Pedoman Berbagi Dharma

Pedoman Berbagi Dharma
Berbagi Dharma

Berbagi Dharma (Dharma Sharing) merupakan pintu Dharma (Dharma Door, 法門) dari tradisi Zen Plum Village. Praktik ini dipimpin oleh seorang fasilitator, pesertanya berkisar 15-25 orang duduk melingkar, oleh karena itu juga kadang disebut Circle Sharing.

Tugas fasilitator adalah untuk membantu melancarkan jalannya kegiatan agar masing-masing orang memiliki kesempatan untuk berbagi pengalaman latihannya. Konten berbagi bisa berupa kebahagiaan, sukacita, bahkan kesulitan dalam latihan meditasi. Pertanyaan boleh dilemparkan oleh fasilitator untuk mencairkan suasana sepi.

Pada umumnya sebelum seseorang berbagi, maka dia beranjali (kuncup teratai), telapak kanan sebagai simbol pikiran dan telapak kiri sebagai simbol tubuh, ketika pikiran dan tubuh bersatu padu, itulah kewawasan (mindfulness). Anjali merupakan ungkapan minta izin untuk berbagi, kemudian semua anggota membalas memberi salam Anjali juga.

Anda hendaknya berbagi dari hati yang paling dalam, sebaiknya menghindari teori-teori apakah itu dari buku, artikel, atau sumber lainnya. Ketika berbagi, gunakanlah sudut pandang pertama “saya” atau “aku” untuk menghindari persepsi bahwa Anda sedang mengurui orang lain.

Gunakan waktu secukupnya untuk berbagi, namun juga jangan terlalu lama, ini demi memberi kesempatan kepada anggota lain untuk berbagi juga. Ketika Anda selesai berbagi maka tutup dengan Anjali lagi. Anggota lain yang ingin berbagi pada kesempatan berikutnya, disarankan untuk bernapas 3x terlebih dahulu sebelum beranjali untuk berbagi. Jika Anda sudah berbagi 1x maka izinkanlah sahabat lain berbagi sebelum Anda berbagi lagi.

Sesi praktik Berbagi Dharma juga merupakan kesempatan untuk berlatih berbicara penuh kasih dan mendengar secara mendalam. Ketika berlatih mendengar mendalam, maka usahakan mendengar untuk mengerti, usahakan untuk menghentikan percakapan di dalam pikiran agar kualitas mendengar bisa lebih bagus.

Cara berkomunikasi adalah kepada seluruh anggota kelompok, bukanlah berdialog dengan satu atau dua orang saja. Jika seseorang berbicara terlalu lama atau dianggap keluar dari topik, maka fasilitator boleh membunyikan setengah genta untuk meminta yang bersangkutan untuk lebih spesifik atau bahkan mengakhiri berbaginya.

Kita semua perlu menjaga kerahasiaan apa pun yang telah disampaikan dalam lingkaran berbagi Dharma. Jika dalam kurun sekian waktu, belum juga ada yang berbagi, maka fasilitator boleh berbagi atau mengundang salah satu peserta grup. Seorang fasilitator hendaknya terampil dalam memimpin sesi berbagi Dharma, jangan memaksa anggota yang tidak ingin berbagi.

Sesi Berbagi Dharma pertama biasanya dimulai dengan pengantar singkat tentang apa itu Berbagi Dharma, kemudian perkenalan singkat dari masing-masing peserta. Dari waktu ke waktu, fasilitator boleh mengundang genta sesuai dengan kebutuhan, agar semua anggota bisa mengembalikan perhatian kepada napasnya.

Sesi Berbagi Dharma boleh ditutup dengan menyanyikan lagu, kemudian diakhiri dengan suara genta 3x, kemudian suara genta berikutnya memberi hormat kepada sesama anggota dan jika ada Altar atau objek lainnya, maka boleh memberi bungkuk hormat kepada objek tersebut. (Br. Pháp Tử [法子])

Workshop Dharma Sharing (Lokakarya Berbagi Dharma) oleh
AstridTrue Peaceful Diligence (Chân An Tấn, 真安進)

Berhenti di Saat Ini

Berhenti di Saat Ini

Foto bersama, kebaya Indonesia. Sri (barisan depan, dari kanan pertama)

Cerita ini adalah perjalanan saya ketika mengikuti retret di Plum Village Thailand, retret ini merupakan hadiah terindah dari orang yang saya sayangi. Retret ini bertemakan “Walk With Me“, ini adalah retret pertama saya di Thailand. pada tanggal 23 desember saya berangkat dari Bandara Kualanamu Medan menuju Thailand.

Kita ada 14 orang yang berangkat pada waktu itu, ada hal menarik yang terjadi ketika kita tiba di bandaraThailand untuk ambil koper, Sudah keliling mencari koper, ternyata 20 koper kita ketinggalan di bandara Kuala Lumpur.

Kita hanya tertawa saja dan lanjut untuk mengurus proses pengantaran koper, lalu kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Plum Village yang berjarak 3 jam dari bandara Svarnabhumi Thailand dan bermalam tanpa baju ganti. Koper kami tiba di Plum Village pukul 2 pagi dini hari.

Aku Rindu
Ketika saya tiba di Plum Village, saya menikmati keindahan suasana di sana, tempatnya begitu sejuk karena berada di antara gunung dan ada perbukitan.

Dalam hati ini berkata “saya mau bersama keluarga berada di sini” karena saat ini saya hanya seorang diri hadir untuk mengikuti retret ini, hati ini menjadi sedikit sedih.

Jantung saya mulai berdegup kencang, lalu saya teringat untuk bernapas masuk dan napas keluar. Saya tau saat ini saya sendiri di sini, saya berhenti di saat itu juga untuk bernapas. Aku tak mau lukai hati ini, tubuh, dan pikiran ini, tapi saat ini aku sendiri. Aku sadari aku bernapas, aku bahagia, aku tahu napasku untukmu.

Bertemu Kembali
Pagi itu sangat cerah sekali, saya memutuskan untuk berjalan pagi untuk melihat sekeliling tempat saya menginap, karena waktu itu saya tiba di sana sudah malam dan langsung tidur. Tempat ini ternyata begitu luas, berada di puncak dan dikelilingi beberapa bukit dan ada gunung. Pemandangannya begitu indah sehingga membuat udara di sini dingin di malam hari dan sejuk di siang hari.

Saya berhenti sejenak dan duduk di atas sebuah batu untuk menikmati pemandangan, langit, suara burung, awan, dan burung yang beterbangan di atas, serta angin yang berhembus dingin menerpa wajah saya.

Bernapas masuk, bernapas keluar, saya melihat langit yang cerah dan burung berterbangan.

Bernapas masuk, bernapas keluar, saya mendengar suara-suara burung berkicau
Bernapas masuk, bernapas keluar, hatiku terasa damai.

Saya merasakan sesuatu yang hilang telah kembali lagi, ya, perasan hati ini, hati yang selama ini saya rindukan, akhirnya saya temukan kembali, dan sekarang saya mengerti bagaimana cara saya agar dapat kembali, dengan berhenti sejenak untuk melihat dan mendengar apa pun itu sehingga aku dapat merasakan hati yang damai. Perlahan kulepaskan lipatan kakiku dan turun dari atas batu untuk melanjutkan perjalanan pagi ku mengelilingi lokasi tempat saya retret dengan senyum pagi yang indah, SMILE….

Jasmine Tea
Kegiatan Reret selama beberapa hari, yang diawali dengan bangun pagi untuk meditasi duduk, meditasi berjalan, meditasi sarapan pagi, meditasi kerja, Dharma talk, meditasi makan siang, relaksasi total. Sesi yang membuat saya paling setresss adalah Dharma sharing group.

Baru disadari bahwa saya berada di grup yang pesertanya adalah orang dari berbagai Negara. Saya tidak pandai berbahasa Inggris, dan saya hanya punya satu teman di dalam grup yang juga tidak begitu lancar berbahasa Inggris.

Grup saya adalah “Jasmine Tea“, saya hanya dapat menyebutkan nama dan beberapa kata saja yang dapat saya ucapkan, di sini saya ingin bercerita tentang kegiatan kita, setiap grup perlu membuat sebuah pertunjukan untuk menyambut malam tahun baru. Waktu kita hanya ada 3 jam untuk mempersiapkan latihan sebelum tampil.

Kekacauan
Grup saya memutuskan untuk membuat drama tentang “KEKACAUAN“ yang terjadi ketika ingin sampai di Plum Village Thailand untuk mengikuti retret, yang pertama di mulai dengan kekacaun dari naik taksi yang mana teman saya bernama George sebagai penumpang dan Mr. Bunn sebagai supir taksi Thailand yang tidak mengerti bahasa Inggris.

Kekacauan pun terjadi ketika supir salah mengantar George ke bandara, di Thailand ada 2 bandara penerbangan keributan pun terjadi, tiba–tiba terdengar suara bel dan mereka berdua pun hening, lalu George menuliskan di sebuah kertas ke bandara mana yang dia mau.

Sekarang masuk dengan KEKACAUAN di imigrasi, kini giliran saya yang berperan sebagai staf wanita imigrasi. Di imigrasi sering terjadi kekacauan tentang VISA dan berebut antrian untuk cap paspor, bukankah begitu?

Saya mengambil peran ini karena keterbatasan saya berbahasa Inggris, jadi saya hanya perlu mengucapkan kata No No No… you need VISA. Kekacauan timbul, terdengar suara bel .. silent dan saya memutuskan semua pengunjung untuk masuk tidak pakai visa.

Semua berjalan happy sampai di penjemputan menuju ke Plum Village. Walaupun degan keterbatasan saya dalam berbahasa kita adalah satu keluarga “Jasmine Tea” we are happy.

Terima kasih, dengan Latihan Retreat Mindfulness ini saya dapat belajar dan mengerti, hingga saya memahaminya, dengan keterbatasan berbahasa inggris, yang membuat saya benar–benar pasang telinga dan mata untuk dapat mengerti apa yang sedang mereka bicarakan dalam sharing group, serta saat mereka bertanya ke saya. (Sri)

Foto-foto dari Core Sangha Retreat @ThaiPlumVillage

Mencari Jawaban

Mencari Jawaban

Selama bertahun-tahun mengikuti retret, timbul pertanyaan dalam diri saya: “Mengapa kebanyakan yg mengikuti retret itu orang yang berusia lanjut? Lantas kemanakah anak mudanya?

Walau ada pertanyaan yg mengganjal, tapi saya tidak bertanya langsung kepada orang lain, namun saya ingin mencari tahu jawabannya sendiri, barangkali melalui retret yang saya jalani, walau harus menghabiskan waktu bertahun-tahun, saya tetap ingin menemukan jawabannya sendiri, tampaknya ini lebih seru, dan demikianlah karakter saya.

Saya Mendapatkan jawaban ini dari membaca komik yang berjudul “Babi yang Berpikir terlalu Banyak“, dan juga berkaitan dengan pengalaman saya selama bertahun-tahun makan permen jelly kesukaan saya “Yuppi”.

Kita tahu akibat makan permen jelly terlalu banyak setiap hari maka, gigi akan rusak dan sakit, kalau sudah demikian yah terpaksa harus ke dokter gigi. Saya sejak kecil suka sekali makan Yuppi, mungkin sehari bisa sebungkus, sebetulnya dari kecil sudah diberitahu orang tua jangan sering makan manisan terlalu banyak karena akan sakit gigi, tetapi waktu itu setelah makan permen Yuppi berapa bulan, tampaknya gigi saya tidak sakit, jadi saya terus mengonsumsi permen itu sampai beberapa tahun.

Sekarang sudah dewasa saya merasakan akibatnya, gigi saya jadi rusak dan kadang sakitnya membuat rasa tidak nyaman. Akhirnya saya ke dokter gigi untuk periksa gigi, ternyata kebanyakan gigi saya sudah banyak bintik-bintik hitam dan menurut dokter harus segera ditambal, kalau tidak maka bintik-bintik itu akan merambat ke gigi yang lain. Tampaknya tidak ada pilihan lain, akhirnya saya setuju untuk segera ditambal walaupun prosesnya sangat menyakitkan sekali, ketika dokter menambal gigi saya, rasanya seperti di neraka benaran, bayangkan saja seperti tanah yang dibor.

Saya bilang ke dokter: “Pak dokter, ini sangat menyakitkan sekali rasanya.
Dokternya membalas: “Kalau tidak bersentuhan langsung dengan bagian yang sakit bagaimana kamu bisa sembuh?

Saya pikir masuk akal juga, lantas saya kembali disiksa oleh dokternya (bercanda, ha ha ha ha…)

Setelah melewati proses yang menyakitkan akhirnya saya mendapatkan penyembuhan.

Dalam keseharian kita juga seperti demikian, kita suka mencari hiburan, merokok, berhura-hura, clubbing, shopping, dll. Kita sebenarnya juga tahu hal yang demikian sangat nikmat sekali, tetapi tidak memberikan manfaat malah menambah penderitaan batin lebih dalam lagi bagi diri sendiri, ibarat permen Yuppi yang saya makan, rasanya sangat nikmat, tetapi tidak memberikan manfaat malah menambah derita bagi gigi saya.

Retret ibarat ke dokter gigi, ketika kita sakit gigi maka, kita ke dokter gigi, kita derita batin maka, kita pergi retret, tetapi seberapa banyak mereka yang berani pergi ke dokter gigi untuk disembuhkan?

Jawabannya tidak banyak, walaupun mereka tahu bisa sembuh dengan bantuan dokter gigi namun mereka tidak berani melewati proses yang menyakitkan itu, mereka sengaja menunggu sampai waktu yang lama sekali untuk disembuhkan, kadang menunggu terlalu lama sehingga penyakitnya sudah akut dan sulit sekali disembuhkan.

Hanya berkunjung ke dokter tentu saja bisa membantu penyembuhan, mendengar dan mengikuti petunjuk dokter, kemudian yang penting juga jangan makan permen Yuppi lagi.

Sama halnya Dengan derita batin, seberapa banyak diantara mereka yang berani pergi ke retret untuk disembuhkan? Jawabannya juga tidak banyak, karena mereka akan melewati proses yang membosankan sebelum disembuhkan, mereka menunggu sampai stressnya sudah menumpuk seperti gunung baru ikut retret, dan mereka berharap sekali ikut retret saja sudah bisa disembuhkan. Apakah mungkin?

Hanya ikut retret sekali saja tentu saja sangat bermanfaat, namun kita perlu melanjutkan apa yang kita latih, cari teman-teman untuk berlatih bersama-sama secara rutin, kemudian jangan merokok, hura-hura, clubbing atau shopping lagi, shopping tentu saja boleh tapi shopping barang yang dibutuhkan saja, atau shopping dengan penuh kesadaran.

Sekian sharing dari Saya..


Yu Yong (25 tahun)