A moment to come back to my true home

A moment to come back to my true home
Walking Meditation @PondokSadhanaAmitayus

Taking my time to get away from the city lights, heavy traffic and fast-paced environment.

I arrived at Pondok Sadhana Amitayus,

I feel blue and liberated as I look up to the vast clear skies.
I feel green and nourished as I look down on the wild field of grass.
I feel yellow and accepted when the sun embraces my standing body.
I touch white and empty like the clouds painting the sky.

Several times, the vibrating sound of the bell as it penetrates through space has invited me to come back home to myself.

I sense transparency and arriving as I attend to my steps.
I sense clear and present as I notice my breath.
I am one with the cosmos as my knees and naked forehead touch the earth.

A sensation of being alive in my heart and a smile on my face appeared as I watched a living, happy community sitting, eating and singing harmoniously. A circle that is present for one another.

Practicing mindfulness and chanting the sutras for several days here transforms a feeling of restlessness into calmness. A chaotic mind turns quiet. The fast beating heart begins to slow down. Enmity gently turns into compassion.

Arriving here is an invitation to come back and be present to my true home. A home of true peace and harmony.

Composed by Astrid Padmanita K

Saling Mencari

Saling Mencari

Telah lama aku mencari-Mu, wahai Begawan,
sejak aku masih belia,
aku telah mendengar seruan Begawan
ketika aku baru saja mulai bernapas.


Aku pergi berkelana
menempuh jalan berisiko
menghadapi begitu banyak bahaya,
menanggung keputusasaan, ketakutan, harapan, dan kenangan.

Sejak lama aku mencari Begawan,
menempuh perjalanan ke wilayah paling jauh,
sangat luas dan liar, mengarungi samudra luas,
melintasi puncak-puncak tertinggi, tersesat di antara awan-awan.
Aku telah terbaring mati, benar-benar sendirian,
di ujung tanduk pasir gurun purba.
Aku menyimpan di dalam hatiku begitu banyak air mata batu.
Aku bahkan pernah bermimpi meneguk setetes embun,
tertampak galaksi nan jauh yang berkilau dengan cahaya gemerlap.

Aku telah meninggalkan jejak kaki di pegunungan surgawi
dan berteriak dari Neraka Avici, kelelahan, gila karena putus asa
karena aku sangat lapar dan kedinginan,
karena aku mendambakan,
karena aku ingin mencari tahu,
siapakah orang yang bermartabat sempurna.

Aku tahu ada keyakinan misterius
dalam rangkulan hatiku,
keyakinan mendalam juga jernih
Di situlah tempat begawan bersemayam.
walaupun aku tidak pernah tahu di mana Begawan berada,
sejak lama aku berfirasat
bahwa Begawan dan aku sesungguhnya satu kesatuan,
lalu jarak di antara kita hanyalah sekilas pemikiran,
tidak lebih jauh daripada jaraknya detakan jantung.

Kemarin sore aku berjalan sendirian,
melihat dedaunan musim gugur berserakan di jalur tua itu,
dan bulan yang cerah, menggantung di atas gerbang,

tiba-tiba tampak seperti bayangan seorang kawan lama.
Bintang bersinar terang melaporkan kehadiranmu,
bahwa Begawan telah hadir di sini.

Semalaman turun hujan nektar,
secepat itu merembes melalui jendela,
di angkasa tertampak hujan badai menggelegar,
Bumi dan langit seolah-olah sedang marah.
Namun, akhirnya hujan di hatiku telah berhenti
awan mendung juga telah berpencar.
Aku menatap melalui jendela,
Bulan sabit telah bersinar kembali,
Bumi dan langit juga sudah tenang kembali.
Melihat pantulan diriku dalam rembulan
Aku melihat diriku sendiri,
terlihatlah Begawan. 

Begawan sedang tersenyum.
Betapa indahnya!
Rembulan kebebasan telah kembali kepadaku,
apa pun dalam benakku hilang seketika.
Sejak momen itu,
dan di setiap momen berikutnya,
aku melihat tiada yang lenyap.
Tiada yang perlu dipulihkan.
bunga mana,
batu seperti apa,
menatapku langsung mengenaliku.
Ke mana pun aku memandang,
aku melihatmu tersenyum oh Begawan
senyuman tanpa-kelahiran dan tanpa-kematian.
Senyuman yang aku terima saat memandang cermin bulan.

Aku melihatmu duduk di sana,
solid bagaikan Gunung Meru,
damai bagaikan napas,
Begawan duduk di situ,
tak pernah absen sama sekali.
Duduk sebagaimana bumi ini
tiada bara api dan badai
Begawan duduk di situ
bebas dan hening sepenuhnya.

Akhirnya,
aku menemukanmu, oh Begawan,
dan aku menemukan diriku.
Air mata berlinang tak tertahankan
Di sana aku duduk.
di bawah langit biru tua,
pegunungan yang tertutup salju terlukis di cakrawala,
dan matahari merah yang bersinar memancarkan kemilau.

Wahai Begawan,
engkau adalah cinta pertamaku.
engkau adalah cinta suci,
Dan aku tidak akan pernah membutuhkan
cinta yang disebut “terakhir”.
Engkau bagaikan sungai spiritual
telah melewati banyak kehidupan
ratusan ribu kelahiran kembali
namun selalu tertampak baru.

Telah lama aku mencarimu, oh Begawan,
sejak aku masih belia
Aku telah mendengar seruan Begawan
ketika aku baru saja mulai bernapas
Begawan adalah kedamaian
Begawan adalah soliditas
Begawan adalah kebebasan
Dialah Tathāgata Buddha 

Aku bertekad memperkuat
sumber kebebasan
sumber soliditas
dipersembahkan kepada semua makhluk
kini dan esok hari.

14 Syair untuk Meditasi oleh Thich Nhat Hanh

14 Syair untuk Meditasi oleh Thich Nhat Hanh

Thich Nhat Hanh
Buku Pendarasan Plum Village

1

Bagai sepasang sayap burung,
praktik berhenti (śamatha)
dan menatap mendalam (vipaśyanā)
saling menopang
Satu kesatuan berdampingan

2

Śamatha adalah praktik berhenti,
agar saya bisa mengenali dan menyentuh,
menutrisi dan menyembuhkan,
menenangkan dan melahirkan konsentrasi

3

Vipaśyanā adalah menatap mendalam
tentang sifat sejati dari pancaskandha
agar saya dapat menumbuhkan pengertian
dan mentransformasikan penderitaan

4

Napas dan langkah saya memungkinkan
saya membangkitkan energi kewawasan
sehingga saya bisa menyadari dan menyentuh
keajaiban kehidupan di dalam dan di sekeliling

5

Menenangkan tubuh dan pikiran
menerima nutrisi dan penyembuhan
melindungi ke-enam indra
saya tetap terkonsentrasikan

6

Menatap mendalam ke dalam inti realitas
untuk melihat sifat sejati berbagai fenomena
mempraktikkan vipaśyanā membuat saya bisa
melepaskan segala dambaan, nafsu, dan ketakutan

7

Berada dalam momen kini dengan damai
mentransformasikan energi kebiasaan
menumbuhkan energi pengertian membebaskan
saya dari kegelapan batin dan kepedihan

8

Ketidakekalan dan ‘tiada aku’ sesungguhnya satu
Tiada aku menyatu dengan saling ketergantungan
menyatu dengan kekosongan, menyatu dengan sebutan konvensional
menyatu dengan jalan tengah, menyatu dengan interbeing

9

Kekosongan, tiada label, dan tiada tujuan
membebaskan saya dari penderitaan
agar dalam latihan keseharian
Saya tidak terjebak dalam intelektual belaka

10

Nirwana adalah non pencapaian
Pencerahan seketika atau bertahap tiada bedanya
Realisasi sejati adalah hidup dengan bebas
saat ini pada momen ini

11

Sutra-sutra intisari, seperti
wejangan tentang Pernapasan Berkewawasan
dan Empat Landasan Kewawasan
menunjukkan kepada saya jalan mentransformasi
tubuh dan pikiran, langkah demi langkah

12

Sutra-sutra dan ajaran-ajaran Mahayana
membuka banyak gerbang lebar dan segar
memungkinkan saya memasuki kedalaman arus
meditasi yang mengalir dari sumber asal ajaran Buddha

13

Tidak mendiskriminasi
semua latihan yang diajarkan oleh
Tathagata dan guru-guru leluhur
Empat Kebenaran Mulia terjalin dengan sempurna
Mesti menjadi dasar dari transmisi autentik

14

Didukung oleh Tubuh Sanggha
Latihan saya mengalir lebih mudah
memungkinkan saya untuk menyadari dengan cepat
tekad terbesar saya untuk mencintai dan memahami semua mahkluk

Alih Bahasa: Endah & Finny Owen