A moment to come back to my true home

A moment to come back to my true home
Walking Meditation @PondokSadhanaAmitayus

Taking my time to get away from the city lights, heavy traffic and fast-paced environment.

I arrived at Pondok Sadhana Amitayus,

I feel blue and liberated as I look up to the vast clear skies.
I feel green and nourished as I look down on the wild field of grass.
I feel yellow and accepted when the sun embraces my standing body.
I touch white and empty like the clouds painting the sky.

Several times, the vibrating sound of the bell as it penetrates through space has invited me to come back home to myself.

I sense transparency and arriving as I attend to my steps.
I sense clear and present as I notice my breath.
I am one with the cosmos as my knees and naked forehead touch the earth.

A sensation of being alive in my heart and a smile on my face appeared as I watched a living, happy community sitting, eating and singing harmoniously. A circle that is present for one another.

Practicing mindfulness and chanting the sutras for several days here transforms a feeling of restlessness into calmness. A chaotic mind turns quiet. The fast beating heart begins to slow down. Enmity gently turns into compassion.

Arriving here is an invitation to come back and be present to my true home. A home of true peace and harmony.

Composed by Astrid Padmanita K

Asap, Awan, dan Angin

Asap, Awan, dan Angin
Jembatan Gentala Arasy, Jambi

Betapa udara bersih sangat berharga, ini baru saya sadari ketika udara di sekitar bikin sesak napas. Tak hanya itu, bahkan rumah pun penuh asap, bernapas serasa begitu memberatkan, dada terasa sakit, dan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) melanda.

Di tengah-tengah musibah asap, saat saya berkesempatan keluar dari kota yang berasap ini. Saya pun bisa menghirup udara Jakarta sangat saya syukuri, padahal udara Jakarta sebenarnya juga sudah cukup terpolusi, tapi jauh lebih baik dibandingkan dengan udara di Jambi, pada saat ini.

Lupa Bersyukur

Hal ini menyadarkan saya bahwa saya sering lupa bersyukur dengan sesuatu yang biasa berada sangat dekat, memberiku hidup yang baik, semua itu adalah udara yang bersih, hujan, air bersih, sinar matahari dan masih banyak lagi.

Saat udara bersih (biasa) kita lupa mensyukuri untuk udara bersih yang kita hirup dengan bebas setiap saat. Saat hujan terlalu sering, kita mengeluh karena kehujanan, banjir. Memboroskan air bersih yang tinggal mengalir saat keran dibuka. Sinar matahari yang terik, menjadi keluhan. Padahal tanaman, sayur yang kita makan, bila tanpa sinar matahari tidak akan bisa berfotosintesis, tidak bisa tumbuh besar.

Saat bencana kebakaran hutan dan lahan melanda, bahkan untuk bernapas saja susah, bau asap yang menusuk hidung, menyesakkan paru-paru, membuat kerongkongan menjadi kering, mata perih, seperti ikan yang diangkat keluar dari air, megap-megap. Betapa udara bersih sangat berharga.

Berharap Awan dan Angin

Ketika berharap turun hujan, mengapa tidak ada yang mengusahakan hujan buatan? Untuk membuat hujan buatan juga tidak hanya serta merta cukup dengan menggunakan bahan-bahan kimia, tapi juga dibutuhkan faktor alam yang mendukung, yaitu adanya kumpulan awan yang cukup.

Ya awan, awan sangat dibutuhkan kala “musim” asap begini. Walau awan bisa datang dan pergi sesuka-sukanya, tapi di saat begini, semua orang berharap awan bisa berkumpul di tempat di mana sumber kebakaran terjadi, sehingga hujan buatan bisa diwujudkan. Syukur-syukur bisa hujan secara alami.

Kemana perginya air? Mengapa awan tidak terkumpul? Kumpulan titik-titik air ini yang terbentuk menjadi awan, sangat dinanti-nantikan kehadirannya. Kadang kala, angin meniupnya menjadi tersebar kemana-mana, usaha mewujudkan hujan buatan pun gagal.

Ya angin, udara, awan, sinar matahari, semua itu dibutuhkan pada saat yang tepat, untuk berdaya guna bagi kehidupan kita. Karena ketidakpedulian, Kita merusaknya, atau tidak peduli mau tercemar atau tidak, membakar lahan berimbas kebakaran hutan, buang sampah sembarangan menyebabkan selokan tersumbat dan banjir, dan lain sebagainya tindakan-tindakan yang dapat merusak alam.

Tapi setelah menghadapi udara yang berasap, sesak napas, sudahkah disadari bahwa masa depan yang akan datang, lingkungan tempat kita tinggal ini, akan menjadi seperti apa, bila kita tidak peduli, tidak menjaganya mulai dari sekarang.

Manusia Awan

Manusia juga ada yang seperti awan dan angin. Awan datang dan pergi, saatnya datang maka berkumpulah seperti layaknya orang yang telah berjanji, kumpul bersama lalu munculah ide dan kegiatan. Bagaimana dengan angin? Angin dibutuhkan untuk membawa awan berkumpul juga membawa awan menjadi buyar.

Sifat angin memang susah ditebak, kita tidak bisa memerintah angin untuk tidak datang dalam bentuk badai atau angin kencang yang bisa memporak-porandakan segala sesuatu. Kita hanya bisa mempersiapkan diri kita untuk menghadapi angin kencang dengan berlindung dalam bangunan yang kokoh atau menghindarinya.

Dengan belajar mindfulness saya jadi mengerti dan mensyukuri ada udara bersih yang saya hirup setiap saat. Ada awan yang bisa menurunkan hujan kala asap begitu pekat hingga menyesakkan dada, ada angin yang walau tak tentu arah, tapi berkat angin, awan bisa berkumpul.

Ada orang yang kita harapkan kehadirannya, namun orang tersebut masih seperti awan, terlalu sulit ditebak kehadirannya. Berharap ada orang yang seperti angin yang meniupkannya untuk hadir pada saat yang tepat. Namun angin (orang itu) juga sulit ditebak akan bertiup ke arah sini atau sana, atau malah menjauh.

Hanya perlu memahami, lalu ya sudah, demikianlah adanya. jengkel, gondok, atau marah mungkin di awal-awal ada, tapi berfokus pada tujuan sambil napas masuk napas keluar, akan mentranformasikan perasaan negatif tersebut menjadi bunga sukacita setelah semua kesulitan bisa dilalui.

ELYSANTY (True Peaceful Sound), anggota Ordo Interbeing dan sukarelawan praktik mindfulness dari Jambi

Berbesar Hati lewat Mindfulness

Berbesar Hati lewat Mindfulness
Foto bersama Retret Guru Sekolah Ananda Bagan Batu, Riau.

Mindfulness merupakan meditasi terapan. Saya bisa melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Saya mencobanya terus setiap hari. Praktik Mindfulness membantu saya mengatasi stress dan menghindari cemas.

Day Of Mindfulness (DOM) adalah istilah yang saya tahu. Saya mendapatkan teknik ini dari Sekolah Ananda Bagan Batu. Sebelumnya saya sama sekali tidak mengenal apa itu Mindfulness. Lalu Ibu Rumini memperkenalkan Mindfulness ini kepada saya.

Praktik ini ternyata membuahkan perubahan pada diri saya. Perubahan ini mungkin kecil, namun ada sebuah keyakinan besar bahwa teknik ini perlahan-lahan mengubah saya menjadi lebih baik lagi.

Momen Positif

Pertama kali saya praktik mindfulness lewat duduk hening di pagi hari dengan diawali suara lonceng tiga kali. Saya bersama teman-teman sekadar duduk hening dan relaks sebelum memulai kegiatan belajar mengajar.

Saya mencoba untuk lebih relaks sepanjang melakukan pekerjaan, saya mengatur napas masuk dan napas keluar. Inilah awal saya mencoba mulai mempraktikkan mindfulness dalam aktivitas sehari-hari terutama untuk diri sendiri.

Banyak hal yang saya dapatkan dari setiap acara DOM yang dilaksanakan di sekolah. DOM pasti selalu bisa membuat saya terkesan dan bahagia. Hati saya menjadi lebih tenang. Setidaknya, setelah DOM ada perubahan positif yang saya rasakan.

Terkadang saya merasa setiap kali selesai DOM pasti ada saja momen positif yang terjadi. Melalui praktik mindfulness ini saya jauh merasa lebih bisa menghargai diri saya sendiri. Makan dengan hening menjadi salah satu hal positif yang saya dapatkan.

Anugerah Tuhan

Makan bersama-sama di meja makan dengan hening tanpa suara dan mengambil makanan secukupnya. Makan dengan penuh kesadaran dan tidak terburu-buru membuat saya lebih mensyukuri hidup ini.

Saya tersentak sadar bahwa selama ini saya belum mensyukuri apa yang sudah dianugerahkan oleh Tuhan. Saya selalu makan terburu-buru dan ingin cepat selesai apalagi jika sudah lapar. Saya tidak mengunyah makanan dengan baik, sehingga perut saya bisa sakit tiba-tiba ketika diisi makanan dengan tidak teratur.

Sekarang, saya bersama suami sudah mulai perlahan-lahan membiasakan makan dengan hening tanpa suara sambil mensyukuri nikmatnya makanan tersebut. Mungkin memang belum seutuhnya bisa, tapi setidaknya saya sudah mencoba untuk menyayangi diri sendiri lewat pola makan berkesadaran, pelan, dan sehat.

Meredakan Emosi

Napas masuk napas keluar, salah satu praktik mindfulness yang selalu saya coba setiap hari. Ketika saya marah, saya jadi lebih bisa meredakan emosi lewat napas. Di rumah, jika ada hal-hal yang membuat saya kesal, saya berusaha tidak langsung marah.

Saya mencoba untuk bernapas masuk dan keluar, setelah itu saya merasa emosi saya mulai turun. Saya bisa membicarakan baik-baik tentang hal yang membuat saya kesal itu.

Demikian juga ketika ada kejadian tegang seperti berbeda pendapat dengan suami. Saya mencoba untuk mendengarkannya dengan sabar. Setelah mendengar saya menjadi lebih mengerti, lalu kami sama-sama mencari jalan keluar.

Sejak saya mengenal DOM, saya merasa menjadi jauh lebih sabar dalam menghadapi anak-anak di sekolah, terutama dalam proses belajar mengajar di kelas. Saya dapat lebih memahami anak-anak tersebut setiap kali berhadapan dengan tingkah laku mereka.

Berbesar Hati

Sangat banyak manfaat dan hal-hal positif yang saya rasakan. Praktik mindfulness membuat kehidupan sehari-hari saya menjadi lebih tenang dan bahagia. Relasi dengan suami, keluarga, lingkungan sekitar, teman-teman, rekan kerja, serta anak- anak didik saya, mulai terjadi perubahan.

Saya merasa perubahan terjadi dalam diri saya sendiri, bahkan sangat-sangat mengubah cara saya melihat berbagai kejadian hidup. Sebuah momen yang begitu luar biasa yang sudah saya rasakan dari praktik Mindfulness ini adalah bisa membuat saya lebih berbesar hati memaafkan orang lain (ini menurut pengalaman saya).

Kenapa saya mengatakan ini sebuah momen? Karena Mindfulness inilah saya punya kekuatan baru utnuk bisa berdamai dengan diri saya sendiri juga berdamai dengan mereka yang saya anggap menyakiti hati saya.

Di dunia kerja, saya pernah mengalami kesalahpahaman yang terjadi di antara sesama rekan kerja, dengan hati yang ikhlas saya berdamai dan melepaskan beban yang ada di dalam hati.

Banyak hal baik yang sudah terjadi dari awal saya mengikuti kegiatan DOM ini di sekolah saya, kegiatan yang bisa membuat hati saya jauh lebih tenang dan bahagia daripada sebelumnya.

Bersama-sama

Saya punya cerita kecil tentang retret bersama Bhante Nyanabhadra di pertengahan Juli 2019. Retret itu memberi kesan yang sangat sangat mendalam. Sejak awal hingga akhir retret banyak hal positif yang saya rasakan.

Kami bernyanyi bersama-sama, makan bersama dengan hening penuh kesadaran, duduk hening di pagi hari, relaksasi total, menonton bersama, meditasi teh sambil sharing, jalan berkesadaran, circle sharing dan hal-hal yang lain yang buat saya bahagia selama mengikuti retret itu.

Oh ya noble silent. Saya entah mengapa sangat menyukai latihan itu. Begitu selesai acara pada malam hari, kami masuk kamar lalu benar-benar menggunakan waktu istirahat untuk tidur tanpa mengobrol dengan teman-teman sekamar dan melakukan aktivitas apa pun.

Saya sungguh merasakan manfaatnya dari noble silent. Pagi hari saya bangun, badan dan mata menjadi lebih segar karena tidur tepat waktu. Saya pun berinisiatif akan mencoba melakukan noble silent ini di rumah. Semoga saya bisa!

Berdamai

Pada hari terakhir, saya membuat suatu momen yang akan selalu saya ingat, yaitu berdamai dengan diri sendiri! Ya hari itu saya berusaha keras untuk mampu berdamai dengan diri saya sendiri. Meminta maaf dan mau memaafkan orang yang saya anggap menyakiti hati saya.

Kesalahpahaman yang terjadi di antara saya dan rekan kerja selama ini bisa saya atasi dengan akhir bahagia. Rasa sakit hati yang selama ini sulit untuk saya maafkan, akhirnya saya mencoba berdamai dengan hati saya agar bisa memaafkan rekan saya.

Semoga praktik Mindfulness ini dapat lebih saya terapkan di kehidupan sehari-hari.
Terima kasih Bhante Y.M Nyanabhadra
Terima kasih Ibu Sri Astuti
Terima kasih Ibu Merlyna
Terima kasih Ibu Rumini Lim
Terima kasih teman-teman seperjuangan di Yayasan Pendidikan Ananda

Riama Juni Wanti Rajagukguk, Guru Sekolah Ananda, Bagan Batu, Riau.

When There Is A Will, There Is A Way

When There Is A Will, There Is A Way

Photo bersama. Edwin (baris kedua, dari kanan pertama)

“When there is a will, there is a way..”

Mungkin begitulah kalimat yang paling tepat menggambarkan hal yang saya rasakan. Hidup di hiruk pikuk kota ini, tekanan demi tekanan sudah menjadi makanan sehari–hari, baik itu pekerjaan, hubungan dengan teman, keluarga, pasangan dan lain sebagainya.

Tapi, dari semua itu, ada satu hal yang sangat mengganggu saya. Kemacetan!! Kenapa?? Ketika macet, begitu banyak orang yang melanggar lalu lintas, berkendara melawan arah, menerobos lampu merah, membunyikan klakson tiada henti, membawa kendaraan ugal–ugalan, angkutan umum yang berhenti untuk mencari penumpang di jalan yang sempit. Belum lagi kalau ditambah derasnya hujan!

Ingin marah rasanya melihat semua itu. Ketika pikiran kalut tak karuan, saya pun menarik napas dalam. Hm…..(tarik napas) Ah..(hembus napas)…. Dan dari hati kecil saya berkata… ting!! Sudah saatnya, saya berlatih hidup berkesadaran!

Ah, benar! Sudah lama, saya tak berlatih hidup lebih berkesadaran. Pengendalian emosi yang kurang merupakan pertanda saya harus me-recharge batin ini. Tapi kapan??

Dan tiba–tiba saja, selang beberapa hari, Darwin, seorang aktivis di Wihara Ekayana Arama mengajak saya menjadi volunteer Day of Mindfulness (DOM), Sabtu tanggal 3 Feb 2018.

Kebetulan yang keren sekali! Selain bisa berlatih, saya juga bisa berbuat lebih untuk komunitas. Tanpa pikir panjang, saya terima tawaran tersebut! Tugas saya hanya mengumpulkan teman–teman di hari Jumat pukul 19:00 untuk bersama–sama mempersiapkan tempat dan perlengkapan yang akan digunakan acara DOM.
Di mana ada keinginan, di sana ada jalan!! Di mana ada jalan, di sana ada rintangan!!

Mungkin pepatah lengkapnya begitu. Tiba–tiba, jumat pagi, telepon saya berdering dan muncul hal yang tak terduga, pekerjaan dadakan yang deadline-nya senin pagi. Luar biasa! Ketika tidak ada DOM, tidak pernah ada permintaan lembur, begitu mau ikut DOM, tiba–tiba diminta lembur!

Dengan pikiran yang cukup kaget, saya mulai mengerjakan pekerjaan saya. Tapi, rasanya tidak mungkin untuk menyelesaikannya dalam waktu 1 hari. Saya pun di minta lembur Jumat itu. Dan bila tidak selesai, maka harus di anjutkan Sabtu dan Minggu!

Aduh, bagaimana ini?!

Saya bulatkan tekad, untuk tetap pulang jam 5 agar bisa mempersiapkan DOM. Sabtu pagi, seperti biasa, saya harus mengajar dahulu sampai pukul 10, baru segera menyusul ke wihara untuk mengikuti DOM. Lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali bukan? Urusan pekerjaan dadakan, mau tak mau, Minggu pun saya harus lembur mengerjakannya. Berlatih itu penting, dan tanggung jawab pekerjaan juga penting.

Mungkin teman–teman bertanya, apa yang saya rasakan? Let me share, ini 3 manfaat yang saya dapatkan selama berlatih hidup sadar:

Pengendalian Diri
Jalanan adalah pemicu stress yang cukup tinggi bagi saya. Tapi mengikuti DOM dan mempraktikannya di kehidupan sehari-hari membuat pengendalian emosi jauh lebih baik. Saya belajar untuk sadar ketika melakukan sesuatu. Ketika berjalan, saya sadar saya sedang berjalan. Ketika makan, saya sadar saya sedang makan. Efeknya, ketika saya mau marah, akan muncul kesadaran ketika mau marah, sehingga, sebelum saya mengambil tindakan yang mungkin akan saya sesali, kemarahan itu sudah bisa saya atasi.

Lebih Tenang
In the here, in the now, No After, No Before”. Dengan mengingat kata–kata itu, saya menyadari, bahwa diri saya, berada di sini, saat ini. Sering kali, pikiran saya, berkelana, entah ke masa lalu, atau ke masa depan. Melalui praktik hidup sadar, saya berlatih untuk menyadari saat ini, di sini. Saya tak perlu memikirkan masa lalu atau masa depan. Cukup menikmati saat ini. Apa pun kondisi yang terjadi saat ini, itulah yang saya nikmati.

Rasa Syukur
Ketika relaksasi total, ada beberapa kalimat yang cukup berkesan,seperti :

“Melihat orang yang kita sayangi, adalah harta.”

“Mendengar kicauan burung adalah harta.”

Sering kali saya tidak bersyukur, padahal sebenarnya saya sudah memiliki segalanya untuk bahagia.
Ada orang yang mungkin tak bisa melihat, tapi saya bisa. Banyak orang yang mungkin terlahir tuli dan tak pernah mengerti indahnya kicau burung, sedangkan saya bisa.

Melalui relaksasi total, saya juga diajarkan untuk mensyukuri setiap bagian dari tubuh, yang secara tidak langsung sudah menopang kehidupan setiap harinya.

Terkadang saya terlalu banyak keinginan yang pada akhirnya membuat saya sulit untuk berbahagia.
Demikianlah sudah selesai sudah sharing singkat dari saya. Itulah manfaat yang bisa saya bagikan kepada teman–teman.

Tak perlu dipercaya, silakan buktikan dulu sendiri. Ingat, ketika ingin berlatih, kuatkan tekad karena walaupun jalan sudah terbuka lebar, masih banyak rintangan di depan sana.

Be happy and be mindful, always! (Edwin Halim)*

*Musisi dan sekaligus pakar IT

Mulailah Dengan Napas Masuk dan Napas Keluar

Mulailah Dengan Napas Masuk dan Napas Keluar

Tahun 2015 sebuah organisasi buddhis yag bernama SIDDHI (Sarjana dan Profesional Buddhis Indonesia) mengadakan acara yang bernama SMS (Siddhi Mindfulness Sharing), Waktu itu saya bersama dengan suami saya memutuskan untuk mengikuti acara tersebut.

Tema kali ini membahas sebuah Buku yang berjudul “The Art of Power” bersama Pak Adi Putra dari Jakarta, yang kebetulan teman seperguruan waktu di jakarta.

Jujur acara ini adalah acara yang pertama kali saya ikuti di komunitas ini, acaranya dimulai dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore, saya tidak punya gambaran sama sekali acaranya seperti apa sebelumnya. Suasana di sana sungguh menarik, penuh dekorasi yang indah dan sejuk.

Nah waktu itu ada 2 orang biksu yang ikut hadir di acara tersebut. Acaranya dimulai dengan duduk hening. Saya hanya duduk dan melihat ke kanan dan ke kiri, saya berkata dalam hati ini duduknya mau seperti apa ya? Saya tidak tau kalau itu duduk meditasi. Saya juga belum pernah tau apa itu meditasi, lalu terdengar suara pemukulan Gong, Gong nya Besar sekali. Suasana pun langsung hening selama 15 menit. Setelah itu dilanjutkan dengan mendengarkan sharing mengenai buku” the art of power” yang disampaikan oleh Pak Adi Putra

Makan Siang Prasmanan
Pukul 12 siang tiba, ini adalah waktu yang paling saya tunggu-tunggu yaitu makan siang. Hati ini senang sekali. Nah waktu makan tiba kita semua mulai antri untuk ambil makanan kan, wahhh sayurnya enak sekali, o iya kita makan vegetarian ya, kata salah satu panitia. oh ok, no problem buat saya, tapi masalah buat suami saya, karena dia tidak suka makan sayur (senyum kecut).

Setelah selesai antri ambil makanan kita kembali duduk untuk makan bersama. Ini lebih seru lagi, panitia menjelaskan bagaimana cara makan di sesi makan bersama ini, teman-teman dalam sesi makan bersama ini, kita makan dengan hening ya selama 20 menit, dan kunyah sebanyak 32 kali, jadi tidak usah terburu-buru.

Dimulai dengan bunyi gong dan perenungan sebelum makan, waktu itu Saya tersenyum kecil sambil berpikir kunyah 32 kali. Saya masih belum mengerti apa ini. Saya tidak memperhatikan maksud dari semuanya ini. saya makan saja seperti biasa sambil melihat ke kiri dan ke kanan, serta sesekali senyum-senyum… melihat sekitar karena merasa aneh, dan lucu aja.

Napas Masuk, Napas Keluar
Kali ini adalah sesi penjelasan dari seorang Biksu (Brother), Sebelum mulai dengan apa yang mau dijelaskan brother bertanya, siapa saja yang baru ikut acara ini dan ternyata ada sekitar 50% dari para peserta yang baru pertama kali ikut acara ini.

Kemudian brother bertanya apa itu Mindfulness? ya kalau artinya sih Berkesadaran. Brother melanjutkan dengan bertanya lagi, kalau gitu yang dimaksud dengan berkesadaran itu apa? ya Sadar…???!!!! (jawab peserta)

Yang dimaksud dengan SADAR apa sih? Brother bertanya lagi. Suasana menjadi hening. Brother Menjelaskan cara atau proses kerja berkesadaran itu seperti apa

TUBUH:

  1. Identifikasi Napas Masuk, Napas Keluar
  2. Ikuti Napas Masuk, Napas Keluar
  3. Periksa Tubuh Napas masuk, Napas Keluar
  4. Relaks Napas masuk, Napas Keluar

PERASAAN:

  1. Nikmat Napas Masuk, Napas Keluar
  2. Bahagia Napas Masuk, Napas Keluar
  3. Periksa Perasaan Napas Masuk, Napas Keluar
  4. Relaks Perasaan Napas Masuk, Napas Keluar

Mulailah dengan Bernapas Masuk, dan Bernapas Keluar, melalui TUBUH dan PERASAAN. (Sri)*

*Wanita karir, bersuami satu dan dua orang anak.