Plum Village Thailand: Dalam Arus Latihan Spiritual

Plum Village Thailand: Dalam Arus Latihan Spiritual

“Melihat ke bawah setelah api padam,
pohon dan rumput lebih hijau dan harum.”


Sahabat terkasih,
Sekali lagi musim menghampiri dataran tinggi Khao Yai. Musim semi di sini diiringi hujan, kering, dan dingin; pohon mulai bertunas, inilah saatnya bagi Anda untuk mengunjungi Plum Village untuk mengikuti acara spesial seperti Tahun Baru Imlek (Tết) tradisional Vietnam, retret, atau Seremoni Penahbisan Penuh.


Kita tahu, tidak ada musim semi yang persis serupa dengan yang saat ini. Jika Anda telah bersama lahan tanah ini sejak awal, Anda akan melihat pepohonan tumbuh lebih hijau dan wajah baru saudara-saudari monastik menjadi lebih dewasa seiring dengan berbagai proyek pembangunan di Plum Village Thailand (PVT).


Tahun ini, Anda bisa ikut merayakan ulang tahun ke-10. Melihat perjalanan sepuluh tahun terakhir, kita akan mulai memahami bagaimana PVT telah dan akan terus melanjutkan Thầy melalui praktik individu dan kolektif.


Setiap kaki pohon, setiap kerikil yang ditemukan di jalur meditasi jalan, setiap saudara atau saudari monastik yang pernah atau yang masih ada untuk kita di negeri ini, dan setiap materi atau individu mana pun selalu ada kisahnya masing-masing.


Masa lampau yang lebih dari sepuluh tahun masih terwujud sepenuhnya di masa kini. Seperti yang diajarkan Thầy, kembali ke saat ini memungkinkan kita untuk bersentuhan dengan dengan masa lampau.


Munculnya Desa Baru
Sepuluh tahun lalu, Thầy dengan penuh kasih telah memberikan wujud baru kepada PVT. Namun, kisah lahan ini telah dimulai bertahun-tahun sebelum tonggak sejarah tahun 2013. Berkat uluran tangan para Bodhisattwa yang tak terhitung jumlahnya, PVT telah dipersiapkan dengan baik dalam aspek semangat, material, dan sumber daya manusia.


Demi membesarkan anak kecil yang baru lahir ini, Thầy rela berkunjung ke Kerajaan Thailand berkali-kali untuk mengatur masa depan biara ini. Ribuan praktisi menyaksikan Thầy melakukan upacara penyucian, menanam pohon bodhi di lahan baru, yang kemudian menjadi Biara Pembibitan Plum Village Thailand (Tu viện Vườn Ươm Thái Lan).

Thay di Plum Village Thailand


Lahan baru ini hanya ada kebun mangga, beberapa barisan pohon asam, dan semak belukar; lokasi konstruksi hanyalah terdiri dari potongan-potongan beton yang dipasang di tanah. Anehnya, sekarang setiap ruangan, setiap sudut, sudah dipenuhi dengan energi manusia yang hangat dan menyenangkan.


Barisan bambu kami, kebun mahoni, flamboyan, dan bunga persik, masih muda, telah menjalar dengan sehat, menawarkan keteduhan dan menggantikan pohon akasia dan semak belukar tadi. Pohon-pohon yang ditanam menawarkan kehijauan di tengah-tengah hunian tempat tinggal. Jalan setapak dengan permukaaan yang baik di sekitar bukit sekarang menggantikan jalan yang sebelumnya berlumpur sehabis hujan lebat.


Rumah tamu yang baru dibangun, sekarang menggantikan tenda sementara. Melewati dapur yang baru, ruang penyajian makanan, ruang makan, sampai ke ruang kelas, taman bermain, dll., Anda akan dengan mudah melihat seorang monastik berjubah coklat dengan senyum segar. Di aula meditasi, Bukit Anapana (Đồi An Ban), Pondok Menatap Jauh (Cốc Nhìn Xa), atau Taman Buddha, Anda akan selalu dapat menemukan area damai yang dekat denga alam.


Seketika Anda tiba di PVT, Anda akan menjadi warga desa kami selama tujuh hari, dua minggu, tiga bulan, atau lebih. Sebagai warga desa, Anda akan menghadiri sesi bekerja kelompok; setiap kelompok mengerjakan suatu pekerjaan tertentu, bekerja bersama secara rajin seperti sekelompok lebah, menyapu lantai, menanam sayuran, menyirami pohon, atau mengelompokkan sampah, dll.


Vitalitas desa terlihat jelas dalam aktivitas komunal itu. Thầy adalah seorang aktivis budaya, yang harapannya diteruskan oleh desa yang terletak di tengah dataran tinggi Khao Yai, melestarikan keindahan budaya Vietnam dan berintegrasi dengan budaya Kerajaan Thailand serta keragaman budaya masyarakat kontemporer.

Namun, PVT bukanlah museum budaya. Sebaliknya, ia merupakan entitas hidup dalam hal kuliner, kostum, nyanyian upacara, bahasa, dll. Jika Anda mengunjungi Plum Village pada waktu yang tepat, Anda akan merasakan pengalaman seperti memasang ‘Nêu‘ (bambu tinggi yang mewakili harapan untuk tahun baru) dan membungkus ‘bánh chưng‘ (kue ketan tradisional yang berbentuk persegi).

Memasang ‘Nêu


Menyambut Malam Tahun Baru, membaca ‘Kiều‘ (puisi yang digunakan sebagai instruksi untuk latihan praktik seseorang), festival Songkran, barongsai, parade lampion di festival pertengahan musim gugur (Mid Autumn Lantern Festival), menjepitkan bunga mawar di saku Anda selama bulan Juli (berdasarkan kalender lunar), serta merayakan Natal, dll.


Dibandingkan dengan kegiatan sederhana di hari-hari awal, acara kami sudah menjadi rutinitas yang nyaman, dan ketika sudah dekat waktunya, semua orang akan bersemangat untuk mempersiapkan dan menantikan kegiatan-kegiatan itu.


Wihara Disiplin
Thầy bukan saja memberikan wujud fisik kepada PVT, tapi juga memberikan arahan jelas bagi hati dari lahan ini agar menjadi rumah bersama bagi komunitas yang berkesadaran penuh (mindfulness community). Komunitas praktik ini tidak sama dan bukan hanya sekadar desa atau perkumpulan saja.


Dimanapun kita hadir, brothers dan sisters monastik segera menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan agar jadwal kegiatan berjalan lancar. Berawal dari kegiatan yang sederhana pada awalnya, PVT kini memiliki lonceng sangat besar yang diundang setiap pagi dan malam hari; lonceng kegiatan, suara harmonis dari lonceng dan drum ikan kayu (fish drum / mu yu), mengiringi pendarasan, yang semuanya mewujudkan biara ini bernuansa disiplin.


Sesampainya di sini, Anda akan melihat semua orang berhenti, tersenyum, dan menikmati bernapas saat jam dinding berdentang; Anda juga akan menghadiri jamuan makan dalam keheningan, Hari Berkesadaran Penuh (Day of Mindfulness) empat lapisan komunitas (fourfold sangha) berlatih meditasi jalan bersama, menghadiri ceramah Dharma dan berbagi latihan mereka dalam sesi Berbagi Dharma.


Sejak pagi, ketika Anda pergi ke aula meditasi, Anda akan melihat praktisi yang telah datang lebih awal dan duduk berlatih meditasi. Bahkan selama waktu hening bening (noble silence), Anda masih akan melihat novis (samanera-samaneri) berlatih Menyentuh Bumi, dll.


Dengan berada dalam kondisi ini, tidak peduli apa pun tujuan Anda datang ke biara; Anda akan melihat diri Anda dikelilingi oleh komunitas yang berlatih. Dalam bentuk praktik ‘komunitas’, setiap kegiatan yang tertera dalam jadwal merupakan kesempatan bagi kita untuk kembali ke hati, berlindung di pulau di dalam diri kita.


Institut Agama Buddha Terapan
Sepuluh tahun terakhir, Sanggha (komunitas berlatih) PVT berkembang terus setiap harinya. Di masa awal kami di lahan baru ini, Sanggha monastik hanya dapat mengelola kehidupan komunitas monastik sendiri, dan kadang-kadang menerima beberapa tamu. Kemudian, biara sudah bisa lebih terbuka untuk menawarkan retret lebih sering, kapasitas kami telah tumbuh lebih baik untuk mengurus acara yang lebih signifikan dengan jumlah peserta yang lebih banyak.


Acara seperti retret untuk penutur bahasa Vietnam, Wake-up, Tahun Baru Thailand, Remaja, Libur Akhir Tahun, Ordo Interbeing, monastik, program pentahbisan monastik jangka pendek, program penahbisan Buddha Kecil (Baby Buddha Ordination Program), dll., telah menjadi kegiatan rutin tahunan.

Meditasi duduk di luar


Retret pendek yang diadakan setiap minggu diatur dengan baik, dan para peserta menerima bimbingan yang cermat untuk latihan dan menghadiri kegiatan yang bermanfaat. Dilakukan secara bersamaan dalam tiga bahasa: Vietnam, Inggris, dan Thai, kegiatan di biara telah ditingkatkan untuk menawarkan tempat latihan bagi para praktisi dari seluruh dunia.


Ada begitu banyak penderitaan telah ditransformasikan dan banyak senyuman telah mekar di negeri ini. Ribuan praktisi telah mendapatkan manfaat dari lahan ini dan oleh sebab itu juga memberikan kontribusi yang sangat besar bagi masyarakat sekitar.


Di dalam biara, mayoritas adalah saudara dan saudari monastik muda. Di tahun-tahun pertama, kami mendengarkan rekaman ceramah Dharma oleh Thầy dan memiliki waktu belajar sendiri. Secara bertahap, kelas Dharma, kelas keterampilan, dan bahasa diatur dengan lebih sistematis. Setelah itu, Program Pendidikan Tujuh Tahun dibentuk dan diurus oleh tim bidang pendidikan, untuk menyediakan kurikulum yang lebih terperinci.


Biara telah berfungsi sebagai mana pusat pelatihan dan pendidikan yang menawarkan latihan hidup berkesadaran penuh kepada praktisi monastik dan kalangan umum. Bentuk kelas, deskripsi kelas, isi, metodologi, cara penilaian, dan sertifikasi tidaklah sama dengan sekolah pada umumnya. Kita dilatih dengan apa yang kita jalani dan hidup dengan tujuan kita berlatih.


Kita tahu bahwa tidak semua dari kita nyaman dengan kelas, memasak, atau mahir dalam menanam bunga atau bersosialisasi. Tidak banyak monastik muda yang suka menyepi di sudut sana layaknya orang berusia lanjut; itulah sebabnya model pendidikan di PVT bertujuan untuk merangkul karakteristik yang berbeda agar semua orang dapat menyesuaikan diri, daripada hanya memberikan cetakan serupa.


Selama sepuluh tahun belakangan ini, telah banyak generasi brothers dan sisters monastik yang baru ditahbiskan, telah memberikan sumbangsih sumber daya manusia untuk pusat latihan dalam tradisi Plum Village di negara lain.


PVT adalah rumah tempat berlindung bagi begitu banyak Sanggha di Vietnam, Thailand, dan negara lain di Asia-Pasifik; sekarang telah banyak Sanggha bermunculan, dengan demikian memungkinkan semakin banyak praktisi untuk menerima Lima Latihan Hidup Sadar Penuh dan Empat belas Latihan Hidup Sadar Penuh.


Keluarga Besar Empat Sanggha
Kita sering menggunakan istilah ‘keluarga spiritual’. Di biara, mudah bagi kita untuk merasakan suasana kekeluargaan. Cara kita menyapa satu sama lainnya, mengambil keputusan bersama, bekerja sama, menyambut brothers dan sisters yang baru ditahbiskan, merawat orang sakit, dll., semuanya telah membantu mewujudkan gagasan “menerima dan mencintai satu sama lainnya seperti saudara dan saudari kandung” yang biasanya diingatkan Thầy kepada kita.

Keluarga spiritual


Keluarga spiritual kita tidak memiliki keterikatan duniawi seperti yang ada di luar sana. Hubungan antara anggota keluarga adalah cita-cita kami sekaligus sila bagi kami. Oleh karena itu, melalui cara hidup keluarga spiritual demikian memberikan kesempatan kepada kami untuk berbuat lebih baik daripada keluarga kandung.


Tidak hanya terbatas pada anggota monastik, tetapi juga keluarga besar juga mencakup anggota seperti orangtua kandung dari monastik, sukarelawan, anggota Ordo Interbeing Thailand, serta sanggha di tiga wilayah Vietnam.


Orang-orang yang telah mengkontribusikan semangat hidup ke dalam lahan suci ini bukan hanya para monastik, tetapi termasuk semua yang telah bergabung dalam praktik latihan bersama. Kami hadir untuk memberikan manfaat dan berkontribusi atas hal tersebut. Anggota keluarga besar saling merawat satu sama lainnya melalui latihan dan cinta kasih dalam sepanjang perjalanan ini.


Anda mungkin bertanya kunci utama apa yang menarik semua orang berkumpul untuk berbagi ruang dan kesadaran kolektif. Sebagai seorang praktisi awam, Anda mungkin ingin mengunjungi Plum Village untuk mendapatkan tempat yang damai dan sejuk, kehidupan yang lambat dan sederhana, yang terdiri dari cinta kasih sesama, kesadaran untuk melindungi lingkungan hidup, dan lingkungan yang berbudaya untuk masa depan anak-anak Anda.


Sebagai siswa monastik, guru, pebisnis, profesional dalam bidang kesehatan, atau intelek dari Timur atau Barat, berasal dari buddhis maupun nonbuddhis, Anda mungkin ingin mengunjungi Plum Village selama seminggu atau retret besar untuk belajar secara langsung bagaimana menerapkan praktik sadar penuh ke dalam kehidupan keluarga, kantor, serta komunitas Anda.


Biara tidak memberikan sertifikat untuk kelas, layaknya pusat pelatihan lainnya. Namun, berkat apa yang dialami para peserta, setiap orang merasa telah menerima banyak ajaran yang bernutrisi. Beberapa brothers dan sisters tertentu juga telah merasakan keindahan latihan melalui cara hidup demikian, dan oleh karena itu beraspirasi untuk tinggal lebih lama sehingga mereka mempelajari metode ini secara lebih mendalam, memiliki lebih banyak ruang dan waktu yang didedikasikan untuk latihan duduk dan berjalan, dll.


Praktik pribadi didukung secara luar biasa oleh energi kolektif biara yang solid, berkat peraturan dan aktivitas yang disusun secara ilmiah, serta kesempatan untuk membantu kehidupan sekitar dengan memanfaatkan langkah-langkah yang praktis dan efektif.


Praktik Pribadi
Mari kita bertanya tentang makna istilah “warga” dalam warga Plum Village, pertanyaan ini untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang terus meningkat untuk berlatih. Bukankah biara hanya mengikuti susunan pengaturan retret dan acara saja?

Meditasi makan formal


Seperti yang terjadi di lahan ini, dengan melakukan aktivitas sehari-hari dan memupuk hubungan yang sehat dengan saudara dan saudari, kita dapat melihat diri kita lebih baik, memunculkan kebahagiaan, dan mentransformasi lumpur dari dalam, berarti ini adalah kontribusi, dedikasi, dan jawaban yang tepat.


Ketika Anda merasakan manfaatnya, secara alami, Anda akan bertekad untuk melanjutkan latihan agar setiap orang juga dapat memperoleh manfaat dari kebaikan tersebut. Berdasarkan hal-hal dasar ini, memilih untuk menawarkan atau tidak, pelayanan atau bukan, semua ini bukanlah menjadi masalah lagi.


Tanpa landasan seperti itu, banyak masalah bisa muncul, yang membuat kita menyadari bahwa apa yang perlu dilakukan untuk hari esok bukanlah sesuatu yang tidak perlu dan di luar jangkauan. Tidak ada yang berbeda dari apa yang sering diingatkan Thầy kepada kita.


Itulah karya dan arahan luar biasa yang diciptakan, dialami, dan ditransmisikan secara mendalam oleh Thầy. Namun, kita belum sepenuhnya mengapresiasi karya Thầy sebaik mungkin. Di sana-sini, masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki agar kita dapat lebih baik merawat lebih banyak saudara dan saudari monastik serta meningkatkan kualitas pendidikan.


Mari ajukan pertanyaan menarik: “Apakah kebahagiaan yang kita hasilkan setiap hari cukup untuk ‘menutupi pengeluaran Anda’?” Suatu kali, seorang saudara muda bercerita bahwa dengan kondisi sanggha yang tidak sempurna, apakah kondisi materi cukup untuk latihan atau tidak, apakah kebahagiaannya mencuupi atau tidak, maka jawaban selalu IYA, dapat memenuhi semua pengeluaran sehari-hari.


Apakah Biara Plum Village akan memiliki masa depan yang mapan atau tidak, secara signifikan bergantung pada warga yang berdiam di lahan ini. Apakah kita telah berhasil memanfaatkan kondisi yang ditransmisikan oleh Thầy untuk praktik transformasi dari hati? Berkat praktik kolektif, setiap anggota mengkontribusikan satu bagian, sehingga kita memiliki lebih banyak kebebasan dan kapasitas untuk memanjukan kehidupan.


Pekerjaan Kolektif
Apa yang telah kita pelajari dari dunia beberapa tahun terakhir telah menunjukkan kepada kita dengan jelas bahwa umat manusia memiliki masa depan yang sama di Bumi ini. Apakah Biara Plum Village Thailand akan memiliki masa depan yang indah tergantung pada apakah masalah yang lebih signifikan seperti krisis iklim dan perang akan diakhiri atau epidemi terkendali.


Berikutnya adalah urusan internal dalam pandangan seluruh komunitas maupun individu, seperti apakah pusat praktik lain dalam tradisi Plum Village stabil dan sehat, ikatan persaudaraan diperkuat demi komunitas praktik yang harmonis, apakah kemarahan atau pikiran negatif lainnya berhasil ditransformasi. Kesepian atau kompeks inferior (rasa rendah diri) telah direnungkan secara mendalam.


Hati Damai, Dunia Damai; itulah petuah dari Thầy untuk kita sebarkan. Kelihatannya kita mengambil langkah kecil yang lambat di tengah dunia yang penuh kekacauan, tetapi sesungguhnya kita telah memulainya dari bagian akar. Itulah transformasi dari kesadaran gudang terdalam manusia.


Menyelamatkan jiwa yang tenggelam dalam penderitaan, menurut agama Buddha, adalah membawa kedamaian ke seluruh alam semesta. Kesempatan dan metodologi cara sudah ada di tangan kita sehingga kita dapat membantu diri sendiri dan menjalani kehidupan yang bermanfaat. Begitulah Biara Plum Village diberi kesempatan untuk membantu Anda dan berkontribusi bagi kehidupan.


Melihat ke dalam unsur-unsur yang membentuk biara, kita dapat mengusulkan rencana yang lebih baik dalam aspek praktik, pelatihan, hubungan persaudaraan, dan melayani kehidupan terkait dengan kesadaran individu dan orang-orang di sekitar.

Pelimpahan jasa


Bersama-sama, kita berdiri di atas taman yang diwariskan oleh nenek moyang kita, penuh dengan bunga dan pohon yang luar biasa indah; kita belajar bagaimana memanfaatkan taman dan membawa kebaikan kepada lebih banyak orang. Apa harapanmu? Apakah Anda telah melupakan pernah menjadi warga biara? Apa keinginan terdalam bagi desa ini?


Bagaimana biara dapat berkontribusi untuk mewujudkan impian Anda, bahkan jika itu adalah impian besar seperti mencapai jalan praktik spiritual atau harapan sederhana contohnya menjalani kehidupan yang sehat?


PVT adalah perwujudan dari kesadaran kolektif yang dibangun dari mimpi-mimpi individu. Oleh karena itu, tugas seperti itu akan dimulai dari masing-masing individu, dengan stupa praktik yang kita bangun untuk dipersembahkan kepada Thầy terkasih.


Thầy mengajarkan bahwa masa depan sudah ada di saat ini. Biara Plum Village Thailand bukan lagi hanya halusinasi dalam angan-angan, tetapi sudah menjadi kenyataan yang terwujud dengan jelas, dan kita semua bisa merasakannya secara mendalam.


Cara mengilustrasiikan Plum Village Thailand yang disajikan di sini tidak bermaksud untuk membuat kita terbuai dengan bahasa indah sekaligus dangkal. Sesungguhnya, ilustrasi ini memungkinkan kita untuk memberikan perhatian yang benar, bersama-sama memilih sikap yang tegar untuk melangkah ke masa depan

Bersama dengan Sanggha Plum Village Thailand,
Thích Chân Pháp Anh

Seremoni Mengenang Satu Tahun Kepergian Master Zen Thich Nhat Hanh

Seremoni Mengenang Satu Tahun Kepergian Master Zen Thich Nhat Hanh
Seremoni peringatan mendiang Master Zen Thich Nhat Hanh

Hujan rintik-rintik menguyur kota Huế ketika kami dalam perjalanan menuju wihara Diệu Trạm. Wihara Diệu Trạm merupakan wihara para Bhiksuni dengan jumlah residen 80 biarawati yang bersebelahan dengan wihara Từ Hiếu, wihara para Bhiksu dengan jumlah residen 20 biarawan. Wihara Từ Hiếu merupakan tempat Master Zen Thich Nhat Hanh ditahbiskan, oleh karena itu kadang wihara ini disebut sebagai Wihara Akar dari tradisi Zen Plum Village.

Ketika kami tiba di wihara Diệu Trạm, beberapa biarawati menyambut dan mengantarkan kami menuju kamar. Walaupun udara dingin dan lembab sangat terasa di malam itu, hati saya merasa sangat bahagia. Ada kurang lebih 150 siswa monastik dari pusat latihan Plum Village dari berbagai negara yang datang ke wihara akar untuk berpartisipasi dalam rangkaian acara peringatan satu tahun wafatnya Maha Guru Zen, Thích Nhất Hạnh. Thầy yang artinya Guru merupakan sapaan Beliau, telah menahbiskan 1.214 siswa monastik dan puluhan ribu murid awam.

Rangkaian acara peringatan satu tahun wafatnya Thầy diawali dengan dua hari retret monastik yaitu pada tanggal 3 s.d. 4 Januari 2023. Ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi monastik karena para senior bhiksu dan bhiksuni dari tradisi Plum Village berbagi Dharma kepada generasi monastik yang lebih muda. Retret monastik ini juga menjadi ajang reuni, berkumpul dengan kakak dan adik seperguruan yang telah lama tidak bertemu.

Energi kebahagiaan dan keceriaan terpancar di segala sudut kedua wihara meskipun banyak persiapan yang harus dilakukan dalam menyambut total sekitar 250 monastik. Ada begitu banyak pekerjaan yang harus dibereskan, seperti memotong sayur, memasak, mempersiapkan aula meditasi, sistem audio dan terjemahan, mempersiapkan kamera dan siaran langsung, dan lain lain. Seluruh monastik dan awam yang hadir bersama-sama bersumbangsih dalam meditasi kerja.

Bunga seruni atau kadang disebut bunga krisan.
Bunga Seruni (sumber: wikipedia id)

Pada tanggal 5 s.d. 6 Januari, wihara Từ Hiếu yang merupakan tempat pelaksanaan seremoni peringatan wafatnya Thầy dibersihkan secara menyeluruh dan tenda-tenda dipasang. Bunga dan buah dipersembahkan ke altar Buddha dan Bodhisattwa, altar leluhur dan Thầy. Di altar Thầy selalu dihiasi bunga Seruni yang berwarna coklat kekuningan, ini adalah bunga kesukaan Thầy.

Di Plum Village Perancis, bunga Seruni mekar di bulan Oktober. Di Phương Khê, tempat tinggal Thầy di Prancis selalu dihiasi dengan bunga ini. Hingga saat ini, Phương Khê selalu dibersihkan secara berkala oleh siswa monastik, bunga-bunga dan tanaman yang ada tetap dirawat. Bahkan di Phương Khê telah dibangun aula meditasi yang baru.

Aula meditasi yang baru ini merupakan amanat dari Thầy ketika Beliau sedang sakit. Dengan menggunakan kursi roda, pendamping Thầy akan membawa Beliau ke salah satu gedung tua di Phương Khê dan Beliau memberikan petunjuk bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk pemugaran gedung tersebut. Hal ini dilakukan karena jumlah siswa monastik yang terus bertambah sehingga aula lama yang digunakan sudah tidak muat lagi. Thầy adalah arsitek dari aula meditasi yang baru itu.

Seremoni peringatan hari wafatnya salah satu leluhur Guru, Thầy Huệ Minh berdekatan dengan seremoni guru kita maka seremoni untuk Beliau juga menjadi bagian dari rangkaian acara dan diadakan pada tanggal 7 Januari. Ada banyak monastik yang merupakan siswa atau cucu siswa Beliau berdatangan ke wihara Từ Hiếu untuk mengikuti seremoni peringatan itu. Begitu pula praktisi awam hadir dari berbagai kota di Vietnam maupun dari luar negeri. Pendarasan doa-doa dilakukan secara tradisional dan menggunakan bahasa sino Vietnam yang mirip dengan bahasa Mandarin.

Day of Mindfulness (DOM) yang menjadi ikon dari Plum Village diadakan di hari Minggu, 8 Januari, begitu banyaknya siswa monastik dan praktisi awam yang berdatangan, aula meditasi wihara Diệu Trạm menjadi tidak muat tetapi tim soundsystem sudah mempersiapkan tempat di luar aula meditasi sehingga semua yang hadir dapat mengikuti DOM. Thầy Pháp Ấn membabarkan Dharma dilanjutkan dengan makan siang bersama dan sorenya ada sesi tanya jawab.

Di dalam tradisi Vietnam, tahun pertama meninggalnya seorang Guru disebut tahun Tiểu Tường, yang mana upacara peringatan ini hanya dihadiri oleh keluarga monastik dan siswa-siswa Beliau. Tahun kedua disebut tahun Đại Tường, di tahun kedua ini akan diadakan seremoni dalam skala besar, Para Maha Guru dari berbagai wihara di Vietnam akan diundang untuk menghadiri Đại Tường, ini juga seremoni memindahkan altar Thầy ke altar utama leluhur.

Meditasi kerja pun dilanjutkan di hari senin, 9 Januari di pagi dan siang hari. Lalu di malam hari di aula meditasi Bulan Purnama, wihara Từ Hiếu diadakan acara mengenang Thầy, ada begitu banyak kenangan indah yang dibagikan, transformasi dan penyembuhan, kebahagiaan dan kegembiraan serta nyanyian-nyanyian, dan semua ini dipersembahkan kepada Thầy.

Kota Huế diguyur hujan sejak saya tiba tanggal 2 Januari, jikalaupun hujan berhenti paling lama 30 menit atau satu jam saja lalu hujan akan turun lagi. Tetapi di hari seremoni peringatan wafatnya Thầy di tanggal 10 Januari, sejak pagi hujan tidak turun setetes pun sampai kami selesai makan siang.

Lebih dari 2.500 orang memadati wihara Từ Hiếu, siswa monastik, anggota ordo Interbeing, praktisi awam, anak remaja dan anak-anak. Seremoni dimulai pukul 09:00 di aula Buddha, wihara Từ Hiếu dengan mendaraskan sutra dan mantra secara tradisional dalam bahasa Sino Vietnam. Guru-guru besar memimpin pendarasan dan siswa monastik Thầy berlutut di hadapan altar Buddha serta melakukan namaskara berulang kali kepada Buddha dan Bodhisattwa.

Meditasi makan bersama

Satu jam kemudian, para monastik melakukan prosesi dari aula Buddha ke aula meditasi Bulan Purnama untuk melanjutkan pendarasan sutra dengan menggunakan Bahasa Vietnam. Bukan hanya siswa-siswa monastik Thầy yang bernamaskara pada saat pendarasan, guru-guru besar yang memimpin seremoni ini pun ikut bernamaskara di depan altar Thầy. Pendarasan sutra-sutra dilakukan dengan melodi khas dari kota Huế, sangat indah, unik dan penuh dengan kekuatan.

Di sore harinya, kami mengunjungi taman kenangan tempat Thầy dikremasikan yang berjarak 45 Km dari wihara. Saat itu hujan rintik-rintik, kami melakukan penghormatan kepada Thầy dengan mempersembahkan dupa, bunga dan buah lalu kami mendaraskan Namo Avalokitesvaraya dilanjutkan dengan meditasi jalan di sekitar taman. Setelah selesai, Thầy Pháp Ấn mengatakan bahwa Thầy sangat suka melakukan meditasi jalan ketika hujan rintik-rintik. Kami semua sangat merasakan kehadiran Thầy.

Kota Huế merupakan kota tua dan umat Buddha di sini masih sangat tradisional, monastik yang telah meninggal dikuburkan dan didirikan stupa di atasnya. Ada begitu banyak stupa dan pemakaman umum di kota ini. Ketika pemerintah kota Huế mendapat info bahwa Thầy menginginkan upacara yang sederhana dan dikremasikan, mereka membangun krematorium dari batu bata dan proses kremasi menggunakan kayu.

Stupa piramida kecil di taman kenangan

Setelah krematorium ini selesai dibangun, seorang Maha Guru yang juga sangat dihormati di kota Huế, menginginkan upacara yang sederhana dan dikremasikan, Beliau adalah yang pertama menggunakan krematorium ini. Lalu satu tahun kemudian, Thầy menggunakan krematorium tersebut. Setelah itu, krematorium ini ditutup. Di taman ini didirikan dua monumen untuk mengenang dua Guru besar dan batu bata yang digunakan disusun menjadi bentuk piramida, menjadi saksi telah dikremasikannya dua Guru besar di taman tersebut.

Saya merasa sangat terharu dapat mengikuti rangkaian acara peringatan satu tahun wafatnya Thầy, keberadaan saya di Vietnam membuat saya merasa sangat terhubungkan dengan lebih mendalam kepada wihara akar, para leluhur, Thầy dan kebudayaan serta kehidupan orang Vietnam. (Sr. Trăng Mới Lên; monastik yang berasal dari Indonesia, saat ini tinggal di Lower Hamlet, Plum Village Prancis)

Sang Nelayan dan Ikan

Sang Nelayan dan Ikan

aku seorang nelayan, menarik jaring ikan

kulitku beraroma asin seperti laut

otot-ototku berlilit di bawah terik matahari

aku seekor tenggiri berisisik kemilau

Menggelepar putus asa bersama ribuan ikan lainnya

Dalam jeratan jaringmu

Aku terkapar tak berdaya di geladak kapal itu

Engkau terpaksa menangkapku demi bertahan hidup

Aku juga seorang wanita paruh baya

di pasar menenteng kantong sambil melirak-lirik

Aku sudah mati tapi mataku belum terpejam

Dagingku masih begitu segar

Insangku masih kemerahan

Engkau membeliku, memotong menjadi bongkahan kecil

dimasukkan ke dalam panci

Makan malam begitu hangat di musim dingin

Ada engkau, anak-anakmu dan nasi hangat

Di bawah atap jerami, perut juga terasa hangat

Siapa yang masih mengenaliku?

Ketika badan dan sunyata adalah realitas sama

100 ribu kalpa sebagai ikan di sungai dan laut

Aku berenang keluar masuk dengan leluasa

Rumah berpintu ruang hampa lebih indah daripada giok

Duniaku penuh dengan warna hijau, merah, dan pink

Hatiku telah mendapatkan pelajaran

Pelajaran berlatih dan mencoba mengerti

agar setiap kali terjerat dalam jaring

Aku rela mati dengan lapang dada

Tidak membenci, tidak putus asa

karena aku tahu kehidupan terbentuk dari kematian

Eksis (ada) terbentuk dari noneksis (tiada)

segala sesuatu saling berkaitan

Aku dan kamu saling mengerti

Fenomena yang Mengejutkan

Fenomena yang Mengejutkan

Terlahir sebagai warga negara Indonesia dari etnik Tionghoa, selalu menimbulkan pertanyaan mengapa leluhur saya berani pergi meninggalkan tanah kelahirannya hampir 100 tahun lalu dalam kondisi transportasi yang mempertaruhkan nyawa jika dibandingkan transportasi modern saat ini? Saya mengagumi leluhur saya.

Kepenasaranan ini tidak berhenti hanya pada leluhur kandung namun juga pada imigran di belahan negara lainnya. Saya mengagumi semua orang yang berani mengubah hidupnya.

Pada satu kesempatan, saya melancong ke negara Paman Sam, negara yang katanya diversitasnya sangat tinggi dan pembela hak asasi manusia.

Di Ellis Island yang merupakan pintu masuk bagi jutaan imigran ke Amerika Serikat dengan perannya sebagai stasiun inspeksi imigran tersibuk di negara ini sejak 1892 hingga 1954. Pada musium imigrasi di pulau itu diceritakan bagaimana imigran (yang saya baca) dari Jepang didatangkan dengan kontrak sebagai buruh tani terkena pemerasan jam kerja panjang, pembatasan dan pelarangan jumlah imigran Tiongkok karena menimbulkan keirian. Mengapa demikian? Karena imigran Tiongkok ini berani dibayar murah.

Hal yang paling mengenaskan imigran dari Afrika yang dibelenggu rantai besi, duduk berhimpitan, mengayuh perahu dan telanjang dengan higienis buruk. Mereka yang berhasil sampai di daratan, dimandikan, diurapi minyak sehingga terlihat sehat dan dijual mahal.

Sampai sini air mata saya mengalir perlahan, betapa kejamnya manusia dan disaat yang sama saya menyadari ada dua sisi perasaan di dalam diri saya yaitu rasa belas kasih dan rasa kurang nyaman melihat bentuk fisik para wanita keturunan Afrika yang berpinggul sangat besar (bukan bermaksud body shaming).

Kedua fenomena tersebut berkecamuk dalam pikiran, jika terus diasah tajam, saya tidak tahu akan menjadi bagaimana membentuk kepribadian saya. Satu hal yang saya kenali latihan menghargai kehidupan itu sangat luas. Latihan ini tidak hanya terbatas pada tidak membunuh mahluk hidup saja. Latihan ini membantu agar saya menyadari bahwa tindakan kekerasan berasal dari kemarahan, ketakutan, keserakahan, dan intoleransi yang berakar dari pemikiran diskriminatif dan dualistis.

Saya akan menumbuhkan sifat keterbukaan, nondiskriminasi dan nonkemelekatan terhadap pandangan demi mentransformasikan kekerasan, fanatisme, dan dogmatisme dalam diri dan di dunia ini jauh lebih sulit dan membutuhkan usaha lebih keras dalam bentuk nyata.

Bersyukur saya berkomitmen berlatih hidup berkesadaran (mindfulness training), sehingga kejutan fenomena tersebut walau membuat shock mengetahui saya masih kental dengan diskriminasi, namun tetap dapat dijadikan bahan untuk perenungan untuk mentransformasi ketidaktahuan.

KSHANTICA Chân Minh Tuyền (真明泉) anggota Ordo Interbeing Indonesia, sukarelawan retret mindfulness, dan aktif di MBI DKI Jakarta.

Silsilah Zen Plum Village

Silsilah Zen Plum Village
Thầy di Borobudur tahun 2010

Master Zen Thích Nhất Hạnh (釋一行) (1926 – 2022), akrab disapa Thầy, merupakan guru utama silsilah Zen Plum Village. Ia memiliki Nama Silsilah: Trừng Quang (澄光), Nama Dharma: Phùng Xuân (逢春), dan Gelar Dharma: Nhất Hạnh (一行). Thích (釋) adalah bahasa Vietnam untuk Sakya, nama marga Buddha. Semua anggota monastik di tradisi Buddhis Vietnam memiliki nama yang diawali Thích.

Mereka yang telah menerima 5 Latihan Kesadaran Penuh (Pancasila Buddhis versi revisi), diberikan Nama Silsilah (Pháp Danh, 法名). Saat seseorang ditahbiskan menjadi anggota monastik atau anggota Ordo Interbeing (OI), maka mereka menerima Nama Dharma (Pháp Tự, 法字).

Sebagian anggota monastik ada yang memiliki Gelar Dharma (Pháp Hiệu, 法號), ada juga yang tidak memilikinya. Gelar Dharma boleh dipilih mandiri atau diberikan oleh guru. Pada umumnya para monastik disapa dengan Gelar Dharmanya, jika tidak ada Gelar Dharma maka boleh menyapa Nama Dharmanya.

Thầy lahir pada tahun 1926 di Vietnam. Pada usia 16 tahun, ia bergabung ke Wihara Từ Hiếu (慈孝寺) di Kota Huế. Ia menerima “Transmisi Pelita Dharma” di Wihara Từ Hiếu pada 1 Mei 1966, sekitar 10 hari sebelum beliau meninggalkan Vietnam demi menyuarakan perdamaian untuk Vietnam.

Guru utama dari Thầy adalah Master Zen Chân Thật (真寔, 1884-1968) [Nama Silsilah: Thanh Quí (倩季), Nama Dharma: Cứu Cánh (究竟), dan Gelar Dharma: Chân Thật (真寔)]. Ketika Master Chân Thật meninggal dunia pada tahun 1968, beliau menginstruksikan agar menunjuk Thầy sebagai kepala Wihara Từ Hiếu, suatu posisi yang dijabat Thầy hingga akhir hayatnya.

Dalam sesi Transmisi Pelita Dharma, Master Chân Thật mentransmisikan gatha berikut ini kepada Thầy:

Nhất hướng phùng xuân đắc kiện hành
Hành đương vô niệm diệc vô tranh
Tâm đăng nhược chiếu kỳ nguyên thể
Diệu pháp đông tây khả tự thành

一 向 逢 春 得 健 行
行 當 無 念 亦 無 諍
心 燈 若 照 其 原 体
妙 法 東 西 可 自 成

Alih bahasa dari Gatha di atas sebagai berikut:

Bangkitkan tekad hanya menuju ke satu (Nhất) arah, alhasil akan bersua juga dengan musim semi (Phùng Xuân), dan pawai itu akan menjadi pawai heroik. Aksi (Hạnh) terbebas dari spekulasi juga persaingan. Pelita hati menyinari sifat sejatinya, transmisi Dharma menakjubkan terwujud di timur dan barat.

Dalam gatha ini terdapat Nama Dharma dari Thầy (Phùng Xuân), yang artinya ‘bertemu musim semi, dan Gelar Dharma (Nhất Hạnh). Nhất artinya satu (tunggal), dan Hạnh artinya aksi. Kedua kata ini menjadi kata awalan dalam dua baris pertama dari gatha tersebut.

Master Chân Thật menerima transmisi dari kakak senior seperguruannya, yaitu Master Zen Tuệ Minh (慧明, 1861-1939) [Nama Silsilah: Thanh Thái (清泰), Nama Dharma: Chính Sắc (正色), dan Gelar Dharma: Tuệ Minh (慧明)]

Master Tuệ Minh mentransmisikan gatha berikut ini kepada Master Chân Thật:

Chân thật duy tùng thể tính không
Thâm cùng vọng thức bản lai không
Thỉ tri thị vật nguyên phi vật
Diệu dụng vô khuy chỉ tự công

真 寔 惟 從 体 性 中
深 窮 妄 識 本 來 空,
始 知 是 物 原 非 物
妙 用 無 虧 只 自 功

Kebenaran sejati dapat ditemukan dalam sifat sejati kekosongan.
Sejak awal hingga kini, persepsi keliru ternyata kosong adanya.
Diketahui bahwa segala sesuatu tidaklah nyata.
Dharma nan indah selalu hadir, tergantung pada latihan, apakah mampu bersentuhan dengannya.

Dalam gatha di atas pada baris pertama mengandung nama Chân Thật (Kebenaran Sejati), Master Chân Thật merupakan murid termuda dari Master Zen Cương Kỷ (1810-1899) [Nama Silsilah: Hải Thiệu (海紹), dan Nama Dharma: Cương Kỷ (綱紀)].

Master Cương Kỷ (1810-1899) mentransmisikan gatha ini kepada Master Tuệ Minh:

Chính sắc thể viên minh
Tâm pháp bổn tự nhiên
Hư không thu nhất điểm
Kế tổ vĩnh lưu truyền.

正 色 体 圓 明
心 法 本 自 然
虛 空 收一 點
繼 祖 永 留 傳.

Sifat warna kebenaran sejati tertampak jelas dan lengkap,
Dharma dari hati pada dasarnya adalah natural.
Ruang nan luas dapat disusutkan menjadi suatu titik.
Lanjutkan pekerjaan leluhur dan transmisikan Dharma ke generasi berikutnya.

Di baris pertama terdapat Chính Sắc (Warna Kebenaran Sejati), yang merupakan Nama Dharma dari Master Tuệ Minh.

Master Cương Kỷ menerima transmisi Pelita Dharma dari gurunya, Master Zen Nhất Định (1784-1847) [Nama Silsilah: Tánh Thiên (性天) dan Nama Dharma: Nhất Định (一定, Konsentrasi pasa Kesatuan)], yaitu pendiri dari Wihara Từ Hiếu.

Berikut gatha transmisinya:

Cương kỷ kinh quyền bất chấp phương
Tùy cơ ứng dụng thiện tư lương
Triêu triêu tương thức nan tầm tích
Nhật nhật xuyên y khiết phạn thường

綱 紀 經 權 不 執 方
隨 機 應 用 善 思 量,
朝 朝 相 識 難 尋 跡
日日 穿 衣 契 飯 常.

Menegakkan aturan disiplin perlu fleksibilitas, jangan terjebak dalam tata cara.
Dalam setiap situasi, selalu menggunakan pemikiran tepat.
Setiap pagi melihat wajah setiap insan, namun begitu sulit melihat sifat aslinya.
Terapkanlah praktik setiap hari layaknya mengenakan jubah dan menyantap makanan.

Cương Kỷ berarti ‘disiplin’ atau ‘hukum’. Berikut alih bahasa dari gatha di atas:

Master Nhất Định menerima Transmisi Pelita dari Master Zen Phổ Tịnh (普淨) [Nama Silsilah: Đạo Minh (道明), Nama Dharma: Phổ Tịnh (普淨)]. Ketika menerima transmisi pelita, Master Nhất Định baru berusia 30 tahun (tahun 1814).

Master Nhất Định menorehkan banyak kisah mengagumkan mengenai kehidupannya, seperti merawat ibunya yang sudah tua renta di pondok kecil, yang belakangan menjadi Wihara Từ Hiếu. Từ berarti ‘cinta kasih’ dan Hiếu berarti ‘bakti’.

Berikut ini adalah gatha transmisi pelita Dharma dari Master Phổ Tịnh kepada Master Nhất Định:

Nhất Định chiếu quang minh
Hư không mãn nguyệt viên
Tổ tổ truyền phó chúc
Đạo Minh kế Tánh Thiên

一 定 照 光 明
虛 空 滿 月 圓
祖 祖 傳 付 祝
道 明 繼 性 天

Konsentrasi pada Kesatuan memancarkan cahaya,
Bagaikan bulan purnama di angkasa luas.
Generasi ke generasi, setiap leluhur saling melanjutkan.
Maka dari itu, Tánh Thiên akan melanjutkan Đạo Minh.

Di baris terakhir, terbaca Tánh Thiên yang merupakan Nama Silsilah dari Master Nhất Định dan juga ada Nama Silsilah gurunya yaitu Đạo Minh (道明). Master Phổ Tịnh adalah Kepala Wihara Báo Quốc (報國寺). Beliau wafat di tahun 1816.

Guru dari Master Phổ Tịnh adalah Master Zen Chiếu Nhiên (照然) [Nama Silsilah: Đại Tuệ (大慧), dan Nama Dharma: Chiếu Nhiên (照然)], yang merupakan Kepala Wihara Báo Quốc (報國寺) juga Wihara Thuyền Tôn (禪宗寺).

Guru dari Master Chiếu Nhiên adalah Master Zen Lưu Quang (流光) [Nama Silsilah: Tế Ân (濟恩), dan Nama Dharma: Lưu Quang (流光). Beliau juga adalah Kepala Wihara Báo Quốc (報國寺).

Guru dari Master Lưu Quang adalah Master Zen Liễu Quán (了觀) (1670-1742) [Nama Silsilah: Thiệt Diệu (寔妙), dan Nama Dharma: Liễu Quán (了觀)]. Master Liễu Quán merupakan penulis gatha yang tercatat di Sertifikat Penahbisan Silsilah Zen Plum Villlage, ‘… generasi ke-43 Aliran Lâm Tế (Linji, 臨濟宗) dan generasi ke-9 Garis Dharma Liễu Quán.

Sebagai murid Thầy, contoh Nama Silsilah: Welas Asih dari Hati (心慈). Hati (Tâm, 心) adalah karakter klasik Tionghoa yang ke-9 dalam gatha Master Liễu Quán:

Thiệt tế đại đạo
Tánh hải thanh trừng
Tâm nguyên quảng nhuận
Đức bổn từ phong
Giới định phúc tuệ
Thể dụng viên thông
Vĩnh siêu trí quả
Mật khế thành công
Truyền trì diệu lý
Diễn xướng chánh tông
Hành giải tương ứng
Đạt ngộ chân không.

寔 際 大 道
性 海 清 澄
心 源 廣 潤
德 本 慈 風
戒 定 福 慧
體 用 圓 通
永 超 智 果
密 契 成 功
傳 持 妙 理
演 暢 正 宗
行 解 相 應
達 悟 真 空

Berikut ini adalah alih bahasa Thầy:

Jalan agung Realitas,
Adalah samudra murni sifat sejati.
Sumber Pikiran menembus ke setiap sudut.
Dari akar kebajikan muncul praktik welas asih.
Moralitas, konsentrasi dan wawasan –
Sifat dan fungsi ketiganya adalah satu.
Buah kearifan transenden,
Dapat diwujudkan dengan kebersamaan yang indah.
Pertahankan dan teruskan prinsip yang mengagumkan,
Untuk membuka tabir ajaran sejati!
Agar realisasi Kekosongan Sejati menjadi mungkin,
Kearifan dan Tindakan harus berjalan beriringan.

Jika Anda adalah seorang Dharma Acharya, setelah menerima Transmisi Pelita Dharma dari Thầy, maka murid Anda, yang menerima 5 latihan Sadar Penuh dari Anda, dia adalah generasi ke-44 Aliran Lâm Tế dan generasi ke-10 Garis Dharma Liễu Quán. Dia menyandang nama silsilah dari karakter ke-10 sebagai tersebut dalam gatha di atas (karakter ke-10 adalah ‘nguyên’, 源, berarti: Sumber), contoh: Kejernihan dari Sumber.

Guru dari Master Liễu Quán adalah Master Zen Tử Dung (子融) [Nama Silsilah: Minh Hoằng (明弘), dan Gelar Dharma: Tử Dung (子融)].

Master Zen Tử Dung termasuk generasi ke-34 aliran Lâm Tế.

Pada tahun 1702, Liễu Quán yang masih belia bertemu dengan gurunya, Master Tử Dung di Wihara Ấn Tôn (印宗寺) di Gunung Long Sơn di Thuận Hóa, Vietnam. Master Zen Tử Dung mengajarkan kepadanya untuk merenungkan kōan: “Segala fenomena bergantung pada Kesatuan, Kesatuan bergantung pada apa?” (萬法歸一, 一歸何處?).

Liễu Quán berlatih dengan sungguh-sungguh, tetapi tidak mendapatkan ilham. Suatu hari, ketika membaca Truyền Đăng Lục (Catatan Transmisi Pelita, 傳燈錄), dan melihat kalimat “Menunjuk pada objek itu adalah meneruskan intisari Dharma. Banyak dari mereka yang mengalami kesulitan memahami bagian ini” (指物傳心, 人不會處), tiba-tiba dia memahami kōan tersebut.

Di tahun 1708, dia kembali ke Gunung Long Sơn dan memberi tahu gurunya mengenai pemahamannya. Gurunya menjawab:

“Tiba di suatu lubang yang dalam, tetapi mampu melepaskan dirimu sendiri,
Hanya engkau yang dapat menanggungnya.
Setelah kematianmu, engkau dilahirkan kembali,
Siapa yang berani mencelamu?”

Liễu Quán tertawa dan bertepuk tangan, tetapi gurunya berkata: “Engkau belum mengerti sepenuhnya!” Liễu Quán menjawab: “Bebannya terbuat dari besi.” Master Tử Dung tidak puas dengan jawaban tersebut.

Keesokan harinya, Master Tử Dung berkata kepada Liễu Quán: “Percakapan kemarin belum selesai, silakan melanjutkan.” Atas permintaan gurunya, Liễu Quán menjawab:

“Andaikan saya tahu bahwa
di dalam pelita telah mengandung cahayanya,
maka nasi sudah lama matang.”

Kali ini, Master Tử Dung puas dan memberi persetujuannya.

Di tahun 1712, mereka saling berjumpa untuk ketiga kalinya di Quảng Nam. Dia menyampaikan gatha “Memandikan Buddha”. Master Tử Dung bertanya: “Patriark mentransmisikan kepada patriark. Buddha mentransmisikan kepada Buddha. Apa yang saling mereka transmisikan?” Master Liễu Quán segera menjawab:

“Di atas bebatuan tumbuh tunas bambu
tingginya lebih dari sepuluh meter.
Sapu berambut penyu beratnya tiga kilogram.”

石 筍 抽 條 長 一 丈
龜 毛 撫 拂 重 三 斤

Master Tử Dung membalas:

“Mendayung perahu di atas gunung tinggi.
Menunggang kuda di dasar samudra.”

高 高 山 上 行 船
深 深 海 底 走 馬

Master Liễu Quán menjawab:

“Memainkan sitar tanpa senar selama berjam-jam,
Mematahkan tanduk lembu tanah liat membuatnya menangis sepanjang malam.”

折 角 泥 牛 徹 夜 吼
沒 絃 琴 死 盡 日 殫

Master Zen Tử Dung sangat senang dengan jawaban tersebut, saat itu Master Zen Liễu Quán telah berusia 42 tahun.


Dialihbahasakan oleh Gracia Yap, disunting oleh Endah, dan disusun ulang oleh Br. Pháp Tử, berdasarkan naskah “A Letter to Friends About Our Lineage” oleh Br. Pháp Dung

Sr. Chan Khong Menerima Gelar Doktor Honoris Causa

Sr. Chan Khong Menerima Gelar Doktor Honoris Causa

Biksuni Chan Khong, yang akrab disapa Sister Chan Khong, merupakan seorang aktivis perdamaian, murid dari Master Zen Thich Nhat Hanh menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Mahachulalongkornrajavidyalaya pada tanggal 10 Desember 2022.

Gelar kehormatan ini diberikan kepada Sister Chan Khong berkat akvitas perdamaian, pelayanan kepada masyarakat Vietnam, dan dunia pada umumnya.

Sister lahir pada tahun 1938 di Bến Tre, Vietnam. Pada tahun 1988 menerima penahbisan biksuni dari Master Zen Thich Nhat Hanh di Puncak Gridhakūta, India. Sister merupakan generasi pertama dari Ordo Interbeing, sebuah komunitas praktik kesadaran penuh (mindfulness) yang terdiri monastik dan praktisi awam yang telah menerima 14 Latihan Sadar Penuh dalam tadisi Plum Village.


Radio 24 Jam Nonstop

Radio 24 Jam Nonstop

Ide ideal dalam bayangan saya dalam mengikuti retret adalah berhasil memperhatikan napas baik frekuensi, panjang napas dan lamanya perhatian penuh, singkatnya kualitas memperhatikan napasnya meningkat, syukur-syukur tercerahkan seperti Sidharta Gautama.

Saat meditasi dibimbing hari kedua, tiba-tiba saya menyadari pikiran saya penuh dengan segala jenis nama buah-buahan dan sayur-sayuran. Napas masuk, saya tahu saya sedang bernapas masuk, kemudian muncul brokoli, mau dimasak kapan dan hari apa. Teng…… suara genta, oow….. 2 menit hilang karena brokoli. 

Retret Volunteer 27 – 30 Okt 2022 @PondokSadhanaAmitayus

Syair kedua dibacakan, alih-alih memperhatikan napas dan kata kunci, muncul silih berganti buah naga, papaya, nanas dan lain-lain. Meditasi berakhir antara memperhatikan napas dan upaya membuang pikiran yang penuh dengan segala urusan bahan baku.

Saya mengikuti retret sekaligus berperan sebagai penanggung jawab harian bagian konsumsi bersama beberapa teman yang lain. Karena ini retret panjang maka persediaan bahan mentah pun menggunung memenuhi lemari pendingin dan dapur, entah karena merasa bertanggung jawab terhadap kesejahteraan perut semua peserta, kesegararan bahan baku atau mix match bahan untuk mendapatkan keragaman menu.

Dari sini saya menyadari, ketenangan yang digambarkan orang lain untuk menilai pribadi saya masih  ditahap permukaan, saya masih tidak bisa tenang dan damai memikirkan urusan konsumsi yang terlihat jelas mempengaruhi meditasi formal saya.

Metode latihan yang ditawarkan Plum Village adalah Engaged Buddhism, membawa Dharma dalam hidup keseharian, secara mandiri berlatih untuk berhenti berpikir, bergerak ataupun berbicara dan menggunakan terutama bunyi genta untuk kembali ke napas, makin menyadari tubuh, pikiran ataupun emosi, maka kita akan makin melambat secara alami. 

Monastik dari Plum Village Thailand

Kalau dalam bahasa slank, INI GUA BANGET sampai di hari terakhir saya tiba-tiba menyadari bahwa energi kebiasaan saya dan peserta lain sangat kuat sehingga kami lebih sering tidak berhenti dalam menghabiskan waktu, kami masih dipaksa untuk berhenti pada saat genta atau jam dinding berbunyi. 

Pikiran itu seperti monyet lincah yang meloncat dari satu pohon ke pohon lain, konon itu yang dikatakan para bijaksana, dalam retret ini saya merealisasikan kebenarannya dengan sangat jelas bahwa saya tidak menyadari bahwa otak saya riuh rendah dengan beragam pemikiran dan segala jenis pembicaraan sendiri dan saya tidak menyadari dan mengira semuanya baik-baik saja. Otak saya itu persis seperti kata Thay, radio 24 jam nonstop, alamak!

Pada satu kali Dharma sharing, kami diminta untuk menggambarkan cuaca hati pada hari itu dan menceritakan kepada keluarga diskusi setelahnya, beberapa orang menggambarkan keluarga selain dirinya sendiri, compare to them I felt how selfish I am. Perasaan itu muncul begitu saja, walaupun permintaan fasilitator adalah menggambarkan cuaca hati sendiri, saya tidak salah menggambar diri sendiri namun kenapa ada yang bisa mengikutsertakan orang lain? 

Dalam observasi saya sejauh ini, ini merupakan refleksi dari latihan bodhisatwa, saya bisa benar dan bisa salah, namun latihan ini membuka pintu hati dan pikiran saya, latihan ini tidak bisa dilakukan instan-dadakan, karakter dan terutama kemampuan untuk berhenti adalah hasil dari latihan berkelanjutan.

Tubuh, pikiran dan emosi adalah kesatuan. Emosi akan merefleksikan bentuknya dalam gesture tubuh, semuanya bisa dibentuk dengan pikiran yang stabil terlatih, so far that are what I get from those retreats, thanks for train me. (Kshantica)

Hal Kecil Membuat Hati Terasa Damai

Hal Kecil Membuat Hati Terasa Damai
Retret Wake Up Nov 2022

Pengalaman pertama mengikuti Day of Mindfulness (DOM) Plum Village di Maret 2019 sangat membekas di memori saya. Saat pulang dari acara, saya merasa sangat bahagia tapi sulit menjelaskan mengapa saya merasa demikian.

Dalam kehidupan sehari-hari, saya merasa bahwa kebahagiaan itu harusnya datang dari pencapaian tinggi maupun hasil yang luar biasa. Setelah pengalaman DOM yang membahagiakan tersebut, saya merasa ‘addicted’ untuk memperhatikan hal yang sedang saya kerjakan, dan saya menjadi sadar bahwa berada di momen kekinian membuat saya lebih mengapresiasi hal kecil. Anak yang biasa mukanya datar ini pun lama kelamaan jadi lebih sering tersenyum 🙂

Tiga tahun kemudian, saya bersyukur bisa mengikuti retret Wake Up, berlatih bersama dengan brother sister secara offline lagi. Perbedaan asal negara dan bahasa tidak menjadi rintangan untuk kami semua untuk menikmati kehangatan dan suasana yang sukacita.

Retret selama empat hari mengingatkan saya betapa bahagianya berada di masa kini : bernapas, makan, berjalan, bernyanyi dengan kesadaran. Sebagai orang yang menghargai efisiensi, memiliki hari yang produktif, dan terkadang terjebak dalam budaya ‘hustling’, saya diingatkan bahwa kita selalu memiliki cukup kondisi untuk berbahagia.

Saat kita bisa menikmati proses, hidup jadi lebih indah. Saat bernyanyi dan menggerakan badan secara sadar penuh, lirik lagunya terasa masuk ke dalam, menyegarkan diri. ‘Duduklah disini jika sedih.. Seruput teh ini bersama (lagu Plum Village)’. Hal kecil membuat hati terasa damai

Saya sadar tidak ada salahnya mempunyai banyak rencana untuk mengisi hari kita – namun saat kita makan kita fokus pada makanan; saat kolega kita mengutarakan ide mereka, kita memperhatikan ucapan mereka; saat orang tua kita memberikan nasihat, kita coba tidak memotong ucapan mereka dan menjawab dengan ucapan yang halus (walaupun sejujurnya masih menjadi praktik yang menantang untuk saya). Dari sudut pandang efisiensi, fokus pada pekerjaan kita membuat kita menyelesaikan segala sesuatu lebih cepat dan hasil lebih baik.

Berkat brothers sisters monastik, dan teman-teman yang mengikuti retret bersama, saya akhirnya memutuskan mengambil 5 Latihan Hidup Berkesadaran Penuh (5 Mindfulness Training atau 5MT) sebagai komitmen untuk terus berlatih gaya hidup yang berdampak baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Awalnya saya tidak terbayang mengambil 5MT karena rasanya berat – masih banyak habit energy atau tindakan saya yang belum sesuai. Namun setelah bertukar pikiran dengan keluarga Plum Village, saya menjadi yakin bahwa 5MT berguna sebagai arahan untuk praktik hidup sehari-hari, dan bukan alat untuk menghakimi diri.

Hadiah yang saya bawa pulang dari retret adalah bangun lebih pagi dan memulai hari dengan positif, semakin banyak pilihan lagu untuk dinyanyikan ke keponakan maupun bersenandung saat menunggu, dan 5MT untuk dilatih secara rutin. (Gracia Yap)

Nikmatilah Menjadi Peserta

Nikmatilah Menjadi Peserta
Retret Volunteer 28 s.d. 30 Oktober 2022 @PondokSadhanaAmitayus


Sekitar 5 tahun lalu (2017) terakhir saya mengikuti retret secara offline. Lalu pandemi menerpa indonesia sejak awal tahun 2020 sempat 1 kali saya mengikuti retret secara online. Saat membaca grup ada notifikasi akan diadakan retret offline wah saya sangat senang sekali. Dan mengajak pasangan saya yang belum pernah mengikuti retret Plum Village. Saya ingin dia mengetahui pelatihan Plum Village ini dan mungkin nantinya kami dapat berlatih bersama di kehidupan sehari-hari.
 
Saya tiba di Pondok Amitayus pukul 8.30 malam, peserta lain sudah masuk ke kamar. Panitia memberikan kami berdua selembar kertas dan tali name tag untuk kami kreasikan dengan gambar dan nama masing-masing. Senang sekali rasanya sudah sangat lama tidak menggambar menggunakan pensil warna. Mendengarkan suara jam dinding yang berbunyi setiap 15 menit sekali tanda kita sejenak berhenti melakukan aktivitas untuk kembali memperhatikan napas kita. Mendengar bunyi jam dinding dan bersama-sama yang lain berlatih kembali memperhatikan napas energinya berbeda jika kita menyetel bel 15 menit sekali dari aplikasi Plum Village di gadget kita. Adanya energy collective yang tercipta. Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 9.30 malam saatnya noble silence. Saya beranjak masuk kekamar dan tidur. Saat masuk kamar sudah terdengar suara-suara dengkuran merdu dari berbagai penjuru. Ini lah yang akan menjadi cerita ketika tidur beramai-ramai seperti ini.
 
Teng teng teng terdengar suara lonceng waktu menunjukan pukul 04.30 saatnya bangun siap-siap untuk meditasi duduk. Meditasi duduk sambil menghirup udara pagi yang sejuk diiringi morning chant yang merdu. Setelah meditasi duduk lanjut turun ke bawah untuk meditasi jalan, masih dalam noble silence sampai nanti selesai makan pagi. Menikmati langkah demi langkah diiringi suara air, burung, angsa dan serangga-serangga sekitar, suara yang jarang didengar dikehidupan sehari hari. Sehari-hari yang sering kita dengar kebisingan suara kendaraan dan klakson kendaraan dari kemacetan jalan.
 
Meditasi jalan selesai bel berbunyi waktu makan pagi tiba. Semua peserta mengantre untuk mengambil makanan. Setelah mengambil makanan masing-masing peserta duduk dan menunggu sampai semua peserta selesai mengambil makanan. Lalu diundang 3x bunyi genta, makan berkesadaran dimulai. Makan berkesadaran selama 20 menit tanpa berbicara dan berdiri dari tempat duduk. Makan perlahan dan penuh kesadaran. Dikehidupan sehari-hari kita dituntut harus makan cepat karena tututan kerjaan dan sebagainya, sampai kita tidak menyadari apa yang kita makan. 20 menit berlalu genta di undang kembali tanda makan berkesadaran selesai, dan noble silence juga selesai. Kita boleh nambah makanan jika masih tersedia, bercengkrama dengan yang lain, dan mencuci mangkok masing-masing. Mencuci mangkok dengan penuh kesadaran, disediakan 4 baskom bersisi air, perlahan kita cuci mangkok kita (mangkok diibiratkan seperti bayi Buddha). Sebagaimana kita memandikan bayi mungil, dengan perlahan, lembut, dan penuh perhatian.

Meditasi Berjalan outdoor

 
Makan pagi berkesadaran di hari pertama, saya duduk satu meja dan berhadapan dengan pasangan saya. Ada suatu hal yang membuat kami berdua tertawa ditengah-tengah waktu makan berkesadaran sehingga menggangu makan berkesadaran kami, kami berdua berusaha kembali kenapas dan fokus makan namun masih saja sesekali kami tertawa sambil ditahan hingga waktu makan berkesadaran selesai. Mulai saat itu kami memutuskan untuk tidak duduk dimeja yang sama saat makan. Agar latihan makan berkesadaran tidak gagal lagi, hanya karena suatu hal yang bagi kami berdua lucu. Hingga akhirnya setelah kami sudah terbiasa dan lebih terlatih barulah kami makan di meja yang sama.
 
Jadwal selanjutnya setelah makan pagi yaitu mindful working. Pesan dari dilakukan mindful working bukan untuk cepat-cepat menyelesaikan namun prosesnya dilakukan dengan mindful pasti akan selesai juga dengan cepat. Hari pertama kelompok saya mendapat bagian membereskan hall di lantai 3, karena sudah dibereskan untuk sesi berikutnya jadi kelompok saya bebas tugas. Disaat semua sedang bekerja, saya bingung mau melakukan apa. Mau mandi toilet sedang dibersihkan, mau duduk di ruang tengah lagi dibersihkan, mau duduk di halaman depan sedang dibersihkan juga. Akhirnya saya memutuskan ke toilet dan membantu kelompok yang hanya berdua membersihkan toilet wanita. Namanya juga volunteer jadi jiwanya ya bantu-bantu. Mungkin hal ini bukan hanya dialami saya, hampir semua peserta di sana, bawaan tidak bisa diam. Pada suatu ketika setelah habis makan, seorang cici panitia memberikan sebuah penyadaran dan sharing pengalamannya saat retret dahulu. Inti dari sharing cici panitia adalah saat di luar kita sangat ingin berlatih, saat dikasih waktu diam untuk berlatih kita malah sibuk mencari-cari yang harus dikerjakan. Jadi nikmatilah menjadi peserta di sini.
 
Sesi selanjutnya singing meditation dilanjut di hari pertama Dharma talk dari Brother, di hari kedua talk show bersama Sister dan dua volunteer mengenai latihan mereka. Mendengar perkembangan latihan dan perjuangan bagaimana mereka menyalurkan latihan mindful ini kedalam organisasi mereka saya merasa takjub. Di hari ke tiga saatnya question and answers.
 
Sesi yang selalu ditunggu-tunggu setelah makan siang ya total relaxation, di sini tujuannya bukan hanya untuk tidur namun ketika kita relaks sambil diiringi panduan total relaxation bisa saja kita tertidur. Tidur ini tidak akan menghasilkan mimpi. Pengalaman saya ketika total relaxation walau waktunya tidak sampai 1 jam namun saat tertidur seperti sudah tidur dari malam sampai pagi, nyaman dan tentram. Dua hari total relaxation, rasanya panduan baru dimulai sudah terdengar suara dengkuran sepertinya terlalu relaks atau kecapean ya. Hehehe
 
Sesi selajutnya workshop yang di bagi 3 kelompok. Dikelompok saya diajarkan morning chant oleh dua Brother sambil menikmati secangkir tea. Sulit bagi saya mengikuti nada morning chant namun membuat saya terngiang-ngiang sampai hari ini. Tidak terasa waktu workshop sudah habis, selanjutnya kita melakukan exercise yaitu ten mindful movements.
 
Di malam hari ke dua kita melakukan Be-in. Sebelum memulai penampilan kelompok yang sudah di tentukan masing-masing kelompok kita singing meditation dahulu dan hening menikmati cookies dan tea yang kita bawa. Kelompok saya memberikan penamipilan menyanyi lagu daerah Papua (Irian Jaya) berjudul Yamko Rambe Yamko dengan gerakan yang kelompok kami ciptakan sendiri. Kelompok lain ada yang menampilkan drama tentang kisah nyata saat retret ini berlangsung, saat hari pertama di sini dan setelahnya terjadi perubahan. Dan kelompok terakhir bernyanyi dengan gerakan yang lucu. Semua penampilan sangat menghibur kita semua di sini. Dan dipersilakan juga bagi yang ingin sharing pengalaman latihan maupun saat retret ini.
 
Di hari terakhir kita makan siang bebas biasa disebut picnic lunch. Kita bebas makan di mana saja dan boleh sambil bercengkrama. Hari terakhir ini bisa cerita sana sini dengan peserta lain dan juga Brother dan Sister.
 
Selesai sudah rangkaian retret ini. Tidak sabar untuk ikut retret selanjutnya. Saya sangat kagum melihat peserta lain yang datang dari luar kota, semangat mereka sungguh luar biasa. Stefani (Fang-fang)
 

Hati Damai, Dunia Damai

Hati Damai, Dunia Damai


Tâm bình, thế giới bình

(Hati Damai, Dunia Damai)

Ini adalah kutipan dari Master Zen Thích Nhất Hạnh tentang latihan kesadaran penuh (mindfulness), “Kebahagiaan bukan sesuatu yang sangat jauh, kebahagiaan ada di saat ini.”

Sister Trăng Thông Chiếu dan Sister Trăng Phú Xuân dari Plum Village berbagi kepada BBC tentang latihan kesadaran penuh dan bagaimana berlatih dalam “kejernihan 24 jam”.

Wawancara dilakukan oleh BBC News Vietnam di Plum Village International Center, Distrik Pak Chong, Provinsi Nakhon Ratchasima, Thailand pada Juli 2022.

Wawancara ini merupakan bagian dari serangkaian video tentang meditasi kesadaran penuh dan warisan Master Zen Thích Nhất Hạnh, yang dilakukan oleh BBC News Vietnam. Kami mengundang Anda untuk menonton video kami berikutnya.

Ulambana Hari Ibu

Ulambana Hari Ibu

Talkshow tentang Kebaikan Ibu

Sebagian umat Buddha di Indonesia memperingati hari Ulambana (盂蘭) pada pertengahan bulan tujuh kalender lunar. Seremoni Ulambana ini biasanya ditandai dengan memberikan persembahan yang diiringi dengan memanjatkan sutra dan pelimpahan jasa kepada leluhur.

Ulambana sendiri berkaitan erat dengan kisah Bhante Moggalana yang ingin menolong ibunya yang sedang menderita di alam preta (makhluk halus kelaparan). Buddha memberi nasihat kepadanya agar melakukan kebajikan dengan memberikan dana untuk para monastik yang baru saja menyelesaikan masa vassa (retret wajib 3 bulan pada musim hujan). Kebajikan berdana ini dapat dilimpahkan kepada mendiang ibunya.

Ketika agama Buddha menyebar ke Tiongkok, tradisi Ulambana dikaitkan dengan Festival Zhong Yuan (中元節) atau kadang disebut sebagai “Bulan Hantu” (鬼月). Sebagian masyarakat Tionghoa percaya bahwa pada bulan tersebut para leluhur yang telah meninggal dunia bisa bebas sementara karena pintu neraka sedang dibuka lebar.

Lain halnya dengan masyarakat Vietnam. Meskipun ada kemiripan dengan “Festival Zhong Yuan” dalam konteks Buddhis, sebagian masyarakat Vietnam memperingati Ulambana atau Vu Lan (dalam Bahasa Vietnam) sebagai hari mengenang sosok ibu. Kadang mereka menyebutnya sebagai Hari Ibu.

Meskipun terlihat kontras antara “Bulan Hantu” dan “Hari Ibu”, tetapi justru menarik untuk mengetahui beberapa aspek berbeda ini. Mendiang Master Zen Thich Nhat Hanh menulis buku saku berjudul “A Rose for Your Pocket: An Appreciation of Motherhood”, yang menjadi dasar bagi Plum Village untuk memperingati hari bakti kepada ibu.

Pada tanggal 11 Agustus 2022 lalu, Plum Village di Thailand menyambut ratusan praktisi awam untuk bersama-sama mengingat kembali jasa dan kebaikan orang tua, terutama sosok ibu. Acara ini diawali dengan talkshow pagi yang menghadirkan 3 orang monastik untuk mengisahkan pengalaman mereka yang berkenaan dengan ibu mereka.

Selesai mendengarkan talkshow, acara dilanjutkan dengan seremoni memasangkan pin bunga mawar sebagai tanda menyatakan tekad untuk berbakti kepada orang tua. Beberapa monastik memasangkan pin satu per satu kepada semua peserta yang hadir.

Pada siang hari komunitas berlatih menyantap makan siang dengan hening, dan saat malam hari dilakukan sesi Be-In untuk berbagi cerita, pengalaman, puisi, lagu, dan tarian untuk menyatakan bakti kepada orang tua.

Mempersembahkan lagu kepada orang tua

Menyematkan bunga mawar

Menyematkan bunga mawar

Ibu dan anak

Anak muda ikut dalam kegiatan Vu Lan

 

 

Sutra tentang Menilai dan Merefleksikan

Sutra tentang Menilai dan Merefleksikan

Demikianlah yang telah saya dengar, suatu ketika Buddha sedang menetap bersama penduduk Bagga di Sumsumaragiri, di Taman Rusa di Hutan Bhesakala. Yang Mulia Mahamaudgalyayana menyapa para biksu, “Sahabat-sahabatku.”

“Iya, sahabat,” mereka menjawab Yang Mulia Mahamaudgalyayana.

Yang Mulia Mahamaudgalyayana bersabda sebagai berikut:

“Para sahabat, seumpama ada seorang biksu yang berkata kepada biksu-biksu lain: ‘Berbicaralah kepadaku, Biksu Yang Terhormat. Saya ingin Anda menasihatiku.’ Jika ia sulit diajak bicara, diberkahi dengan kualitas yang membuatnya sulit untuk dihadapi, tidak sabar, tidak toleran, tidak dapat menerima kritik yang membangun ataupun kata-kata nasihat dan instruksi dari sahabat dalam latihan, maka mereka yang berlatih jalan perilaku luhur bersamanya akan berpikir, ‘Ia bukanlah seseorang yang dapat diajak bicara, ia bukanlah seseorang yang dapat diberi instruksi, ia bukanlah seseorang yang dapat dipercayai.’ Apa kualitas yang membuat seseorang sulit untuk didekati?

“Para sahabat, seorang biksu yang melekat pada nafsu keinginan yang salah dan dikendalikan oleh nafsu keinginan yang salah sulit untuk didekati dan diajak bicara.

“Berikut adalah alasan-alasan lain yang menyebabkan seseorang sulit untuk didekati dan diajak bicara: seseorang yang memuji diri sendiri dan membenci orang lain: ia sangat mudah marah dan dikuasai oleh amarahnya; karena ia marah, ia menyimpan dendam; karena ia marah, ia menjadi mudah tersinggung; karena ia marah, ia berbicara dengan cara yang kasar; ia menuduh seseorang yang mengoreksinya; ia menghina seseorang yang mengoreksinya; ia juga balik mengoreksi seseorang yang telah mengoreksinya; ia menghindari kritik dengan cara menanyakan pertanyaan lain; ia mengubah pokok pembicaraan; ia memanifestasikan sifat pemberang, marah, dan cemberut; ia tidak berhasil menjelaskan perilakunya ketika dikoreksi; ia tidak acuh dan dengki; ia cemburu dan serakah; ia munafik dan penuh dusta; ia keras kepala dan sombong; atau ia menyukai keduniawian dan melekat pada hal-hal yang tergolong dalam keduniawian dan sulit untuk melepaskan hal-hal tersebut. Ini semua, para sahabat, adalah energi kebiasaan yang menyebabkan seseorang sulit untuk didekati dan diajak bicara.

“Para sahabat, seumpama ada seorang biksu yang memohon kepada biksu lain: ‘Berbicaralah kepadaku, Biksu Yang Terhormat. Saya ingin Anda menasihatiku.’ Jika ia mudah diajak bicara, diberkahi dengan kualitas yang membuatnya mudah untuk dihadapi, sabar, toleran, terbuka dan dapat menerima kritik yang membangun ataupun kata-kata nasihat dan instruksi dari sahabat dalam latihan, maka mereka yang berlatih jalan perilaku luhur bersamanya akan berpikir, ‘Ia adalah seseorang yang dapat diajak bicara, seseorang yang dapat diberi instruksi, seseorang yang dapat dipercayai.’ Apa kualitas yang membuat seseorang mudah untuk didekati?

“Para sahabat, seorang biksu yang tidak terperangkap dalam nafsu keinginan yang salah dan tidak dikendalikan oleh nafsu keinginan yang salah mudah untuk didekati dan diajak bicara. Ia tidak memuji diri sendiri dan membenci orang lain: ia tidak mudah marah atau dikuasai oleh amarahnya; karena ia tidak marah, ia tidak menyimpan dendam; karena ia tidak marah, ia tidak mudah tersinggung; karena ia tidak marah, ia tidak berbicara dengan cara yang kasar; ia tidak menuduh seseorang yang mengoreksinya; ia tidak menghina seseorang yang mengoreksinya; ia juga tidak mengoreksi seseorang yang telah mengoreksinya; ia tidak menghindari kritik dengan cara menanyakan pertanyaan lain; ia tidak mengubah pokok pembicaraan; ia tidak memanifestasikan sifat pemberang, marah, dan cemberut; ia dapat menjelaskan perilakunya ketika dikoreksi; ia tidak cemburu dan serakah; ia tidak munafik dan penuh dusta; ia tidak keras kepala dan sombong; ia tidak menyukai keduniawian ataupun melekat pada hal-hal yang tergolong dalam keduniawian dan ia tidak sulit melepaskan hal-hal tersebut. Ini semua, para sahabat, adalah kualitas yang menyebabkan seseorang mudah untuk didekati dan diajak bicara.

“Para sahabat, seseorang seharusnya dapat menyimpulkan keadaan sendiri dengan mempertimbangkan keadaan orang lain dengan cara demikian: ‘Seseorang memiliki nafsu keinginan yang salah dan dikendalikan oleh keinginan salahnya; oleh karena itu, saya merasa ia sulit untuk didekati. Jika saya memiliki nafsu keinginan yang salah dan dikendalikan oleh nafsu keinginan yang salah ini, orang lain tidak akan merasa mudah untuk mendekati saya.’ Ketika seseorang dapat melihat ini dengan jelas, maka ia dapat bertekad: ‘Semoga aku tidak melekat pada nafsu keinginan yang salah ataupun dikendalikan oleh nafsu keinginan yang salah tersebut.’

“Cara berefleksi seperti ini harus dilatih dalam hal-hal lainnya, misalnya memuji diri sendiri dan membenci orang lain, mudah tersinggung dan dikuasai oleh amarah, dan sebagainya.

“Para sahabat, demikianlah cara seorang biksu seharusnya merefleksikan dirinya sendiri: ‘Pada momen ini, apakah saya melekat pada nafsu keinginan yang salah dan dikendalikan oleh nafsu keinginan yang salah?’ Jika ketika seorang biksu merefleksikan dengan cara demikian, ia mengetahui, ‘Pada momen ini, saya melekat pada nafsu keinginan yang salah dan dikendalikan oleh nafsu keinginan yang salah,’ maka ia harus berlatih dengan tekun untuk mengakhiri bentukan-bentukan mental yang tidak bajik ini. Jika, di samping itu, ketika ia merefleksikan, ia mengetahui, ‘Pada momen ini, saya tidak melekat pada nafsu keinginan yang salah dan tidak dikendalikan oleh nafsu keinginan yang salah,’ maka seorang biksu dapat hidup dengan perasaan yang bahagia, dan ia harus berlatih dengan tekun untuk menutrisi dan meningkatkan bentukan-bentukan mental yang bajik ini.

“Cara berefleksi seperti ini harus dilatih dalam hal-hal lainnya, misalnya memuji diri sendiri dan membenci orang lain, mudah tersinggung dan dikuasai oleh amarah, dan sebagainya.

“Jika, para sahabat, ketika ia berefleksi, seorang biksu melihat dengan jelas bahwa ia belum meninggalkan semua kualitas-kualitas yang tidak bermanfaat ini, maka ia harus berlatih dengan tekun untuk meninggalkan semuanya. Jika, ketika ia berefleksi, seorang biksu melihat dengan jelas bahwa ia telah meninggalkan semua bentukan-bentukan mental yang tidak bajik ini, maka ia dapat hidup dengan perasaan yang bahagia, dan ia seharusnya berlatih dengan tekun untuk menutrisi dan meningkatkan bentukan-bentukan mental yang bajik ini.

“Seperti halnya ketika seorang pemuda yang gemar menghiasi dirinya sendiri dan mengontemplasi wajahnya di hadapan cermin atau semangkuk air yang jernih. Jika ia melihat kotoran atau noda pada wajahnya, ia akan berusaha untuk membersihkannya. Jika ia tidak melihat kotoran atau noda, ia akan berpikir, ‘Bagus, wajahku bersih.’

“Maka, para sahabat, jika seorang biksu merefleksikan dan melihat bahwa semua bentukan-bentukan mental yang tidak bajik ini belum ditinggalkan, maka ia berlatih dengan tekun untuk meninggalkan semua hal tersebut. Jika ia melihat bahwa ia telah meninggalkan semua hal tersebut, ia merasa bahagia dan mengetahui bahwa ia perlu berlatih dengan tekun agar dapat menutrisi dan meningkatkan bentukan-bentukan mental yang bajik ini.”

Yang Mulia Mahamaudgalyayana telah bersabda. Para biksu merasa bahagia, memercayai, dan menerima wejangan dari guru mereka.

 

Anumāna Sutta, Majjhima Nikāya 15