How to Live When a Loved One Dies

How to Live When a Loved One Dies

Meditasi Penyembuhan bagi Mereka yang Berduka dan Kehilangan

Thich Nhat Hanh

Dalam buku yang menawarkan bantuan kepada siapa pun yang sedang mengalami masa kesedihan dan kehilangan yang mendalam, Master Zen Thich Nhat Hanh membagikan kata-kata bijak yang menghibur dan dapat diakses mengenai cara mengubah penderitaan kita dalam menghadapi kematian.

Segera setelah kehilangan, terkadang hanya itu yang dapat kita lakukan untuk tetap bernapas. Ajaran yang membumi dari guru Buddhist yang dicintai oleh dunia internasional, Thich Nhat Hanh, menolak cara konvensional kita dalam memandang kematian, dan menunjukkan kepada kita jalan yang lembut menuju penyembuhan dan bertransformasi.

Buku ini menawarkan panduan tentang cara mengatasi badai emosi seputar kematian orang yang dicintai dan menawarkan praktik sederhana namun kuat – dimulai dengan bernapas penuh kesadaran dan jalan penuh kesadaran – yang dapat membantu kita. Buku ini dilengkapi dengan cara-cara konkret untuk membantu kita berdamai dengan kematian (dan kehilangan), merasa terhubung dengan orang yang kita cintai lama setelah mereka melepaskan bentuk fisiknya, dan mengubah kesedihan kita menjadi suka cita.

Buku ini bisa dibeli di Penguin Books

Walking in Freedom

Walking in Freedom

Pagi ini kami mengadakan latihan jalan berkesadaran bersama. Kali ini kami mencari tempat baru di luar sekolah, agar ada suasana baru. Dengan keterbatasan tempat yang ada di kota ini, kami mendapatkan dua tempat, kebun di sebelah sekolah sebagai tempat berlatih mindful walking dan kebun ubi dengan hamparan ladang kelapa sawit yang luas sebagai latar belakang untuk tempat meditasi berdiri. Ini cukup menyegarkan karena dapat melihat dan merasakan suasana alam kembali di tengah rutinitas kami sebagai guru.

Berikut beberapa sharing berupa puisi, cerita dan insight dari guru-guru berdasarkan pengalaman mereka dalam berlatih mindful walking pada pagi ini atau selama ini.

Masih Adakah Alasan Bagi Kita Untuk Tidak Bersyukur?

Berjalan, tak hanya sekadar menapakkan kaki di Bumi.

Berjalan adalah sebuah keajaiban yang selayaknya harus disyukuri sepanjang napas masih bersarang di raga.

Sadari betapa luar biasa bahagianya seorang ibu yang melihat bayinya mulai bisa berjalan melangkahkan kakinya untuk pertama kalinya.

Bayangkan dan sadari betapa seorang astronot atau angkasawan yang pasti sangat merindukan menginjakkan kakinya di Bumi, saat ia telah berada begitu lama di angkasa luar.

Atau…

Bayangkan betapa rindunya seorang kapten kapal atau awak kapal yang bekerja di laut lepas atau seorang nelayan yang berbulan-bulan berada di tengah laut, dan tak dapat menginjak bumi.

Jadi, adakah alasan lagi bagi kita untuk tidak bersyukur atas masih dapat dengan bebas menapakkan kaki di Bumi dan melangkahkannya? (VJM)

Sepatu Bagus Tidak Akan Berguna Apabila Kita tidak Dapat Berjalan

Aku pernah menonton sebuah film tentang kehidupan seorang perempuan dan ada suatu kutipan di dalamnya yang berbunyi seperti ini, “Sepatu yang bagus akan membawamu ke tempat yang bagus”, dan aku setuju dengannya waktu itu, sebelum aku mengenal tentang meditasi berjalan. Mengapa? Karena kita biasanya memakai sepatu bagus untuk pergi ke tempat yang bagus. Semua orang melakukan itu. Kita akan bahagia memakai sepatu yang bagus karena kita tahu kita akan pergi ke suatu tempat dengannya. Dan tentu, kita merasa bahagia karena itu.

Tetapi ketika aku belajar meditasi berjalan, pikiranku langsung berubah. Meditasi berjalan mengajarkan aku bahwa ke mana pun kita pergi, kuncinya bukan pada sepatu yang dikenakan, tetapi pada kaki yang merupakan bagian dari tubuh kita. Sepatu yang bagus tidak akan ada gunanya apabila kita tidak dapat berjalan. Disadari atau tidak, tubuh kita adalah keajaiban Tuhan, sangat indah. Kita memiliki perasaan karena kita dapat merasakan semua hal. Perasaan yang kita rasakan ketika memakai sepatu bagus yang akan membawa kita ke tempat yang bagus tidaklah sebanding dengan perasaan yang muncul ketika kita hanya memakai sepasang sandal biasa dan berjalan dengan penuh kesadaran. Aku menyadari insight ini, and it’s amazing.

Meditasi jalan telah mengajarkan aku untuk membuka mata, hati dan pikiranku bahwa aku memiliki tubuh yang menakjubkan yang harus kurawat. Aku memiliki kaki yang dapat membawaku ke mana saja yang aku inginkan. Aku memiliki mata yang dapat melihat pemandangan indah. Ini bukan lagi tentang sepasang sepatu bagus yang membuatku bahagia, tetapi kebahagiaan walau hanya memakai sandal, berjalan dengan perlahan dan penuh kesadaran, yang tidak dapat digantikan oleh apa pun.

Aku merasakan hal ini ketika retret di Pllum Village Thailand 2019. Aku melihat ratusan orang dengan wajah bahagia berlatih bersama meditasi berjalan pada pagi hari dengan pemandangan yang indah dan udara yang segar. Ya, aku dapat merasakan apa yang membuat mereka bahagia. Berjalan menyadari kaki melangkah, memperhatikan langkah kita perlahan menyentuh Bumi, dan menyadari kita dapat berjalan adalah kebahagiaan sesungguhnya. Aku yakin mereka juga merasakan hal yang sama waktu itu. Meditasi berjalan membawa kita pada perasaan lebih mendalam, lebih menghargai dan tentu saja, lebih bersyukur. (BAS)

Memandang Dari Sudut Pandang Yang Berbeda

Ketika kita berada di suatu tempat dalam suatu perjalanan, entah perjalanan sungguhan ataupun perjalanan hidup, ada banyak peristiwa yang terjadi di dalamnya, termasuk suka duka yang kita lewati juga merupakan pembelajaran bagi kita sendiri. Saat kita berdiri sendiri, menyadari napas masuk napas keluar… saya sadar saya hidup…. meyakini bahwa kita masih hidup adalah salah satu momen wujud rasa syukur kepada Allah SWT.

Ada beberapa hal yang menjadi pengingat ‘momen saat ini’ tadi pagi. Ketika melihat hamparan warna hijau, yang terbayang adalah wujud kebesaran Allah SWT. Menyadari saat kita melihat, kita masih memiliki mata yang lengkap dan sempurna, saat kita mendengar dengan telinga, bernapas dengan hidung dan paru-paru yang sehat, berdiri dengan kaki yang tegak, semua kesehatan yang ada pada kita saat ini adalah berkah pemberian Allah SWT.

Melihat sebatang pohon kering, juga menjadikan pemikiran saya lebih mendalam. Terbersit beberapa pertanyaan, “Mengapa pohon itu begitu? Mungkin banyak faktor yang mempengaruhinya, entah tanahnya yang tidak subur lagi, entah mungkin memang saatnya ia menggugurkan daunnya atau mungkin memang ia sudah saatnya kering dan mati”.

Banyak hal yang bisa menyebabkan itu semua terjadi, menyadari bahwa ia adalah salah satu bukti siklus hidup di bumi ini. Bukti bahwa ia pernah hidup, pernah berada di sekitar kita, di dekat kita, bersama kita dan bahwa kita semua adalah bukti ketidakabadian dalam hidup ini. Semua itu menjadikan diri saya belajar. Belajar bersyukur, belajar untuk menerima dan melepaskan. Ikhlas, merupakan satu kata yang tepat walau tidak mudah untuk dilakukan.(ES)

Banyak Rasa Syukur Ketika Kita Menyadari Saat Ini

Masih banyak cerita lain dari guru-guru. Semua cerita bermuara pada rasa syukur atas saat ini. Ada di antara mereka yang sedang memiliki masalah, tetapi ketika berjalan menyadari setiap langkah dan menyadari momen saat ini, dapat menyegarkan dan menenangkan mereka.

“Ketika aku bernapas masuk, aku berkata pada diriku sendiri, ‘Ini adalah menakjubkan bahwa aku masih dapat berjalan seperti ini.’ Dengan kesadaran itu, aku dapat menikmati setiap langkahku. Aku berkata, ‘Aku hidup!’

Mindfulness mengingatkan aku untuk memberi perhatian dan menikmati bahwa tubuhku masih hidup dan cukup kuat bagiku untuk berjalan.”

(Latihan Jalan Berkesadaran ini sekaligus kami persembahkan sebagai hadiah kepada Thay Thich Nhat Hanh yang genap berusia 94 tahun pada tanggal 11 Oktober 2020. Happy Continuation Day, Thay!)

Rumini, Guru Sekolah Ananda, Bagan Batu

I Have Arrived, I Am Home

I Have Arrived, I Am Home
Foto bersama di ayunan @PlumVillageThailand

Sampai mana? Rumah? Benar, rumah yang dimaksud adalah rumah yang membuat hati saya damai dan tenang, apalagi bebas dari beban pikiran yang melanda di saat mengalami kesulitan.

Saya mengikuti acara retret yang diadakan oleh Plum Village Thailand dari 21 Desember 2018 sampai dengan 4 Januari 2019. Sambil menyelam minum air, tahun baruan sambil latihan. Saya merasakan sensasi yang sungguh luar biasa di sana. Mendapatkan energi positif yang sangat bermanfaat dan pengalaman berharga yang sulit untuk dilupakan

Tiba pada hari H, saya berangkat ke Thailand bersama dengan guru dan teman-teman spiritual pada pagi hari dan tiba di Thailand pada siang hari. Perjalanan terbang dari Jakarta menuju Thailand secara langsung memang membutuhkan waktu 3,5 jam. Ini merupakan mimpi saya untuk pergi ke Thailand. Untungnya saya pun mendapat persetujuan orang tua untuk menuju ke sana dengan mudah.

Saya sangat bersyukur karena memiliki kedua orang tua yang sangat mendukung latihan saya hingga mengizinkan saya pergi ke luar negeri. Retret akhir tahun di Plum Village Thailand ada dua, pertama adalah retret fasilitator (21-24 Desember 2018), dan kedua adalah retret Asia Pasifik (26 Desember 2018-1 Januari 2019). Saya mengikuti kedua acara tersebut dengan hati senang

Saya mendapatkan fasilitator orang Vietnam yang fasih berbahasa Inggris, sehingga memudahkan saya untuk mengerti apa yang mereka katakan. Di dalam grup saya ada dua fasilitator yang mengajarkan banyak hal. Hal tersebut mulai dari mengundang genta berkesadaran, hingga mengajarkan cara melantunkan pendarasan meditasi pagi dan sore.

Kami juga mempraktikkan Dharma sharing, praktik berbagi kesulitan yang dihadapi di rumah dan saling berbagi pengalaman pribadi masing-masing tentang latihan. Ada catatan di dalam Dharma sharing yaitu apa yang disampaikan di dalam Dharma sharing tidak diperkenankan untuk disebarluaskan di luar lingkaran. Dengan demikian semua orang yang berada di dalam lingkaran tersebut dapat lebih leluasa menyampaikan isi hatinya.

Saya mendapat kelompok Dharma Sharing Indonesia, sehingga bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia. Selain itu ada juga translator dari Indonesia yang siap untuk menerjemahkan ke Bahasa Inggris kepada brother dan sister yang menjadi fasilitator kami.

Brother dan sister adalah panggilan kepada monastik yang berada di sana. Dharma sharing adalah hal yang sangat berkesan bagi saya karena pengalaman orang lain dapat menjadi inspirasi bagi saya agar lebih bersemangat untuk mengikuti retret berikutnya. Saya yakin retret demikian dapat memperkuat iman saya.

Pada saat makan berkesadaran, saya bisa benar-benar mempraktikkan makan berkesadaran. Makanan yang dimakan ternyata tidak sesuai dengan lidah saya. Lidah saya ini asli Indonesia yang sudah terbiasa makanan manis dan pedas. Sedangkan di sana, makanan yang saya temui itu sangat sehat namun hambar dan asin sehingga tidak sesuai dengan lidah, tetapi saya tetap harus makan.

Saya benar-benar mempraktikkan makan berkesadaran, kunyah 30 kali, merasakan rasa makanan yang berbeda dan di situ saya sadar bahwa tidak harus selalu mengikuti pikiran dan mata untuk mengambil makanan

Saya belajar bersyukur dengan apa pun yang saya makan meskipun tidak sesuai dengan selera. Saya cukup beruntung karena ada teman dari Indonesia yang membantu saya dalam hal makanan, dia membawa cabai rawit dari Indonesia yang pedasnya pas di lidah. Kalau sedang ingin makan pedas, tinggal duduk dekat dengan dia saja, jadi gampang deh kalau mau cabai.

Tanggal 25 Desember 2018 adalah perayaan Natal, dan di Plum Village merupakan lazy day. Hari itu juga merupakan arrival day atau hari kedatangan para peserta retret Asia Pasifik. Tiap minggu, para monastik memang memiliki kegiatan lazy day untuk istirahat.

Lazy day, hari bermalas-malasan. Saya bangun agak siang pada hari itu. Pada umumnya kami wajib bangun pukul 4 pagi, namun pada lazy day saya bangun pukul 06:45 sementara sarapan pukul 07:00. Seharian menikmati Thai Plum Village yang sangat kaya akan kebahagiaan, seperti di suatu tempat yang sangat indah dengan pemandangan alam asri dan menyegarkan sehingga dapat cuci mata.

Menghabiskan waktu dengan keliling Plum Village, minum teh bersama dan mengakrabkan diri kepada teman yang belum akrab. Kami mengobrol bersama dan bertukar pikiran satu sama lainnya. Banyak pohon asam jawa di sana. Salah satu brother di sana mengatakan bahwa asam jawa dikenal di Thailand dapat mengurangi berat badan. Saya pun tertarik dengan hal tersebut dan memakannya. Dan ternyata sesuai dengan namanya, aseeemmm banget, tapi asemnya enak juga sih

Seharian keliling Plum Village ternyata sangat seru karena melihat pemandangan. Kalau di Jakarta yang dilihat kiri kanan adalah mall dan bangunan gedung besar, sedangkan di Plum Village Thailand di kiri dan kanan ada  banyak pohon rindang dan banyak tumbuhan hijau yang membuat mata menjadi lebih segar.

Menurut psikologi, mata akan lebih sehat jika melihat warna hijau dan tidak melihat layar terus.  Yang biasanya selalu risau untuk membalas pesan dari teman teman dan orang tua dan selama di sana bisa mengistirahatkan diri dari layar sentuh yang dapat membuat mata lebih cepat rusak.

Saya sangat bahagia dan bersyukur karena diberi kesempatan untuk menikmati keindahan alam di Plum Village dan semoga ada kesempatan lain untuk datang berkunjung ke sana lagi.

Phinawati Tjajaindra (Nuan), mahasiswa UPH, jurusan Hukum. Praktisi kewawasan (mindfulness) dan sukarelawan Retret dan Day of Mindfulness.

Menjadi Pelita Penerang Kegelapan

Menjadi Pelita Penerang Kegelapan


Saya sudah menjadi aktivis di wihara cukup lama. Saya sering melihat bahwa di setiap kepanitiaan sebuah acara sering ada air mata bercucuran, atau berbagai jenis gesekan-gesekan yang membuat banyak orang tidak nyaman atau kecewa.

Saya juga sudah beberapa kali ikut membantu dalam kegiatan Retret Hidup Berkesadaran. Saya tidak tahu apa bedanya secara persis, tapi kami menyebutnya volunteer (sukarelawan). Retret Hidup Berkesadaran ini menggunakan pintu Dharma dari tradisi Zen Plum Village.

Volunteer membantu mempersiapkan berbagai kebutuhan dalam retret. Wihara juga punya kegiatan namun mereka sering menyebutnya panitia. Dalam kegiatan retret, saya merasakan semua tugas dan pekerjaan menjadi damai dan mudah karena antara satu volunteer dengan yang lainnya bisa bekerja dengan lebih sadar sehingga lebih harmonis.

Ini merupakan kepanitiaan yang saya sukai, karena selain kita bisa memberikan pelayanan kepada peserta, kita juga bisa sekaligus berlatih, dan tidak pakai marah-marahan atau bahkan berurai air mata (antar sesama volunteer) hanya karena ada pekerjaan yang tidak sesuai harapan. Kadang juga ada beberapa orang yang bahkan tidak saling mendukung justru seringnya mencari kesalahan pihak lain.

Di sini terlihat bahwa jika kita sadari, ketika badan lelah dan pikiran capek, maka akibatnya emosi pun cepat memuncak. Terkadang hanya karena masalah sepele kita bisa mengeluarkan kata-kata yang menyakiti orang lain. Sebetulnya orang yang melontarkan kata-kata pahit juga sedang lelah fisik dan capek pikiran.

Dalam keadaan ini apakah hanya kita yang kelelahan? Apakah hanya kita yang pantas untuk membuang sampah emosi kita ke orang lain?

Dalam sebuah kegiatan panitia atau volunteer, mereka telah bekerja dengan sedemikian rupa, dan banyak yang telah mereka korbankan, mereka meninggalkan pekerjaan rumah dan keluarganya serta waktu santainya. Banyak hal lainnya yang telah dikorbankan. Bukan hanya kita, sehingga jika kita bisa melihat dengan jernih bahwa dalam sebuah kegiatan alangkah indahnya jika kita bisa bekerja sama dengan penuh sukacita dan damai harmonis.

Ya itu baru saya temukan dalam kepanitiaan Retret Hidup Berkesadaran.

Saya berharap jika bagian dari komunitas mindfulness yang telah sama-sama berlatih, kelak bila mereka membantu di kepanitiaan lainnya seperti kegiataan wihara, seharusnya bisa menciptakan kepanitiaan yang damai dan harmonis juga.

Begitu juga bila bagian dari komunitas juga merupakan pengurus di organisasi wihara, hendaknya juga dapat menjadi pengurus yang selalu rukun, harmonis, bahagia dan mampu menyalakan pelita kedamaian untuk yang lainnya. Mari kita menjadi pelita yang bisa menerangi kegelapan serta mampu menyalakan banyak pelita lainnya. (Ely)*

*Volunteer Day of Mindfulness dan Retret Hidup Berkesadaran dari Jambi

Ada Damai di Hatiku

Ada Damai di Hatiku

Judul Buku: Ada Damai Di Hatiku
Penulis: Master Zen Thich Nhat Hanh
Penerbit: Yayasan Karaniya
Pesan Lewat Telepon : +62 21 5687957

Kedamaian sejati itu tidak mustahil. Namun membutuhkan kegigihan dan latihan, apalagi pada masa-masa sulit. Bagi sebagian orang, kedamaian dan semangat ahimsa (tanpa-kekerasan) sama dengan sikap terima saja dan tidak berdaya. Justru, melatih kedamaian dan semangat ahimsa itu sebaliknya. Berlatih menjadi damai, menghadirkan kedamaian di dalam diri sendiri, berarti secara terus menerus memupuk pengertian, cinta dan belas kasih walaupun harus berhadapan dengan kesalahpahaman dan konflik. Menghadirkan kedamaian diri dalam suasana perang membutuhkan keberanian.

Kita semua bisa mempraktikkan semangat ahimsa. Kita mulai dengan mengenali bahwa di kedalaman kesadaran kita ada benih kasih sayang dan juga benih kekerasan. Kita tiba-tiba sadar bahwa pikiran itu seperti kebun yang mengandung semua jenis benih: benih-benih pengertian, benih memaafkan, benih sadar penuh, dan juga benih kebodohan, ketakutan, dan kebencian. Kita sadar bahwa setiap saat kita bisa saja bertindak dengan kekerasan ataupun belas kasih, tergantung dari kekuatan benih-benih ini di dalam diri kita.

Bilamana benih kemarahan, kekerasan, dan ketakutan di dalam diri kita disirami beberapa kali sehari, benih itu akan tumbuh makin kuat. Maka kita tidak bisa berbahagia dan tidak dapat menerima diri apa adanya; kita menderita dan juga membuat banyak orang menderita. Namun bilamana kita cerdas dalam memupuk benih cinta kasih, kasih sayang, dan pengertian dalam diri kita setiap hari, benih-benih tersebut akan menjadi kuat dan benih kekerasan dan kebencian akan makin lemah. Kita tahu apabila benih-benih kemarahan, kekerasan, dan ketakutan tersirami, maka kita menjadi tidak damai dan tidak stabil. Kita akan menderita dan sekaligus menyebabkan banyak orang menderita. Kita wajib merawat benih-benih belas kasih, memupuk kedamaian dan lingkungan. Melalui cara demikian kita sudah melangkah di jalan untuk mewujudkan kedamaian.

Ajaran-ajaran di dalam buku ini dipersembahkan untuk menolong siapa saja yang ingin menempuh hidup ahimsa. Latihan ini merupakan warisan nyata dari Buddha dan para guru-guru leluhur saya. Latihan ini masih begitu ampuh di zaman modern ini, sama persis dengan 2.600 tahun lalu waktu Buddha mencapai penerangan sempurna. Mereka bersama-sama merangkai petunjuk-petunjuk praktis bagaimana menjadi damai untuk diri sendiri, keluarga, komunitas, dan dunia ini. Pada saat ini, kita berhadapan dengan demikian banyak konflik di dunia, saya persembahkan buku ini untuk membantu Anda agar menyadari bahwa Anda bisa menghindari kekerasan. Kedamaian sudah tersedia bagi kita di setiap saat. Tergantung pilihan kita.

Beli di Karaniya – Ada Damai Di Hatiku

Duduk dan Bernapas

Duduk dan Bernapas

Jika Anda punya altar di rumah, Anda dapat duduk di dekatnya. Jika tidak punya, duduklah di tempat yang nyaman, seperti di depan jendela yang menghadap ke luar.

Duduklah di atas bantal dengan kedua kaki disilangkan dengan santai dan lutut menyentuh lantai. Posisi ini membuat Anda duduk dengan amat stabil dengan tiga titik penyangga (satu dudukan Anda di atas bantal dan kedua lutut).

Duduk dengan tegak dan santai, dengan demikian Anda bisa duduk lebih lama tanpa membuat kaki kesemutan. Anda boleh mencoba-coba beberapa ketinggian dan kelebaran bantal pengganjal sampai menemukan yang paling pas untuk tubuh Anda.

Jika Anda suka, bakarlah dupa untuk menghidupkan suasana sakral. Peganglah dupa di tangan Anda dengan tenang, dan berkonsentrasilah pada diri Anda yang sedang menyalakan dupa itu dan taruh dupa di dalam wadahnya.

Nyalakan dupa itu dengan keadaan sadar-penuh dan konsentrasi. Segenap diri Anda ada di sana, hadir sepenuhnya, pada saat Anda menyalakan dupa itu.

Sewaktu duduk, luruskan punggung dan leher, tetapi jangan sampai kaku atau tegang. Fokuskan perhatian pada napas masuk dan kemudian napas keluar lewat perut dan dada.

Napas masuk, terasa napas masuk ke dalam perut dan dadaku.
Napas keluar, terasa napasku keluar dari perut dan dadaku.
Napas masuk, aku menyadari seluruh tubuhku
Napas keluar, aku tersenyum kepada seluruh tubuhku
Napas masuk, aku sadar akan rasa nyeri atau tegang di tubuhku
Napas keluar, kulepaskan semua nyeri dan ketegangan di tubuhku
Napas masuk, aku merasa sehat walafiat.
Napas keluar, aku merasa nyaman.

Anda dapat berlatih dengan kalimat-kalimat di atas seharian, di tempat kerja atau kapanpun, untuk mengembalikan perasaan lapang, relaks, dan segar.


Pedoman Meditasi Duduk oleh Rohana (True Beauty of Clarity – 真明秀)

Unduh bahan presentasi klik sini


Gatha Meditasi Duduk Pagi

Gatha meditasi duduk pagi (versi maret 2019)

Unduh Mp3 klik sini

Dharma(G)-kaya(G) bersinar kala(G) fajar menyingsing(GGGggg)
Tubuh ini he-ning-(G), batin ini(G) menjadi da-mai-(G)
Senyum simpul terlahir di bibir kami.(GGGggg)
Ini hari baru(G), kami bertekad hi-dup berkesadaran.(G)
Agar mentari pengertian(G), bisa terbit(G), menyinari(G) seluruh penjuru.(GGGggg)
Wahai Sanggha mulia-, curahkan perhatian pada meditasi.
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA)
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA 2x)
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA)

G: Genta


Gatha Meditasi Duduk Pagi – Br. Bao Tang

Unduh Mp3 klik sini

Dharmakaya kita(G) bersinar(G) kala(G) fajar menyingsing(GGGggg)
Tubuh ini hening(G), batin ini(G) menjadi tenang(G)
Senyum kecil pun terlahir di bibir kita.(GGGggg)
Hari ini hari yang baru(G), kita bertekad melaluinya dengan sadar-penuh.(G)
Agar mentari kearifan dapat terbit(G), menyinari(G) segala penjuru.(GGGggg)
Wahai Sanggha yang mulia curahkan perhatianmu ke dalam meditasi.
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA)
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA 2x)
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA)

G: Genta


Gatha Meditasi Duduk Sore – Br. Bao Tang

Unduh Mp3 klik sini

Dengan postur(G) tegak dan solid(G) kita duduk(G) di bawah Pohon Bodhi(GGGggg)
Tubuh ucapan dan batin kita(G), bersatu di dalam hening(G)
Tiada lagi pikiran yang benar dan salah.(GGGggg)
Tubuh dan batin kita(G), berdiam di dalam sadar-penuh yang sempurna.(G)
Ditemukan kembali(G) hakikat sejati kita(G), terseberangi dari pulau ilusi.(GGGggg)
Wahai Sanggha yang mulia curahkan perhatianmu ke dalam meditasi.
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA)
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA 2x)
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA)

G: Genta