Awakening the Heart of Compassion

Awakening the Heart of Compassion

Meditation and music with Brother Spirit (Phap Linh) during his two week quarantine in Plum Village. Watch live streams from the Plum Village monastery on https://PlumVillage.org and download the free Plum Village mindfulness app from https://plumvillage.app

The music is a new instrumental arrangement of the Plum Village chant “De La Vision Profonde” — which is a poetic translation by Thich Nhat Hanh, of a traditional classical Chinese invocation — see below for text in English and French.

Mengubah Endemik COVID-19 Menjadi Kekuatan Baru

Mengubah Endemik COVID-19 Menjadi Kekuatan Baru

Di akhir tahun 2019, dunia diguncang berita bahwa Wuhan membatasi mobilitas warganya terkait merebaknya novel corona jenis baru. Virus baru ini memiliki tingkat penyebaran cukup besar dan ada risiko kematian.

Kepanikan, kebingungan dan ketakutan warga Wuhan tampak pada rekamn video yang dibagikan melalui whatsapp, medsos atau televisi. Penyebaran itu menyentuh bibit belas kasih dalam diri saya, sehingga begitu ada ajakan untuk membantu langsung saya sanggupi.

Sejuta masker

Perjuangan mencari satu juta masker dimulai, pada saat itu tidak ada sebersit pun pemikiran virus tersebut akan menyebar ke seluruh dunia. Berkat hati baik para sahabat, dalam waktu satu hari terkumpul sejumlah dana untuk membeli masker.

Segala merek masker mulai dari harga wajar hingga menjadi sepuluh kali lipat dalam waktu empat minggu kami beli dan kumpulkan. Kami mengalami banyak benturan demi benturan, seperti kendala pengiriman dari luar kota, tertipu pedagang online bodong, sampai pembelian ala mafia, semuanya berpacu dengan waktu untuk membantu mengatasi krisis masker yang dialami oleh masyarakat Tiongkok.

Begitu masker bisa sampai di lembaga charity setempat, kebahagiaan muncul begitu saja. Kegiatan amal ini pun kami hentikan begitu kelangkaan masker merebak. Harga masker juga sudah sangat tidak wajar dipicu oleh kebutuhan masker di dalam negeri. Janji kami pun untuk membantu mengirimkan masker hanya terpenuhi separuhnya.

Benih Keserakahan

Belajar dari pengalaman ini lalu melihat ke dalam diri, saya ingat nasihat dari Thay, benih-benih yang tersimpan di gudang kesadaran terutama benih negatif mudah sekali tersirami kemudian benih itu muncul dalam kesadaran pikiran kita.

Berkali-kali saya mendapati diri saya tergoda untuk menumbuh-suburkan keserakahan dalam godaan keuntungan materi untuk menjual kembali masker dengan harga lebih tinggi dengan berlindung di balik kalimat “membantu sahabat yang membutuhkan”. Beruntung berkali-kali pula saya bisa menetralkan keinginan itu untuk kembali kepada tujuan semula. Saya merasa lega diiringi sedikit rasa menyesal tidak mendapatkan keuntungan materi.

Dalam kesendirian, dalam upaya mencoba mengali lebih dalam ke dalam diri, banyak pertanyaan muncul. Untuk apa saya melakukan kegiatan semi “kurang waras” ini? Kenapa saya melepas kesempatan mendapatkan keuntungan lebih? Kenapa saya membantu orang yang tidak saya kenal? Kenapa penjual bisa begitu saja menaikkan harga? Kenapa ada banyak orang seperti mati rasa dalam kondisi seperti ini?

Beruntungnya pula saya termasuk ahli untuk tidak mencampurkan pekerjaan satu dengan yang lain, sehingga walaupun pertanyaan banyak, tidak mengganggu pada pekerjaan lainnya, semua pertanyaan bisa diendapkan dengan harapan suatu hari nanti akan terjawab.

Benih Kewawasan

Malam itu, muncul dorongan untuk menonton ceramah Thay tahun 2004, Thay menerangkan hal-hal yang saya yakin sudah pernah saya dengar sebelumnya, namun rasanya ini betul-betul baru, rasanya seperti memecahkan telur, ohhhhhhh…. Ini toh yang namanya muncul pengertian baru.

Kajian dari mengulang mendengar psikologi Buddhis melalui Thay dengan peristiwa ini adalah sebagai berikut; mendengar dan menonton berita tentang Wuhan ternyata menjadi pemantik atau air yang menyirami benih belas kasih saya. Dari situlah muncul kekuatan yang mendorong saya melakukan kegiatan amal.

Latihan sadar penuh atau kewawasan (mindfulness) yang intens selama dua-tiga tahun terakhir, telah menanam benih-benih energi kewawasan yang tersimpan rapi dalam gudang kesadaran (store consciousness), menunggu untuk disirami dan muncul.

Begitu rasa serakah timbul, benih kewawasan juga bisa ditumbuhkan, mengenali dan kemudian merangkul rasa serakah itu. Ketika energi kewawasan bercampur dengan energi serakah, maka energi serakah secara alami akan melemah. Makin kuat rasa serakah timbul, aku akan makin semangat membangkitkan energi kewawasan untuk merangkul.

Sesederhana itu hukum ini berlaku, hanya perlu keyakinan diri untuk terus berlatih dengan tekun untuk selalu menyadari napas, berkonsentrasi pada setiap kegiatan saat ini hingga timbul pengertian mendalam, jika semuanya belum tumbuh teruslah berlatih dan biarkan semuanya lepas (letting go).

KSHANTICA anggota Ordo Interbeing Indonesia, sukarelawan retret mindfulness, dan aktif di MBI DKI Jakarta.

Finding A Home At Work

Finding A Home At Work
DOM untuk guru sekolah Ananda, Feb 2020

Di dalam dunia kerja, tak ada yang bisa mengelak urusan kerja sama dengan orang lain. Ada tim, rekan kerja divisi, proyek, supplier, ataupun klien. Di dunia sekolah, ada para guru, selain interaksi dengan sesama guru dan staf, juga berhubungan dengan murid dan orang tua murid. Jika kita datang ke tempat kerja dengan suasana hati yang siap, gembira, segar dan damai, kita dapat membantu rekan atau murid kita untuk melakukan hal yang sama.

Ada waktunya kita merasa kurang nyaman di tempat kerja. Anda merasa takut dikucilkan. Anda mencoba untuk berprilaku yang membuat agar bisa diterima oleh mereka. Coba bayangkan Anda pergi ke taman dan menghabiskan waktu melihat pohon, bunga dan binatang. Anda merasa nyaman dan diterima oleh mereka. Anda tidak takut mereka menatapmu atau menghakimimu.

Bunga tidak memiliki rasa takut seperti itu. Ia tumbuh di taman bersama bunga dan tanaman lainnya, tapi ia tidak mencoba untuk menjadi bunga lain. Ia menerima dirinya apa adanya. Jangan mencoba menjadi orang lain atau sesuatu yang lain. Jika kita lahir seperti kita sekarang, kita tidak perlu mengubahnya menjadi sesuatu yang lain. Kita belajar menerima diri apa adanya. Semesta telah membantu kita menjadi versi kita yang sekarang ini, kita indah apa adanya.

“To be beautiful means to be yourself”

Thich Nhat Hanh

Mengatasi Emosi di Tempat Kerja

Sangat penting bagi kita untuk belajar bagaimana menghadapi emosi yang meluap di tempat kerja, hal ini demi menjaga hubungan baik dengan teman kerja, menjaga komunikasi tetap terbuka dan tidak menciptakan atmosfir kerja yang negatif atau penuh tekanan.

Pertama, sadarilah bahwa emosi apa pun pasti tidak bertahan lama. Mereka datang, menginap sebentar, kemudian pergi. Sangat penting untuk menghentikan semua pikiran kita ketika emosi yang kuat muncul, jangan menambah ‘api’ dengan pikiran-pikiran kita yang lain. Kita perlu berhenti sejenak dan kembali pada latihan bernapas.

Latihan kedua. Menyadari tubuh dan ikuti napas masuk dan napas keluar. Ikuti saja. Tidak perlu memaksa untuk mengubahnya. Bawa perhatian pada napas dan secara alami izinkan napas menjadi lebih tenang, lebih dalam, lebih pelan dengan secara alami. Jika kita bisa berlatih seperti ini, bukan hanya napas kita yang menjadi tenang, tapi tubuh dan pikiran kita juga dapat menjadi tenang.

Setelah berhasil kembali ke diri kita, kenali perasaan dalam diri kita. Di dalam mungkin ada rasa marah, kekhawatiran, ketakutan, keraguan, atau putus asa. Kenali dan terimalah semua perasaan itu dengan lembut. Bayangkan seorang ibu yang mendengar bayinya menangis. Hal pertama yang dia lakukan adalah segera menghentikan pekerjaannya, dan langsung menuju ke bayinya. Kemudian ia menggendongnya dengan lembut. Di dalam diri bayi pasti ada energi penderitaan sehingga menangis. Dalam diri ibu ada energi kelembutan, yang mulai mengalir ke bayi ketika digendong. Sama halnya dengan ini, emosi kuat kita adalah bayi kita, kemarahan kita adalah bayi kita. Rasa putus asa kita adalah bayi kita. Bayi kita memerlukan kita untuk pulang dan memberi perhatian padanya.

Memulihkan Komunikasi

Bagaimana jika kita tidak dapat mentransformasikan perasaan marah atau kecewa? Kita harus mendatangi orang tersebut dan meminta bantuan agar kita dapat mengoreksi persepsi keliru yang kita miliki. Tetapi ini hanya dilakukan jika kita kita telah berdamai dengan kemarahan diri sendiri.

Biasanya waktu yang tepat untuk mengkomunikasikan hal ini adalah dalam 24 jam, karena tidak baik untuk kesehatan jika kita menyimpan amarah terlalu lama. Biarkan orang tersebut tahu jika kita sedang marah, tahu bahwa kita menderita karenanya dan kita tidak tahu mengapa mereka mengatakan atau melakukan hal itu sehingga membuat kita marah. Minta bantuan dan penjelasan. Jika kita sangat marah dan tidak dapat mengatakannya secara langsung, ungkapkan dengan tulisan.

“Untuk temanku,
Aku sedang menderita.
Aku marah, dan aku ingin kamu mengetahuinya.
Bantulah aku. Aku tidak dapat menghadapi kemarahan ini sendirian.
Aku telah berlatih, tetapi hampir 24 jam berlalu dan aku belum merasa
sedikit pun lega. Aku tidak dapat mentransformasikan kemarahan ini sendirian. Bantulah aku.”

Thich Nhat Hanh

Aku membutuhkanmu. Aku sedang menderita. Bantulah aku” adalah tiga kalimat yang bisa membantu kita meredakan kemarahan. Kalimat ini bisa ditulis dan disimpan di dompet, sehingga ketika kita marah, sebelum kita berkata atau melakukan sesuatu, keluarkan tulisan itu dari dompet dan bacalah tiga kalimat itu.

Tanda Tanganmu

Ketika kita bekerja, ada yang melakukan service (pelayanan) pada orang lain ataupun memproduksi sesuatu barang. Tetapi ada hal lain selain itu yang kita hasilkan ketika bekerja, yakni pikiran, ucapan dan perbuatan. Ketika seorang pelukis atau komposer menghasilkan sebuah karya, mereka akan memberikan tanda tangan pada hasil karyanya.

Dalam kehidupan sehari, pikiran, ucapan dan perbuatan kita adalah tanda tangan kita. Jika pikiran kita adalah pikiran benar, mengandung pengertian, welas asih dan pencerahan, itu adalah hasil karya yang bagus, itu adalah warisan kita. Apapun yang kita katakan adalah hasil dari siapa kita dan apa yang kita pikirkan. Jika kata-kata kita kejam atau baik, itu adalah tanda tangan kita. Apa yang kita katakan mungkin dapat menyebabkan kemarahan, pesimis, rasa putus asa yang besar, dan itu adalah tanda tangan kita. Melalui kewawasan (mindfulness), kita dapat memproduksi ucapan yang mengandung pengertian, welas asih, dan sukacita..

Ketika kita memiliki kedamaian dan kebahagiaan yang cukup, maka apa pun yang kita katakan akan memancarkan elemen positif kepada orang lain, dan itu akan menumbuhkan benih baik dalam diri mereka, mengizinkan elemen positif dalam diri mereka untuk bertumbuh. Mereka juga akan mengetahui bagaimana menyiram hal-hal positif pada lawan bicara. Sebaliknya, jika pembicaraan hanya bertujuan untuk mengeluh tentang orang lain di tempat kerja, meluapkan kemarahan, frustasi, dan kekerasan, maka kita akan melukai diri sendiri dan orang lain. Begitu juga dengan perbuatan kita. (Sumber: Work oleh Thich Nhat Hanh)

Jadi mari kita ke tempat kerja sebagai seorang bodhisatwa yang memiliki aspirasi untuk menolong orang lain untuk bertransformasi dan melewati saat-saat sulit mereka dan membawa kedamaian serta kesejahteraan bagi lingkungan di tempat kerja.

RUMINI LIM guru sekolah Ananda di Bagan Batu

Ada Di Hatiku

Ada Di Hatiku

Sinar matahari
di wajah dan mataku
matahari bersi-nar terang (2x)

Sungai mengalir deras
dari gunung ke kakiku
sungai mengalir ke- hatiku (2x)

Chorus:
Dari gunung dan bunga
anak kecil dan rusa (rusa)
kasih sayang sesama
Ada ruang hatiku- untukmu

Pohon menari indah
menghasilkan oksigen
pohon menari di- hatiku (2x)

Burung berterbangan
ikan berenang bebas
semuanya ada di- hatiku (2x)

Dari gunung dan bunga
anak kecil dan rusa (rusa)
kasih sayang sesama
ada ruang hatiku (rumahku) untukmu (3x)

Wake Up

Wake Up

Generasi muda Buddhis dan Non-Buddhis demi masyarakat yang lebih sehat dan berwelas asih.

Thich Nhat Hanh

Wake Up merupakan komunitas global yang terdiri praktisi muda berusia dari 18 sampai dengan 35 tahun, komunitas ini terinspirasi oleh metode pengajaran Master Zen Thich Nhat Hanh. Kami berkumpul bersama mempraktikkan kewawasan (mindfulness) untuk merawat dirinya, memberikan kontribusi bagi terciptanya masyarakat yang lebih sehat dan berwelas asih.

Kami ingin membantu dunia ini yang telah dibanjiri oleh intoleransi, diskriminasi, loba, kemarahan, dan putus asa. Kami menyadari bahwa kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh masyarakat, dengan demikian kami memilih cara hidup agar bumi ini bisa bertahan lebih lama.

Mempraktikkan kewawasan, konsentrasi, dan keatifan (mindfulness, concentration, and insight) memungkinkan kita untuk menumbuhkan sikap toleransi, non diskriminasi, dan sikap welas asih di dalam diri sendiri dan dunia ini.

Praktik

Kami menjadikan 5 Latihan Sadar Penuh (Five Mindfulness Trainings) sebagai pedoman praktik konkrit tentang cinta sejati dan welas asih, dan jalan kehidupan harmonis dengan setiap orang dan bumi ini. Pedoman ini merupakan fondasi kehidupan dan mewakili pelayanan ideal kami.

Praktik yang kami lakukan berlandaskan upaya untuk membangkitkan kewaspadaan lewat napas dan hidup penuh kewawasan pada momen kekinian, menyadari apa yang sedang terjadi di dalam hati dan lingkungan sekitar. Praktik ini membantu kami menurunkan ketegangan (tension) dalam tubuh dan perasaan agar kami bisa hidup lebih bermakna dan bahagia, lalu menggunakan cara mendengar dengan penuh welas asih dan bahasa kasih untuk membangun kembali komunikasi dan rekonsiliasi dengan pihak lain.

Anak Muda Memilih Jalur Monastik

Anak Muda Memilih Jalur Monastik

Bulan Desember 2019 menjadi bulan penting bagi 14 anak muda yang berkomitmen untuk menempuh jalur monastik. Mereka menerima penahbisan sebagai sramanera dan sramaneri. Penahbisan di Plum Village selalu dalam jumlah besar sehingga diberikan nama keluarga. Penahbisan barusan mendapat nama Ngọc Am yang berarti Mourning-cypress.

Penahbisan ini dihadiri oleh biksu dan biksuni senior dari Vietnam. Seremoni penahbisan ini juga dihadiri oleh Master Zen Thich Nhat Hanh yang akrab disapa Thay. Seperti yang telah diberitakan bahwa Thay kembali ke Vietnam sejak setahun terakhir. Saat ini beliau sedang berada di Thailand untuk melakukan check up kesehatan, beliau dalam kondisi prima hingga saat ini.

A Spiritual Journey

A Spiritual Journey
Buddhist students of Pelita Harapan University

Here I am, a year later, sitting on the same exact spot writing about the same event and yet a whole different experience. KMVB UPH hosted another event called ‘Fun with Dhamma’ with the emphasis on ‘Finding Peace within You.’ Because I attended the last event, consciously I have made some expectations and was hoping that this time will be as good as last year’s. Fortunately, the event was as expected and yet, another eye-opening experience for me.

It was the same routine of meditation but, somehow the experience was different. As if there will always be something new to discover and explore. Be it with the practice, or within yourself. So, the fact that I attended the last event does not really matter because I experienced a whole another experience.

In one of the Dhamma Sharing session, a friend asked about sitting meditation and how to deal with the cries of our legs and feet. With enthusiasm and a bit of humor, Bhante Kirya answered, “Feel it, feel the pain, feel where the pain comes from. The pain will always be there but it is always up to you whether you want to suffer or not.” It opened a whole new perspective regarding my aching legs and feet. What he said makes total sense, pain and suffering are two different objects and we can separate one from the other.

With that new, interesting knowledge in my mind, I set a resolution that I will try to sit thirty minutes without moving at all. Interestingly enough, I did it. Despite the constant struggle and battle inside my mind, I managed to persevere through the pain and decided not to suffer. During the thirty minutes, I kept thinking if my blood stopped flowing and my legs cant feel anything, does my legs need to be amputated? Those thoughts constantly tested my resolution but now I can finally say that indeed, there can be pain and no suffering.

In another session of Questions and Answers with the monastics, my other friend asked a question that piqued the interest of Bhante Nyanabhadra; the question was so long that in one question there were four questions. It was regarding self-love, hopelessness, self-hate, and ways to overcome them. In the case of self-love, he simply answered, “Taking enough sleep is loving yourself, taking care of your body is loving yourself, eating the right food is loving yourself. These are the things that you are currently doing in this camp and these are the ways to love yourself.” So simple yet so profound.

In regards to hopelessness and self-hate, he told my friend that it is both a blessing and a curse that you were feeling this way at that point. A curse because you hate yourself but also a blessing because you admitted and acknowledged that there is self-hate. He continued, “Just like the Four Noble Truth, first, the acknowledgement of hating yourself. Second, find the reasons why you hate yourself. Thirdly, knowing the reasons will help you in overcoming your self-hate. Lastly, find the ways to overcome that suffering.”

His answer did not stop there, he began explaining, “Consistent practice of meditation and application of mindfulness can help and guide you, but of course to a certain extent. Eventually the that feeling will come back again and knock your door. But this time, you are more prepared in facing it. It is also impossible to avoid the problem and please do not try to avoid the problem because it will make you suffer more. Instead, acknowledge that feeling and embrace it and know that this will pass.”

When he finished talking, my friend started to tear up and Bhante Nyanabhadra was clueless on what he said wrong. I spontaneously said, “Its tears of happiness” and I hope it was.

Another perspective that amazes me was when Bhante Nyanabhadra was speaking about the shape and content of Buddhist teachings. He elucidated that there are many shapes of traditions of Buddhist teachings but essentially, the most important aspect is its content rather than the shape. Many people put significance on the shape but lose sight of the essence. As long as the content reflects the core of Buddhism principles, the shape is of secondary importance.

Previously, I said I gained a drop of enlightenment in the boundless ocean of Buddhist teachings and this time I can say I gained another priceless drop of enlightenment through this event. Although there are challenges and difficulties ahead of me, I am sure that with practicing these mindfulness methods will help me reach equanimity. Credits to the committees that made this whole thing happened and to my new Dharma friends. I hope we will cross each other’s paths again in the future.

Oleh: Hendy, Keluarga Mahasiswa Vidya Buddhis, Universitas Pelita Harapan.

Apakah Kebetulan itu Benar-benar Ada?

Apakah Kebetulan itu Benar-benar Ada?
Meditasi Jalan di Plum Village Thailand

Praktisi Zen pasti pernah mendengar tentang “Khotbah Bunga”. Kisah ini juga diangap sebagai sebuah legenda alias cerita rakyat. Jika Anda belum tahu, jangan berkecil hati, berikut ini adalah cuplikan dari buku “The Koan: Texts and Contets in Zen Buddhism”.

Dikisahkan pada Legenda ini, pada suatu hari saat Buddha sedang menyampaikan “Khotbah Bunga” di Puncak Burung Hering, Beliau menaiki takhtanya lalu memetik setangkai bunga untuk ditunjukkan kepada seluruh hadirin.

Tidak ada seorang pun yang memahami maknanya, kecuali Mahakassapa yang membalasnya dengan senyum. Buddha memilihnya sebagai murid yang mengerti sepenuhnya ajaran itu dan seseorang yang pantas menjadi penerusnya. Legenda ini kemudian dianggap sebagai awal muasal Zen (Chan).

Apa makna di balik legenda itu, sungguh tidak mudah dimengerti. Entah mengapa Buddha mengangkat bunga itu lalu mengapa Mahakassapa tersenyum? Mungkin karena saya yang belum memiliki pemahaman mendalam Dharma sehingga sulit mengerti makna di balik itu, tak masuk kualifikasi praktisi Zen.

Memberi yang Terbaik

Ada beberapa kali saat memfasilitasi praktik Sehari Hidup Berkewawasan (DOM: Day of Mindfulness) dengan metode praktik dari Zen Plum Village yang diajarkan oleh Master Zen Thich Nhat Hanh yang akrab disapa “Thay”, saya menemukan keserba-kebetulan yang menimbulkan rasa penasaran di hati, kenapa  bisa terjadi, apakah itu hanyalah suatu kebetulan semata?

Perlu diketahui bahwa setiap kali memfasilitasi DOM, tentu saja perlu ada persiapan bahan-bahan, bahkan membaca ulang buku panduan agar bisa membuat sequence (urutan dan bahan untuk rangkaian acara) yang baik.

Sungguh penting memiliki prinsip untuk memberikan yang terbaik bagi peserta, tentu saja dengan harapan mereka bersemangat dan ingin terus berlatih. Apabila tidak ada persiapan matang, maka peserta juga bisa merasakannya alih-alih bisa membuat dampak negatif seperti antipati dan malas berlatih di kemudian hari.

Rasa syukur

Suatu ketika dalam sesi Berbagi Dharma (Dharma Sharing) yang dirangkai dalam Meditasi Teh; Berbagi Dharma merupakan praktik mendengar mendalam dan berbicara penuh kasih. Semua peserta duduk melingkar untuk berbagi pengalaman latihan yang dilaluinya sepanjang hari.

Ada seorang wanita jelita menyampaikan betapa bahagianya saat mengikuti praktik menyentuh bumi yang dipandu oleh Sister Chan Khong pada tahun 2009, momen menyentuh bumi tersebut dirasakan momen yang paling berkesan dan membangkitkan rasa syukur sangat besar.

Dia tidak tahu mengapa ada rasa syukur begitu dalam. Entah karena isi teks atau karena cara sister membawakan sesi itu sangat baik. Saat ini, ia tidak pernah lagi menemukan momen menyentuh bumi dengan rasa bahagia yang sama lagi. Ketika mendengar cerita tentang pengalamannya, saya merasa heran, ada penasaran bercampur kebahagiaan.

Pada hari tersebut saya juga telah mempersiapkan teks panjang menyentuh bumi sebagai penutupan DOM di wihara itu tanpa memberitahu kepada panitia sebelumnya, jadi ini termasuk agenda dadakan. Apakah ini bisa dianggap sebagai kebetulan?

Kebetulan bahwa ada peserta yang ingin mencari kebahagiaan melalui menyentuh bumi yang bertepatan dengan naskah menyentuh bumi yang sudah saya persiapkan itu? Apakah dia mendapatkan kebahagiaan sebagaimana pada tahun 2009? Biarlah itu menjadi rahasia alam yang akan terjawab suatu hari nanti.

Kejadian Spontan

Pada kesempatan lain di DOM tempat yang lain, saya memimpin sesi relaksasi total. Persiapan naskah standar relaksasi total saya padukan dengan Yin Yoga untuk menyusun rangkaian sesi tersebut. Saat sesi berlangsung dan melihat peserta berbaring santai setelah sesi yoga, tiba-tiba timbul rasa syukur terhadap badan yang masih sehat dan bisa mendukung pelaksanaan praktik meditasi.

Seketika itu, saya berhenti menggunakan teks standar, kemudian saya memandu sesi itu melalui improvisasi. Saya memandu peserta untuk mengucapkan terima kasih kepada seluruh tubuh dan organ internal. Kalimat-kalimat yang keluar dari mulut saya juga spontan apa adanya.

Rasa syukur memberikan efek relaksasi buat saya sendiri, ada suatu dorongan ingin mempersembahkan lagu melalui nyanyian padahal biasanya saya tidak percaya diri untuk bernyanyi karena menganggap suara saya kurang merdu.

Pada sesi Berbagi Dharma, seorang kakak Pembina sekolah minggu mengungkapkan bahwa praktik yang dilakukan selama tiga jam tadi bukan hal baru. Kendati demikian, sesi tadi membuat dia merasa syukur mendalam, tidak bosan. Dia merasa beruntung bisa hadir dalam latihan dan bertekad untuk ikut DOM lagi di kemudian hari.

Cara Unik

Kembali ke kisah Kotbah Bunga, walau saya tetap tidak mengerti, namun ada makna yang bisa saya tangkap dari beberapa pengalaman memfasilitasi DOM. Jika kita terus berlatih maka rasa empati dan waspada akan terus terasah. Kondisi demikian bisa membantu para fasilitator mengenali kebutuhan peserta tanpa perlu diminta para peserta, karena akan timbul interkoneksi antara fasilitator dan peserta.

Buddha adalah fasilitator hebat dan luar biasa sehingga mampu menyentuh Mahakassapa dengan hanya mengangkat bunga. Tidak ada keajaiban yang dilakukan Buddha, namun menjadi ajaib karena Buddha dengan cara-Nya mampu mengenali semua kebutuhan mahluk hidup.

KSHANTICA anggota Ordo Interbeing Indonesia, sukarelawan retret mindfulness, dan aktif di MBI DKI Jakarta.

Seremoni Pembacaan 14 Latihan Sadar Penuh

Seremoni Pembacaan 14 Latihan Sadar Penuh

1. Meditasi Duduk

2. Persembahan Dupa

(GENTA 3x)
Harumnya dupa telah mengundang
bodhicitta hadir
Bersamaku, bersamaku sesungguhnya di sini,
sesungguhnya di sini
Harumnya dupa ini
melindungi serta menjaga batin

Oh… harumnya dupa ini
menyatukan kita semua
Dalam pelaksanaan sila samadhi prajnya
Kami datang persembahkan semua

Namo bodhisattwebhyah (GENTA)
Namo mahasattwebhyah (GENTA 2x)

3. Menyentuh Bumi

3.1 Gatha Pembukaan

Yang bersujud dan objek sujud pada hakikatnya sunyata.
Oleh sebab itu komunikasi terjalin sempurna apa adanya.
Pusat latihan kami adalah jaring Indra
memantulkan semua Buddha di setiap sudut.
Diriku berdiri di hadapan setiap Buddha,
Aku berlindung kepadaMu. (GENTA)

3.2 Bersujud

(menyentuh bumi setiap kali bunyi Genta)

Pemimpin:
Mempersembahkan cahaya di Sepuluh Penjuru
Bersama-sama:
Buddha, Dharma, dan Sanggha,
kami bersujud padamu.
(GENTA)


Pemimpin: 
Mengajar dan hidup melalui kesadaran-penuh
di tengah-tengah penderitaan dan kebingungan,
Bersama-sama:
Buddha Sakyamuni,
Dia yang telah sadar sepenuhnya,
kami bersujud padamu.
(GENTA)


Pemimpin:
Memancarkan cahaya di semua penjuru
Sumber kehidupan di dunia ini
Bersama-sama:
Mahavairocana Tathagatha,
Ayahnda matahari
Buddha cahaya dan hidup tanpa batas
Kami bersujud padamu.
(GENTA)


Pemimpin:
Memotong tembus ketidaktahuan,
menyadarkan hati dan pikiran kami,
Bersama-sama:
Manjusri, Bodhisattwa Pengertian Agung,
kami bersujud padamu.
(GENTA)


Pemimpin:
Bekerja dengan penuh kesadaran, penuh suka cita
untuk kepentingan semua makhluk hidup,
Bersama-sama:
Samantabhadra, Bodhisattwa Tindak Agung,
kami bersujud padamu.
(GENTA)


Pemimpin:
Mendengar secara mendalam,
melayani makhluk dalam cara tanpa batas,
Bersama-sama:
Awalokiteswara, Bodhisattwa Welas Asih Agung,
kami bersujud padamu.
(GENTA)


Pemimpin:
Tiada ketakutan dan tekun mengarungi
alam-alam penderitaan dan kegelapan
Bersama-sama:
Ksitigarbha, Bodhisattwa Aspirasi Agung,
kami bersujud padamu.
(GENTA)


Pemimpin:
Benih kesadaran dan cinta kasih
dalam anak-anak dan semua makhluk,
Bersama-sama:
Maitreya, Buddha yang akan datang,
kami bersujud padamu.
(GENTA)


Pemimpin:
Ibunda semua Buddha, bodhisattwa dan semua makhluk
Menopang dan menyembuhkan semuanya
Bersama-sama:
Bodhisattwa Pertiwi, Ibunda bumi, Permata indah jagad raya
Kami bersujud padamu.
(GENTA)


Pemimpin:
Menunjukkan jalan tanpa rasa takut,
dan penuh welas asih
Bersama-sama:
seluruh guru silsilah leluhur spiritual,
kami bersujud padamu.
(GENTA 2x)


4. Gatha Pembukaan

Namo Sanghyang Ādi Buddhaya (3x) (GENTA)
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammā-sambuddhassa (3x)(GENTA)
Namo Sarva Bodhisattvāya-Mahāsattvāya (3x) (GENTA)

Dharma begitu dalam dan indah,
Kini kami berkesempatan melihat,
mempelajari, dan mempraktikkannya.
Kami bertekad merealisasikan makna sejatinya.
(GENTA)

5. Sutra Hati Prajnaparamita – Wawasan Pembawa ke Pantai Seberang

Avalokiteshvara
merenungkan mendalam
wawasan pembawa ke pantai seberang
seketika sadar bahwa
semua pancaskanda adalah sunyata adanya
merealisasikan ini
teratasi semua duka (G)

Wahai Sariputra,
tubuh ini adalah sunyata
dan sunyata adalah tubuh ini
tubuh ini tiada beda dengan sunyata
dan sunyata tiada beda dengan tubuh ini
begitu juga dengan perasaan,
persepsi, formasi mental,
dan kesadaran. (G)

Wahai Sariputra,
semua fenomena bercirikan sunyata;
sifat dasarnya adalah
tiada lahir tiada mati,
tiada eksis, tiada non eksis,
tiada noda, tiada suci
tiada bertambah tiada berkurang.
Maka itu sunyata,
tubuh, perasaan, persepsi,
formasi mental, dan kesadaran
bukanlah entitas tunggal terpisah. (G)

Delapan belas ranah fenomena
yaitu enam organ indra,
enam objek indra,
dan enam kesadaran
juga bukanlah entitas tunggal terpisah.
Dua belas rantai interdependen kemunculan
dan kemusnahannya
juga bukanlah entitas tunggal terpisah.
Duka, duka samudaya,
duka nirodha, marga
wawasan dan pencapaian,
juga bukanlah entitas tunggal terpisah.
Mereka yang melihat semua ini
tak perlu mencapai apa pun lagi. (G)

Bodhisattwa mempraktikkan
wawasan pembawa ke pantai seberang
tidak melihat adanya penghalang pikiran,
dan karena
tiada lagi penghalang pikiran, semua ketakutan teratasi,
musnahlah semua persepsi keliru
dan merealisasikan nirwana sempurna. (G)

Semua Buddha pada tiga masa
mempraktikkan wawasan pembawa ke pantai seberang
semua mampu mencapai
pencerahan autentik sempurna. (G)

Maka itu Sariputra,
ketahuilah bahwa
wawasan pembawa ke pantai seberang
adalah maha mantra,
maha vidya mantra,
anuttara mantra,
samasama mantra,
kearifan sejati berkekuatan
mengakhiri semua jenis duka. (G)

Maka itu marilah mendaraskan
mantra untuk memuja
wawasan pembawa ke pantai seberang
Gate, Gate, Paragate, Parasamgate, Bodhi Svaha!
Gate, Gate, Paragate, Parasamgate, Bodhi Svaha!
Gate, Gate, Paragate, Parasamgate, Bodhi Svaha!

6. Prosedur Sanghakarman

Master Sanghakarman (MS): Apakah seluruh komunitas sudah berkumpul?
Master Penyelenggara (MP): Seluruh komunitas sudah berkumpul.

MS: Apakah seluruh komunitas hidup harmonis?
MP: Ya, seluruh komunitas hidup harmonis.

MS: Apakah ada anggota komunitas yang tidak bisa hadir, lalu dia meminta untuk diwakilkan dan telah menyatakan bahwa dirinya telah berusaha sebaik-baiknya melaksanakan latihan sadar-penuh?
MP: Ada, (nama) tidak bisa hadir dalam pelafalan ini karena (alasan), oleh karena itu dia meminta saya, (nama) untuk menyampaikan kepada komunitas bahwa dia telah berusaha sebaik-baiknya untuk belajar dan mempraktikkan latihan sadar-penuh.

atau

MP: Tidak, tidak ada.

MS: Apakah tujuan komunitas berkumpul pada hari ini?
MP: Komunitas berkumpul pada hari ini untuk melaksanakan prosedur sanghakarman untuk membacakan 14 Latihan Sadar-Penuh.

MS: Wahai komunitas, mohon dengarkanlah. Hari ini, pada tanggal _ bulan____ dan tahun_____ telah ditetapkan sebagai hari Pembacaan 14 Latihan Sadar-Penuh. Komunitas telah berkumpul pada waktu yang telah disepakati dan siap membacakan dan mendengarkan latihan ini dengan semangat keharmonisan. Dengan demikian, pembacaan ini bisa dilanjutkan. Apakah pengumuman ini jelas dan lengkap?

Komunitas: Jelas dan lengkap!
(GENTA)

Pengantar: (Dibacakan oleh MS)
Pada hari ini, kami telah ditugaskan oleh komunitas untuk membacakan 14 Latihan Sadar-penuh, kami memohon dukungan spiritual dari komunitas. Saudara-saudari se-Dharma, mohon dengarkan dengan seksama.
Empat Belas Latihan Sadar-Penuh merupakan esensi dari Ordo Interbeing, latihan ini seperti obor penerang jalan, perahu yang menyeberangkan ke pantai bahagia, guru yang memberikan bimbingan. Kami memohon semua komunitas mendengarkan pembacaan ini dengan khusyuk. Latihan ini seperti sebuah cermin yang digunakan untuk melihat ke dalam diri sendiri. Apabila dalam 2 minggu terakhir atau lebih, Anda telah berupaya melaksanakan latihan yang telah dibacakan, maka Anda menjawab dalam hati, “YA”

MS: Saudara-saudari se-Dharma, Apakah Anda sudah siap?
Komunitas: YA (jawab dalam hati)

MS: Berikut ini adalah 14 Latihan Sadar-Penuh dari Ordo Interbeing:
(MS dan MP secara bergantian membacakan butir latihan)

Latihan Pertama: Keterbukaan

Sadar akan penderitaan yang disebabkan oleh kefanatikan dan intoleransi, kami bertekad untuk tidak memberhalakan atau terbelenggu pada doktrin, teori, atau ideologi mana saja, termasuk yang Buddhis sekalipun. Kami bertekad memandang ajaran Buddha sebagai pedoman yang membantu kami untuk belajar melihat lebih dalam dan mengembangkan pengertian dan welas asih. Ajaran-ajaran buddhis bukanlah doktrin-doktrin yang dijadikan alasan untuk berkelahi, membunuh, ataupun mati demi membela ajaran itu sendiri. Kami mengerti bahwa fanatisme dan berbagai bentuknya berasal dari pandangan dualistik dan diskriminatif. Kami akan melatih diri untuk melihat segala sesuatu dengan sikap keterbukaan dan pemahaman atas kondisi saling berkaitan demi mengubah dogmatisme dan kekerasan dalam diri kami dan dunia.

Ini merupakan latihan sadar penuh pertama. Apakah Anda telah berupaya belajar, berlatih, dan melaksanakan latihan ini dalam dua minggu terakhir?
[3 x bernapas][GENTA]

Latihan Kedua: Tidak Melekat Pada Pandangan

Sadar akan penderitaan yang disebabkan oleh kemelekatan pada pandangan dan persepsi keliru, kami bertekad untuk menghindari berpikiran sempit dan terikat pada pandangan-pandangan yang dimiliki saat ini. Kami bertekad untuk belajar dan berlatih ketidakmelekatan pada pandangan dan terbuka pada pengertian mendalam dan pengalaman orang lain demi mendapat manfaat dari kebijaksanaan kolektif. Pengertian mendalam hadir melalui cara berlatih mendengar dengan welas asih, melihat secara mendalam, dan melepaskan gagasan-gagasan namun bukanlah lewat cara mengumpulkan pengetahuan intelektual. Kami sadar bahwa pengetahuan yang kami miliki saat ini bukanlah kebenaran mutlak yang tidak berubah. Kebenaran ditemukan dalam kehidupan dan kami akan mengamati kehidupan yang ada di dalam maupun di sekeliling kami setiap saat, siap untuk belajar seumur hidup.

Ini merupakan latihan sadar penuh kedua. Apakah Anda telah berupaya belajar, berlatih, dan melaksanakan latihan ini dalam dua minggu terakhir?
[3 x bernapas][GENTA]

Latihan Ketiga: Kebebasan Berpikir

Sadar akan penderitaan yang timbul ketika kami memaksakan pandangan kami kepada pihak lain, kami bertekad untuk tidak memaksa pihak lain, bahkan anak-anak kami, untuk mengadopsi pandangan kami, melalui cara apa pun—seperti otoritas, ancaman, uang, propaganda, ataupun indoktrinasi. Kami bertekad menghormati hak orang lain untuk berbeda dan memilih apa yang dipercayai serta cara mengambil keputusan. Tapi, kami akan belajar bagaimana cara membantu pihak lain untuk melepaskan dan mengubah pikiran sempit melalui latihan ucapan kasih dan dialog welas asih.

Ini merupakan latihan sadar penuh ketiga. Apakah Anda telah berupaya belajar, berlatih, dan melaksanakan latihan ini dalam dua minggu terakhir?
[3 x bernapas] [GENTA]

Latihan Keempat: Menyadari Penderitaan

Sadar bahwa melihat sifat dasar penderitaan secara mendalam dapat membantu kami menumbuhkan pengertian dan welas asih, kami bertekad untuk kembali kepada diri sendiri, mengenali, menerima, memeluk dan mendengar penderitaan diri sendiri dengan menggunakan energi sadar penuh. Kami akan berusaha untuk tidak melarikan diri dari penderitaan sendiri atau pun menutupinya dengan konsumsi berlebihan namun kami akan berlatih napas dan jalan sadar penuh demi mencari tahu akar utama penderitaan. Kami tahu jalan menuju transformasi penderitaan dapat ditemukan dengan cara mengerti akar utama penderitaan. Seketika kami mengerti penderitaan diri sendiri, kami akan mampu mengerti penderitaan pihak lain. Kami bertekad mencari berbagai cara termasuk melalui kontak pribadi dengan menggunakan telepon, elektronik, audio visual, dan berbagai cara untuk menemani mereka yang sedang menderita, sehingga kami dapat membantu mereka mengubah penderitaan menjadi welas asih, kedamaian dan sukacita.

Ini merupakan latihan sadar penuh keempat. Apakah Anda telah berupaya belajar, berlatih, dan melaksanakan latihan ini dalam dua minggu terakhir?
[3 x bernapas][GENTA]

Latihan Kelima: Hidup Sehat dan Berwelas Asih

Sadar bahwa kebahagiaan mengakar pada kedamaian, soliditas, kebebasan, dan welas asih, kami bertekad tidak akan mengumpulkan kekayaan sementara jutaan orang kelaparan dan sekarat, juga tidak menjadikan ketenaran, keuntungan, kekayaan maupun kenikmatan sensual sebagai tujuan utama hidup, justru gaya hidup demikian membawa makin banyak penderitaan dan putus asa. Kami akan berlatih melihat secara mendalam bagaimana kami memberi makan kepada badan jasmani dan pikiran dengan makanan yang layak dimakan, impresi indriawi, hasrat, dan kesadaran. Kami bertekad untuk tidak berjudi, tidak menggunakan alkohol, narkoba atau produk apa pun yang membawa masuk racun yang berasal dari website, games elektronik, program televisi, film, majalah, buku, dan percakapan ke dalam tubuh dan kesadaran kami maupun ke dalam tubuh dan kesadaran kolektif. Kami akan mengonsumsi sedemikian rupa sehingga welas asih, kedamaian, sukacita, kesejahteraan badan jasmani dan mental kolektif keluarga, masyarakat, dan bumi ini dapat terpelihara dengan baik.

Ini merupakan latihan sadar penuh kelima. Apakah Anda telah berupaya belajar, berlatih, dan melaksanakan latihan ini dalam dua minggu terakhir?
[3 x bernapas][GENTA]

Latihan Keenam: Meredakan Kemarahan

Sadar bahwa kemarahan mengakibatkan tersendatnya komunikasi dan menciptakan penderitaan, kami bertekad untuk meredakan energi kemarahan ketika energi itu muncul serta mengenali dan mengubah benih-benih kemarahan yang terbenam jauh di dalam kesadaran kami. Ketika kemarahan muncul, kami bertekad untuk tidak melakukan atau mengatakan apa pun, namun kami akan mempraktikkan napas atau jalan berkesadaran untuk mengenali, memeluk, melihat mendalam kemarahan itu. Kami tahu bahwa akar kemarahan bukanlah sesuatu yang ada di luar diri kami tetapi akar kemarahan berasal dari persepsi keliru dan tidak mengerti sepenuhnya atas penderitaan diri sendiri maupun pihak lain. Kami dapat menatap dengan mata welas asih terhadap diri sendiri maupun mereka yang kami anggap sebagai biang kemarahan, melalui cara merenungkan kesementaraan. Kami akan berusaha menyadari betapa berharganya sebuah persahabatan. Kami akan berlatih daya upaya tepat demi mengembangkan kemampuan untuk mengerti, mencintai, bersukacita, sikap inklusif, kemudian perlahan-lahan mengubah kemarahan, kekerasan, rasa takut; setelah itu kami juga membantu orang lain melakukan hal yang sama.

Ini merupakan latihan sadar penuh keenam. Apakah Anda telah berupaya belajar, berlatih, dan melaksanakan latihan ini dalam dua minggu terakhir?
[3 x bernapas] [GENTA]

Latihan Ketujuh: Hidup dalam Kekinian dengan Bahagia

Sadar bahwa hidup hanya tersedia di saat ini, kami bertekad untuk melatih diri agar bisa hidup sepenuhnya setiap momen dalam kehidupan sehari-hari. Kami akan mencoba untuk tidak terhanyut dalam pikiran yang tidak menentu atau terseret oleh penyesalan tentang masa lalu, khawatir akan masa depan, kemelekatan, kemarahan, iri hati yang terjadi pada sekarang ini. Kami akan berlatih napas berkesadaran untuk menyadari apa yang sedang terjadi saat ini dan di sini. Kami bertekad untuk belajar seni hidup sadar dalam setiap situasi untuk menyentuh elemen-elemen keajaiban, kesegaran, penyembuhan yang sudah ada dalam diri sendiri dan sekeliling kami. Lewat cara demikianlah, kami dapat menyemai benih-benih sukacita, kedamaian, cinta kasih, pengertian dalam diri kami, sehingga membantu proses transformasi dan penyembuhan dalam kesadaran. Kami sadar bahwa kebahagiaan tergantung pada sikap mental dan bukan tergantung pada kondisi eksternal, dan kami dapat hidup bahagia pada saat ini hanya dengan mengingat bahwa kami sudah memiliki banyak kondisi untuk berbahagia.

Ini merupakan latihan sadar penuh ketujuh. Apakah Anda telah berupaya belajar, berlatih, dan melaksanakan latihan ini dalam dua minggu terakhir?
[3 x bernapas][GENTA]

Latihan Kedelapan: Komunitas dan Komunikasi Sejati

Sadar bahwa kurangnya komunikasi selalu mengakibatkan perpisahan dan penderitaan, kami bertekad melatih diri untuk praktik mendengar dengan simpatik dan bicara dengan cinta kasih. Mengetahui bahwa komunitas sejati berakar pada sikap inklusif dan latihan nyata atas pandangan harmonis, pikiran, dan ucapan. Kami akan berlatih untuk berbagi pengertian dan pengalaman bersama anggota komunitas agar bisa mencapai kesimpulan kolektif bersama. Kami bertekad untuk belajar mendengarkan secara mendalam tanpa menghakimi ataupun bereaksi dan menahan diri untuk mengucapkan kata-kata yang dapat menciptakan perselisihan atau yang menyebabkan komunitas menjadi pecah. Setiap kali kesulitan muncul kami akan tetap bersama-sama komunitas dan berlatih melihat secara mendalam ke dalam diri sendiri dan pihak lain untuk mencari tahu sebab dan kondisi, termasuk energi kebiasaan kami yang menyebabkan kesulitan itu. Kami akan bertanggung jawab atas semua kondisi yang menyebabkan konflik dan terus mengupayakan agar komunikasi selalu terbuka. Kami tidak akan menempatkan diri sebagai korban namun kami akan aktif dalam mencari cara untuk merukunkan dan menuntaskan semua konflik sekecil apa pun.

Ini merupakan latihan sadar penuh kedelapan. Apakah Anda telah berupaya belajar, berlatih, dan melaksanakan latihan ini dalam dua minggu terakhir?
[3 x bernapas][GENTA]

Latihan Kesembilan: Berbicara sesuai Kenyataan dan Bahasa Kasih

Sadar bahwa kata-kata dapat menciptakan penderitaan atau kebahagiaan, kami bertekad untuk belajar berbicara sesuai kenyataan, penuh kasih dan konstruktif. Kami hanya akan menggunakan kata-kata yang menghadirkan sukacita, rasa percaya diri dan harapan, juga mendukung proses merukunkan dan mendamaikan diri sendiri dan pihak lain. Kami akan berbicara dan mendengar sedemikian rupa sehingga bisa membantu diri sendiri dan pihak lain untuk mengubah penderitaan kemudian menemukan solusi untuk mengatasi berbagai situasi sulit. Kami bertekad untuk tidak mengatakan hal-hal yang tidak benar demi kepentingan pribadi ataupun demi memesona pihak lain, juga tidak menuturkan kata-kata yang dapat memecah belah atau menimbulkan kebencian. Kami akan menjaga sukacita dan keharmonisan komunitas dengan cara tidak berbicara di belakang tentang keburukan pihak lain dan selalu bertanya kepada diri sendiri apakah persepsi yang sudah ada saat ini sudah tepat atau belum. Kami akan berbicara dengan niat untuk mengerti dan membantu mengubah situasi menjadi lebih baik. Kami tidak akan menyebarkan rumor atau mengkritik, mengecam hal-hal yang belum kami ketahui dengan pasti. Kami akan berusaha dengan sebaik-baiknya untuk mengungkapkan situasi-situasi yang tidak adil, meskipun saat melakukan itu dapat menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau membahayakan keamanan kami.

Ini merupakan latihan sadar penuh kesembilan. Apakah Anda telah berupaya belajar, berlatih, dan melaksanakan latihan ini dalam dua minggu terakhir?
[3 x bernapas][GENTA]

Latihan Kesepuluh: Melindungi dan Memperkuat komunitas

Sadar bahwa esensi dan tujuan dari komunitas adalah praktik untuk membangkitkan pengertian dan welas asih, kami bertekad tidak menggunakan komunitas buddhis untuk merebut kekuasaan, keuntungan pribadi, atau mengubah komunitas menjadi instrumen politik. Namun, sebagai anggota dari sebuah komunitas spiritual hendaknya kami mengambil posisi yang jelas terhadap penindasan dan ketidakadilan. Kami hendaknya berusaha mengubah situasi tersebut tanpa terlibat ke dalam konflik partisan. Kami bertekad menatap dengan pemahaman atas kondisi saling berkaitan dan belajar melihat diri sendiri juga pihak lain merupakan sel dari sebuah tubuh komunitas. Sebagai sel sejati dalam tubuh komunitas, membangkitkan energi sadar penuh, konsentrasi, pengertian mendalam untuk menutrisi diri sendiri dan seluruh komunitas, pada saat bersamaan masing-masing dari kita merupakan sel dalam tubuh Buddha. Kami akan berupaya aktif dalam membangun kekeluargaan, mengalir bagaikan sungai, dan berlatih mengembangkan tiga kekuatan yakni; cinta kasih, pengertian dan memotong kekotoran batin, demi mencapai pencerahan kolektif.

Ini merupakan latihan sadar penuh kesepuluh. Apakah Anda telah berupaya belajar, berlatih, dan melaksanakan latihan ini dalam dua minggu terakhir?
[3 x bernapas][GENTA]

Latihan Kesebelas: Penghidupan Tepat

Sadar bahwa kekerasan dan ketidakadilan yang maha dahsyat telah dilakukan terhadap lingkungan dan masyarakat, kami bertekad untuk tidak hidup dari pekerjaan yang membahayakan manusia dan alam. Kami akan mengupayakan yang terbaik dalam memilih penghidupan yang dapat mendukung kesejahteraan semua makhluk hidup di muka bumi ini dan membantu mewujudkan cita-cita ideal atas pengertian dan welas asih. Sadar akan realitas ekonomi, politik, dan sosial dunia, juga hubungan timbal balik manusia dan ekosistem, kami bertekad bertindak penuh tanggung jawab sebagai konsumen dan warga negara. Kami tidak akan menginvestasi atau membeli dari perusahaan-perusahaan yang menyebabkan perusakan sumber daya alam, merusak bumi, dan menghilangkan peluang hidup pihak-pihak lain.

Ini merupakan latihan sadar penuh kesebelas. Apakah Anda telah berupaya belajar, berlatih, dan melaksanakan latihan ini dalam dua minggu terakhir?
[3 x bernapas][GENTA]

Latihan Keduabelas: Menjunjung Tinggi Kehidupan

Sadar bahwa banyak penderitaan disebabkan oleh perang dan konflik, kami bertekad untuk menghadirkan semangat tanpa kekerasan, welas asih dan pengertian mendalam atas hubungan saling keterkaitan dalam kehidupan sehari-hari dan mempromosikan perdamaian, edukasi, mediasi yang berkesadaran serta kerukunan dalam keluarga, komunitas, etnik, kelompok religius, dan negara di dunia. Kami bertekad untuk tidak membunuh dan tidak membiarkan pihak-pihak lain membunuh. Kami tidak akan mendukung semua jenis pembunuhan di dunia ini melalui cara berpikir ataupun penghidupan. Dengan tekun kami akan berlatih melihat secara mendalam bersama komunitas guna menemukan cara-cara yang lebih baik untuk melindungi kehidupan dan mencegah peperangan, dan menciptakan perdamaian.

Ini merupakan latihan sadar penuh keduabelas. Apakah Anda telah berupaya belajar, berlatih, dan melaksanakan latihan ini dalam dua minggu terakhir?
[3 x bernapas][GENTA]

Latihan Ketigabelas: Kedermawanan

Sadar akan penderitaan yang disebabkan oleh eksploitasi, ketidakadilan sosial, pencurian, dan penindasan, kami bertekad untuk memupuk sifat kedermawanan dalam cara berpikir, berucap, dan bertindak. Kami akan belajar cara yang lebih baik untuk bekerja demi kesejahteraan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan mineral. Kami akan mempraktikkan kedermawanan dengan cara berbagi waktu, energi, dan sumber daya materi kami dengan mereka yang membutuhkan. Kami bertekad untuk tidak mencuri dan memiliki apa pun yang seharusnya menjadi milik pihak lain. Kami akan menghormati harta benda pihak lain, tapi akan berusaha mencegah pihak lain memperoleh keuntungan dari penderitaan manusia atau penderitaan makhluk lainnya.

Ini merupakan latihan sadar penuh ketigabelas. Apakah Anda telah berupaya belajar, berlatih, dan melaksanakan latihan ini dalam dua minggu terakhir?
[3 x bernapas][GENTA]

Latihan Keempatbelas: Perilaku Lurus

(Untuk sahabat awam): Sadar bahwa nafsu seksual bukanlah cinta dan hubungan seksual yang didorong oleh nafsu rendah tidak dapat menutupi perasaan kesepian justru akan menciptakan lebih banyak penderitaan, frustasi, dan isolasi. Kami bertekad untuk tidak terlibat dalam hubungan seksual yang tanpa didasari oleh saling pengertian, cinta kasih, dan komitmen jangka panjang yang diumumkan kepada keluarga dan sahabat. Menyadari bahwa tubuh dan pikiran merupakan satu kesatuan, kami bertekad untuk belajar cara tepat dalam menangani energi seksual kemudian menghadirkan cinta kasih, welas asih, suka cita, sikap inklusif demi kebahagiaan diri sendiri maupun pihak lain. Berkaitan dengan hubungan seksual, kami sepatutnya menyadari penderitaan apa saja yang akan muncul di kemudian hari. Kami tahu bahwa untuk menjaga kebahagiaan kami dan pihak-pihak lain, kami harus menghormati hak dan komitmen kami dan pihak-pihak lain. Kami akan melakukan segala hal yang dalam kuasa kami untuk melindungi anak-anak dari pelecehan seksual dan melindungi pasangan dan keluarga dari perpecahan akibat pelanggaran seksual. Kami akan memperlakukan tubuh kami dengan penuh rasa hormat dan welas asih. Kami bertekad untuk menatap lebih dalam atas empat nutrisi dan belajar cara untuk menjaga dan mengarahkan energi-energi vital kami (seksual, napas, semangat) untuk merealisasikan cita-cita ideal Bodhisattwa. Kami akan sepenuhnya menyadari tanggung jawab dari menghadirkan kehidupan baru ke dunia, dan memeditasikan lingkungan masa depan seperti apa bagi mereka.

(Untuk monastik): Sadar bahwa aspirasi seorang monastik hanya bisa diwujudkan ketika ia sepenuhnya meninggalkan ikatan cinta duniawi, kami bertekad untuk melatih hidup selibat dan membantu pihak lain untuk melindungi diri mereka. Kami sadar bahwa kesepian dan penderitaan tidak bisa ditutupi melalui menyatunya dua tubuh dalam hubungan seksual, melainkan oleh praktik cinta kasih, welas asih, sukacita, dan sikap inklusif. Kami tahu bahwa hubungan seksual akan menghancurkan kehidupan monastik, tindakan itu akan mencegah kami merealisasi ideal untuk melayani semua makhluk, dan akan mencelakai pihak-pihak lain. Kami bertekad tidak akan menekan atau memperlakukan tubuh lewat cara yang tidak tepat atau menganggap tubuh kami sebagai alat semata, melainkan akan belajar memperlakukan tubuh kami dengan hormat dan welas asih. Kami bertekad untuk menatap lebih dalam atas empat nutrisi dan belajar cara untuk menjaga dan mengarahkan energi-energi vital kami (seksual, napas, semangat) untuk merealisasikan cita-cita ideal Bodhisattwa.

Ini merupakan latihan sadar penuh keempatbelas. Apakah Anda telah berupaya belajar, berlatih, dan melaksanakan latihan ini dalam dua minggu terakhir?
[3 x bernapas][GENTA]

Penutup: (dibacakan oleh MS)
Saudara-saudari se-Dharma, kami telah selesai membacakan 14 Latihan Sadar-Penuh dari Ordo Interbeing, sebagaimana diamanatkan oleh komunitas. Kami mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudari se-Dharma yang telah ikut mendukung dalam pembacaan ini.
(GENTA)

7. Tiga Perlindungan

Aku berlindung kepada Buddha,
yang menunjukkan kepadaku jalan dalam kehidupan ini.
Aku berlindung kepada Dharma,
jalan pengertian dan cinta kasih.
Aku berlindung kepada Sanggha,
komunitas yang hidup dalam keharmonisan dan kesadaran-penuh.
(GENTA)

Berada dalam perlindungan Buddha,
aku dengan jelas melihat kejernihan dan keindahan di dunia.
Berada dalam perlindungan Dharma,
aku belajar untuk membuka banyak pintu transformasi.
Berada dalam perlindungan Sanggha,
cahaya tuntunan yang mendukungku,
menjaga latihanku bebas dari gangguan.
(GENTA)

Berlindung kepada Buddha dalam diriku,
aku beraspirasi membantu semua orang menyadari
hakikat pencerahan sejati dirinya sendiri,
untuk merealisasi bodhicitta.
Berlindung kepada Dharma dalam diriku,
aku beraspirasi menolong semua orang
menguasai cara latihan dengan baik,
dan melangkah bersama di jalan pembebasan.
Berlindung kepada Sanggha dalam diriku,
aku beraspirasi menolong semua orang membangun Empat Komunitas,
untuk merangkul semua orang dan mendukung transformasinya.
(GENTA 2x)

7.a Trisarana

Bud-dha yang mu-lia
Pe-nun-juk ja-lan ke pen-ce-ra-han
namo buddhaya

Dhar-ma yang mu-lia
a-ja-ran ka-sih bi-jak-sa-na
namo dharmaya

san-gha yang mu-lia
hi-dup ber-sa-ma da-mai dan har-mo-nis
namo sanghaya

Buddhang saranang gacchami
dharmang saranang gacchami
sanghang saranang gacchami

8a. Berbagi Jasa Kebajikan

Membaca sutra, mempraktikkan jalan penuh kesadaran,
memberikan manfaat tanpa batas.
Kami bersedia untuk berbagi hasil kemajuan praktik kepada semua makhluk.
Kami bersedia untuk mempersembahkan penghormatan kepada orang tua, para guru, sahabat, serta makhluk-makhluk yang tak terhitung jumlahnya
yang telah memberikan bimbingan dan dukungan di sepanjang jalan.
(GENTA 3x)

Saddhu, Saddhu, Saddhu

8b.   Berbagi Jasa Kebajikan

Semoga jasa dan kebajikan
Memperindah Tanah Suci para Buddha
Membalas Empat Budi Besar
Dan menolong mereka di Tiga Alam Sengsara

Semoga mereka yang mendengarkan Dharma ini
Semua bertekad membangkitkan kebodhian
Sampai di akhir kehidupan ini
Bersama-sama lahir di alam bahagia.

8c.   Berbagi Jasa Kebajikan

Sehari telah berlalu
Usia telah berkurang
Bagai ikan kekurangan air
Sungguh tiada kebahagiaan

Wahai komunitas,
berupayalah sekarang juga
seperti memadamkan api di kepala
renungkanlah ketidak-kekalan
tetap terjaga dan jangan lengah

Makhluk tiada batas, aku bertekad membebaskannya
Gagguan batin tiada ujung, aku bertekad memutuskannya
Pintu Dharma tak terukur, aku bertekad mempelajarinya
Buddhadharma tak tertandingi, aku bertekad merealisasikannya

Membaca sutra, mempraktikkan jalan penuh kesadaran,
memberikan manfaat tanpa batas.
Kami bersedia untuk berbagi hasil kemajuan praktik kepada semua makhluk.
Kami bersedia untuk mempersembahkan penghormatan kepada orang tua, para guru, sahabat, serta makhluk-makhluk yang tak terhitung jumlahnya yang telah memberikan bimbingan dan dukungan di sepanjang jalan.
Saddhu, Saddhu, Saddhu (GENTA 3x)

Melanjutkan Jalur Transformasi Thay

Melanjutkan Jalur Transformasi Thay
Sesi Be-In @PlumVillageThailand, 12 Oktober 2019

Selamat Hari Ulang Tahun, demikianlah ucapan pada umumnya. Di Plum Village, kami mengucaptkan Selamat Hari Berkelanjutan (Happy Continuation Day). Segala sesuatu muncul karena ada kondisinya, dan kelahiran Anda bukanlah yang pertama kali, namun itu adalah kelanjutan dari kelahiran sebelumnya.

Hari Berkelanjutan juga memiliki makna kelanjutan dari guru spiritual. Para murid merupakan kelanjutan dari guru spiritualnya, ada murid monastik dan awam, melanjutkan jalur transformasi Buddha, para bodhisatwa mahasatwa, guru spiritual dan guru kami terkasih, Thay.

Hari Berkelanjutan Thay jatuh pada tanggal 11 Oktober 2019, Plum Village Thailand memberikan kesempatan kepada banyak orang untuk hadir ikut berlatih meditasi dan bersama-sama merayakannya dengan penuh khidmat. Acara perayaannya pada tanggal 12 Oktober 2019, hadir sekitar 220 orang dari berbagai negara, terutama dari Vietnam dan Thailand lebih banyak.

Ada acara Be-In (duduk melingkar untuk berbagi, mempersembahkan lagu, membacakan puisi dan sebagainya). Ada beberapa monastik senior berbagi memori indah bersama Thay.

Hari itu juga ada pemutaran film singkat tentang kehidupan Thay, kemudian Talk Show dalam bentuk bincang-bincang ringan tentang Thay dari sudut pandang monastik.

Bagian publikasi juga mengumumkan majalah Plum Village Thailand yang juga sekaligus merayakan 10 tahun berdirinya Plum Village Thailand.

Perayaan ditutup dengan sesi tanya jawab dari Sister Đoan Nghiêm tentang dasar-dasar praktik kewawasan yang diajarkan oleh Thay, kemudian bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Malam hari ada sesi meditasi duduk dan pelepasan lentera doa untuk kesehatan Thay juga perdamaian dunia.