan diri, senantiasa rendah hati dan terus belajar dan berlatih menjadi manusia yang lebih baik, serta terus berbagi dan berkembang dalam komunitas spiritual yang mendukung.

Henry G. Chandra, Jakarta

Dear Thay,
Some body said life begins at 50. Somebody else said life begins at 40…
Now… I think whatever life begins … I am become old….. become weak…but I know my spirit as younger as previous years ago.
That’s not pessimistic thought, I belief life is a choice… Choose becomes Bodhisatva or becomes beast, those words start with B 😀..
Thay, when I saw your peace picture together with all sangha and kalyanamitta, my wish is you always happy and healthy.
I promise to myself getting older elegantly, and share the benefits of practice to all beings gradually time to time, specially to human being.
Happy continuation Day, Thay..
Big hug from me.

Kshantica, Jakarta

Saya bertekad menjaga dan memperkuat hubungan yang harmonis dengan personal maupun komunitas, tidak menimbulkan perselisihan.
Bertekad belajar setiap saat.

Juniarti Salim, Palembang

Guru Bahagia Mengubah Dunia

Guru Bahagia Mengubah Dunia
Mengundang genta berkesadaran

Mindfulness Class yang diperuntukkan bagi siswa-siswa sekolah Anada sudah berjalan setahun lebih. Tahun ajaran baru saya berinisiatif mengadakan latihan bersama dengan para guru dan staaf administrasi, latihan ini mengambil dari pendekatan Plum Village, mereka menyebutnya Day of Mindfulness (DOM).

Saya juga mengikuti retret mindfulness di Plum Village Hong Kong, berbekal pengalaman tersebut, saya menyiapkan beberapa materi sharing. Walaupun waktu persiapan singkat, namun bahan sudah mencukupi.

Sebuah komunitas adalah ibarat sebuah sungai. Mari kita mengalir seperti sebuah sungai, bukan setetes air. Perubahan kita dapat memperkokoh komunitas. Kebahagiaan ataupun kesedihan kita akan berkontribusi pada kebahagiaan ataupun penderitaan komunitas.

Zen Master Thich Nhat Hanh

Go as a river

Ketika proses pembuatan materi, saya sempat berdiskusi dengan Bhante Nyanabhadra. Beliau sempat berpesan untuk membangun komunitas latihan bersama. Ya, saya mengerti, berlatih bersama akan jauh lebih baik daripada berlatih sendiri. Ketika bersama anak-anak, saya senang karena bisa berlatih bersama mereka sambil mengenalkan mindfulness kepada mereka.

Lalu bagaimana dengan guru-guru? Profesi guru bisa diibaratkan seperti pelari maraton, bukan sprinter. Profesi ini mengharuskan para guru untuk mempertahankan staminanya dari pagi sekolah hingga sore hari sepanjang satu tahun ajaran. Setiap hari (kecuali hari Minggu, tentu saja).

Profesi ini membutuhkan stamina dan energi yang luar biasa karena harus menghadapi puluhan anak murid di kelas, ditambah lagi tuntutan dari orang tua murid, kepala sekolah, yayasan dan dinas pendidikan. Jika tidak terampil menangani emosi, ini akan sangat melelahkan. Tidak heran jika ada beberapa guru menjadi frustasi dan akhirnya berhenti.

Inilah yang menginspirasi saya untuk memulai DOM di sekolah sebulan sekali bagi guru dan staf sekolah. Tujuannya tidak muluk. Saya selalu percaya bahwa guru yang bahagia akan mengubah dunia. Oleh karena itu, guru harus memahami bagaimana mengolah dirinya dengan terampil agar dapat menjadi seorang guru yang bahagia. Berdasarkan pengalaman pribadi, berlatih sadar penuh sangat membantu dan memperkuat diri saya selama setahun ini.

Happy Teachers Will Change The World

Guru yang bahagia akan selalu berusaha menciptakan kelas yang menyenangkan. Guru yang bahagia akan mudah menebarkan kebahagiaan kepada murid-muridnya. Guru yang bahagia bisa mengubah dunia. Oleh karena itu, seorang guru harus bisa menumbuhkan kebahagiaan-kebahagiaan kecil dalam dirinya karena keberadaannya di kelas dapat mengubah sebuah generasi.

Untuk DOM perdana ini saya mengambil materi Mindfulness Training yang keempat, yaitu latihan ucapan cinta kasih dan mendengar mendalam. Mengapa latihan ini? Karena latihan ini sangat penting dan berpengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam profesi guru. Kita selalu mendengar, tapi jarang mendengar secara mendalam. Seringkali sebelum lawan bicara selesai berbicara, kita telah menciptakan asumsi sendiri (yang mungkin saja belum tentu benar). Sering juga kita tidak menyadari kata-kata yang kita gunakan dapat melukai lawan bicara. Untuk itu, pada awal latihan saya menjelaskan tentang latihan ini.

Untuk praktiknya, peserta dibagi menjadi tiga kelompok kecil dan masing-masing kelompok diminta untuk berbagi dan bercerita tentang hal-hal apa yang membuat dirinya bahagia. Pertanyaan yang sederhana tapi banyak memberi pencerahan kecil. Ini beberapa jawaban yang diberi oleh para peserta.


“Hal yang membuat saya bahagia adalah ketika tersenyum bertemu siswa atau mendengar salam dari mereka. Juga ketika mengamati anak-anak kompak berkawan, melihat tanaman tumbuh segar dan sehat, dan saat orang lain bisa bahagia karena keberadaan saya.

Saya merasa bahagia ketika bangun pagi tanpa tergesa-gesa, bisa menerima kekurangan diri sendiri, bisa menikmati pekerjaan, saat murid-murid menyapa, minum teh manis dingin di dapur, juga saat makan sambal andaliman buatan dapur sekolah.”


“Saya bahagia bisa ke sekolah dan menjadi guru.

Salah satu hal yang membuat saya bahagia adalah ketika bisa tidur bersama ibu saya.

Mendengar sesama rekan membagi hal-hal yang membuat mereka bahagia ternyata dapat memberi inspirasi. Ketika kita benar-benar dapat mendengar secara mendalam, benih-benih bahagia juga muncul tanpa kita sadari. Tidak sedikit guru yang meneteskan airmatanya ketika mereka berbagi tentang ini.

Pada akhir sesi ini saya menambahkan bahwa bahagia bukanlah tujuan, tetapi bahagia adalah cara kita menikmati hidup. Dapat bersyukur atas banyak hal kecil dan sederhana dalam keseharian kita akan menumbuhkan benih-benih bahagia. Hal itu hanya dapat dilatih ketika kita benar-benar menyadari setiap momen.

Empati dan Galeri

Setelah makan siang dan relaksasi total, saya melanjutkan sesi berikut dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang bisa bebas dipilih oleh para guru. Pertanyaan sederhana tapi lebih bersifat kontemplasi diri. Jawaban yang ditulis harus ditanyakan pada hati kecil terlebih dahulu sebelum dituliskan, seperti ‘Apa yang mengobati kamu ketika merasa lelah?’, ‘Kondisi apa yang paling membuat kamu takut?’, ‘Apa yang menjaga kewarasanmu?’, ‘Apa hubungan benda dengan kebahagiaanmu?’, ‘Apa yang kamu takuti dari rutinitas?’ dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Sepuluh pertanyaan dan jawaban yang mereka tulis pajang seperti galeri lalu saya meminta semua peserta untuk membaca satu-persatu dengan tenang lalu mereka memberi komentar pada jawaban yang menurut mereka yang bisa menginsipirasi, atau menuliskan catatan kecil tanda dukungan pada jawaban yang diberikan.

Pertanyaan yang dipilih dan jawaban yang diberi, jika dibaca secara mendalam dapat membuat kita mengenal si penulis lebih mendalam. Banyak pertanyaan-pertanyaan tersebut belum pernah mereka temukan dan tanyakan kepada diri sendiri sebelumnya. Sesi ini membuat masing-masing peserta menjadi lebih mengenal diri sendiri dan rekan mereka.

Apa kata mereka?

Pada sesi terakhir, para peserta memberi kesan dan pesan atas apa yang telah mereka alami hari itu. Beberapa guru ada yang terkesan pada saat makan siang berkesadaran. Sebagai guru, seringkali waktu makan siang diisi dengan makan terburu-buru. Makan dengan hening dan tanpa tergesa-gesa adalah pengalaman yang menyegarkan bagi mereka.

Ada juga yang menyukai saat relaksasi total dan menikmatinya secara maksimal. Apa pun yang mereka dapatkan hari itu, saya senang mereka semua memberi tanggapan positif dan berharap ini dapat dilakukan secara berkesinambungan.

Satu hari Sabtu itu menjadi hari me-recharge diri, dan yang paling penting, semua menikmatinya dengan relaks. Semoga ini memberi inspirasi bagi para guru dan staf untuk mau berlatih diri terus, menutrisi komunitas di sekolah, dan dapat menjadi guru yang bahagia bagi murid-muridnya.

If we are not happy, if we are not peaceful, we cannot share peace and happiness with others, even those we love, those who live under the same roof. If we are peaceful, if we are happy, we can smile and blossom like a flower, and everyone in our family, our entire society, will benefit from our peace.” 

Zen Master Thich Nhat Hanh
RUMINI LIM, guru sekolah Ananda Bagan Batu, pengajar mindfulness class dan volunteer retret mindfulness

Melakukan Kebaikan Tak Berharap Kembali

Melakukan Kebaikan Tak Berharap Kembali


Saya seorang umat Buddha. Saya vakum selama 15 tahun, tidak pernah ke wihara apalagi membaca buku-buku Buddhis. Suatu kondisi akhirnya membuat saya masuk ke dalam organisasi yang ada di wihara, di sana saya melewati hari-hari dengan belajar dan berlatih untuk mengikis keakuan dan berusaha mengembangkan Bodhicitta yang ada di dalam diri saya.

Keinginan untuk tahu lebih banyak dan lebih banyak, membuat saya terus mencari, dari wihara yang satu ke wihara yang lain, dari guru yang satu ke guru yang lain.

Sampai suatu hari, saya bertemu dengan seorang sahabat lama, saya bertanya, “Ke mana saya harus mencari seorang guru yang dapat memberikan kemajuan spritual?” Dia pun menjawab, “Saat Murid Siap, Guru akan Datang“.

Saat itu saya hanya diam dalam keheningan. Saya mulai mempersiapkan diri dengan banyak membaca dan banyak berbuat kebaikan, rajin kebaktian dan mendengar sharing Dharma dengan harapan saya bisa lebih cepat bertemu dengan guru.

Sampai pada suatu hari, saya merasa sangat kesal dan tidak dihargai, seseorang tidak mengangkat telepon dari saya dengan berbagai alasan (terlihat dari cctv memang sengaja tidak angkat).

Muncul di pikiran kebaikan-kebaikan yang pernah saya berikan. Semua perasaan muncul ke permukaan, kecewa karena tidak dihargai. Jantung berdebar kencang, badan bergetar karena rasa marah yang makin kuat.

Dalam kondisi tidak nyaman, saya berusaha untuk berdamai dengan diri sendiri. Saya duduk diam dan memperhatikan napas masuk dan napas keluar, mulai melihat, mengamati kondisi perasaan yang muncul dan tenggelam, beberapa saat kemudian, napas dan detak jantung saya kembali normal, seiring dengan itu, kesadaran kembali.

Hal yang pertama muncul dalam pikiran adalah kebaikan dan bantuan yang pernah saya lakukan, masih ada keakuan di sana, karena masih mengharapkan balasan kebaikan dan perhatian dari mereka. Kesadaran kedua muncul, bahwa selama ini, dia tidak meminta bantuan saya, saya sendiri (kepo) niat ingin mengembangkan boddhicitta dengan membantu orang lain, malah menimbulkan kemelekatan.

Akhirnya saya melepaskan kemelekatan tentang kebaikan yang pernah saya lakukan dan harapan untuk diperlakukan baik oleh dia, saat itulah saya melihat GURU.

Guru ada di mana-mana, Guru ada di sekitar saya, kadang karena kesombongan dan merasa paling benar, akhirnya kita tidak bertemu dengan guru yang ada di sekitar kita.

Setelah melewati kondisi tidak nyaman, saya melihat hal terjadi itu bukanlah sebagai masalah, tapi sebagai Guru yang membuka pikiran, dan saat melakukan kebaikan jangan pernah berharap balasan.

Apa yang dilakukan saat ini, jangan berharap esok akan mendapatkan kebaikan dan apa yang telah terjadi jangan menyesali masa lalu. Apa yang kita lakukan saat ini, ya.. cukup sampai saat ini saja, jangan dibawa ke masa lalu dan jangan dibawa ke masa depan, LEPASKANLAH!.

SAKYA VIMALA DEVI volunteer dari komunitas mindfulness Jambi