Sutra tentang Napas Berkesadaran Penuh

Sutra tentang Napas Berkesadaran Penuh

Sutra tentang Napas Berkesadaran Penuh adalah salah satu sutra terpenting dalam tradisi Plum Village, dan diajarkan di setiap retret Plum Village. Ketika Thich Nhat Hanh menemukan sutra ini, dia berkata, “Saya merasa saya adalah orang paling bahagia di dunia.

Terjemahan di bawah ini telah dipersiapkan oleh Thich Nhat Hanh dari Anapanasati Sutta, Majjhima Nikaya 118, dan juga ada di dalam buku Chanting from the Heart (Parallax Press, Rev.Ed., 2006). Terjemahan bahasa Inggris pertama Thay diterbitkan pada tahun 1988, dan beliau terus merevisi dan menyempurnakan terjemahannya dalam beberapa tahun terakhir.

Untuk komentar lebih lanjut tentang teks ini, silakan melihat Thich Nhat Hanh, Breathe, You Are Alive! Sutra on the Full Awareness of Breathing (Parallax Press, Rev.Ed., 2010). Anda juga dapat membaca The Path of Emancipation: Talks from a 21-Day Mindfulness Retreat on the Discourse on the Full Awareness of Breathing (Parallax Press, 2000).

I

Aku mendengar sabda Buddha ini suatu ketika beliau menetap di Savatthi, di Taman Sebelah Timur, bersama sejumlah siswa yang terkenal dan berbakat, ada Sariputra, Mahamoggalyayana, Mahakassyapa, Mahakacchayana, Mahakotthita, Mahakappina, Mahachunda, Anuradha, Revata, dan Ananda. Para biksu senior dalam komunitas dengan tekun memberikan petunjuk kepada para biksu junior – beberapa mengajar sepuluh biksu, beberapa mengajar dua puluh, beberapa mengajar tiga puluh, dan beberapa mengajar empat puluh; dan dengan cara demikian para biksu yang baru berlatih mencapai kemajuan pesat secara bertahap.

Malam itu bulan purnama, dan Upacara Pavarana diadakan untuk mengakhiri retret musim hujan (vassa). Begawan Buddha, Yang Tercerahkan, sedang duduk di tempat terbuka, dan para siswa-Nya berkumpul di sekelilingnya. Setelah menatap semua orang yang hadir, Ia menyampaikan:

“Wahai para biksu, Saya bersukacita setelah mengetahui hasil yang telah Anda capai dalam latihan. Saya juga tahu Anda masih bisa mencapai kemajuan lebih jauh lagi. Apa yang belum Anda capai, bisa direalisasikan. Apa yang belum Anda sadari, dapat Anda sadari dengan sempurna. [Untuk ikut serta dalam memberikan dukungan] Saya akan menetap di sini hingga bulan purnama berikutnya. “

Ketika mereka mendengar bahwa Buddha akan menetap di Savatthi selama satu bulan lagi, para biksu dari seluruh negeri mulai berdatangan untuk menerima pelajaran dari Beliau. Para biksu senior terus mengajar para junior untuk berlatih bahkan lebih giat lagi. Beberapa biksu senior mengajar sepuluh biksu, beberapa mengajar dua puluh, beberapa mengajar tiga puluh, dan beberapa mengajar empat puluh. Melalui bantuan ini, para biksu yang lebih baru dapat, sedikit demi sedikit, mencapai kemajuan dalam pemahamannya.

Ketika bulan purnama berikutnya tiba, Buddha, duduk di bawah langit terbentang luas, melihat ke sekeliling para biksu yang berkumpul dan mulai menyampaikan:

“Wahai para biksu, komunitas kita murni dan baik. Pada intinya, dalam komunitas ini tidak ada pembicaraan yang tidak berguna dan kesombongan, dan oleh karena itu patut untuk menerima persembahan dan dipandang sebagai ladang jasa kebajikan. Komunitas seperti ini jarang ada, dan setiap peziarah yang mencarinya, tidak peduli seberapa jauh ia harus melakukan perjalanan, akan menganggapnya layak untuk dilakukan.

“O para biksu, ada biksu-biksu dalam kelompok ini yang telah mencapai tingkat Arahat, menghancurkan setiap akar kotoran batin (kilesa), meletakkan setiap beban, dan mencapai pengertian benar dan emansipasi. Ada juga para biksu yang telah memotong lima ikatan internal (samyojana) pertama dan mencapai hasil berupa tidak pernah kembali lagi (anāgāmī) ke siklus kelahiran dan kematian.

“Ada orang-orang yang telah melepaskan tiga ikatan internal pertama dan mendapatkan hasil berupa kembali sekali lagi (sakadāgāmi). Mereka telah memotong akar keserakahan, kebencian, dan ketidaktahuan, dan hanya perlu kembali ke siklus kelahiran dan kematian sekali lagi. Ada orang-orang yang telah melepaskan tiga ikatan internal dan mencapai tingkat memasuki-arus (sotāpanna), dengan tenang berjalan menuju kondisi Yang Tercerahkan. Ada orang yang mempraktikkan Empat Landasan Kesadaran Penuh (satipaṭṭhāna). Ada orang yang mempraktikkan Empat Upaya Benar (sammappadhānā), dan ada yang mempraktikkan Empat Landasan Keberhasilan (Iddhipāda). Ada mereka yang berlatih Lima Pancaindra (pañca indriya), ada yang berlatih Lima Kekuatan (pañca bala), ada yang berlatih Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhaṅgā), dan ada yang berlatih Jalan Mulia Berunsur Delapan. Ada yang mempraktikkan cinta kasih, ada yang berlatih welas asih, ada yang berlatih sukacita, dan ada yang berlatih ekuanimitas (upekkhā). Ada yang mempraktikkan Sembilan Perenungan (paṭikkūlamanasikāra), dan ada yang berlatih Pengamatan tentang Ketidakkekalan. Ada juga para bhikkhu yang telah berlatih Napas Berkesadaran Penuh. ”

II

“O para biksu, napas berkesadaran penuh, jika dikembangkan dan dilatih secara terus menerus, akan bermanfaat dan membawa manfaat besar. Latihan ini akan menuntun pada keberhasilan dalam mempraktikkan Empat Landasan Kesadaran Penuh. Jika metode Empat Landasan Kesadaran Penuh dikembangkan dan dipraktikkan secara terus-menerus, praktik ini akan menuntun pada keberhasilan dalam latihan Tujuh Faktor Percerahan. Tujuh Faktor Pencerahan, jika dikembangkan dan dipraktikkan secara terus menerus, akan memunculkan pemahaman dan pembebasan batin (pikiran).

“Bagaimana cara untuk mengembangkan dan berlatih metode Napas Berkesadaran Penuh secara terus-menerus sehingga latihan ini akan membawa hasil dan memberikan manfaat besar?

“Itu adalah seperti ini, para biksu: seorang praktisi pergi ke hutan atau di bawah kaki pohon, atau ke tempat yang sepi, duduk dengan stabil dalam posisi bersila berbentuk lotus, menegakkan tubuhnya, dan berlatih seperti ini: ‘Bernapas masuk, aku tahu aku sedang bernapas masuk. Bernapas keluar, aku tahu aku sedang bernapas keluar.’

1. ‘Menarik napas panjang, aku tahu aku sedang menarik napas panjang. Mengembuskan napas panjang, aku tahu aku sedang mengembuskan napas panjang.

2. ‘Menarik napas pendek, aku tahu aku sedang bernapas pendek. Mengembuskan napas pendek, aku tahu aku sedang mengembuskan napas pendek.

3. ‘Napas masuk, aku menyadari seluruh tubuhku. Napas keluar, aku menyadari seluruh tubuhku.’ Ia berlatih seperti ini.

4. ‘Napas masuk, aku menenangkan seluruh tubuhku. Napas keluar, aku menenangkan seluruh tubuhku.’ Ia berlatih seperti ini.

5. ‘Napas masuk, aku merasa sukacita. Napas keluar, aku merasa sukacita.’ Ia berlatih seperti ini.

6. ‘Napas masuk, aku merasa bahagia. Napas keluar, aku merasa bahagia.’ Ia berlatih seperti ini.

7. ‘Napas masuk, aku menyadari bentukan mentalku. Napas keluar, saya menyadari bentukan mentalku.’ Ia berlatih seperti ini.

8. ‘Napas masuk, aku menenangkan bentukan mentalku. Napas keluar, aku menenangkan bentukan mentalku.’ Ia berlatih seperti ini.

9. ‘Napas masuk, aku menyadari pikiranku. Napas keluar, aku menyadari pikiranku.’ Ia berlatih seperti ini.

10. ‘Napas masuk, aku membuat pikiranku bahagia. Napas keluar, aku membuat pikiranku bahagia.’ Ia berlatih seperti ini.

11. ‘Napas masuk, aku memusatkan pikiranku. Napas keluar, aku memusatkan pikiranku.’ Ia berlatih seperti ini.

12. ‘Napas masuk, aku membebaskan pikiranku. Napas keluar, aku membebaskan pikiranku.’ Ia berlatih seperti ini.

13. ‘Napas masuk, aku mengamati sifat ketidakkekalan dari semua dharma (fenomena). Napas keluar, aku mengamati sifat ketidakkekalan dari semua dharma.’ Ia berlatih seperti ini.

14. ‘Napas masuk, aku mengamati lenyapnya keinginan. Napas keluar, aku mengamati lenyapnya keinginan.’ Ia berlatih seperti ini.

15. ‘Napas masuk, aku mengamati hakikat tiada-kelahiran tiada-kematian dari semua fenomena. Napas keluar, aku mengamati hakikat tiada-kelahiran tiada-kematian dari semua fenomena.’ Ia berlatih seperti ini.

16. ‘Napas masuk, aku mengamati melepaskan. Napas keluar, aku mengamati melepaskan.’ Ia berlatih seperti ini.

“Napas Berkesadaran Penuh, jika dikembangkan dan dipraktikkan terus menerus sesuai dengan petunjuk ini, akan bermanfaat dan membawa keuntungan besar.”

III

“Dengan cara apa seseorang mengembangkan dan terus menerus mempraktikkan Napas Berkesadaran Penuh, agar berhasil dalam latihan Empat Landasan Kesadaran Penuh?

“Ketika praktisi menarik atau mengembuskan napas panjang atau pendek, menyadari napasnya atau seluruh tubuhnya, atau menyadari bahwa ia sedang membuat seluruh tubuhnya tenang dan damai, ia berdiam dengan damai mengamati tubuh di dalam tubuh, tekun, terjaga sepenuhnya, dengan jernih memahami keadaannya, melampaui semua kemelekatan dan penolakan terhadap kehidupan ini. Latihan bernapas dengan Kesadaran Penuh ini termasuk dalam Landasan Kesadaran Penuh Pertama, yaitu tubuh.

“Ketika praktisi menarik napas masuk atau keluar, menyadari sukacita atau kebahagiaan dari bentukan mental, atau untuk mengkondisikan bentukan mental menjadi damai, ia bersemayam dengan damai dalam mengamati perasaan di dalam perasaan, tekun, terjaga sepenuhnya, dengan jernih memahami keadaannya, melampaui semua kemelekatan dan penolakan terhadap kehidupan ini. Latihan bernapas dengan Kesadaran Penuh ini termasuk dalam Landasan Kesadaran Penuh Kedua, yaitu perasaan.

“Ketika praktisi menarik napas masuk atau keluar dengan kesadaran pikiran, atau untuk membuat pikiran menjadi bahagia, untuk mengumpulkan pikiran dalam konsentrasi, atau untuk melepaskan dan membebaskan pikiran, ia bersemayam dengan damai dalam pengamatan pikiran di dalam pikiran, tekun, terjaga sepenuhnya, dengan jernih memahami keadaannya, melampaui semua kemelekatan dan penolakan terhadap kehidupan ini. Latihan bernapas dengan Kesadaran Penuh ini termasuk dalam Landasan Kesadaran Penuh Ketiga, yaitu pikiran (batin). Tanpa Napas Berkesadaran Penuh, tidak akan ada perkembangan stabilitas dan pemahaman meditasi.

“Ketika praktisi bernapas masuk atau bernapas keluar dan merenungkan inti dari ketidakkekalan atau inti dari lenyapnya keinginan atau sifat tiada-kelahiran tiada-kematian dari semua fenomena atau melepaskan, ia bersemayam dengan damai dalam pengamatan objek pikiran dalam objek pikiran, tekun, terjaga sepenuhnya, dengan jernih memahami keadaannya, melampaui semua kemelekatan dan penolakan terhadap kehidupan ini. Latihan bernapas Kesadaran Penuh ini termasuk dalam Landasan Kesadaran Penuh Keempat, yaitu objek pikiran (objek batin, dharma).

“Praktik Napas Berkesadaran Penuh, jika dikembangkan dan dipraktikkan secara terus menerus, akan menuntun pada pencapaian sempurna dari Empat Landasan Kesadaran Penuh.”

IV

Lebih dari itu, jika mereka dikembangkan dan terus menerus dipraktikkan, Empat Landasan Perhatian Penuh akan menuntun pada Tujuh Faktor Pencerahan yang sempurna. Bagaimana bisa?

“Ketika praktisi dapat mempertahankan, tanpa gangguan, berlatih mengamati tubuh di dalam tubuh, perasaan di dalam perasaan, pikiran di dalam pikiran, dan objek pikiran di dalam objek pikiran, dengan tekun, terjaga sepenuhnya, dengan jernih memahami keadaannya, melampaui semua kemelekatan dan penolakan terhadap kehidupan ini, dengan stabilitas meditasi yang teguh, kukuh dan tak tergoyahkan, ia akan mencapai Faktor Pencerahan Pertama, yaitu kesadaran penuh (mindfulness). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

“Ketika praktisi dapat bersemayam dalam kestabilan meditasi tanpa terganggu dan dapat menyelidiki setiap dharma (fenomena, objek pikiran), setiap objek pikiran yang muncul, maka Faktor Pencerahan Kedua akan lahir dan berkembang dalam dirinya, yaitu faktor menyelidiki dharma (factor of investigating dharmas, dhamma vicaya). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

“Ketika praktisi dapat mengamati dan menyelidiki setiap dharma dengan cara berkelanjutan, tekun, dan teguh, tanpa terganggu, Faktor Pencerahan Ketiga akan lahir dan berkembang dalam dirinya, yaitu faktor energi (factor of energy, viriya). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

“Ketika praktisi telah mencapai kestabilan, diam tak tergoyahkan dalam arus latihan, Faktor Pencerahan Keempat akan lahir dan dikembangkan dalam dirinya, yaitu faktor sukacita (factor of joy, pīti). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

“Ketika praktisi dapat berdiam tanpa gangguan dalam keadaan sukacita, ia akan merasakan tubuh dan pikirannya menjadi ringan dan damai. Pada titik ini, Faktor Pencerahan Kelima akan lahir dan dikembangkan, yaitu faktor kelegaan (factor of ease, passaddhi). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

“Ketika tubuh dan pikiran tenang, praktisi dapat dengan mudah masuk ke dalam konsentrasi. Pada titik ini, Faktor Pencerahan Keenam akan lahir dan dikembangkan di dalam dirinya, yaitu faktor konsentrasi (factor of concentration, samādhi). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

“Ketika praktisi berdiam dalam konsentrasi dengan ketenangan yang dalam, ia akan berhenti membeda-bedakan dan membandingkan. Pada titik ini, Faktor Pencerahan Ketujuh muncul, lahir, dan dikembangkan dalam dirinya, yaitu faktor pelepasan (factor of letting go, upekkha). Ketika faktor ini dikembangkan, itu akan menjadi sempurna.

Ini adalah bagaimana Empat Landasan Kesadaran Penuh, jika dikembangkan dan dipraktikkan secara terus menerus, akan menuntun pada pencapaian sempurna dalam Tujuh Faktor Pencerahan. ”

V.

“Bagaimana Tujuh Faktor Pencerahan, jika dikembangkan dan dipraktikkan terus menerus, menuntun pada pencapaian sempurna dari pemahaman sejati dan pembebasan penuh?

“Jika praktisi mengikuti jalan Tujuh Faktor Pencerahan, hidup di tempat terpencil yang tenang, mengamati dan merenungkan lenyapnya nafus keinginan, ia akan mengembangkan kemampuan untuk melepaskan. Ini akan menjadi hasil dari mengikuti jalan Tujuh Faktor Pencerahan dan akan menuntun pada pencapaian sempurna dari pemahaman sejati dan pembebasan sepenuhnya.”

VI

Inilah yang disabdakan oleh Begawan, Yang Tercerahkan; dan setiap orang di dalam pesamuhan tersebut merasa bersyukur dan gembira telah mendengar ajaran-Nya.

Anapanasati Sutta, Majjhima Nikaya 118

 

Makan Berkesadaran Penuh: 7 Alasan untuk Mencobanya + Panduan Setahap demi Setahap

Oleh: Plum Village App Team

Makan berkesadaran penuh berarti membawa kesadaran kita pada makanan yang ada di piring dan mulut kita; mencurahkan perhatian penuh pada sensasi menyantap makanan pada saat ini. Cara demikian dapat mengubah hubungan kita dengan makanan sekaligus merupakan cara bagus untuk menerapkan perhatian penuh ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Berikut adalah beberapa alasan untuk makan dengan penuh kesadaran dan panduan untuk membantu Anda memulainya.

Mengapa perlu mencoba makan berkesadaran penuh?

1. Sangat menyenangkan

Menyantap makanan adalah pengalaman yang sangat sensual: aneka warna, tekstur, aroma, dan rasa. Tetapi seringkali tuntutan kehidupan sehari-hari membuat kita melewatkan kenikmatan yang dirasakan saat menyantap makanan. Ketika kita makan dengan penuh berkesadaran, bahkan makanan sederhana sekalipun bisa terasa jauh lebih nikmat.

2. Makan berkesadaran penuh dapat membantu kita makan dengan tidak berlebihan

Menyantap makanan tanpa pertimbangan bisa menjadi salah satu penyebab kita makan berlebihan. Kita tidak sepenuhnya memperhatikan apa yang kita makan. Makan tanpa berkesadaran juga membutuhkan waktu lebih lama bagi usus untuk menyampaikan pesan ke otak kita bahwa kita sudah kenyang. Jika kita memperlambat cara makan, menikmati makanan dan benar-benar memperhatikan sensasi di mulut, kita bisa merasa sangat puas dengan makanan kita meskipun makan lebih sedikit. Kita juga akan menjadi lebih sadar bahwa tubuh kita sudah cukup.

3. Makan dengan penuh kesadaran membantu pencernaan

Ketika kita makan dengan penuh kesadaran, kita cenderung mengunyah makanan kita lebih lama. Kelihatannya mungkin sederhana, tetapi kunyahan ekstra itu bisa membuat tubuh kita lebih mudah mencerna makanan dan membuat perut kita terasa lebih tenang setelah makan.

4. Ini cara yang bagus untuk selalu mindful setiap hari

Kita menyantap makanan setiap hari jadi jika kita bisa membiasakan makan dengan penuh kesadaran. Ini adalah cara yang bagus untuk membawa lebih banyak mindfulness ke dalam kehidupan kita sehari-hari.

5. Makan dengan penuh kesadaran menumbuhkan rasa syukur

Bersyukur adalah hal yang sangat baik bagi kita. Rasa syukur bahkan bisa mengubah otak kita. Dengan bersyukur kita akan jauh lebih mudah mengenali hal-hal baik yang sudah kita miliki dibandingkan mengejar lebih banyak lagi hal lain. Dan jika kita benar-benar dapat memperhatikan makanan yang kita makan, kita dapat lebih menghargai lagi hal-hal baik tersebut setiap hari.

6. Ini dapat menjadi pengalaman kosmik

Thich Nhat Hanh mengatakan bahwa kita dapat melihat sepotong makanan sebagai “duta kosmos”. Jika kita berhenti dan memikirkannya, itu benar! Hujan, sinar matahari, hasil kerja seorang petani, semuanya terkandung dalam sepotong wortel di piring kita. Jika kita meluangkan waktu untuk terhubung dengan cara itu, bahkan camilan kecil pun dapat menjadi pengalaman kosmik.

7. Kita dapat terhubung dengan nilai-nilai kita

Mungkin kita mencoba mengurangi konsumsi produk hewani karena kita tahu mereka berkontribusi terhadap krisis iklim. Atau mungkin kita ingin memperbanyak porsi makanan organik karena khawatir dengan efek pestisida di pedesaan. Ketika kita makan dengan penuh kesadaran, kita menjadi lebih sadar akan apa yang kita makan dan akan lebih memudahkan kita secara alami menyelaraskan dengan nilai-nilai kita tanpa perlu terlalu banyak kemauan atau usaha lagi.

Makan dengan penuh kesadaran: panduan setahap demi setahap

Tertarik untuk mencobanya? Begini caranya…

1. Berkomitmen untuk hanya makan

Seringkali kita makan dengan tangan masih memegang ponsel atau duduk di depan layar komputer di tempat kerja. Untuk makan dengan penuh kesadaran, kita dapat menyimpan perangkat kita terlebih dahulu dan meluangkan waktu hanya untuk makan. Bahkan jika itu hanya beberapa menit, itu akan membuat perbedaan besar.

2. Berhenti dan perhatikan

Berhenti sejenak sebelum Anda makan. Mungkin Anda dapat menyadari satu atau dua napas Anda. Kemudian perhatikan apa yang Anda lihat di dalam makanan. Warnanya, bentuknya, aroma apa saja. Luangkan waktu sejenak untuk benar-benar melihat apa yang ada di depan Anda.

3. Lihat sedikit lebih dalam

Luangkan waktu berikutnya untuk memperhatikan sedikit lebih dalam pada makanan di depan Anda. Bagaimana makanan tersebut sampai ke piring di depan Anda? Apa dan siapa yang mungkin terlibat dalam prosesnya? Bisakah Anda melihat matahari dan hujan di makanan Anda? Apakah ada rasa syukur yang muncul ketika Anda merenungkan semua kondisi yang telah hadir bersama sehingga makanan ini ada di depan Anda? Terlebih lagi jika Anda dapat memikirkan bahwa masih banyak orang yang kelaparan di dunia saat ini.

4. Makan sesuap lalu letakkan kembali garpu atau sendok di atas piring

Saat makanan masuk ke mulut, nikmati semua sensasi yang ditawarkan. Rasa dan teksturnya, juga air liur di dalam mulut Anda.

Akan lebih baik jika Anda meletakkan garpu atau sendok saat mengunyah. Telah mejadi kebiasaan kita untuk menyiapkan suapan berikutnya saat kita sedang mengunyah makanan. Ini adalah metafora yang tepat untuk menggambarkan kebiasaan kolektif kita yang suka berlari ke masa depan, sementara kita tidak sepenuhnya merasakan apa yang terjadi saat ini.

Kunyah makanan Anda sedikit lebih lama dari biasanya. Benar-benar menikmati suapan makanan yang di dalam mulut sebelum mengambil garpu atau sendok untuk menyiapkan suapan berikutnya!

5. Kembalikan pikiran Anda

Tidak dapat dihindari bahwa pikiran Anda akan mengembara. Satu menit Anda akan menikmati sensasi makanan di mulut Anda, selanjutnya pikiran Anda mungkin akan memikirkan pekerjaan apa yang perlu dilakukan setelah ini atau bahkan apa makanan Anda selanjutnya! Ini benar-benar normal. Setiap kali Anda menyadari bahwa pikiran Anda telah melayang, dengan lembut arahkan pikiran kembali untuk menyadari sedang menyantap makanan pada saat ini.

6. Tanyakan: ke mana makanannya “pergi”?

Setelah Anda selesai menyantap makan, mungkin akan sangat mencerahkan jika Anda bertanya pada diri sendiri ke mana makanan itu “pergi”. Kentang atau nasi akan benar-benar menjadi bagian dari kita, diserap ke dalam tubuh, dan mereka akan berlanjut ke masa depan dengan menyediakan energi bagi tindakan kita. Ini adalah cara lain untuk melihat saling keterkaitan (interbeing) dalam tindakan.

7. Berbaik hatilah pada diri sendiri

Kita tidak selalu dapat menyantap makanan dengan penuh berkesadaran. Kadang kala kita akan lupa. Terkadang terlepas dari upaya terbaik yang telah dilakukan, kita malah mengunyah pikiran dan rencana kita dan tidak sadar kunyahan kita. Itu tidak apa-apa. Kebiasaan kita untuk makan tanpa sadar adalah kebiasaan kolektif, dan kita mungkin telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk memperkuatnya. Lihatlah setiap kali Anda dapat makan berkesadaran penuh sebagai sebuah kemenangan kecil dan teruslah berusaha.

8. Dapatkan beberapa dukungan

Makan dengan kesadaran penuh lebih mudah jika dilakukan bersama dengan orang lain. Ketika sekelompok orang duduk bersama makan berkesadaran penuh dengan tenang, semua orang bertindak sebagai pengingat bagi satu sama lain. Anda dapat merasakan pengalaman makan berkesadaran penuh bersama di retret Plum Village atau mungkin Sanggha setempat (komunitas praktik mindfulness) Anda mengadakan kegiatan makan berkesadaran penuh bersama dan jika tidak, Anda selalu dapat memberikan saran untuk itu!

Jika Anda tidak dapat menemukan orang lain untuk mempraktikkan makan berkesadaran penuh, aplikasi Plum Village dapat mendukung Anda. Aplikasi meditasi gratis ini memiliki bagian tentang meditasi makan termasuk meditasi minum kopi atau teh, meditasi jeruk, dan Lima Perenungan yang dibacakan di pusat latihan Plum Village sebelum makan.

Kami berharap Anda menikmati makan berkesadaran penuh!

Alih bahasa (Rumini, Chân Tiết Xuân “True Spring Season”)

How to Live When a Loved One Dies

How to Live When a Loved One Dies

Meditasi Penyembuhan bagi Mereka yang Berduka dan Kehilangan

Thich Nhat Hanh

Dalam buku yang menawarkan bantuan kepada siapa pun yang sedang mengalami masa kesedihan dan kehilangan yang mendalam, Master Zen Thich Nhat Hanh membagikan kata-kata bijak yang menghibur dan dapat diakses mengenai cara mengubah penderitaan kita dalam menghadapi kematian.

Segera setelah kehilangan, terkadang hanya itu yang dapat kita lakukan untuk tetap bernapas. Ajaran yang membumi dari guru Buddhist yang dicintai oleh dunia internasional, Thich Nhat Hanh, menolak cara konvensional kita dalam memandang kematian, dan menunjukkan kepada kita jalan yang lembut menuju penyembuhan dan bertransformasi.

Buku ini menawarkan panduan tentang cara mengatasi badai emosi seputar kematian orang yang dicintai dan menawarkan praktik sederhana namun kuat – dimulai dengan bernapas penuh kesadaran dan jalan penuh kesadaran – yang dapat membantu kita. Buku ini dilengkapi dengan cara-cara konkret untuk membantu kita berdamai dengan kematian (dan kehilangan), merasa terhubung dengan orang yang kita cintai lama setelah mereka melepaskan bentuk fisiknya, dan mengubah kesedihan kita menjadi suka cita.

Buku ini bisa dibeli di Penguin Books

Menumbuhkan Semangat Baru

Menumbuhkan Semangat Baru

Saya ingin mengisahkan beberapa pengalaman dan kesan-kesan dari program kewawasan (mindfulness). Saya ingat waktu pertama kali mengikuti program kewawasan, saya menemukan banyak hal baru. Aktivitasnya memang berkenaan dengan sehari-hari, berjalan, menyantap makanan, dan istirahat (relaksasi total), namun semua itu dilakukan dengan berkewawasan, penuh perhatian kesadaran.

Waktu saya mencoba menyantap makanan dengan cara berkewawasan, dalam hati saya membatin, “Baru kali ini saya makan selambat ini, rasanya agak gak sabar”, walaupun demikian saya tetap mengikuti instruksi agar makan pelan-pelan saja. Teknik berjalan dengan pelan juga demikian, rasanya tidak sabar kalau diminta jalan pelan-pelan.

Setelah pulang ke rumah saya merenungkan kembali apa yang telah saya alami, “Kenapa yang saya dapatkan hari ini berbanding terbalik dengan keseharian saya, yang biasanya saya makan cepat-cepat yang beberapa kali ngunyah langsung menelan makanan tanpa berpikir bagaimana usus mengolahnya?  Jalan yang selalu seperti terburu-buru”.

Kegiatan kewawasan itu membuat saya sadar bahwa ketika makan sudah selayaknya sadar kalau sedang makan, dan kalau saya berjalan ya benar-benar sadar kalau saya sedang berjalan, sejak itu juga saya makin tertarik dan lebih ingin mengetahui lebih banyak lagi.

Sudah pergi

Pada pertengahan Juli 2019, Yayasan Ananda mengadakan Retret. Retret untuk kali ini di pandu langsung oleh Bante Nyanabhadra dan di bantu oleh Ibu Sri. Saya sangat terinspirasi, bagi saya saat mengikuti retret ini ketika melihat salah satu kutipan yang di tampilkan di slide yang berisi “masa lalu telah pergi, masa depan belum juga tiba, hanya ada satu masa untuk hidup yaitu masa sekarang” by : Buddha Gotama.

Ketika saya membaca kutipan itu saya langsung tersadarkan bahwa saya salah satu dari orang yang sering memikirkan dan mengingat masa lalu, dan sangat khawatir dan mencemaskan masa depan, tanpa saya sadar dengan hidup saya saat ini. Selain penjelasan tentang masa lalu dan masa depan saya juga tertarik dengan penjelasan tentang panca indra.

Ketika kita melakukan dan menjalani aktivitas, kita tidak sadar bahwa panca indra sangat berperan penting terhadap pikiran. kita tidak pernah menyadari bahwa panca indra tersebut saling mempengaruhi pikiran, baik pada saat kita mengalami kegagalan, kemarahan, kejujuran, kesetiaan, keangkuhan, dan sebagainya. Setelah itu, kita bisa mengambil sikap tetap tenang dan kembali ke napas masuk dan napas keluar maka kita akan merasakan ketenangan.

Berkesan

Selain itu saya juga senang sekali dengan pelajaran yang diberikan Bhante, Bhante berkata jika kita sedang emosi jangan lupa BIBO “kembali ke napas masuk dan napas keluar“, tidak tahu kenapa saya tertarik sekali dengan itu sangat sederhana kata-kata nya tapi mampu meredakan emosi, karena sampai saat ini kalau saya terbawa emosi atau dalam keadaan hati yang kacau saya melakukan BIBO tersebut dan Puji Tuhan itu benar-benar membuat saya tenang.

Dalam kegiatan retret ini juga saya suka dengan “Noble Silent” tidak berbicara dengan teman sekamar pada saat ingin tidur, itu juga pengalaman yang gak bisa dilupakan sekaligus hal yang lucu karena pada saat hari pertama kami masuk ke kamar mau tidur kami benar-benar gak ada berbicara padahal mata saling berpandangan, ternyata dengan begitu saya bisa merasakan ketenangan dan tidak mengganggu satu sama lain.

Ada hal yang saya kesalkan pada saat makan pagi. Makanan pagi kami saat itu bihun goreng, itu pertama sekali saya memakannya, karena saya benar-benar tidak suka bihun, tapi karena keadaan saya saat itu memang benar-benar lapar, sebelum makan saya kembali ke napas masuk dan napas keluar baru memasukkan bihun goreng itu ke mulut. Setiap suapan saya telan dan langsung minum dan begitu sampai habis, dan akhirnya saya mampu memakannya tanpa tersisa sedikitpun.

Suara gitar

Tapi ada satu hal yang paling berkesan bagi saya, itu pada saat bernyanyi bersama, ketika saya melihat Bhante memainkan gitar saya sempat berkata dalam hati “ya ampun ternyata Bhante bisa bermain gitar perfectnya”, selain mampu menjadi inspirasi bagi semua pendengarnya saat mendengarkan dia memaparkan semua materi atau pembahasan dia juga mampu memainkan gitar yang seketika orang terkesima saat mendengarkan suara gitar itu.

Saya memang salah satu orang yang kagum melihat orang yang bisa bermain gitar, lagu demi lagu kami nyanyikan seolah tak mau berhenti, bernyanyi salah satu hal yang membuat saya bahagia dan memang benar dengan bernyanyi bisa menumbuhkan semangat baru. 

Terimakasih Ibu Rumini yang telah mengenalkan latihan ini kepada saya, terimakasih juga kepada Bhante Nyanabhadra yang telah banyak memberikan pelajaran begitu juga dengan ibu Sri yang sudah banyak membantu, dan saya mengucapkan terimakasih kepada Yayasan Ananda yang sudah bersedia memberikan kesempatan yang indah untuk mengikuti tetret, dan terima kasih buat semua orang-orang yang terlibat dalam acara ini. Semoga semua makhluk berbahagia.

VIOLA, guru sekolah Ananda, Bagan Batu.

Menghargai Semua Hal-hal Kecil

Menghargai Semua Hal-hal Kecil
Nomor dua dari kiri: Rohliyanah Saragih

Saya seorang muslimah. Per Juli 2019, saya sudah mengajar selama dua tahun di Sekolah Ananda. Di sekolah tersebut ada program pelatihan khusus DOM (Day of Mindfulness). Pelatihan itu adalah praktik hidup berkewawasan. Entah bagaimana, kok praktik hidup berkewawasan seperti ini malah membuat saya lebih dekat dengan Tuhan.

Saya merasa bersyukur dan sadar bahwa Tuhan selalu memberikan saya napas, itulah yang saya butuhkan untuk hidup. Tanpa makanan dalam sehari saya masih bisa hidup, namun saya tidak akan bisa hidup jika tidak bernapas walau hanya 15 menit saja.

Kesadaran sepenuhnya

Mindfulness adalah momen kewawasan (kesadaran sepenuhnya) di sini dan saat ini. Latihan yang membawa atensi sepenuhnya terhadap apa pun yang sedang kita lakukan. Pertama-tama saya merasa nyaman mempraktikkan cara teknik demikian. Saya juga merasa ada energi kesabaran ketika di sekolah. Ada kekuatan kesabaran yang saya rasakan ketika harus menghadapi orang tua yang terkadang tidak puas dengan sekolah, terkadang saya pun ikut kena marah.

Ketika saya ingat mindfulness, saya jadi ingat bernapas masuk dan bernapas keluar. Saya menjadi sadar untuk tetap sabar, ketika saya membalas kemarahan dengan senyum kecil tulus di bibir, kemarahan mereka juga mulai berkurang sedikit. Selain menenangkan diri, ternyata saya menyadari lagi bahwa saya sering tidak sadar (terburu-buru) ketika mengerjakan pekerjaan rumah. Sekarang saya bisa lebih santai, lebih sadar, dan bersyukur dalam mengerjakan pekerjaan rumah.

Praktik mindfulness di sekolah hanya diadakan sebulan sekali, walaupun demikian saya merasa memberikan pengaruh kepada kehidupan saya. Mindfulness mengajari saya berbahagia sendiri terlebih dahulu untuk bisa ikut membahagiakan orang di sekitar. Saya diajarkan untuk menyayangi tubuh sendiri, menjaga asupan-asupan makanan yang saya santap.

Salah satu praktik mindfulness adalah makan dengan hening. Saya menjadi sadar bahwa saya sering jahat dengan lambung saya, makan terburu-buru, padahal dalam Islam diajarkan untuk makan dengan perlahan, namun saya sering alpa. Saya menjadi sadar kembali bahwa perlu makan dengan sadar dan mengunyah lebih banyak lagi agar lambung tidak bekerja keras, sekaligus membantu saya memilah asupan apa saja yang pantas masuk ke dalam tubuh saya.

Saya belajar menyayangi bumi, melakukan hal-hal kecil seperti buang sampah pada tempatnya, menghemat air. Saya sering kurang sadar, makanya sering memboroskan air, saya membiarkan air keran terus mengalir. Saya ingin menjaga bumi, jika saya memboroskan air terus maka saya salah satu orang yang bersalah terhadap anak saya sendiri, mungkin nanti generasi akan datang akan kekurangan air.

Plum Village Thailand

Bersabar berbaur

Saya mengikut retret mindfulness pada bulan Juli 2019. Saya berterima kasih kepada Ibu Ani telah menggabungkan saya dengan teman-teman yang berbeda karakter. Saya menjadi tahu bagaimana kasih seorang ibu kepada anaknya. Ada satu pengalaman waktu saya shalat, ada yang mengedor-gedor pintu yang saya harus menggunakan teknik napas masuk napas keluar untuk mengatasinya. Akhirnya saya memilih untuk membatalkan shalat saya agar orang lain tidak terganggu.

Berlatih dengan Bhante Nyanabhadra selama tiga hari membuat saya sadar untuk menikmati hari ini jangan memikirkan masa lalu atau masa depan , “Mindfulness is the energy of be being aware and awake to the present moment”. Saya baru pertama kali bertatapan langsung dengan seorang bhante. Retret ini saja jadi tahu bagaimana seorang bhante yang berbaur dengan orang-orang di sekitarnya. Tidak ada jarak di antara kami. Kami makan bersama, bahkan waktu sarapan saya melihat dengan jelas bhante mau memindahkan piring sendiri ke sebelah untuk kami. Belum lagi saya benar-benar terheran saat melihat duduk bhante yang bersila sampai berjam-jam tanpa gelisah.

Semua pelajaran yang diberikan Bhante sangat berguna. Salah satu perkataan bhante adalah “jangan membungkus seseorang“, maksudnya tidak selamanya seseorang itu salah, bisa saja saat itu orang itu memang salah, tetapi kita tidak tahu besok seseorang itu bisa berubah dan belajar dari kesalahannya.

Perkataan lain dari bhante adalah “jangan menilai seseorang dari luar“, saya pun jadi memahami bahwa selama ini saya hanya menilai dari luar tidak dari dalam. Saya juga sangat suka saat bhante membunyikan lonceng dengan kata satukan pikiran, jadi jika tadinya pemikiran sudah bercabang-cabang, saat mendengar lonceng maka saya kembali lagi hadir seutuhnya.

Menikmati kehidupan

Dengan retret ini saya akan lebih kuat lagi menghadapi orang tua murid yang marah-marah karena bhante sudah memberi metodenya dengan bibo (breathing in breathing out) dan membersihkan ruang tamu hati agar negativitas dari gudang kesadaran bisa segera tenang, dan jarang masuk ke ruang tamu pikiran.

Terima kasih Bhante telah banyak memberi ilmu dan metode untuk kehidupan ini. Terima kasih Ibu Ani, saya bisa bertemu bhante, saya menjadi lebih bersyukur dan menikmati kehidupan saya.

Ada satu lagi yang terlewat saya ceritakan, yaitu ketika sesi siram bunga, hampir rata-rata memuji saya tidak pernah marah dan selalu senyum mulai dari pagi sampai sore hehehe. Sekali lagi terima kasih untuk retret ini mudah-mudahan tahun depan bisa ada retret lagi.

ROHLIYANA SARAGIH, guru sekolah Ananda, Bagan Batu.

Wake Up Camp for Millenial Empowerment

Wake Up Camp for Millenial Empowerment
Wake Up Camp @PekanBaru

Wake Up Camp for Millennial Empowerment di SMA Dharma Loka Pekanbaru adalah kegiatan untuk membantu mematangkan kekuatan mental agar seimbang secara kognitif dan spiritual. Perkembangan dari segala sisi kehidupan modern perlu dibarengi dengan persiapan-persiapan matang untuk generasi baru yang unggul. Acara dikemas dalam durasi 5 hari 4 malam, dari 30 Mei s.d. 3 Juni 2019.

Program ini secara khusus memantapkan integritas diri melalui metode “mindful living”. Teknik ini merupakan pendekatan kewawasan (mindfulness) dari Plum Village. Peserta diajak untuk menyadari apa yang dimiliki saat ini, menyadari apa yang ingin dicapai. Cara-cara sederhana seperti breathing, eating in silent, loving myself, dan deep relaxation.

Anak-anak memiliki kesempatan untuk pulang ke hati masing-masing, merasakan stabilitas pribadi, kokoh di masa kini, tidak memenjarakan diri di masa lalu, kemudian siap menyambut masa depan. Mental demikian menjadi landasan pemantapan integritas peserta.

Mindful breathing merupakan teknik penting. Peserta dibantu untuk sering-sering kembali menyadari napas. Mereka mencurahkan atensi pada napas masuk dan keluar sekaligus mengendurkan seluruh badan jasmani. Napas adalah anugerah dari Yang Maha Kuasa, sungguh suatu berkah yang perlu disyukuri dari waktu ke waktu.

Rasa syukur (gratitude) sangatlah penting. Peserta mendapat bekal penyadaran, walaupun dalam kondisi sulit sekali pun, sebetulnya mereka masih memiliki berkah karena napas masih mengalir lancar. Selain breathing, mereka juga mempraktikkan makan dengan hening. Sumber energi dari makanan menjadi kekuatan pendorong untuk hidup harmonis dengan diri sendiri, pihak lain, dan alam semesta.

Program ini juga membantu peserta untuk menumbuhkan kepercayaan diri melalui mencintai diri sendiri (self love). Anak-anak hadir di sekolah berasal dari latar belakang berbeda-beda, memang sejak awal beda, tidak bisa disama-ratakan. PBB pernah merilis penelitian bahwa sekitar 60% anak-anak tumbuh pada lingkungan yang kurang ideal.

Pengalaman kurang baik, kepahitan, rasa tidak diterima, rasa diabaikan dan kurang diperhatikan adalah beberapa kasus sering terjadi dan sangat mempengaruhi perkembangan anak. Oleh sebab itu, agar masalah-masalah tersebut bisa diatasi pada saat remaja menuju dewasa maka sangat penting untuk bisa menerima diri sendiri. Mereka juga perlu menerima apa yang telah terjadi supaya tidak menjadi batu sandungan di masa yang akan datang.

Sebagai penutup adalah deep relaxation. Hingar bingar dunia dengan segala aktivitas dan daya tariknya maupun tekanannya sering membuat tubuh menjadi lelah. Apabila hal itu tidak disikapi dengan baik maka akan berpengaruh kepada kualitas fisik dan mental. Sesungguhnya, tubuh yang stres memang tidak baik untuk kesehatan maupun pikiran, sehingga diperlukan istirahat yang berkualitas ataupun deep relaxation.

Deep relaxation membantu menurunkan detak jantung untuk lebih santai, dan membuat peredaran darah lebih lancar, serta lebih baik dalam mengeluarkan zat-zat sisa di dalam tubuh. Ini adalah manfaat utama melakukan relaksasi, melepas stres. Tubuh akan lebih tenang dan bisa mengontrol hormon stres ketika tubuh relaks atau santai.

Ketika seseorang berada dalam suasana hati atau mood relaks, dia juga kan lebih tenang dan damai. Anda akan menjadi lebih bahagia dan bisa mengendalikan kemarahan. Ini adalah manfaat bagi mental dari relaksasi.

Moras Tenando Aji, Wakil Kepala Sekolah Bid. Kesiswaan, SMAS Dharma Loka Pekanbaru

Menepi Sebentar Mengeluarkan Kerikil Kecil dari Sepatu

Menepi Sebentar Mengeluarkan Kerikil Kecil dari Sepatu
Menepi sebentar

Sudah 40 tahun lebih saya menjalani hidup, walaupun banyak kondisi yang sudah saya lalui, tetapi saya tidak pernah paham arti kehidupan. Bagi saya bangun pagi, ke kantor, pulang dan tidur merupakan rutinitas yang kewajiban yang dilakoni setiap hari.

Ada seorang guru yang saya hormati, ia sering memberikan kata “kunci” untuk membuka pintu kebodohan dan kemelekatan saya. Suatu hari ia memberikan izin kepada saya untuk pergi berlatih di Plum Village Thailand.

Saya juga bersyukur karena ada seorang sahabat juga mendukung saya. Kami berkumpul dan belajar dalam jumlah peserta yang lumayan banyak dan dari berbagai Negara dan dari berbagai daerah di Indonesia.

Ritme Berjalan

Saat meditasi pagi, kami diminta duduk hening di baktisala,  setelah itu kami meditasi jalan. Saya mengenakan jaket karena masih sangat pagi dan cuaca dingin. Kondisi sekitar gelap, sehingga penglihatan sungguh terganggu. Tidak bisa melihat dengan jelas, berjalan tanpa arah tujuan, hanya mengikuti peserta lain yang jalan di depan.

Semua peserta berjalan dengan ritme yang berbeda, dengan cara yang berbeda. Tidak lama berjalan, ada batu kecil yang masuk dalam sepatu, membuat langkah saya tidak nyaman karena sakit. Saya masih tetap berjalan sampai akhirnya menepi. Agar tidak menghalangi peserta di belakang saya untuk melangkah, saya mengeluarkan batu kecil dari sepatu, setelah itu melangkah kembali.

Jalan yang kami lalui ada yang berbatu kecil-kecil, ada yang hanya tanah tanpa rumput, ada juga jalan yang lebih lembut karena basah, ada juga jalan yang datar dan yang tidak datar.

Selama kurang lebih 45 menit kami berjalan, matahari mulai bersinar, lingkungan di sekitar mulai kelihatan dengan jelas, ada berbagai tanaman buah, bunga dan rumput yang ikut tumbuh, ada banyak jenis dan bentuk batu di tempat kami berjalan.

Mengikuti Rutinitas

Saya mulai menikmati pemadangan, merasakan hangatnya matahari, melihat langit, matahari dan tanaman di sekitar terasa indah. Apa pun yang saya lihat indah, udara menyegarkan, cuaca menyejukkan, suara alam begitu damai. Matahari terbit terasa indah, terbenam juga indah, bulan juga indah, sampai rumput yang tumbuh pun terasa indah, membawa kedamaian.

Hari kedua meditasi jalan, saya memaknai hidup sama dengan meditasi jalan. Hidup tanpa tujuan, tanpa mengetahui apa yang kita inginkan dan kita butuhkan, sama halnya dengan berjalan dalam kegelapan, kita melewati hari hanya mengikuti rutinitas.

Semua orang punya cara dan reaksi yang berbeda dalam setiap kondisi yang dihadapinya, sama halnya saat berjalan dengan ritme berbeda dan juga cara berjalannya. Saat orang lain yang tidak sengaja melukai kita, sama halnya dengan batu kecil tidak tidak sengaja masuk ke dalam sepatu.

Perjalan hidup terkadang lancar, terkadang tidak lancar, sama halnya dengan medan jalan yang dilalui, berbatu, berpasir, penuh rumput atau tidak rata.

Titik Terang

Jika kita dapat terus bertahan dan melangkah maju, akan ada titik terangnya, tidak selamanya berjalan dalam kegelapan, ada matahari yang terbit menggantikan gelap menuju terang, hangatnya matahari mengusir rasa dingin yang dirasakan di awal berjalan.

Sepanjang menjalani kehidupan, pikiran dipenuhi dengan hal-hal positif, memancarkan cinta kasih ke semua akan terasa begitu indah. Matahari di Thailand dan di Indonesia sama saja,yang berbeda adalah bagaimana cara kita melihat, merasakan dan menanggapi hal yang berada di hadapan kita.

Jika sangat lelah, sedih dan kecewa, jangan dipaksakan, kita bisa menepi sebentar, mengeluarkan batu kerikil kecil yang tanpa sengaja masuk ke sepatu kita. Setelah siap kita baru melangkah kembali.

Saat berjalan terlalu cepat, di dalam kegelapan, tanpa sengaja menabrak atau menyakiti orang yang kita lalui dan tidak melihat sekitar, kita hanya fokus di depan, bagaimana bisa lebih cepat.

Saat berjalan terlalu lambat, kita ketinggalan barisan, tidak ada yang bisa kita minta bantuan. Berjalan tidak perlu terlalu cepat atau terlalu lambat, tapi mengikuti irama, mendengar suara alam, melihat keindahan di hadapan kita, perasaan damai membawa kebahagiaan.

Lepaskan

Sahabatku, terima kasih punya kondisi yang sangat baik bisa bertemu dan berlatih bersama. Sahabatku begitu luar biasa, belajar bersama selama beberapa hari, membuat saya mengerti bahwa di atas langit ada langit lagi. Membuat saya merasa begitu kecil dan membuat saya melihat keakuan yang ada di dalam diri saya.

Saya bukan orang yang paling menderita, saya bukan orang yang paling benar, semua orang ada masalah yang dihadapinya, akan tetapi reaksi dan cara menyelesaikannya adalah yang paling penting. Akhirnya sampah yang saya pungut dalam perjalanan hidup akhirnya bisa saya lepaskan.

Jika Anda melepas sedikit, Anda akan sedikit damai, Jika Anda melepas banyak, Anda akan banyak damai, Jika anda melepas penuh, Anda akan mengetahui kedamaian dan kebebasan penuh, Pergulatan Anda dengan dunia akan berakhir sudah

(Hello Happiness, Ajahn Brahm)

Saya akan berbagi sebuah kata kunci dari suhu :
Janganlah terpengaruh oleh masalah, kegelisahan, tidak nyaman, dan kemelekatan orang lain. Itu adalah urusan mereka. Suka, tidak suka, senang, tidak senang, nyaman, tidak nyaman biarlah mereka sendiri mengurusnya. Sementara ini, kita cukup menjaga kesadaran, terus belajar, berlatih dan berpraktik Dharma.

Terima kasih SUHU,

SVD

Why Do We Need To Be Mindful?

Why Do We Need To Be Mindful?
Dari kiri: Okta, Lili, Nuan, Finny, dan Wati

Sadar? Apakah ada manfaat jika kita melakukan aktivitas dengan sadar? Sadar yang dimaksud adalah sadar akan napas, sadar akan segala aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Retreat dapat menjadi jalan untuk membuat saya menjadi sadar setiap saat. Mengembalikan energi positif ke dalam tubuh.

Saya mengikuti retret yang diadakan oleh Plum Village Thailand pada tanggal 26 Desember 2018 sampai dengan 1 Januari 2019. Retret ini dinamakan Asia Pacific Sangha Retreat. Banyak peserta dari luar negeri seperti Korea, Jepang, Vietnam, Thailand, Amerika, Australia, Tiongkok, Indonesia, Hongkong dan sebagainya.

Dharma Universal

Saya merasa kagum karena tidak semua yang mengikuti acara ini beragama Buddha, tetapi mereka tersentuh dengan praktik meditasi. Pikiran saya terbuka dan menjadi tahu bahwa tidak harus beragama Buddha untuk mempelajari Dharma. Dharma bersifat universal.

Saya sangat senang karena saya dapat mengenal teman spiritual dari berbagai negara dan dapat berkomunikasi dengan mereka. Kalau lawan bicara saya tidak paham Inggris biasanya saya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh sehingga mereka mengerti apa yang saya katakan meski memiliki waktu lama untuk sama-sama paham.

Grup Dharma sharing saya adalah group Indonesia. Namun, karena saya merasa ingin meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, saya meminta kepada fasilitator saya untuk mengganti grup menjadi internasional dan fasilitator saya memperbolehkan lalu memberikan rekomendasi ke grup yang cocok untuk saya.

Saya mendapat grup dari delapan negara berbeda. Inilah kesempatan emas bagi saya untuk melatih kemampuan berbahasa Inggris saya dalam mendengar dan berbicara. Fasilitatornya berbeda dengan yang gelombang pertama sehingga dapat mengganti suasana dalam Dharma sharing.

Suasana dalam dhamma sharing kali ini lebih serius dan lebih berbagi mengenai apa yang dirasakan selama di sana dan pengalaman pribadi beberapa peserta. Saya mendapat teman dan keluarga baru di Thailand. Semua adalah keluarga, keluarga dalam Dharma.

Anjali

Selama di retret,  saya mendapatkan mami dan papi baru. Umur saya paling muda di retret itu dan ternyata ada satu cici yang memiliki anak yang sudah seumuran saya. Dia tidak mau dipanggil aunty, ya sudah sekalian saja saya panggil mami.

Saya mendapat satu hal pembelajaran yang menjadi pertanyaan saya dari dulu. Mengapa kita harus bow saat ingin sharing dan membalas bow orang yang ingin sharing. Saya hanya sekedar menangkap bahwa itu sebagai rasa saling menghormati satu sama lain.

Ternyata di balik itu terdapat arti sendiri. Tangan kiri diibaratkan sebagai pikiran dan tangan kanan diibaratkan sebagai tubuh dan disatukan membentuk sebuah sikap anjali lalu membungkuk badan kepada komunitas. Artinya tubuh dan pikiran disatukan untuk sharing pengalaman kepada komunitas yang berada di lingkaran dengan penuh kesadaran, menyampaikan apa yang ingin kita sampaikan dari hati dan pikiran

Not For Sale

Di Plum Village ada suatu tempat yang dinamakan bookshop. Walau namanya bookshop, tidak hanya menjual buku, tetapi juga jual baju, snack, dan sebagainya. Di balik latihan, terdapat shopping time yang sangat ditunggu para peserta. Saya membeli banyak barang untuk dibawa ke Jakarta karena barang yang dijual di Plum Village tidak semuanya mudah dicari di Jakarta

Pada saat saya sedang asik melihat-lihat barang, saya tertarik dengan patung Buddha yang dibingkai kristal. Sangat menarik perhatian saya, saya berencana untuk membelinya untuk diletakkan di altar rumah. Saya pun mengangkat patung Buddha tersebut dan membawanya menuju kasir untuk menanyakan harga patung  tersebut. Dan setelah saya sampai kasir, salah satu kasir dengan muka sedikit panik bilang “Sorry sister, not for sale, not for sale!”.

Patung Buddha Kristal
Patung Buddha Kristal

Saya dengan spontan langsung meletakkannya kembali ke tempat semula. Saya kira dijual karena mui dan genta saja dijual, jadi tidak ada salahnya jika menanyakan harga  patung tersebut karena memang beberapa barang yang dijual tidak tertera harganya. Pelajaran bagi saya untuk lebih sadar membedakan barang yang dijual dan tidak, mungkin saya sedang error saat itu.

Kado ZONK

Hari terakhir ada perayaan exchange gift (tukar kado). Tukar kado merupakan salah satu acara yang sangat menarik karena dilakukan dengan bermain games. Games-nya adalah orang pertama mengambil kado dan saya mendapat urutan pertama karena saya satu-satunya orang yang mengambil “5 Latihan hidup sadar” di kelompok, jadi mereka menunjuk saya.

Setelah mengambil kado, orang kedua dapat memilih ingin mengambil kado lagi atau dapat mengambil kado saya. Saya mendapatkan kado makanan dan sebenarnya saya lebih menginginkan mendapatkan kado barang yang bisa dikenang. Saya berharap orang kedua mengambil kado saya dan ternyata, ZONK.

Orang kedua lebih memilih untuk mengambil yang baru. Hingga orang terakhir tidak ada yang ingin mengambil hadiah saya, tetapi saya bersyukur setidaknya mendapatkan hadiah yang bisa dimakan dan membuat perut menjadi kenyang. Mungkin saya memang sudah berjodoh dengan makanan, kemana-mana selalu bertemu makanan, dan muncullah “Diet itu besok”.

Sesi tukar kado adalah sesi yang paling seru dan menarik karena sangat menantang untuk menandakan bahwa barang itu impermanence (sementara). Barang tersebut tidak akan selamanya menjadi miliknya karena bisa diambil oleh orang lain yang mengincarnya sehingga dapat menandakan bahwa semua di dunia ini bersifat sementara dan mengalami perubahan (Anicca).

Juragan Thai Tea

Setelah acara selesai, kami berjalan mengelilingi kota Pak Chong, dan yang paling mengesankan adalah jalan di lembah. Untuk mencapai air terjun saja harus jalan 3km. Sekitar 1,5 jam baru sampai ke air terjun dan saya bisa melampauinya walau capek banget,  maklum jarang olahraga, tapi seru juga melihat pemandangan alam yang sangat alami sambil bercerita.

Setelah itu, kami pergi ke pasar tradisional Pak Chong dan seketika mata saya tertuju pada Thai tea yang menjadi target saya untuk oleh-oleh. Saya langsung borong 15 bungkus besar, maka julukan “juragan Thai tea” pun muncul. Satu bungkus untuk satu tahun saja mungkin masih tersisa. Pulang dari Thailand langsung jualan Thai tea, boleh juga tuh idenya untuk menambah penghasilan. Setelah puas berbelanja, kami pun kembali ke Plum Village Thailand untuk beristirahat.

Phinawati Tjajaindra (Nuan)mahasiswa UPH, jurusan Hukum. Praktisi kewawasan (mindfulness) dan sukarelawan Retret dan Day of Mindfulness.

Mencuci Piring

Mencuci Piring

The clouds in this cup of tea

Oleh Thich Nhat Hanh
Dikutip dari “At Home in the World: Stories and essential teachings from a monk’s life

Ketika saya masih Samanera di Pagoda Tu Hieu, mencuci piring adalah tugas yang sangat tidak menyenangkan. Setiap tahun ketika Retret musim hujan, semua biksu akan datang kembali ke wihara untuk berlatih bersama selama tiga bulan, dan terkadang hanya kita (dua Samanera) yang bertugas memasak dan mencuci semua peralatan untuk lebih dari seratus biksu.

Pada waktu itu tidak ada sabun. Kita hanya punya abu, sekam nasi, dan sekam kelapa, hanya itu saja. Mencuci tumpukan mangkok yang sangat tinggi merupakan tugas yang sulit, terutama saat musim dingin di mana air sangat dingin membeku.

Jadi kami harus memanaskan air di teko besar sebelum bisa mulai mencuci. Jaman sekarang, dengan adanya sabun cair, sabut penggosok khusus, dan bahkan air hangat, sangat mudah untuk menikmati mencuci piring.

Bagi saya, ide bahwa mencuci piring itu tidak menyenangkan dapat muncul hanya jika Anda tidak melakukannya. Sewaktu anda berdiri di depan wastafel dengan lengan baju digulung dan tangan di dalam air hangat, itu sangat cukup menyenangkan.

Saya menikmati waktu saya dengan setiap piring, menjadi sadar sepenuhnya terhadap piring tersebut, air, dan setiap gerakan tangan saya. Saya tahu jika saya buru-buru untuk menyelesaikannya agar bisa segera duduk dan makan hidangan penutup atau menikmati secangkir teh, waktu mencuci piring akan jadi tidak menyenangkan dan tidak patut dilakukan. Adalah sangat disayangkan, karena setiap menit, setiap detik kehidupan adalah keajaiban. Piring-piring itu sendiri dan fakta bahwa saya ada di sana mencuci adalah keajaiban!

Jika saya tidak mampu mencuci piring dengan gembira, jika saya mau menyelesaikannya cepat-cepat supaya bisa pergi dan menikmati hidangan penutup atau secangkir teh, saya akan sama tidak mampunya untuk menikmati hidangan penutup atau teh ketika saya akhirnya mendapatkannya.

Dengan garpu di tangan saya, saya akan memikirkan tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya, sehingga tekstur dan rasa hidangan penutup, serta kenikmatan memakannya, semuanya akan hilang.

Saya akan selalu diseret ke masa depan, kehilangan kehidupan seluruhnya, dan tidak akan pernah bisa hidup di masa kini.

Setiap pemikiran, setiap aksi dalam cahaya mentari kesadaran akan menjadi suci. Dalam cahaya ini, tidak ada batasan antara yang suci dan tidak.

Saya harus mengakui bahwa perlu lebih banyak waktu bagi saya sampai selesai mencuci piring, namun saya hidup sepenuhnya di setiap momen, dan saya bahagia.

Mencuci piring adalah sebuah cara dan sekaligus sebuah tujuan. Kita mencuci piring tidak hanya agar piring bersih, kita juga mencuci piring hanya untuk mencuci piring, untuk hidup sepenuhnya dalam setiap momen ketika mencucinya, dan untuk benar-benar bersentuhan dengan kehidupan.

Penerjemah: Hestia

Walking Meditation

Walking Meditation

Music by Leong Wan Yee
Vocal: Bodhicitta Wendy Tiow, Leong Wan Yee, Sean Liew (Bear), Karamen Chia
A Bodhicitta Production with the blessing of Plum Village www.bodhicittaproductions.com
Illustrations by Yên
Cartoon Sunrise Sunshine Timelapse: https://www.youtube.com/watch?v=B_G5y…
Walking Meditation- poem by Thich Nhat Hanh

Audio Mp3

Unduh Mp3 klik sini

Walking Meditation

Take my hand.
We will walk.
We will only walk.
We will enjoy our walk
without thinking of arriving anywhere.
Walk peacefully.
Walk happily.
Our walk is a peace walk.
Our walk is a happiness walk.
Then we learn
that there is no peace walk;
that peace is the walk;
that there is no happiness walk;
that happiness is the walk.
We walk for ourselves.
We walk for everyone
always hand in hand.
Walk and touch peace every moment.
Walk and touch happiness every moment.
Each step brings a fresh breeze.
Each step makes a flower bloom under our feet.
Kiss the Earth with your feet.
Print on Earth your love and happiness.
Earth will be safe
when we feel in us enough safety.

– Thich Nhat Hanh

Merenungkan Proses Kehidupan Sehari-hari

Merenungkan Proses Kehidupan Sehari-hari
Meditasi jalan di pagi hari

Saya mengikuti retret di Amitayus dari tanggal 29 sampai dengan 30 September 2018. Retret 2 hari ini sangat menyentuh hati. Saya merasa seperti kembali ke rumah diri sendiri. Anggota sangha monastik dan komunitas memberikan kondisi damai, hal ini membuat saya bisa memaknai kehidupan saat ini.

Sehari-hari, saya tidak punya waktu untuk menenangkan diri, namun selama retret saya merenungkan semua proses kehidupan yang penuh dengan suka dan duka, baik dan buruk, benar dan salah. Ternyata banyak terjadi penyimpangan yang telah saya lakukan, apakah itu secara sadar atau pun tidak sadar.

Retret ini menyadarkan saya betapa pentingnya untuk stop (berhenti) dari penyimpangan itu. Lewat kondisi berhenti inilah saya bisa merenung dengan mendalam sehingga saya kembali disadarkan untuk mengubah diri menjadi lebih baik.

Selain mendapatkan pencerahan kecil, saya juga mengenal teman-teman baru, suatu hal yang menarik mengobservasi bagaimana sikap dan tingkah laku yang unik dari setiap orang. Ini membuat saya lebih mengerti tentang perbedaan agar bisa menerimanya.

Hal yang menarik bagi saya adalah ketika sesi makan. Kami mengambil makanan dengan cara yang teratur, antri, dan hening. Setelah itu duduk untuk menunggu semuanya duduk, mendengarkan genta berkesadaran lalu mendengarkan perenungan. Hal ini melatih kesabaran saya. Hal seperti ini tampaknya bagus diterapkan di rumah, menyadari aktivitas sehari-hari.

Saya menyadari bahwa prilaku saya menjadi lebih baik saat retret, terutama ketika membaca dan mendengar dengan penuh kesadaran. Topik pembahasan mencakup keluarga, anak, dan leluhur. Tentu saja bagaimana menuju pada keharmonisan melalui komunikasi, saling memberi perhatian, kemudian juga menciptakan kedamaian antara pasangan suami istri.

Meditasi kerja juga menarik. Kami berbagi tugas untuk bersih-bersih, menyapu, menyuci, semua tugas ini serasa sangat nyaman, kerjaan menjadi mudah dan cepat terlesesaikan. Menjaga kebersihan juga merupakan cara kami untuk menjaga kesehatan bersama.

Retret selama 2 hari tampaknya kurang lama. Walaupun hanya 2 hari namun memberikan dampak besar agar saya bersemangat untuk berubah menjadi lebih baik. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada anggota sangha monastik, semua panitia, serta teman-teman yang bersama-sama dalam retret itu.

Ini adalah karma baik bagi saya sehingga bisa berkumpul dengan komunitas latihan hidup berkesadaran. Semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu, sadhu, sadhu.

Andi, peserta retret dari Cimone, Tangerang