Minggu itu, dengan diiringi hujan gerimis, tak menyurutkan niat kami untuk tetap berlatih bersama. Hari itu kami berkumpul pada pukul 6 pagi untuk berlatih bersama, sebelum berlatih kami menyempatkan diri untuk melepas ikan lele ke sungai, memberikan kebebasan dan kehidupan bagi ikan-ikan tersebut.
Tempat latihan kali ini kami laksanakan di luar wihara yaitu di Candi Kedaton, salah satu bagian dari kompleks percandian Muaro Jambi. Setelah pelepasan ikan di tepi sungai kami pun menuju Candi Kedaton untuk bersiap-siap latihan, karena waktu sudah menunjukkan pukul 7:30 pagi, kami memulai latihan dengan makan pagi dengan hening dan berkesadaran selama 20 menit. Setelah sarapan, kami lanjutkan dengan peace walk.
Mengikuti Pemimpin
Bhante memimpin di depan, kami mengikuti tanpa memikirkan akan kemana dan tiba dimana. Semua peserta mengikuti dengan hening. Di sini Saya menyadari bahwa saat bersama komunitas, kita harus mengikuti kemanapun bhante (sebagai pemimpin) berjalan. Muncul pemikiran seharusnya bhante bisa mengitari kompleks lebih luas lagi, tapi kenapa bhante hanya berjalan mengitari candi saja.
Harusnya bhante bisa seperti ini dan seperti itu. Begitulah pikiran berseliweran, tapi tetap harus mengikuti kemana bhante berjalan, dengan tetap tenang, hening serta sadar penuh. Saat bersama komunitas, alangkah indahnya tetap bersama-sama dalam satu arah, sehingga terlihat harmonis, indah, dan memudahkan untuk di foto (hasil foto diibaratkan pada kualitas latihan yang diingat lebih lama). Mengalir bagaikan sungai untuk mencapai lautan, bila sendiri-sendiri akan menguap di jalan sebelum mencapai lautan.
Saat berjalan di belakang bhante, saya tidak melihat ke belakang, ternyata saya berjalan berbeda dengan yang lain, saya menyadari ini setelah melihat foto, jika tidak melihat foto saya tidak tahu jika saya beda sendiri.
Berjalan di belakang bisa melihat keseluruhan anggota komunitas, namun berjalan di depan akan sulit untuk memperhatikan komunitas. Terkadang harus berjalan di depan untuk memimpin namun terkadang juga harus berjalan di belakang untuk memperhatikan, mengayomi dan memberitahu saat ada yang keluar dari rel.
Di sepanjang perjalanan juga ada binatang-binatang kecil yang harus kita perhatikan jangan sampai terinjak. Sebisa mungkin menghindar agar tidak sampai menginjak mereka. Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal-hal kecil yang harus kita usahakan untuk tidak menjadikannya hal besar, sebisa mungkin menghindari untuk tidak menjadi penyebab penderitaan bagi orang lain (makhluk lain).
Watering flower & beginning a new
Ini saatnya saling mengungkapkan ketidaksukaan atau kekesalan yang pernah dialami terhadap sahabat yang duduk di hadapan kita. Setelah mengungkapkan hal yang negatif, kami juga mengungkapkan hal yang positif, saling memaafkan dan siap memulai lembaran baru, tentunya diiringi oleh tetesan air mata.
Terima kasih mendalam kepada Thay yang telah mengajarkan metode latihan yang sangat membantu saya dan komunitas yang tak lepas dari energi-energi negatif kami saat kami kelelahan dengan kegiatan di vihara, kami masih bisa bersentuhan dengan keindahan Dharma.
Sudut Pandang Teman
Saat melihat hasil foto, ada foto-foto yang di-shoot dari jarak jauh sehingga view yang terfoto adalah Candi secara utuh sedangkan kami terlihat sangat kecil. Bagi fotografer, mungkin yang dianggap objek yang bagus adalah Candi, namun bagi kami tentunya kami ingin terlihat dengan jelas jika kami sedang berlatih.
Dalam keseharian, kita punya pandangan dan pengertian kita masing-masing, setiap orang punya pembenarannya sendiri, kita mau orang lain untuk mengerti dan mengikuti maunya kita, namun sulit bagi kita untuk mengerti dan mengikuti maunya orang lain.
Bila si fotografer bisa mengerti keinginan kami, tentu lain waktu dia akan dipanggil lagi, namun bila dia ‘ngeyel‘ dengan pembenarannya, lain waktu dia tidak akan dipanggil lagi sebagai fotografer. Mungkin dia tidak cocok menjadi fotografer tapi lebih cocok menjadi tour guide.
Widyamaitri praktisi mindfulness, volunteer retreat dan Day of Mindfulness, juga anggota Ordo Interbeing