Menyambut Keluarga Penahbisan Jeruk Bali
Musim dingin di Hue, para murid-murid dari mendiang Master Zen Thích Nhất Hạnh yang akrab disapa Thầy, berduyun-duyun kembali ke Biara Từ Hiếu di Huế untuk menghadiri seremoni mengenang mendiang Master Zen yang ke-3. Tahun ini ada sekitar 258 monastik (biksu, biksuni, sramanera, dan sramaneri) berkumpul dalam kekeluargaan selama 10 hari untuk menghadirkan kekuatan kesadaran penuh kolektif bersama para sahabat awam.
Aroma wangi Bukit Dương Xuân menemani empat lapis komunias berkumpul di Aula Meditasi Hương Cau pada 12 Januari 2025, di Biara Diệu Trạm untuk memberikan dukungan kepada para anak muda yang akan menerima penahbisan novis (sramanera-sramaneri).
Nama Dharma mereka adalah Chân Hương Hạnh, Chân Nhất Tính, Chân Thiền Hạnh, Chân Nguyên Hạnh, Chân Nghiêm Hạnh, Chân Nhã Hạnh, Chân Đan Hạnh, Chân Lưu Hạnh, Chân Khai Hạnh, Chân Văn Hạnh, Chân Nhất Tạng, Chân Thư Hạnh, Chân Nhất Chí, Chân Nhất Bản, Chân Bổn Hạnh, Chân Giác Hạnh, Chân Nhất Đẳng, Chân Nhất Đế, Chân Mẫn Hạnh, Chân Khiết Hạnh và Chân Nhất Hoa.
Anggota monastik bagai taman bunga, dari waktu ke waktu bertunas dan tumbuh berkembang adalah kabar baik dan kado terbesar yang bisa dipersembahkan kepada mendiang Thầy, jika beliau melihat ini, kami yakin beliau akan tersenyum, karena ada generasi penerus monastik yang melanjutkan tugas mulia untuk menyemai, dan meneruskan Dharma sejati.
Benih-benih bodhi tersebut telah melewati banyak rintangan untuk dapat disemaikan dalam tanah spiritual. Setelah disirami dan dirawat oleh Sangha, kini mereka tumbuh dengan indah sebagai keluarga “Pohon Thanh Trà”.
Thanh Trà adalah nama buah jeruk khas dari Kota Huế, nama latinnya adalah Citrus Grandis, atau di Indonesia dikenal dengan nama Jeruk Bali. Pohon Thanh Trà tumbuh dalam kondisi cuaca yang keras, seperti kekeringan, hujan lebat, dan badai, tetapi berkat aliran air sejuk dari Sungai Hương, pohon-pohon ini mampu menghasilkan buah yang manis.
Setiap kali penahbisan di Plum Village selalu dalam jumlah banyak, oleh karena itu mereka dikelompokkan dalam satu keluarga penahbisan. Pada penahbisan kali ini, nama keluarga penahbisannya adalah Jeruk Bali.
Dalam momen sakral ini, ketika para aspiran (calon monastik) dengan penuh keyakinan berlindung kepada Triratna (Tiga Permata), kehidupan selibat pun telah dimulai. Air mata berlinang, dan semua kekhawatiran dilepaskan. Dengan Empat Sujud Syukur, bersyukur kepada orang tua yang telah melahirkan dan merawat kami, kepada para guru dan teman yang menemani perjalanan ini, serta kepada tumbuhan, batu, dan semua makhluk yang menopang kehidupan.
Sebelum upacara ini, dalam acara pengucapan syukur, para aspiran memiliki kesempatan untuk berbagi rasa dan bersujud di hadapan orang tua mereka, mengungkapkan terima kasih atas kasih sayang dan perlindungan yang telah diberikan. Pelukan hangat dari keluarga menjadi sumber kekuatan bagi para aspiran untuk melangkah mantap di jalan yang telah mereka pilih ini.
Dengan dukungan dari keluarga dan keyakinan atas komunitas spiritual, para aspiran dengan sukacita mempersembahkan bunga hati mereka dalam seremoni permohonan untuk ditahbiskan, bertekad untuk membawa pengertian mendalam dan cinta kasih guna memperindah dunia ini.
Semoga para monastik baru juga demikian. Ketika menghadapi kesulitan dan tantangan, ingatlah untuk selalu membuka hati agar aliran cinta kasih dapat masuk, menyembuhkan, dan memberi nutrisi. Pada waktunya, kedamaian dan pemahaman akan menjadi buah manis yang dapat mereka persembahkan kepada tanah air dan dunia.
Dalam pelukan Sangha, para monastik baru telah tiba di tempat yang damai. Senyum dan kebahagiaan terpancar di wajah mereka, ketika mereka berdiri di hadapan komunitas dan secara resmi menyapa komunitas dalam acara Be-in (Kegiatan duduk dalam bentuk lingkarang untuk berbagi).
Jalan baru telah terbuka, dan semangat bodhi para monastik pemula pun semakin terbuka. Tidak berharap kondisi selalu sempurna, tetapi semoga para monastik baru memiliki keteguhan hati untuk membangun Sangha setiap hari dan membawa kebahagiaan bagi dunia.