The Need to Love

The Need to Love

Thich Nhat Hanh

Seorang Penulis Prancis bernama Antoine bilang: “Mencintai bukan berarti hanya duduk saling memandang saja, namun mencintai berarti bersama-sama memandang ke arah yang sama.” Saya tidak tahu kalimat ini membawa kesan apa buatmu, ketika saya mendengar kalimat itu, saya merenung sebentar kemudian saya tersenyum kecil, karena saya sedang membayangkan sepasang suami istri yang sedang memandang ke arah yang sama, dan arah itu adalah ke televisi karena mereka sudah tidak bisa menikmati saling memandang lagi. Demi mengurangi penderitaan masing-masing maka mereka mencoba untuk memandang ke arah televisi bersama-sama agar bisa melupakan penderitaannya.

Ketika mereka baru menikah, mereka sangat antusias untuk menghabiskan waktu bersama untuk saling memandang, tetapi karena mereka tidak tahu bagaimana berlatih hidup sadar, tidak tahu bagaimana menjaga agar kasih sayangnya tetap membara, mereka tidak tahu bagaimana cara memperdalam pengertian dan welas asih sehingga mereka terus-menerus membuat keretakan keluarga dan stres dalam hubungan itu. Suatu hari mereka sadar bahwa rasanya sudah tidak nyaman lagi saling memandang, jadi daripada saling memandang, mereka secara diam-diam ada kesepakatan tak langsung bahwa lebih baik memandang ke arah televisi, ini sungguh sebuah tragedi!

Ketika engkau mencintai seseorang, engkau percaya pasanganmu memiliki sesuatu yang cantik dan pantas untuk dicintai, engkau selalu mencari sesuatu yang baik dan indah agar kamu bisa mencintainya, kalau tidak demikian, mengapa engkau mau mencintainya? Cinta ini hadir karena kita sedang kelaparan, kita lapar akan sesuatu yang baik, kita lapar akan sesuatu yang cantik, kita lapar akan sesuatu yang tulus, oleh karena itulah kita mencoba untuk mencari dan mencari. Pasangan kita memiliki tiga kualitas itu, cantik, baik, dan tulus. Engkau merasa dirimu sendiri tak punya kualitas itu, oleh karena itulah ketika ada seseorang yang memiliki kualitas itu, maka engkau akan segera mencintainya karena engkau sangat membutuhkan kualitas demikian, dalam cinta demikian, dalam kondisi kebutuhan demikian, engkau merasa ada sesuatu yang bisa kita letakkan dalam dasar hatimu. Engkau selalu merasa ada sesuatu yang kurang dalam dirimu dan engkau selalu merasa tidak memiliki fondasi kualitas itu. Engkau selalu mengembara untuk mencari dan mencari, mencari sesuatu yang baik, indah dan tulus. Ketika engkau menemukan orang yang memiliki kualitas seperti itu, maka engkau begitu bahagia, namun di balik kebahagiaan itu ada ketakutan! Bagaimana kalau-kalau itu bukanlah kecantikan sesungguhnya? Bagaimana kalau-kalau itu bukanlah kebaikan sesungguhnya? Engkau akan takut atas renungan barusan, takut kalau itu kualitas palsu! Engkau juga begitu takut kalau-kalau suatu hari nanti rahasia terbongkar bahwa orang yang engkau cintai itu hanyalah objek imajinasi dirimu belaka. Ketika mencintai seseorang, engkau punya daya imajinasi luar biasa. Engkau menciptakan imajinasi-imajinasi indah dalam pikiranmu, engkau begitu takut kalau kenyataannya tidak sesuai dengan imajinasimu, oleh karena itulah ketakutan makin besar dan makin besar dalam dirimu.

Jadi, pertama, mencintai itu hadir karena engkau merasa ada sesuatu yang kurang atau tidak lengkap dalam dirimu yaitu kehampaan, kedua ada perasaan takut, bahkan ketika engkau menemukan sesuatu, engkau juga takut sesuatu itu bukanlah sesuatu yang engkau bayangkan dan bukan sesuatu yang ingin engkau percaya, bisa saja itu palsu! Walaupun engkau percaya bahwa itu benar, engkau tetap ada perasaan takut engkau takut akan impermanen. Engkau akan takut ketika tiga atau lima tahun kemudian, bagaimana dirimu bisa hidup kalau sang kekasih sudah tidak mencintai dirimu lagi? Oleh karena itulah engkau selalu memaksa sang kekasih untuk mengulang pernyataan “I love you darling, I love you”, karena engkau tak punya perasaan aman dan engkau dipenuhi rasa takut!

Dalam hubungan kasih seperti itu, engkau perlu menenangkan orang itu, engkau merasa harus meyakinkan pasanganmu bahwa engkau mencintainya selamanya, namun dari lubuk hatimu yang paling dalam, engkau sadar bahwa tidak ada sesuatu pun yang bisa berlangsung lama alias impermanen. Engkau mengamati orang-orang dan engkau sendiri melihat bagaimana terjadinya perubahan. Kisah cinta pada awalnya akan bisa berubah menjadi begitu kecut setelah dua atau tiga tahun kemudian. Engkau sendiri sudah banyak melihat kisah nyata seperti itu, namun engkau masih belum begitu percaya bahwa sang kekasih akan mencintaimu seumur hidup.

Jadi ketakutan hadir dalam kisah cintamu, ada juga kekosongan dan ketidakpastian, kemudian hadir juga ketakutan. Ketika engkau merenungkan tentang pasanganmu, maka engkau bisa percaya bahwa ada kualitas dari pasanganmu yang ternyata tidak ada dalam dirimu, oleh karena itu perlu merenungkan agar muncul rasa kagum, karena engkau sudah bisa merasakan kebahagiaan kecil, rasa nyaman ketika engkau kagum atas kecantikan, kebaikan, dan ketulusan pasanganmu. Pada saat bersamaan engkau juga sadar bahwa pasanganmu juga memiliki imajinasi tersendiri atas dirimu. Engkau juga takut kalau suatu hari nanti imaginasi pasanganmu tidak sesuai dengan kenyataannya, engkau mencoba untuk berpura-pura dan bermain sandiwara, engkau mencoba menjadi orang yang diimajinasikan oleh pasanganmu, engkau melakukan semua itu namun ketakutan tetap hadir di situ, ketakutan bahwa suatu hari nanti dia membongkar rahasia kepalsuanmu, bahwa engkau hanya sedang bersandiwara saja, engkau seperti seseorang yang pergi ke butik kosmetik untuk membeli ini dan itu, engkau mau menaburkan semua kosmetik agar tampak indah yang sebenarnya bukan dirimu sesungguhnya.

Dilihat dari segi spiritual dan aspek moral kita juga melakukan hal yang sama, kita menggunakan berbagai jenis kosmetik agar wajah kelihatan indah, mata terlihat bersinar agar orang lain mau mencintaimu. Pada kenyataanya ketika engkau menggunakan kosmetik, maka itu adalah sebuah tragedi bagi mental dan fisikmu sendiri. Suatu tragedi terjadi karena engkau tidak percaya bahwa sesungguhnya dirimu sudah cantik apa adanya, oleh karena itulah engkau mencoba untuk membuat diri cantik. Kita tidak percaya bahwa kita ini baik, tetapi kita mencoba untuk bersandiwara agar kelihatan berkualitas baik. Kita tidak percaya bahwa kita ini tulus. Dari lubuk hati paling dalam barangkali ada rasa mengkhianati pasanganmu kemudian juga mengkhianati dirimu sendiri, kemudian ada perasaan bahwa dirimu tidaklah layak dicintai. Kita memiliki kompleks bahwa diri sendiri tidak layak dicintai. Inilah yang menjadi elemen pembangkit penderitaan dalam hidup sehari-hari, karena kita enggan menyentuh dirimu yang paling dalam, engkau tidak punya kejelasan atau keruh dalam melihat kualitas dirimu sendiri, engkau merasa hampa dan tidak layak dicintai, engkau mencoba mencari sesuatu untuk mengisi hatimu, ini bisa disebut sejenis vakum. Mencintai bisa jadi adalah sebuah cara untuk mencari sesuatu kemudian engkau mengisikannya ke hatimu, yaitu kualitas cantik, baik, dan tulus. Walaupun engkau sudah menemukan kualitas itu, namun engkau tetap khawatir dan takut, engkau tidak yakin itu kualitas sesungguhnya atau bukan? Atau si dia itu sedang bersandiwara saja? Karena bisa saja itu kualitas palsu.

Ketika engkau bertemu seorang guru spiritual, engkau juga punya rasa takut seperti itu, namun seorang guru spiritual ternyata juga seperti manusia biasa, jadi engkau punya rasa takut akan ketulusan guru spritual tersebut. Seorang guru spiritual bisa saja tidak memiliki kecantikan, kebaikan, dan ketulusan sejati, guru spiritual itu juga mungkin memakai kosmetik agar kelihatan seperti seorang guru spiritual yang baik. Kadang kita merasakan bahwa guru spiritual kita ternyata bukanlah seperti yang kita bayangkan, kemudian engkau marah, kecewa, kemudian mencari guru lain lagi. Ini juga merupakan proses mencintai, engkau terus mencari suatu kualitas yang belum ada dalam dirimu sendiri, kualitas yang betul-betul engkau butuhkan.

Kadang-kadang engkau merasa seperti sebuah pot tanpa cover, engkau percaya bahwa coverrnya ada di dunia luar sana, engkau harus berupaya mencari cover untuk menutupi pot itu. Perasaan vakum dan hampa selalu hadir dalam hati. Barangkali ini yang disebut kebutuhan akan cinta, kebutuhan akan dicintai dan kebutuhan untuk mengisi kehampaan dalam hati agar hidup menjadi bermakna. Ketika engkau meneliti lebih dalam tentang orang lain, engkau bisa melihat banyak kekurangan dalam diri sendiri, sehingga engkau ingin mencari seseorang agar bisa menjadi tempat berpijak atau tempat bersandar, tempat berlindung demi mengusir penderitaanmu. Kemudian engkau juga punya keinginan untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang lain karena ada rasa kosong dalam hati, perasaan vakum, engkau tidak tahu cara memeluk penderitaan sendiri, oleh karena itulah engkau butuh orang lain agar bisa memberi perhatian.

Engkau membutuhkan seseorang agar bisa menjagamu setiap saat, seseorang yang bisa mengisi kehampaan hatimu, mengisi kevakuman dan penderitaan dengan energi perhatian penuh kesadaran. Tanpa energi itu engkau tidak bisa hidup, Cinta, inilah kebutuhan akan perhatian, energi perhatian dari orang lain akan membantumu menjadi tidak begitu kosong lagi. Energi yang membantu membantu mencairkan balok es penyumbat akibat penderitaan. Engkau sendiri tidak sanggup membangkitkan energi kesadaran itu oleh karena itulah engkau butuh orang lain, apabila pasanganmu tidak punya energi secukupnya untuk mengurangi penderitaanmu, maka engkau kecewa! Engkau merasa kehadiran pasangan sudah tidak berguna lagi oleh karena itulah cintamu juga ikut menguap!

[Genta]

Seandainya engkau cukup beruntung, engkau berkesempatan untuk menemukan kekasih yang tepat, kekasih yang punya kualitas kebaikan, elemen kecantikan begitu nyata dirasakan karena engkau punya kesempatan untuk menghabiskan banyak waktu bersamanya, engkau punya kesempatan untuk membuktikan dan menyakinkan elemen kecantikan, elemen kebaikan, elemen ketulusan pada sang calon kekasih.

Buddha mendefinisikan Maitri sebagai kasih sayang sebagai suatu jenis kecantikan. Ketika engkau berlatih maitri, maka engkau bisa merasakan kecantikan alami. Saya sangat terkesan ketika saya membaca kalimat itu. Seseorang yang punya hati yang baik, dia selalu bersedia untuk melakukan sesuatu demi memberikan rasa lega, menghadirkan sukacita, membawa rasa nyaman bagi orang lain, jika kejadian seperti ini hadir dalam sang kekasih, punya kesempatan untuk berkenalan dengan orang demikian, maka engkau orang yang beruntung sekali. Orang itu terdorong oleh sebuah energi untuk memberikan kebaikan dan sukacita kepada orang lain, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Apabila engkau telah berhubungan dengannya dalam kurun cukup lama maka engkau bisa mengetahui bahwa dia punya kualitas kecantikan sesungguhnya. Ketika engkau berkesempatan menyentuh energi kecantikan itu, maka secara alami engkau sedang menyentuh kecantikan alami dalam dirimu sendiri.

Engkau sering tidak percaya bahwa dirimu sendiri juga punya kecantikan itu, engkau tak percaya bahwa dirimu sendiri juga punya kemampuan untuk mencintai, dicintai, dan welas asih, engkau merasa minder bahwa dirimu tidak ada cinta kasih sama sekali, engkau tak sanggup mencintai, engkau begitu menderita gara-gara perasaan seperti ini, engkau selalu meremehkan diri sendiri, engkau merasa dirimu tidak berguna sama sekali, tetapi engkau cukup beruntung karena bisa mencintai seseorang yang punya energi maitri, energi kasih sayang, engkau punya kesempatan untuk bersentuhan dengan energi itu dan sekaligus menyentuh energi itu yang memang sudah ada dalam dirimu. Oleh karena itu energi perhatian penuh kesadaran sangat penting sekali, energi kesadaran membantumu melihat bahwa ada kasih sayang dan welas asih dalam dirimu.

Saat menjelang subuh ketika Siddharta mencapai pencerahan di bawah pohon bodhi, beliau takjub sendiri, beliau meditasi sepanjang malam, subuh itu ia melihat meteor, beliau jadi sadar bahwa semua orang punya kemampuan untuk mengerti, kemampuan sadar, dan kemampuan mencintai, namun sementara ini mereka tenggelam dalam samudra penderitaan dari satu kehidupan menuju kehidupan selanjutnya.”

Kemampuan ini dimiliki oleh semua orang, namun mereka tidak percaya, oleh karena itulah mereka jatuh ke dalam kompleks bahwa dirinya bukanlah orang yang layak dicintai, tidak layak menjadi leluhur, tidak layak menjadi guru spiritual, dan sebagainya. Ini disebut kompleks inferior, kompleks ini perlu ditransformasi. Caranya yaitu dengan mengenali bahwa ada sifat layak dari orang lain, dia adalah orang yang engkau cintai. Mengenali bahwa kasih sayang dan welas asih merupakan sumber energi yang penting bagi seseorang, ketika engkau menyentuh energi baik sang kekasihmu maka energi ini akan memantul balik ke dirimu. Ketika engkau merenungkan orang lain berarti engkau sedang merenungkan dirimu sendiri. Sama juga ketika engkau bersujud kepada Buddha di altar maka engkau punya kesempatan untuk menyentuh Buddha yang ada dalam hatimu.

Ada orang yang punya waktu untuk memberikan kesempatan kepada energi pengertian, welas asih, dan kasih sayang untuk tumbuh. Ketika energi seperti ini tumbuh, mereka menjadi bahagia, mereka yang punya energi kasih sayang, welas asih, sukacita, dan kebebasan adalah orang bahagia. Apabila engkau punya kesempatan untuk bersentuhan dengan orang demikian, mencintainya, maka engkau punya kesempatan untuk menyentuh sifat baik dalam dirimu. Mungkin ada banyak energi derita, keragu-raguan, putus asa, sifat cemburu, namun energi ini tidak bisa mematikan energi kebaikan dalam dirimu, energi ini tidak bisa mematikan kasih sayang dalam dirimu.

Buddha mengatakan pikiran selalu bersinar seperti cermin, namun cermin ini terkubur dalam debu ratusan tahun, kita hanya perlu menggunakan kain lap untuk membersihkannya, dengan demikian cermin ini bisa bersinar kembali. Ini yang disebut benih Buddha atau elemen dasar pencerahan, semua orang punya elemen dasar ini. Akibat dari penderitaan dan persepsi keliru sangat banyak maka, debu-debu ini menutupi elemen dasar pencerahan, begitu banyak persepsi keliru dalam dirimu. Tugas kita adalah berlatih untuk membersihka lapisan debu ini dan mengangkat layar persepsi keliru agar engkau bisa mengerti bahwa elemen dasar kencantikan, kebaikan, dan ketulusan memang sudah ada dalam dirimu, ini merupakan latihan esensial meditasi buddhis. Pada umumnya engkau merasa minder, makanya engkau mencari orang lain, engkau mencari guru yang bisa memberi sesuatu yang engkau tidak punya, tetapi sesungguhnya seorang guru yang mahir adalah guru yang membantu kamu menemukan guru dalam dirimu, guru itu akan meminta kamu untuk kembali ke gurumu ‘sendiri’, karena engkau telah punya elemen dasar kebaikan, elemen dasar pencerahan, elemen dasar welas asih dan sukacita, ketika engkau kembali pada dirimu sendiri dan menyentuh kehidupanmu dengan mendalam, maka engkau menemukan guru dalam hatimu sendiri. Seorang guru yang mahir adalah guru yang tidak membuat kamu menjadi orang yang tergantung kepadanya, seorang guru yang mahir adalah dia yang menyuruhmu kembali ke diri sendiri untuk menemukan bahwa ada guru dalam hatimu, engkau tidak perlu mengemis apa pun, engkau tidak perlu mengemis kecantikan, engkau tidak perlu mengemis kebaikan, engkau juga tidak perlu mengemis kebenaran, ternyata semua itu sudah ada dalam dirimu, inilah pernyataan Buddha ketika beliau tercerahkan, “Sungguh aneh, semua orang punya elemen dasar itu, namun mereka tenggelam dari satu kehidupan menuju kehidupan berikutnya, mereka tenggelam dalam samudra penderitaan”.

Jadi, apa artinya cinta? Mencintai berarti saling memandang dan memandang bersama pada arah yang sama. Ketika engkau tahu cara memandang, maka saling memandang akan menjadi suatu hal yang indah sekali, karena engkau tahu cara saling memandang dan menemukan elemen dasar kebaikan, kecantikan, dan ketulusan di pasanganmu dan dirimu sendiri. Memandang orang lain berarti memandang diri sendiri, jadi engkau punya kesempatan untuk menemukan bahwa cinta merupakan sesuatu yang nyata dan eksis.

Banyak kesempatan sudah hadir bagimu, bagi kita semua, beruntung bisa menerimanya. Cinta merupakan sesuatu yang sungguh eksis, cinta merupakan suatu energi yang membantu engkau menjadi kuat, menjadi penuh kasih, dan menjadi penuh perhatian. Perhatian terhadap kondisi orang dan makhluk lain, perhatian dicurahkan untuk meringankan penderitaan, perhatian dicurahkan untuk menolong orang lain agar mereka berbahagia. Ketika engkau bersentuhan dengan orang lain maka, engkau menghadirkan energi cinta, pada saat bersamaan engkau bersentuhan dengan kecantikan, karena cinta adalah kecantikan. Melalui pengalaman seperti ini engkau sadar bahwa cinta dan kecantikan itu eksis maka engkau bisa membangkitkan cinta dan kecantikan setiap hari, hidupmu menjadi lebih bermakna.

Buddha bilang, berlatih maitri membawa kecantikan, kecantikan yang membuat hidup lebih bermakna. Beliau juga bilang ketika engkau berlatih karuna atau welas asih, maka hatimu seperti angkasa raya tanpa batas, karuna merupakan sebuah energi yang membantumu untuk mengurangi penderitaan, membantu orang di sekeliling untuk mengurangi penderitaannya. Karuna juga merupakan energi untuk mentrasformasi penderitaan. Penderitaan itu seperti sampah kompos, cinta seperti bunga. Kompos itu tidak begitu indah sedangkan cinta atau bunga itu indah, tugas penderitaan dan kompos sudah jelas, kalau kita tau bagaimana memanfaatkan penderitaan maka kita bisa mentransformasi penderitaan menjadi cinta, kita bisa menghadirkan kecantikan bunga.

Mengerti tentang penderitaan orang di sekelilingmu dan mengerti penderitaan pribadi sangat penting, karena melalui pengertian atas penderitaan engkau baru bisa mentransformasi penderitaan menjadi cinta. Ketika kecantikan hadir maka cinta juga ada di situ, ketika welas asih hadir di situ maka engkau merasa punya banyak ruang di hatimu. Ketika engkau berucap penuh cinta kasih dan welas asih, kita sangat percaya bahwa orang yang mendapatkan manfaat hanyalah orang lain, engkau cenderung lupa bahwa pada momen itu cinta telah lahir dalam hatimu, begitu juga welas asih sudah lahir dari hatimu paling dalam, jadi orang pertama yang mendapatkan manfaat adalah dirimu sendiri, ketika cinta dan welas asih lahir dalam dirimu maka kecantikan dan kebahagiaan lahir seketika itu juga.

Buddha mengatakan bahwa berlatih maitri maka, engkau bisa merasakan banyak ruang dalam hatimu, ruang kosong ini memberi kesempatan kepada sukacita untuk tumbuh, kebahagiaan dan sukacita sesungguhnya tidak akan bisa terjadi kalau hatimu tidak ada ruang. Maitri diterjemahkan menjadi kasih sayang, ini merupakan elemen pertama dari true love. Karuna adalah welas asih, kemampuan untuk mengurangi dan mentransformasi penderitaan. Mudita atau sukacita merupakan elemen ketiga true love yang diajarkan oleh Buddha, elemen keempat adalah upeksa yang berarti kesetaraan atau non diskriminasi atau bisa diterjemahkan menjadi kebebasan. Engkau mencintai bukan karena orang tersebut bagian dari keluarga kandungmu, engkau mencintai seseorang bukan karena dia sama agamanya. Engkau mencintai bukan karena dia adalah anak kandungmu atau istri atau suamimu. Engkau mencintai karena orang itu butuh cinta, itu saja! Cintamu tanpa harus ada syarat apa pun, ini namanya cinta tanpa syarat, engkau mencintai untuk mengurangi penderitaan, mentransformasi penderitaan, menghadirkan sukacita, menghadirkan kebahagiaan. Engkau tidak berharap balasan apa pun. Buddha bilang ketika engkau mencintai maka engkau tidak ada apa pun, namun “tidak ada apa pun” juga suatu hal yang indah, berarti engkau tidak butuh apa pun, namun engkau punya semuanya.

Tanpa kehadiran Upeksa, cinta berubah menjadi posesif. Hembusan angin pada musim panas memberi kesegaran, namun apabila engkau mencoba untuk mengalengkan angin itu agar bisa menikmatinya sendirian, maka angin itu akan mati.

Kekasih atau orang yang kita sayangi juga demikian, dia bagaikan awan, angin atau bunga, apabila engkau mengurungnya dalam kaleng, dia akan mati. Ternyata banyak orang bertindak demikian, mereka merampas kebebasan sang kekasih, lebih parah lagi bahkan sang kekasih sudah tidak bisa menjadi dirinya sendiri lagi.

Banyak orang yang hanya hidup untuk memuaskan dirinya sendiri saja, menjadikan kekasihnya sebagai objek untuk memenuhi keinginannya, tindakan demikian bukanlah mencintai namun menghancurkan!

Engkau berulang kali mengatakan “aku cinta padamu”, namun apabila engkau tidak mengerti aspirasi, kebutuhan, kesulitannya, maka engkau sedang memenjarakan kekasihmu dalam sel yang bernama “cinta”.

Cinta sejati memberimu dan kekasihmu ruang agar tetap memiliki kebebasan

Wejangan Dharma oleh Thich Nhat Hanh pada tanggal 01 Januari 1998 di Plum Village Prancis

Kebahagiaan Sejati

Kebahagiaan Sejati

Begawan Buddha, Engkau dan sangghaMu adalah guru yang telah melahirkan aku ke dalam kehidupan spiritual dan terus menutrisi aku setiap hari. Aku adalah muridmu, aku adalah adikmu, aku juga adalah anakmu. Aku ingin menjadi kelanjutanmu yang layak. Engkau tidak mencari kebahagiaan dalam ketenaran, kekayaan, nafsu seksual, jabatan, makanan enak, dan kekayaan materi. KebahagiaanMu lahir dari kebebebasan, cinta kasih, dan pengertian.

Berkat pengertian mendalam, Engkau tidak terkaburkan oleh pikiranmu dan lingkungan juga tidak terjebak dalam pikiran keliru. Engkau tidak berucap, berpikir, atau melakukan sesuatu yang akan mengakibatkan penderitaan bagi dirimu dan pihak lain. Begawan Buddha, berkat pengertian mendalam ini, Engkau memancarkan cinta kasih tanpa batas kepada semua spesies. Cinta kasih demikian begitu menyejukkan hati, membebaskan, dan membawa kedamaian dan sukacita kepada semua makhluk. Pengertian mendalam dan welas asihMu membawa kebebasan dan kebahagiaan. Tekadku terdalam adalah mengikuti jejakMu. Aku bertekad tidak akan mencari kebahagiaan lewat lima jenis kenikmatan. Kekayaan, ketenaran, nafsu seksual, kekuasaan, makanan enak dan kekayaan materi bukanlah sumber kebahagiaan sejati.

Aku tahu, jika aku terus mengejar objek kemelekatan itu, berarti aku sedang membuat diriku sengsara dan menjadi hamba objek-objek itu. Aku bertekad tidak akan mengejar jabatan, diploma, kekuasaan, kekayaan, dan seks. Aku bertekad untuk berlatih membangkitkan pengertian, cinta kasih, dan kebebasan. Inilah elemen yang menjadi sumber kebahagiaan sejati bagiku dan sanggha di masa kini dan nanti.

Menyentuh Bumi

Tubuh, ucapan, dan pikiran bersatu padu, aku menyentuh bumi tiga kali untuk menyelami dan mengokohkan aspirasi mendalamku ini. [Genta]

Ular, Tali, dan Kekosongan Sejati

Ular, Tali, dan Kekosongan Sejati

Pertemuan dengan Biksuni Chan Khong dimulai dengan makan pagi di sebuah rumah di kawasan Tanjung Duren, Jakarta, F-22 sebutannya. Kami dipenuhi rasa syukur akan karunia kosmos yang muncul dalam bentuk sarapan. Nasi tim dan sop menjadi lebih nikmat ketika kami mengunyah dan menelan dengan berkesadaran (mindfulness), Sekitar setengah jam kami mencurahkan segala indera kami untuk menikmati sarapan, diselingi satu-dua kalimat.

Oleh: Brigitta Isworo Laksmi (11 Mei 2009)

Sr. Chan Khong

Biksuni Chan Khong—berarti “Kekosongan Sejati”–pada kamis (7/5) pagi itu bertutur panjang tentang misperception, diawali dengan cerita tentang perang tiga dekade di negeri leluhurnya, Vietnam, yang berawal pertengahan 1940-an. Pengalaman semasa Perang Vietnam mengisi 2/3 bagian dari bukunya, Learning True Love, Pengamalan Ajaran Buddha di Masa Tersulit, yang kamis itu diluncurkan.

Dia menuturkan momen ketika dia didera keputusasaan dan dikuasai kemarahan. Saat itulah dia mencoba bertahan, bertahan tetap mengarahkan diri pada keindahan, keluhuran, dan pengertian. Momen itu muncul ketika ratusan orang berkumpul dan granat diledakkan di situ. Sebanyak 24 temannya langsung tewas, sementara 24 orang di bawah ke rumah sakit, luka parah.

“Sulit memang, namun ingat apa yang ditawarkan Buddha, bahwa setiap orang, tidak harus pengikut ajaran Siddharta Buddha, memiliki perasaan damai, iba, cinta, dan memiliki terang di dalam diri mereka yang terdalam,” katanya.

“Ketika perang berkecamuk, saya menyaksikan teman saya melepas ajal. Pada saat seperti itu, kita bisa menyentuh kedamaian dalam diri, melalui pernapasan. Saya menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskan. Berkali-kali, satu…dua… Itu untuk memutus hubungan kita dengan perasan marah,” ungkapnya.

Bernapas, benar-benar menghayati proses pernapasan, amatlah penting. “Kita tidak bicara, tidak bertindak, dan tidak berpikir. Bernapas adalah jalan keluar dari kemarahan, kebencian, keputusasaan, dan rasa takut. Pernapasan adalah penghubung antara pikiran dan tubuh. Solusi hadir ketika kita bernapas,” ujarnya.

Di bukunya dia menulis: suatu kali dia dilarang mendampingi 566 manusia perahu ke Australia. Dia menangis dan menangis. “Kalau saja ketika itu saya bernapas, mungkin saya bisa berpikir dan bisa mencarikan donatur agar mereka bisa diangkut dengan kapal yang lebih layak,” kenangnya kemudian.

Pernapasan adalah cara baik untuk menyentuh realitas perdamaian, pengertian, dan cinta kasih—sebut sebagai Buddha Nature, God in You, Allah in You, atau perasaan akan kebaikan, pengertian, dan rasa cinta. Dalam diri setiap manusia ada bibit-bibit perdamaian, cinta, dan rasa kasih.

“Ketika sampai ke titik itu, saya bisa menyatakan kepada pembunuh itu, ‘Kami tidak membenci kalian. Ini hanyalah akibat pemahaman yang keliru (misperception) terhadap kami.’ Salah satu pembunuh itu lalu mengelus kepala temannya dan bertanya, ‘Engkau benar dari sekolah itu?’ Ketika diiyakan, pembunuh itu berkata, ‘Maafkan, tetapi saya diperintahkan membunuh kamu.’ Dan pistol pun meledak. Pembunuh itu meminta maaf. Di dalam hatinya yang terdalam dia punya kasih,” ujar Chan Khong.

Misperception telah menyingkirkan perdamaian dan membawa penderitaan. Dalam ajaran Buddha disebutkan, saat memandang sesuatu sesungguhnya kita hanya bisa menangkap 20 persen dari apa yang kita lihat. Meski demikian, kita selalu berkeyakinan mampu menangkap keseluruhannya. Bahkan suami-istri pun demikian. Selalu merasa tahu semua tentang pasangannya, padahal hanya tahu 40-50 persen. Sisanya terpengaruh latar belakang sosial dan pendidikan. Ketika pasangan bertindak berbeda dari yang dia pikir, mereka pun bertengkar. Menurut Chan Khong, yang harus dilakukan hanya bertanya dengan penuh rasa cinta tentang apa sebenarnya maksud pasangan.

Ketika muncul misperception, yang tampak adalah ular. Ular yang harus dipukul. Padahal sebenarnya adalah tali (rope). “Kalau itu tali, yang dia pukul hanya tali. Namun ketika misperception terhadap orang lain, dia bisa melukai orang.” ujarnya. “Terorisme lahir dari bagian itu,” tambahnya.

Kematian Seorang Sahabat

Thich Nhat Hanh dan Sr. Chan Khong di Vietnam

Chan Khong terlahir sebagai Cao Ngoc Phuong. Dibesarkan oleh orangtua yang murah hati kepada kaum miskin dan butuh pertolongan. Dia pun tumbuh sebagai remaja putri yang murah hati dan penuh belas kasih. Dia sebut ayah ibunya sebagai pohon ek yang menaungi 22 “anak mereka”–13 diantaranya adalah anak angkat.

Di usia belasan tahun, anak kedelapan dari sembilan bersaudara ini telah menyaksikan kekejian manusia. Pada akhir tahun 1940-an, Vietnam menjadi ajang perebutan kekuasaan antara Partai Komunis dan Perancis. Tetangganya dan suami guru SD-nya tewas.

Dia aktif di School of Youth for Social Service (SYSS) bentukan Thich Nhat Hanh—Master Zen yang menggalang gerakan perdamaian. Pada suatu selasa pagi, sahabat terdekatnya, Nhat Chi Mai dari SYSS, membakar diri demi perdamaian. Ngoc Phuong amat terpukul.

Dia terus aktif membantu para korban perang dengan makanan dan obat-obatan bagi penduduk sekitar Saigon. Tahun 1968 dia bergabung dengan Thich Nhat Hanh di Hongkong. Tahun 1970-an Thich Nhat Hanh menjadi kandidat peraih Nobel Perdamaian karena gerakan perdamaian Vietnam. Ngoc Phuong lalu menjadi Biksuni Chan Khong dan menjadi tangan kanan Thich Nhat Hanh. Dalam pengasingan, mereka mendirikan komunitas Plum Village di Bordeaux, Perancis. Ajaran perdamaian mereka dinilai berbahaya oleh Vietnam. Mereka juga membantu ribuan manusia perahu dengan berbagai cara.

Di Plum Village, Chan Khong mengajarkan perdamaian, meditasi laku, pernapasan, dan “to smile (tindakan tersenyum).” Tutur katanya pelan, halus, tegas, namun penuh kegembiraan, membawa nuansa meditatif.

Kini, di tengah tantangan ekonomi global yang menggurita dan perasaan permusuhan yang merebak di mana-mana, Chan Khong mengajarkan Global Ethics (Etika Global). “Ketika semua orang, baik Muslim, Kristiani, orang Amerika, orang Arab, orang Palestina, Indonesia, bisa berujar, ‘ya..ya.. itu etika saya’, maka itulah Etika Global,” jelasnya.

Ada lima panduan Etika Global, yaitu, pertama, jangan membunuh karena membunuh akan memunculkan penderitaan—termasuk membunuh binatang untuk konsumsi. Kedua, jangan mencuri karena membawa ketidakadilan.

Ketiga, jangan mempraktikkan hubungan seksual secara keliru karena akan tidak ada lagi kebahagiaan mendalam pada relasi antaramanusia. Dia memberi contoh, “Banyak orang di Perancis tak mau menikah. Angka bunuh diri pun meningkat, 40-50 per hari. Hidup tak lagi ada tujuan,” ujarnya prihatin.

Yang keempat adalah berhati-hati dengan kata-kata. “Kata-kata bisa menghancurkan orang (membunuh). Kembangkan kemampuan mendengarkan,” tuturnya.

Pegangan kelima, mengonsumsi secara benar. “Indera harus diberi ‘makan’ terpilih yang sehat. Tontonan dan bacaan sehat untuk pikiran dan makanan sehat untuk tubuh,” ujarnya menutup pembicaraan.

Chan Khong percaya, ketika Etika Global terbentuk dan semua orang mempraktikkan, perdamaian telah tiba untuk mengetuk pintu kehidupan kita.

Biodata Chan Khong:
Nama: Chan Khong berarti Kekosongan Sejati, terlahir Cao Ngoc Phuong

Lahir: Kota Ben Tre, Vietnam, 1938

Pencapaian: Mengajar meditasi, perdamaian dengan penapasan di Plum Village, Bordeaux, Perancis selatan, yang dipimpin oleh Thich Nhat Hanh.

Sumber: Sosok, Kompas, Senin, 11 Mei 2009

Jadikan Kekasihmu sebagai Rumah Sejati

Jadikan Kekasihmu sebagai Rumah Sejati

Kita perlu memberitahu semua anak muda bahwa mereka rupawan apa adanya; tidak perlu meniru orang lain.

Oleh: Zen Master Thich Nhat Hanh

Thay di New Hamlet

Setiap orang sedang berusaha mencari di mana rumah sejatinya. Kita tahu bahwa rumah sejati ada di dalam diri sendiri, dan dengan energi kesadaran kita dapat kembali ke rumah sejati yang ada di sini dan saat ini. Sanggha (komunitas) adalah rumah sejati kita.

Dalam bahasa Vietnam, suami memanggil istrinya dengan istilah “rumahku”. Istri memanggil suaminya dengan istilah “rumahku”. Ketika seorang lelaki ditanya “Di mana istrimu” Dia akan menjawab, ”Rumahku di kantor pos sekarang.”, Dan jika seorang tamu bertanya kepada istrinya, ”Rumahmu indah; siapa yang mendekorasinya?” Dia akan menjawab,”Rumahku yang medekorasinya”, artinya “Suamiku.” Ketika suami menyapa istirinya, dia berkata, “Nha oi,” rumahku. Dan istri menjawab, “Saya di sini.” Nha oi, Nha toi.

Ketika hubungan Anda seperti demikian, maka sang kekasih adalah rumah sejati. Anda seharusnya menjadi rumah sejati bagi dia juga. Pertama-tama Anda perlu menjadi rumah sejati bagi diri sendiri terlebih dahulu agar Anda bisa menjadi rumah sejati bagi dia dan bagi orang yang dicintai. Bagaimana? Kita membutuhkan latihan sadar penuh.

Di Plum Village, setiap kali Anda mendengar bel, Anda berhenti berpikir, Anda berhenti berbicara, Anda berhenti sejenak dari apa pun yang sedang Anda lakukan. Anda mencurahkan perhatian pada napas masuk sewaktu Anda bernapas masuk, Anda bilang “Saya dengar, saya dengar. Suara yang merdu ini membawa saya kembali ke rumah sejatiku.” Rumah sejatiku ada di dalam diriku. Rumah sejatiku ada di sini dan di saat ini. Sehingga berlatih kembali ke rumah adalah yang kita lakukan sepanjang hari, karena kita hanya akan merasa nyaman berada di dalam rumah sejati kita. Rumah sejati kita selalu tersedia, dan kita boleh pulang ke rumah setiap momen. Rumah kita seharusnya aman, rukun, dan nyaman. Kitalah yang menciptakan suasana seperti itu.

Minggu lalau saya minum teh dengan sepasang suami istri yang datang dari United Kingdom (Inggris). Mereka menginap selama 2 minggu di Plum Village, dengan para Biksu di Upper Hamlet. Wanita tersebut bilang, “Aneh. Ini pertama kali saya tinggal di tempat di mana ratusan pria dan tidak ada wanita, dan saya merasa sangat aman di Upper Hamlet. Saya tidak pernah merasa aman seperti ini.” Di Upper Hamlet dia perempuan satu-satunya, dan dia merasa sangat aman. Dan jika dia merasa aman, tempat itu adalah rumahnya, karena rumah seharusnya memberikan keamanan seperti itu. Apakah kamu bisa menjadi tempat yang aman bagi kekasihmu? Apakah kamu mempunyai stabilitas, kekuatan dan perlindungan untuk kekasihmu?

Dan sang pria itu bilang, “Dua minggu lalu tampaknya adalah hari-hari sangat berkesan dalam hidup saya.” Itulah manfaatnya membangun sanggha. Ketika kamu membangun sebuah sanggha, kamu sedang membangun rumah untuk dirimu dan di tempat inilah kamu merasa nyaman, kamu merasa santai, kamu merasa aman. Jika tidak ada rasa aman di dalam dirimu, kamu bukanlah rumah untuk dirimu sendiri, dan kamu tidak dapat mempersembahkan sebuah rumah untuk orang yang kamu cintai. Itulah alasan sangat penting untuk kembali ke dirimu sendiri dan membantu diri sendiri menjadi aman dan juga untuk orang yang kamu cintai.

Jika kamu merasa kesepian, jika kamu merasa dikucilkan, jika kamu butuh penyembuhan, jangan berharap bisa sembuh hanya dengan melakukan hubungan seksual dengan orang lain. Hubungan seksual tidak dapat menyembuhkanmu. Kamu justru akan mengakibatkan penderitaan baru bagi mereka dan dirimu sendiri. Dalam latihan sadar penuh ke-3, kita belajar bahwa nafsu seksual bukanlah cinta. Dan tanpa cinta sejati, aktivitas seksual bisa mengakibatkan penderitaan bagi dirimu sendiri dan orang lain. Kesepian tidak dapat diusir lewat aktivitas seksual, kamu tidak dapat menyembuhkan dirimu sendiri dengan melakukan hubungan seksual. Kamu harus belajar bagaimana menyembuhkan dirimu sendiri, merasakan nyaman di dalam dirimu, dan kemudian kamu mulai menghadirkan sebuah rumah. Setelah itu kamu punya sesuatu yang bisa dipersembahkan kepada orang lain. Orang lain juga membutuhkan penyembuhan, sehingga dia akan merasa ringan, dan dia dapat menjadi rumahmu. Jika tidak demikian, maka yang akan dia curahkan kepadamu adalah rasa kesepian, kepedihan, dan penderitaannya. Itu tidak dapat membantu menyembuhkanmu sama sekali.

Tiga Jenis Kedekatan
Ada tiga jenis kedekatan. Yang pertama adalah kedekatan berupa kemesraan fisik dan seksual. Yang kedua adalah kedekatan emosional. Dan yang ketiga adalah kedekatan spiritual. Kedekatan berupa kemesraan seksual tidak dapat dipisahkan dari kedekatan emosional. Kedua hal tersebut berjalan sejajar. Jika kedekatan spiritual hadir, maka kedekatan berupa kemesraan fisik dan seksual akan memiliki makna dan akan menyehatkan dan menyembuhkan. Jika tidak ada kedekatan spiritual, maka kemesraan seksual justru akan membinasakanmu.

Setiap orang mendambakan kedekatan emosional. Kita ingin memiliki komunikasi yang tulus, saling pengertian, kebersamaan. Dalam konteks latihan Buddhis, kamu wajib mendengar penderitaanmu sendiri. Ada penderitaan dalam dirimu, dan demikian juga orang lain. Jika kamu tidak mendengarkan penderitaanmu sendiri, kamu tidak akan mengerti, dan kamu tidak bisa memancarkan welas asih kepada dirimu sendiri; dan welas asih merupakan elemen yang dapat membantumu sembuh.

Hal pertama yang Buddha ajarkan adalah tentang penderitaan dalam diri. Banyak orang merasa takut. Kita tidak ingin kembali ke dalam diri sendiri, karena kita percaya akan bertemu dengan sejumlah penderitaan di dalam diri, dan kita tidak sanggup menanganinya. Karena tidak berani berhadapan langsung dengan penderitaan, maka kita mencoba untuk menutupinya dengan mengonsumsi. Kita makan, mendengar musik, dan mengonsumsi apa pun dan kita terlibat dalam hubungan seksual. Tetapi tidak ada satupun diantara itu yang bisa meringankan penderitaan kita. Itulah alasan Buddha menyarankan kita untuk memberanikan diri kembali ke rumah kita sendiri untuk mengenali dan mendengarkan dengan seksama atas penderitaan di dalam diri sendiri. Kita bisa menggunakan energi sadar penuh yang dihasilkan dari kesadaran bernapas dan berjalan, untuk memeluk penderitaan dengan lembut. “Wahai penderitaanku, aku sadar akan kehadiranmu. Aku ada di rumah. Dan aku akan menyembuhkanmu.”

Ada waktu ketika kita sedang menderita, tetapi kita tidak tahu dari mana asal-usul penderitaan itu. Leluhur maupun orang tua kita belum berhasil mentransformasikan penderitaannya, dan mereka mewariskannya kepada kita. Dan sekarang, karena kita telah bertemu dengan Buddhadharma, kita punya kesempatan untuk mengenali penderitaan itu, memeluknya dan mentransformasikannya demi diri sendiri dan leluhur juga orang tua kita. “Leluhur tercinta, ayah tercinta, ibu tercinta, saya telah menerima penderitaan ini darimu. Saya mengerti Dharma, Saya tahu latihan. Saya akan belajar untuk mengenali penderitaan yang telah diturunkan kepada saya, dan dengan kasih sayang saya akan mencoba menerima dan mentransformasikannya.” Kamu dapat melakukan itu atas dasar cinta kasih. Kamu bisa melakukannya demi orang tuamu, leluhurmu, karena sesungguhnya kita merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari mereka.

Berdasarkan ajaran dari 4 Kebenaran Mulia, jika kita tidak mendengar penderitaan diri sendiri, jika kita tidak melihat mendalam atas penderitaan diri sendiri, dan memeluknya dengan lembut dengan energi sadar penuh, kita tidak dapat mengerti akar dari penderitaan itu. Ketika kita mulai mengerti akar penderitaan diri sendiri, perlahan energi welas asih, pengertian akan tumbuh. Pengertian serta welas asih memilki kekuatan untuk menyembuhkan. Dengan memeluk dan mendengarkan penderitaan diri sendiri, Anda sudah menumbuhkan pengertian dan welas asih. Ketika amrita welas asih lahir dalam dirimu, penderitaanmu berkurang, kesepianmu berkurang. Kamu mulai merasakan kehangatan dalam dirimu; kamu sedang membangun sebuah rumah dalam dirimu. Buddha menyarankan kita untuk membangun rumah di dalam diri sendiri, sebuah pulau dalam diri. Mejadi sebuah pulau dalam diri sendiri. Kita akan merasa nyaman, hangat, dan kita bisa menjadi sebuah perlindungan untuk orang lain juga.

Ketika kamu telah mengerti penderitaanmu dan kesepianmu sendiri, kamu merasa lebih ringan, dan kamu dapat mendengar penderitaan orang lain. Di dalam penderitaanmu mengandung penderitaan leluhurmu, dunia, dan masyarakat. Interbeing (saling berkaitan) artinya bahwa penderitaanku ada di dalam penderitaanmu, demikian pula sebaliknya. Itulah sebabnya, ketika aku telah mengerti penderitaanku, lebih mudah bagiku untuk mengerti penderitaanmu. Ketika kamu mengerti seseorang, itu adalah kado terbaik yang dapat kamu berikan kepada mereka. Orang lain merasakan untuk pertama kalinya ada orang yang bisa mengerti dirinya. Mempersembahkan pengertian artinya mempersembahkan cinta kasih. Kita tidak akan bisa mengerti orang lain tanpa mengerti diri sendiri terlebih dahulu. Pembangunan rumah mulai dari dirimu sendiri. Pasanganmu juga wajib membangun rumah di dalam dirinya sendiri, dan kamu dapat memanggilnya sebagai rumahmu, dan dia dapat memanggilmu rumahnya.

Di Upper Hamlet, kita membangun sebuah Sanggha sebagai rumah. Anda juga bisa membangun keluargamu sebagai sebuah Sanggha, karena Sanggha berarti komunitas. Tugas yang paling mulia adalah membangun sebuah Sanggha. Setelah mencapai pencerahan sempurna, hal pertama yang Buddha ajarkan kepada kita adalah mencari elemen apa saja yang bisa dijadikan bahan untuk membangun sebuah Sanggha. Sebuah Sanggha adalah sebuah perlindungan untuk diri kita dan banyak orang.

Jadi kita kembali ke diri sendiri, kita mendengarkan penderitaan dalam diri sendiri. Kita memeluk rasa sakit, duka, kesepian kita dengan energi sadar penuh. Pengertian seperti ini, pandangan mendalam ini akan membantu kita mentransformasikan penderitaan. Kita merasa lebih ringan, dan kita mulai merasakan kehangatan dan kedamaian yang berasal dari dalam. Apabila orang lain juga bergabung dengan Anda dalam pembangunan rumah, Anda punya sahabat. Anda akan menolong dia dan dia akan menolong Anda. Dan bersama-sama membangun rumah. Anda memiliki rumah dalam diri, Anda memiliki rumah dalam diri mereka juga. Jika tidak ada unsur kedekatan seperti ini, maka hubungan seksual dapat menyebabkan banyak malapetaka. Inilah sebabnya sejak awal saya berpendapat bahwa kedekatan berupa kemesraan fisik dan seksual tidak dapat dipisahkan dengan kedekatan emosional.

Ada benang merah di antara kedekatan spiritual dan emosional. Spiritual tidak hanya sebatas keyakinan atas sebuah ajaran. Latihan selalu membawa keyakinan, komunikasi, transformasi. Setiap orang memerlukan dimensi spiritual dalam kehidupan. Tanpa dimensi spiritual dalam kehidupan, kita tidak sanggup menangani kesulitan-kesulitan yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Latihan spiritual Anda dapat menangani berbagai aspek emosional yang muncul, membantu Anda untuk mendengar, memeluk penderitaanmu sendiri, dan juga untuk mengenali dan memeluk penderitaan orang lain. Makanya dua bentuk kedekatan ini berkaitan erat. Kita tahu bagaimana menangani luapan emosi yang kuat seperti ketakutan, kemarahan, keputusasaan. Berhubungan Anda tahu bagaimana melakukannya, Anda dapat merasa lebih damai dalam dirimu sendiri. Latihan spiritual membantu Anda membangun sebuah rumah dalam dirimu sendiri, demi diri sendiri juga orang lain. Oleh karena itu kedekatan emosional tidak dapat dipisahkan dengan kedekatan spiritual. Ketiga jenis kedekatan ini saling berkaitan.

Hubungan seksual tidak dapat mengusir kesepian; kamu tidak bisa menyembuhkan dirimu lewat hubungan seksual.

Menghormati Tubuh
Hubungan seksual tanpa dilandasi oleh cinta sejati sama saja dengan hubungan seksual hampa. Hal ini lumrah dalam masyarakat kita dan seks seperti ini menyebabkan begitu banyak penderitaan bagi generasi muda. Jika kamu adalah seorang guru di sekolah, jika kamu adalah orang tua, kamu seharusnya membantu anak-anakmu dan siswamu untuk menghindari hubungan seksual hampa. Seksual hampa membawa banyak malapetaka bagi pikiran dan tubuh mereka. Malapetaka akan muncul di kemudian hari dalam bentuk depresi, gangguan mental, dan bunuh diri. Banyak anak muda tidak melihat koneksi antara hubungan seksual hampa dengan gangguan mental dan fisik dalam diri mereka sendiri.

Apa yang terjadi dalam tubuh akan memiliki efek bagi pikiran dan demikian juga sebaliknya. Pikiran bergantung pada tubuh untuk bermanifestasi dan tubuh bergantung pada pikiran untuk hidup. Ketika kamu mencintai seseorang, kamu harus menghormati perasaan dan tubuh mereka. Kamu menghormati tubuhmu sendiri, dan kamu menghormati tubuh mereka. Cinta sejati seharusnya mengandung respek, menghargai. Dalam tradisi timur, kamu harus memperlakukan pasanganmu dengan hormat, seperti tamu, dan untuk menghormatinya, kamu harus menghormati dirimu sendiri terlebih dahulu. Penghormatan seharusnya menjadi landasan cinta.

Di kampung halaman saya, orang tua bangga memperkenalkan anaknya kepada tamu yang berkunjung ke rumah. Tamu yang berkunjung biasanya akan bertanya, “Apakah Anda menyanyangi ayah dan ibumu?” Anak akan menjawab, “Aku menyanyangi ayahku. Aku menyayangi ibuku.” Pertanyaan selanjutnya adalah: “Di manakah kamu menempatkan orang yang kamu sayangi itu?” Anak telah diajarkan untuk menjawab: “Orang yang kusayangi aku letakkan di atas kepalaku.” “Bukan di dalam hatiku”, tetapi “Di atas kepalaku.” Ketika seorang biksu mengenakan sanghatinya, jubah kuning, untuk menghadiri sebuah seremoni, dia akan membawa serta sanghatinya dengan penuh rasa hormat, sama seperti saat membawa serta sebuah kitab suci. Jika kamu mendekati biksu itu dan kamu membungkuk hormat kepadanya, dan jika dia tidak menemukan tempat yang layak untuk menaruh sanghatinya, dia akan dengan perlahan menaruh sanghatinya di atas kepala karena itulah tempat yang paling mulia; seperti altar. Itulah sebabnya tata krama yang baik di Vietnam; kamu seharusnya tidak menyentuh kepala seseorang jika kamu tidak mengenal orang itu. Kepala merupakan tempat suci dari tubuh, karena kepala adalah altar untuk memuja para leluhur dan Buddha.

Ada bagian lain dari tubuh yang juga dianggap suci yang tidak seharusnya disentuh. Seperti dalam istana raja, ada *kota Ungu1, tempat tinggal keluarga kerajaan. Dan kamu tidak boleh pergi ke area itu. Jika kamu menerobos daerah itu, maka pengawal kerajaan akan menangkap dan memenggal kepalamu. Dalam tubuh seseorang ada area terlarang yang tidak boleh disentuh. Dan jika kamu tidak menghormati area itu, jika kamu menyentuh bagian tubuh tersebut, kamu memasuki kota ungu. Pelecehan seksual terhadap seorang anak membuat dia sangat menderita, sangat merana. Seseorang telah melanggar kota ungunya dan dia tidak punya kemampuan untuk melindungin dirinya sendiri. Ada anak-anak yang telah disiksa ketika berusia delapan, sembilan, sepuluh tahun, dan mereka sangat menderita. Mereka menyalahkan orang tuanya kerena tidak melindungi mereka, dan hubungan anak dan orang tua menjadi lebih sulit. Kemudian hubungan mereka dengan teman dan kekasih mereka di masa depan juga akan menjadi sangat sulit. Luka masih ada di hatinya.

Kasus pelecehan seksual pada anak-anak sangat memilukan hati. Disebutkan bahwa di Amerika Serikat sekitar 5%-15% anak laki-laki dan sekitar 15%-35% anak perempuan menjadi korban pelecehan seksual. Sungguh banyak sekali. Bayangkan seorang anak sebagai korban pelecehan seksual, dia akan menderita sepanjang hidup, karena tubuh mereka tidak diperlakukan dengan hormat.

Di sekolah dan di dalam keluarga, kita perlu mengajari anak-anak untuk menghormati diri sendiri, menghormati tubuh mereka sendiri juga tubuh orang lain. Jika kamu adalah seorang pemimpin religius, jika kamu adalah seorang politikus, jika kamu adalah orang tua atau guru, jika kamu adalah seorang edukator, mohon renungkan hal ini. Kita boleh belajar dari ajaran Buddha tentang bagaimana menata kehidupan dalam keluarga, sekolah, masyarakat sedemikian rupa sehingga kita dapat dilindungi dan anak kita juga selalu dilindungi.

Rupawan Apa Adanya, Jadilah Dirimu Sendiri
Saya menyatakan di atas bahwa kenikmatan sensual, nafsu seksual, bukanlah cinta sejati, tetapi masyarakat kita terpola sedemikian rupa sehingga kenikmatan seksual menjadi hal yang paling penting. Untuk menjual produk, perusahaan membuat iklan yang menyirami benih keserakahan dalam dirimu. Mereka ingin kamu mengonsumsi sehingga keserakahan kamu makin besar dan makin mendambakan kenikmatan sensual. Tetapi kenikmatan sensual tersebut justru yang menghancurkanmu. Apa yang kita butuhkan adalah saling pengertian, saling mempercayai, cinta kasih, kedekatan emosional dan spiritual. Tetapi kita tidak menemukan kesempatan untuk bersentuhan dengan jenis kebutuhan mendalam seperti ini dalam diri kita.

Majalah mode wanita menyatakan bahwa untuk menjadi sukses, Anda harus mencari cara tertentu, dan menggunakan produk tertentu. Banyak anak muda dalam masyarakat ingin melakukan operasi plastik untuk memenuhi standar kecantikan. Mereka sangat menderita karena mereka tidak dapat menerima tubuh mereka apa adanya. Ketika kamu tidak dapat menerima tubuhmu apa adanya, kamu bukan rumah sejati untuk dirimu. Setiap anak yang lahir di taman kemanusiaan sebagai setangkai bunga. Tubuhmu adalah sejenis bunga, dan bunga-bunga berbeda satu dengan yang lainnya. Napas masuk, saya melihat diriku sebagai bunga. Napas keluar, saya merasa segar. Jika kamu bisa menerima tubuhmu apa adanya, dengan demikian kamu mempunyai kesempatan untuk melihat tubuhmu sebagai rumah. Jika kamu tidak dapat menerima tubuhmu apa adanya, kamu tidak dapat menjadi rumah bagi dirimu sendiri. Banyak anak muda yang tidak bisa menerima tubuh mereka apa adanya, mereka yang tidak bisa menerima dirinya, mereka ingin menjadi orang lain. Kita harus memberitahu anak muda bahwa mereka sudah rupawan apa adanya; tidak perlu menjadi orang lain.

Thay menulis sebuah kaligrafi; “Rupawan apa adanya, jadilah dirimu sendiri.” Ini latihan yang sangat penting. Kamu harus menerima dirimu sebagaimana adanya. Ketika kamu berlatih membangun sebuah rumah dalam dirimu, kamu akan makin rupawan. Hatimu damai, hangat dan penuh suka cita. Hati terasa lapang. Orang lain bisa merasakan keindahan dari bungamu.

Sadar penuh merupakan energi yang dapat membantu Anda untuk pulang ke rumah dalam dirimu sendiri, hadir di sini dan di saat ini, sehingga kamu tahu apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, untuk menjaga dirimu sendiri, untuk membangun rumah sejatimu, untuk mentransformasikan semua sumber penderitaanmu, dan menjadi sebuah rumah bagi orang lain. Lima Latihan Sadar Penuh adalah cara nyata. Dalam tradisi Buddhis, kesucian terbentuk dari sadar penuh. Sadar penuh mengandung energi konsentrasi dan pengertian mendalam. Sadar penuh, konsentrasi dan pengertian mendalam membuat kamu suci.

Kesucian bukan hanya diperoleh lewat hidup selibat. Ada orang yang hidup selibat tetapi tidak suci, karena mereka tidak memiliki sadar penuh, konsentrasi dan pengertian mendalam secukupnya. Ada yang hidup sebagai perumah tangga, tetapi mereka memiliki sadar penuh, konsentrasi, dan pengertian mendalam, mereka memiliki elemen kesucian dalam dirinya. Kedekatan berupa kemesraan seksual bisa menjadi aktivitas yang indah jika kita menghadirkan sadar penuh, konsentrasi, pengertian mendalam, saling pengertian dan cinta kasih. Jika sebaliknya, itu akan menjadi sangat membahayakan. Sebuah sutra mengisahkan sesaat sebelum Ratu Mahamaya hamil. Dalam mimpi ratu melihat seekor gajah putih yang belalainya menggenggam setangkai teratai putih. Gajah putih tersebut menyentuhnya dengan teratai putih dan kemudian gajah itupun masuk ke dalam tubuhnya, sangat lembut dan setelah itu ratu hamil. Itulah cara orang zaman dahulu menjelaskan sebuah hubungan kemesraan seksual, demikianlah cara orang istana menyampaikan sesuatu sebelum Siddhartha dikandung; cara penjelasan yang penuh dengan kelembutan dan keindahan. Kemesraan seksual seharusnya tidak terjadi sebelum ada pemberkahan, pengertian, saling mendekat lewat tataran spiritual dan emosional. Dan kemudian kemesraan fisik, hubungan seksual juga bisa menjadi suci.

Mempraktikkan ajaran Buddha sebagai seorang biksu selalu lebih mudah dibandingkan dengan umat awam. Ada sebuah nasihat kuno Vietnam berkata; berlatih sebagai seorang biksu adalah lebih mudah; berlatih sebagai umat awam lebih sulit. Sehingga untuk menahan diri dari segala aktivitas seksual jauh lebih mudah dibandingkan dengan menahan aktivitas seksual ketika memiliki pasangan. Hubungan seksual dalam konteks saling pengertian dan cinta, maka kamu butuh banyak latihan. Atau sebaliknya kamu akan menyebabkan banyak penderitaan bagi pasanganmu juga dirimu sendiri.

Ada seorang doktor wanita dari Switzerland yang datang berlatih di Plum Village. Dia mengalami pengalaman pahit dalam hubungan kasihnya. Sejak usia muda, setiap kali kekasihnya meminta dia untuk berhubungan seksual, dia merasa harus menjawab “iya” walaupun dia merasa tidak siap, karena dia takut maka dia terpaksa menjawab “iya“. Beberapa remaja di zaman sekarang ini juga merasa seperti itu. Mereka tidak menyukainya, tidak menginginkannya, tidak siap untuk berhubungan seksual, namun mereka tidak berani menjawab “tidak”, karena mereka takut dipandang sebagai orang aneh atau tidak normal. Mereka tidak ingin ditolak; mereka ingin diterima. Itu adalah kenyataan psikologis yang perlu disadari oleh orang tua dan guru. Kita harus bilang kepada generasi muda bahwa mereka dapat belajar menjawab “tidak” ketika mereka tidak siap, ketika mereka merasa takut. Atau sebaliknya mereka akan menghancurkan tubuh dan pikirannya sendiri. Mohon dengarkan dan pancarkan welas asih kepada generasi muda agar kita bisa menolong mereka. Kita harus membantu mereka menemukan cara yang terampil untuk menjawab “tidak”.

Ketika dia datang ke Plum Village, wanita dari Switzerland itu belajar cara yang terampil untuk menjawab “tidak”. Dalam hubungan pacaran terakhirnya, dia sanggup menjawab “tidak”. Dia bilang, “Aku membutuhkanmu, sayangku. Kita perlu saling mengerti. Aku perlu kehadiranmu. Aku butuh seseorang yang dapat membantuku ketika aku berada dalam kesulitan, dan seseorang untuk mengerti diriku.” Mereka bersama-sama 1,5 tahun tanpa hubungan seksual. Ketika kami berkunjung ke Switzerland untuk ceramah dharma, dia dengan bangga memperkenalkan suaminya kepada kami. Hubungan mereka mulus, sukses, karena dia dapat menjawab “tidak” hingga dia siap, dan mereka bersama-sama dapat membangun sebuah hubungan jangka panjang. (Penerjemah Liana)

Di Cina dan Vietnam, Imperial City merupakan tempat tertutup yang disebut kota ungu terlarang

Naskah bahasa Inggris “Make a True Home of Your Love – Thich Nhat Hanh