Bangga Menyatakan bahwa Komunitasku adalah Keluargaku

Foto bersama retret pembina GABI Wihara Buddhayana Surabaya

Perjalanan hari ini ternyata cukup panjang. Saya baru pulang dari Palu dan secepatnya ke wihara Buddhayana di Putat Gede, Surabaya. Di sana saya sudah ditunggu. Saya merasa beruntung karena tidak perlu berangkat sendiri.

Ingin hati kami segera berangkat, namun badan saya protes. Kecapekan membuat saya muntah. Jadi saya isi dulu perut saya, baru secepatnya tancap gas menuju Villa Dharma di Prigen, Pasuruan. Perjalanan lancar. Kami berangkat sebagai grup terakhir untuk mengikuti retret hidup berkesadaran bagi pembina GABI (Gelanggang Anak Buddhis Indonesia).

Kami tiba sudah cukup larut malam. Briefing sebentar mendengarkan pembagian kamar dan dijelaskan bahwa praktik pertama yang kami lakukan adalah noble silent. Setelah semuanya beres, kami juga sudah siap menuju dunia mimpi.

Makan Pagi Berkesan
Pagi hari, kami mulai dengan meditasi duduk sekitar 30 menit, kemudian dilanjutkan dengan meditasi jalan pelan mengelilingi area villa serta menikmati udara segar pagi dan pemandangan indah.

Kegiatan selanjutnya adalah sarapan, kami mengantri menggambil makan, setelah semuanya duduk, kami mendengarkan lonceng dan doa renungan singkat. Kami punya waktu makan dengan pelan dan hening selama 15 menit.

Makan pagi itu sangat berkesan bagi saya, udara pagi yang sejuk membuat hati menjadi lebih tenang. Sesekali saya mendengar ada kicauan burung merdu tak lupa sesekali juga mendengarkan suara bising dari kendaraan. Kala itu, saya menikmati dan merasakan suasana makan pagi yang sangat khidmat.

Kami diberikan waktu untuk istirahat dan bersih diri sebelum acara selanjutnya dimulai. Kegiatan menyanyi beberapa lagu mindfulness, mendengar sharing dari bhante dan gerak berkesadaran.

Membuka Mata
Workshop pagi itu sangat sederhana, kami diajak untuk jujur kepada diri sendiri dan menyadari sifat-sifat yang sudah ada dalam diri. Sungguh luar biasa, bahkan di luar dugaan. Workshop ini membuka mata saya lebih lebar tentang diri sendiri dan komunitas saya.

Semenjak SMA saya tidak memiliki hubungan akrab dengan kedua orangtua. Saya ternyata adalah anak pembangkang, itu bahkan makanan setiap hari. Saya sedang merefleksikan ulang, apa yang saya rasakan pada saat workshop itu.

Sesi workshop ini juga mengingatkan saya berbagai memori keluarga. Saya tiba-tiba merasa bersyukur dan sangat beruntung memiliki komunitas Pembina GABI. Spiritual saya berkembang secara signifikan, pola pikir saya juga sudah banyak berubah, bahkan perilaku dan cara pandang juga makin mengarah ke dunia yang lebih positif.

Pembelajaran Buddhis ternyata memberi efek positif yang baru saya rasakan, seperti menghargai, menghormati, dan mengasihi kedua orangtua. Saya mengalami pertumbuhan yang baik dalam komunitas ini.

Kami Berbeda
Benar, kami berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Kami juga memiliki karakter berbeda, permasalahan yang dihadapi juga sangat bervariasi. Satu hal yang membuat saya bersyukur adalah kami berkumpul layaknya sebuah keluarga besar. Saya bangga menyatakan bahwa komunitasku adalah keluarga.

Sesi retret juga diisi dengan minum teh di teras, kami menikmati teh dengan hening serta meditasi sejenak. Menyadari hembusan angin sejuk, mendengar gemericik air, nyanyian burung saling bersahutan, gesekan dedaunan, dan suara serangga. Kami seperti bersatu dengan alam.

Sekeliling Vila Dharma dihuni oleh penduduk, dan lokasinya cukup tinggi. Sehingga kami bisa mendengar banyak suara sekitar. Pada meditasi sore itu kami juga menyadari adanya suara adzan bersahut-sahutan di puncak perbukitan. Ini sungguh pengalaman meditasi di ruang terbuka yang pertama kali.

Kami semua memejamkan mata untuk bersatu dengan alam. Pada awal meditasi, saya merasa rileks. Suara kendaraan yang melintas membuat kesadaran saya terhadap alam mulai sirna. Saat sharing, ternyata teman-teman lain juga mengalami hal serupa ketika meditasi outdoor.

Memulai Lembaran Baru
Malam hari, kami mendapat kesempatan untuk mengikuti Beginning Anew. Judulnya saja sudah bikin penasaran dan jelas saja itu keren! Diawali dengan cerita tentang betapa pentingnya cinta kasih dalam mengomunikasikan dan menjalin suatu hubungan. Konteks hubungan tentu saja tidak terbatas pada suami istri saja, tapi juga termasuk keluarga kandung, komunitas, persahabatan, maupun relasi sosial.

Bhante memberikan tips mudah dalam praktik ini, dengan 3 langkah yang wajib diikuti. Langkah pertama adalah “flower watering”, kita memberikan apresiasi, menyampaikan terima kasih kepada orang yang kita ajak komunikasi. Kedua, “I regret” yaitu menyadari dan segera meminta maaf terhadap kekeliruan yang telah diperbuat. Ketiga “I hurt” yaitu menyampaikan bahwa diri kita juga terluka atau jujur atas perasaan sakit yang kita alami.

Sesi malam itu diakhiri dengan menyentuh bumi atau bersujud. Kami bersujud di depan altar Buddha sambil mendengarkan perenungan. Menyadari keberadaan bumi, menyadari keterkaitan manusia dengan bumi yang menjadi tempat yang kita tinggali ini.

Memanfaatkan Momen
Keesokan harinya kami mendapat presentasi “Everyday Mindfulness and Technology”. Topik ini memaparkan tentang bagaimana menyadari momen kekinian dalam kehidupan sehari-hari. Secara nalar, tampaknya sulit sekali karena saya belum terbiasa. Namun sesungguhnya dari bangun tidur hingga malam, sungguh banyak momen yang bisa dimanfaatkan untuk berlatih mengembangkan kekuatan kesadaran, berlatih come back to here and now.

Bangun pagi, boleh saja dimulai dengan bernapas kesadaran dan senyum, ini bisa menjadi momentum membangun komitmen. Bertekad untuk menatap semua makhluk dengan mata karuna, dan bertekad senyum kepada semua orang yang saya temui.

Gosok gigi yang telah menjadi rutinitas setiap hari juga bisa menjadi sebuah latihan. Sadari setiap gerakan menggosok. Saya sudah mencoba menerapkan meditasi gosok gigi, ternyata memberikan pengalaman yang sangat berbeda. Entah saya baru sadar atau kemarin sikat giginya ngawur. Saya merasakan sensasi segar yang lebih segar daripada hari-hari sebelumnya.

Praktik memang perlu realistis. Ambillah dari hal-hal yang sederhana seperti makan dengan hening dan sadar selama 5 menit, atau kita berusaha makan dengan menerapkan teknik kesadaran sampai ada orang ajak bicara, maka kita baru membalas pembicaraan. Intinya sadari setiap momen apa adanya. Teknik ini bisa diterapkan dalam aksi berjalan, menyantap makanan, meneguk minuman, bahkan duduk di mobil menunggu macet atau lampu merah.

Bersama Komunitas
Saya berkomitmen, ketika nanti ada retreat bersama komunitas ini lagi maka saya akan siap. Ini merupakan short escape, refreshing yang bermanfaat bagi saya bersama komunitas ini. Saya ingin menyampaikan terima kasih yang sangat besar atas waktu dan kesediaan Bhante Nyanabhadra dalam membimbing kami selama retreat, Ce Ida yang sudah sangat rempong mengurus kami yang banyak urusan duniawinya, dan teman-teman komunitas yang sudah bertahan dan berjuang bersama.

Saya juga meminta maaf, jika ada kesalahan, tingkah laku saya yang terlalu sanguin yang mungkin dapat membuat kalian terganggu, juga ketidak disiplinan saya dalam berkomitmen dalam komunitas ini. Thank you (Victor).

*Pembina GABI juga Ayah dari satu orang anak dan suami dari satu orang istri