A New Year’s Beginning Anew

A New Year’s Beginning Anew
Shangha Festival Holiday Retreat in Thai Plum Village

Tahun 2020 sudah kita masuki. Tahun 2019 sudah kita lewati. Tetapi apakah ia benar-benar berlalu? Apakah kita benar-benar siap menyambut tahun yang baru?

Banyak orang suka memakai momentum awal tahun untuk membuat aspirasi baru. Kita menuliskan resolusi dan aspirasi baru dengan aspirasi dan semangat yang baru dan kuat. New Year New Me. Tahun yang baru, saya yang baru. Tahun memang berganti yang baru, tetapi apakah kita juga berubah menjadi kita yang baru? Bagaimana caranya? Menjadi baru bukan berarti sekadar mengubah penampilan luar, tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita sebagai pribadi manusia yang baru. Jika kita tidak berubah, maka tidak ada yang baru.

Pada kehidupan sehari-hari, kita sebagai manusia selalu menjalin hubungan, baik dengan sesama manusia atau human relationship (mencakup keluarga, kerabat, teman, kolega, bahkan orang asing) dan dengan bukan manusia atau non-human relationship (mencakup alam, pekerjaaan, perangkat elektronik seperti handphone dan laptop, media sosial, musik, makanan, buku, barang-barang kepemilikan, olah raga, agama, budaya dan adat istiadat, dan lain sebagainya).

Pernahkah kita menyadari berapa banyak dari waktu yang kita miliki satu hari yang kita habiskan pada hal-hal di atas? Apakah lebih banyak pada human relationship atau pada non-human relationship? Lalu bagaimana hubungan dengan diri kita sendiri? Pernahkah kita menjalin persahabatan dengan diri sendiri?

Melihat ke dalam diri sendiri

Sebelum kita melihat bagaimana hubungan dengan orang atau hal lain, mari kita melihat ke dalam diri sendiri terlebih dahulu. Thay selalu mengingatkan kita untuk kembali pada diri sendiri, kembali ke napas dan tubuh kita. Kita sering lupa dengan diri kita. Praktik kembali pada diri sendiri dan merawat diri sendiri adalah penting.

Pertama-tama, ambil posisi yang nyaman untuk duduk atau sitting. Sadari setiap napas masuk dan keluar. Kemudian, tanyakan pada diri, “Apa kabar dengan diri saya saat ini? Bagaimana keadaan diri saya saat ini? Apa yang sedang terjadi dengan diri saya saat ini?” Tawarkan persahabatan dengan diri kita sendiri. Berikan senyum pada diri sendiri dengan kasih sayang. Tumbuhkan welas asih dan kegembiraan pada diri sendiri.

Kegembiraan yang dimaksud bukanlah kegembiraan sesaat seperti bermain game, berbelanja, atau menonton film, melainkan kegembiraan yang lebih dalam, yang dapat bertahan lebih lama, seperti menikmati alam, meditasi jalan atau kegiatan lain yang dapat mendatangkan kegembiraan yang berlangsung lebih lama.

“Jika kita dapat hadir bagi diri sendiri,
kita dapat hadir bagi orang lain.”

Ketika kita kembali pada diri sendiri, kita dapat menemukan orang tua dan para leluhur kita juga ada dalam diri kita. Mereka mewariskan sebagian hal dalam diri kita, melalui gen di sel tubuh ataupun melalui karakter dan sifat. Kita tumbuh bersama itu semua, selain energi kebiasaan dari diri kita dan pengaruh dari lingkungan dan budaya tempat tinggal kita. Dalam diri kita juga terdapat ‘inner child’, diri kita ketika kecil atau muda dulu.

Jika kita melihat lebih mendalam, mungkin kita dapat melihat inner child kita yang terperangkap oleh suatu pengalaman yang tidak mengenakkan di masa kecil. Kita bisa menawarkan persahabatan, welas asih dan kegembiraan pada inner child dalam diri kita, bahkan mungkin kebebasan. Banyak yang bisa kita lakukan ketika kita kembali pada diri sendiri dan melihatnya secara mendalam.

Beginning anew’ dengan diri sendiri

Tidak berbeda dengan ‘beginning anew’ dengan orang lain, kita dapat melakukan langkah pertama dari tahap ini, yaitu flower watering, mengungkapkan apresiasi pada diri sendiri.

“Apa saja yang saya syukuri dari diri saya? Apa saja kebaikan yang ada dalam diri saya? Apa saja kebaikan yang ada dalam hati saya dan tindakan saya? Hal apa dari dalam diri saya yang saya apresiasi?”

Menyadari dan mengetahui kebaikan diri sendiri dapat mendatangkan kegembiraan dan sukacita yang mendalam pada diri.

Langkah kedua adalah mengungkapkan penyesalan kita pada diri sendiri. Mungkin ada interaksi ataupun sesuatu hal yang kurang menyenangkan yang telah kita lakukan pada diri sendiri. Akuilah pada diri sendiri, tetapi jangan menyalahkan diri sendiri.

Langkah ketiga adalah ungkapkan kesulitan yang kita alami bersama diri sendiri. Beri tahu saja, tapi jangan berpikir untuk langsung dapat menyelesaikan masalah yang ada saat itu juga. Ingatlah bahwa dalam diri kita juga ada warisan dari leluhur kita, dan juga pengalaman inner child di masa lalu kita. Jangan menghukum diri sendiri atau membuat diri kita makin menderita lagi. Katakan saja kesulitan yang dialami bersama diri sendiri.

Langkah keempat adalah ungkapkan aspirasi yang ingin dicapai bersama diri sendiri atau minta dukungan pada diri sendiri agar dapat melakukannya lebih baik.

Dalam beginning anew dengan diri sendiri, terkadang tidak perlu melakukan keempat langkah ini sekaligus. Bisa hanya melakukan langkah pertama dan kedua, lalu keempat. Satu lagi, tidak perlu menunggu ketika muncul kesulitan baru kita lakukan beginning anew dengan diri sendiri. Kapan saja ketika kita ingin melakukannya, lakukanlah.

Beginning anew dapat menyegarkan hubungan kita dengan diri sendiri sehingga kita dapat mencintai diri dengan lebih baik lagi. Beri ruang pada diri sendiri, jangan terlalu keras pada diri sendiri. Jika kita dapat mencintai diri sendiri, kita akan lebih mudah untuk mencintai orang-orang di sekitar kita.

“To be beautiful means to be yourself.
You don’t need to be accepted by others.
You need to accept yourself.”

-Thich Nhat Hanh

RUMINI LIM guru sekolah Ananda di Bagan Batu dan mengajar mindfulness class

Sadar, Bebas Khawatir dan Belajar Memahami dengan Mindfulness

Sadar, Bebas Khawatir dan Belajar Memahami dengan Mindfulness

Secara umum mindfulness dapat diartikan suatu sikap kesadaran penuh akan diri saat ini. Tidak berpikir ke masa lalu ataupun masa depan atau tidak mengkhawatirkan masa lalu maupun masa depan. Singkatnya, mindfulness dapat diartikan tubuh dan pikiran benar-benar bersatu. Mindfulness itu sadar setiap saat dan fokus pada masa kini. Hal yang menarik dari hal di atas bagi saya pribadi adalah “tidak khawatir ke masa lalu ataupun masa depan.”

Sampai pada akhirnya, dalam suatu acara saya mendengar kalimat ini, “Fokus saja pada masa kini, kalau kamu persiapkan saat ini, maka pada masa yang akan datang kau akan bahagia.” Sama seperti murid akan ujian, kalau dia mulai sekarang atau saat ini belajar, maka dia akan bisa mengikuti ujiannya. Kalimat ini saya dengar ketika mengikuti retret guru pada November 2018 di Sibolangit. Hal tersebut sangat mengubah pola pikir saya.

Di Sini, Saat Ini

Dalam agama saya, ada ayat Alkitab yang mengatakan begini “Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari esok, karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Sebenarnya banyak ayat Alkitab lain yang menuliskan tentang kekhawatiran, tetapi saya tetap merasa khawatir. “Bagaimana jika begini? Bagaimana jika begitu? Dan bagaimana akhirnya?” Pertanyaan-pertanyaan demikian sering muncul di kepala saya, tentu saja itu membuat saya sangat khawatir.

Banyak hal yang saya sukai tentang mindfulness, dan banyak hal yang saya pelajari ketika mengikuti Retret dan Day of Mindfulness (DOM). Mindfulness mengubah hidup saya menjadi lebih penyabar dan menjadi sadar penuh akan hal-hal yang saya lakukan. Hidup di saat ini.

Pada meditasi makan, saya belajar mencukupkan makanan yang ingin saya komsumsi, belajar tidak serakah dan belajar mementingkan orang lain yang berada di antrian belakang. Mengunyah makanan lebih dari 24 kali juga baik untuk lambung, baik untuk kesehatan, dan membuat kita kenyang. Ini baik untuk program diet. Hal-hal tersebut juga saya dapat pada pembelajaran mindfulness.

Deep Listening

Penerapan mindfulness pada pembelajaran di sekolah membuat saya banyak belajar, terutama dalam menghadapi orang tua. Ketika ada orang tua yang marah, saya berpikir, “oh…ibu atau bapak ini belum mindful”, atau “oh… ibu atau bapak ini belum belajar mindful.” Mindful mengajari saya untuk banyak belajar.

Pada serangkaian acara pada DOM dan retret, saya paling menyukai meditasi yang saling berhadapan berpasangan. Face to face. Eye to eye. Meditasi ini membuat kita dapat melihat langsung wajah teman kita. Menceritakan hal positif kepada teman. Hanya hal positif.

Bagi saya, hal yang menarik adalah mengetahui hal-hal positif dalam diri yang semula tidak saya ketahui. Saya menjadi tahu bahwa orang lain ternyata memperhatikan saya. Saya juga memiliki kesempatan untuk memberitahu orang lain hal-hal positif yang ada di dalam dirinya, yang mungkin semula tidak dia sadari. Saya yakin itu membuat mereka bahagia, hal tersebut dapat terlihat dari senyum mereka.

Saya pernah mendengar pepatah “jangan terlalu percaya dengan pujian, karena ada orang yang memuji setulus hati, ada yang hanya ingin menguji hati.” Saya termasuk tipe orang yang tidak terlalu suka dengan pujian. Entah bagaimana, pujian justru membuat saya menjadi lebih bersemangat akhir-akhir ini.

Kegiatan Positif

Di sekolah kami sebenarnya sudah pernah melakukan kegiatan ini, saling memberi pujian atau hal positif kepada rekan sekerja. Hal tersebut sangat membantu saya dalam bekerja. Contohnya ketika teman sekerja marah atau melakukan hal-hal yang membuat saya jengkel atau marah, maka saya hanya akan mengingat hal-hal positif yang pernah dia katakan kepada saya, dan hal-hal positif yang pernah saya katakan kepadanya. Ini membantu saya dapat mengontrol emosi saya.

Dampak positif yang saya rasakan setelah mengikuti retret adalah saya menjadi merasa bersalah ketika menceritakan hal-hal negatif tentang seseorang. Rasa bersalah ini terasa karena ketika meditasi “menyirami benih kebaikan” saya bertemu dengan dia. Saat bercerita, kata-katanya yang paling saya ingat adalah, “Saya pun tersiksa memiliki sifat begini Bu, sebenarnya saya tidak mau marah, tapi entah kenapa saya tetap marah”. Saat itu saya pun bertekad untuk tetap memiliki pandangan positif terhadapnya. Dan memang, ketika kita bisa dekat dengan seseorang akan banyak hal-hal positif yang bisa kita lihat pada orang tersebut.

Selain hal positif yang saya katakan kepada teman, hal kedua yang saya dapatkan ketika retret meditasi berhadapan adalah saya juga mencurahkan “uneg-uneg” kepada teman saya. Kemungkinan hal ini bukan masalah untuknya, tapi ini selalu mengganggu saya. Suatu hari dia pernah berkata, “Aku menyesal meninggalkan pekerjaanku kak, menyesal juga meninggalkan pelayananku di gereja.” Tapi setelah dia kembali, dia tidak melakukan hal yang dia katakan. Itu membuat saya kesal dan sedih. Tapi setelah retret itu, dia kembali bersama-sama kami lagi. Yeah….. ! hehehe

Rasa Syukur

Terima kasih saya ucapkan kepada Bhante Y.M Nyanabhadra yang sudah membimbing kami selama retret. Kepada ibu Sri selaku volunteer, kepada ibu Rumini yang selalu memiliki ide-ide, dan kepada bu Merlyna dari Yayasan. Semoga selalu diberkati dan menjadi berkat untuk orang lain.

Saya juga merasa bersyukur selama retret bisa bersama dengan Ibu Lusi dan Ibu Lilis. Mereka adalah ibu dan istri yang luar biasa. Ibu Lilis yang sangat sayang kepada anaknya, dan ibu Lusi yang sangat sayang kepada suaminya. Berada bersama dalam satu kamar selama tiga hari membuat saya lebih banyak mengetahui hal-hal positif tentang mereka.

Bagan batu, 23 Juli 2019
MARISAH TAMPUBOLON, Guru Sekolah Ananda Bagan Batu

Nothing Shall Be Impossible

Nothing Shall Be Impossible
Meditasi Jalan, Retret Edukator Sekolah Ananda, Bagan Batu

September 2018, tahun lalu, saya mengenal istilah BIBO. Sekarang sudah pertengahan 2019. Waktu berlalu begitu cepat. Saya makin akrab dengan BIBO yaitu Breathing In Breathing Out. Istilah unik ini datang dari Sekolah tempat saya mengajar, sekolah Ananda di Bagan Batu.

Ada seorang guru, namanya Rumini, akrab kita sapa Laoshi Ani. Dialah yang mengajarkan BIBO kepada saya lewat metode mindfulness, teknik untuk selalu sadar akan momen kekinian, apakah itu dalam situasi yang baik maupun kurang baik.

Hadir Seutuhnya

Mindfulness adalah keadaan yang ditandai oleh munculnya introspeksi diri, keterbukaan pikiran, refleksi dan penerimaan diri apa adanya dengan sikap positif (M . Jojo Raharjo, 2008). Introspeksi diri membuat saya makin tertarik dengan kegiatan Mindfulness.

Teknik mindfulness mangajarkan saya untuk selalu hadir di sini dan saat ini melalui bernapas masuk dan bernapas keluar (breathing in breathing out). Teknik ini juga mencakup makan dengan berkesadaran agar bisa mempertahankan kesehatan. Kegiatan lain seperti deep relaxation melalui teknik body scanning (pemindaian tubuh). Mencintai alam dengan walking meditation. Meningkatkan rasa syukur lewat “BIBO”.

Saya bahkan mengikuti akun sosial media yang berkaitan dengan praktik mindfulness seperti @plumvillageindonesia dan Thich Nhat Hanh collective quotes. Melalui akun tersebut saya mengenal seorang biksu Zen, Thich Nhat Hanh yang menjadi panutan bagi Buddhis dan non Buddhis di seluruh dunia. Pelopor mindfulness sejati menurut saya.

Berdoa

Mindfulness telah memberi pengaruh positif bagi saya. Simpel, lewat penerapan BIBO. Ada satu kisah waktu kecil hingga sekolah menengah atas. Saya diajarkan untuk rajin berdoa di gereja. Sejak SMP saya sudah ikut melayani Tuhan dengan menjadi guru sekolah minggu di Gereja Kesukuan di kampung saya.

Doa adalah hidup saya. Berdoa sebelum makan, berdoa sebelum tidur, berdoa sesudah bangun tidur, berdoa dalam suka dan duka. Berdoa sudah begitu melekat dalam diri saya.

Ada suatu ketika saya berhenti melakoninya. Alasannya, saya tidak lolos seleksi ke universitas yang saya dambakan. Saya berhenti berdoa sejak itu. Saya tidak tahu mengapa saya berbuat demikian. Mungkin sebagai bentuk tuntutan atau protes ketidakadilan Tuhan pada saat itu.

Saya belum buntu, walau tidak masuk ke universitas negeri yang saya dambakan, saya pun beralih ke universitas swasta. Jurusan yang saya pilih adalah pendidikan bahasa Inggris. Saya lulus sebagai sarjana pendidikan.

Tahun 2018 saya diterima di SD swasta Yayasan Pendidikan Ananda. Di tempat inilah titik balik hubungan saya dengan Tuhan. Saya menerapkan mindfulness lewat praktik BIBO, dan entah mengapa secara alamiah saya merasa mengalami hubungan saya dengan Tuhan membaik.

Melalui mindfulness saya diajarkan untuk hidup bersyukur atas berkat dan keadaan yang saya dapat pada saat ini. Teknik ini Mengajarkan untuk hidup dengan penuh cinta kasih dengan sesama manusia, alam dan juga Tuhan. Saya ”disadarkan” untuk mengubah pola hidup dengan lebih meningkatkan sifat-sifat baik yang ada dalam diri saya.

Sadar Pancaindra

Tanggal 15- 17 Juli 2019 kami kembali mengikuti retret mindfulness yang dihadiri juga oleh seorang biksu. Bagi saya beliau lebih ahli dalam praktik mindfulness tentunya. Saya mendapatkan banyak sekali bahkan terlalu banyak hal-hal baik dalam acara itu. Beliau bernama Bhante Nyanabhadra. Beliau mengajari saya untuk selalu “sadar” pancaindra agar emosi negatif tidak bisa berbuat semena-mena.

Tata cara sifat manusia beliau gambarkan seperti “ruang tamu” dan “gudang”. Di dalam ruang tamu biasanya tempat menjamu para tamu yang datang, emosi apa pun selalu berkumpul di ruang tamu. Di dalam “gudang” merupakan tempat penyimpanan sifat positif dan negatif yang diibaratkan sebagai benih. Jika ada suatu kejadian masuk melalui pancaindra maka menyentuh benih itu lalu muncul di ruang tamu.

Jika lupa menerapkan “BIBO”, maka sifat negatif bisa membuat kekacauan di ruang tamu, membuat kita menjadi manusia yang lebih kental sifat negatifnya. Melalui BIBO juga saya belajar mencintai diri sendiri, sesama dan juga alam, ini membuat saya menjadi lebih kental sifat positifnya. Itulah yang beliau ajarkan kepada kami

Rasa Haru

Saya sangat menyukai sesi sitting meditation di pagi hari. Bhante Nyanabhadra melantunkan syair meditasi pagi, bernyanyi dengan suara lembut dan menyentuh. Seketika hati saya dipenuhi rasa haru. Kesalahan dan dosa-dosa yang saya lakukan terlintas dalam pikiran kemudian menguap begitu saja. Saya makin disadarkan bahwa saya masih belum apa-apa dalam hal berbuat baik terhadap Tuhan, sesama dan lingkungan.

Saya mengutip satu catatan yang sempat saya tulis di dalam note saya. Beliau berkata ”Masa lalu telah pergi, masa depan belum juga tiba, hanya ada satu masa untuk hidup, yaitu masa sekarang.” Lalu saya teringat dengan kutipan dari biksu Thich Nhat Hanh yang berkata ”Because you are alive everything is possible”.

Saya langsung teringat ada ayat di Alkitab yang sangat saya sukai yaitu, Luke 1:37 ”With God nothing shall be imposible”. Saya kemudian menggabungkan kutipan tersebut ke dalam sebuah pemahaman baru “Karena kamu hidup di momen ini, bersama dengan Tuhan, maka segalanya menjadi mungkin”.

Mari BIBO

Pengalaman praktik mindfulness mulai membuat kualitas hidup saya makin membaik. Saat ini saya fokus memperbaiki hubungan saya dengan Tuhan saya. Satu hal yang saya rasakan, mindfulness tidak akan pernah merugikan pelaku mindfulness.

Pedoman saya sebagai pemula di kegiatan ini adalah “When you touch one thing with deep awareness, you touch everything,” ~ Thich Nhan Hanh. Praktik ini memiliki kontribusi positif yang sangat besar bagi saya, semoga demikian juga untuk Anda. Mari ber”BIBO” bersama-sama.

Bita Astuanna Siburian, guru sekolah Ananda, Bagan Batu, Riau.

Berbesar Hati lewat Mindfulness

Berbesar Hati lewat Mindfulness
Foto bersama Retret Guru Sekolah Ananda Bagan Batu, Riau.

Mindfulness merupakan meditasi terapan. Saya bisa melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Saya mencobanya terus setiap hari. Praktik Mindfulness membantu saya mengatasi stress dan menghindari cemas.

Day Of Mindfulness (DOM) adalah istilah yang saya tahu. Saya mendapatkan teknik ini dari Sekolah Ananda Bagan Batu. Sebelumnya saya sama sekali tidak mengenal apa itu Mindfulness. Lalu Ibu Rumini memperkenalkan Mindfulness ini kepada saya.

Praktik ini ternyata membuahkan perubahan pada diri saya. Perubahan ini mungkin kecil, namun ada sebuah keyakinan besar bahwa teknik ini perlahan-lahan mengubah saya menjadi lebih baik lagi.

Momen Positif

Pertama kali saya praktik mindfulness lewat duduk hening di pagi hari dengan diawali suara lonceng tiga kali. Saya bersama teman-teman sekadar duduk hening dan relaks sebelum memulai kegiatan belajar mengajar.

Saya mencoba untuk lebih relaks sepanjang melakukan pekerjaan, saya mengatur napas masuk dan napas keluar. Inilah awal saya mencoba mulai mempraktikkan mindfulness dalam aktivitas sehari-hari terutama untuk diri sendiri.

Banyak hal yang saya dapatkan dari setiap acara DOM yang dilaksanakan di sekolah. DOM pasti selalu bisa membuat saya terkesan dan bahagia. Hati saya menjadi lebih tenang. Setidaknya, setelah DOM ada perubahan positif yang saya rasakan.

Terkadang saya merasa setiap kali selesai DOM pasti ada saja momen positif yang terjadi. Melalui praktik mindfulness ini saya jauh merasa lebih bisa menghargai diri saya sendiri. Makan dengan hening menjadi salah satu hal positif yang saya dapatkan.

Anugerah Tuhan

Makan bersama-sama di meja makan dengan hening tanpa suara dan mengambil makanan secukupnya. Makan dengan penuh kesadaran dan tidak terburu-buru membuat saya lebih mensyukuri hidup ini.

Saya tersentak sadar bahwa selama ini saya belum mensyukuri apa yang sudah dianugerahkan oleh Tuhan. Saya selalu makan terburu-buru dan ingin cepat selesai apalagi jika sudah lapar. Saya tidak mengunyah makanan dengan baik, sehingga perut saya bisa sakit tiba-tiba ketika diisi makanan dengan tidak teratur.

Sekarang, saya bersama suami sudah mulai perlahan-lahan membiasakan makan dengan hening tanpa suara sambil mensyukuri nikmatnya makanan tersebut. Mungkin memang belum seutuhnya bisa, tapi setidaknya saya sudah mencoba untuk menyayangi diri sendiri lewat pola makan berkesadaran, pelan, dan sehat.

Meredakan Emosi

Napas masuk napas keluar, salah satu praktik mindfulness yang selalu saya coba setiap hari. Ketika saya marah, saya jadi lebih bisa meredakan emosi lewat napas. Di rumah, jika ada hal-hal yang membuat saya kesal, saya berusaha tidak langsung marah.

Saya mencoba untuk bernapas masuk dan keluar, setelah itu saya merasa emosi saya mulai turun. Saya bisa membicarakan baik-baik tentang hal yang membuat saya kesal itu.

Demikian juga ketika ada kejadian tegang seperti berbeda pendapat dengan suami. Saya mencoba untuk mendengarkannya dengan sabar. Setelah mendengar saya menjadi lebih mengerti, lalu kami sama-sama mencari jalan keluar.

Sejak saya mengenal DOM, saya merasa menjadi jauh lebih sabar dalam menghadapi anak-anak di sekolah, terutama dalam proses belajar mengajar di kelas. Saya dapat lebih memahami anak-anak tersebut setiap kali berhadapan dengan tingkah laku mereka.

Berbesar Hati

Sangat banyak manfaat dan hal-hal positif yang saya rasakan. Praktik mindfulness membuat kehidupan sehari-hari saya menjadi lebih tenang dan bahagia. Relasi dengan suami, keluarga, lingkungan sekitar, teman-teman, rekan kerja, serta anak- anak didik saya, mulai terjadi perubahan.

Saya merasa perubahan terjadi dalam diri saya sendiri, bahkan sangat-sangat mengubah cara saya melihat berbagai kejadian hidup. Sebuah momen yang begitu luar biasa yang sudah saya rasakan dari praktik Mindfulness ini adalah bisa membuat saya lebih berbesar hati memaafkan orang lain (ini menurut pengalaman saya).

Kenapa saya mengatakan ini sebuah momen? Karena Mindfulness inilah saya punya kekuatan baru utnuk bisa berdamai dengan diri saya sendiri juga berdamai dengan mereka yang saya anggap menyakiti hati saya.

Di dunia kerja, saya pernah mengalami kesalahpahaman yang terjadi di antara sesama rekan kerja, dengan hati yang ikhlas saya berdamai dan melepaskan beban yang ada di dalam hati.

Banyak hal baik yang sudah terjadi dari awal saya mengikuti kegiatan DOM ini di sekolah saya, kegiatan yang bisa membuat hati saya jauh lebih tenang dan bahagia daripada sebelumnya.

Bersama-sama

Saya punya cerita kecil tentang retret bersama Bhante Nyanabhadra di pertengahan Juli 2019. Retret itu memberi kesan yang sangat sangat mendalam. Sejak awal hingga akhir retret banyak hal positif yang saya rasakan.

Kami bernyanyi bersama-sama, makan bersama dengan hening penuh kesadaran, duduk hening di pagi hari, relaksasi total, menonton bersama, meditasi teh sambil sharing, jalan berkesadaran, circle sharing dan hal-hal yang lain yang buat saya bahagia selama mengikuti retret itu.

Oh ya noble silent. Saya entah mengapa sangat menyukai latihan itu. Begitu selesai acara pada malam hari, kami masuk kamar lalu benar-benar menggunakan waktu istirahat untuk tidur tanpa mengobrol dengan teman-teman sekamar dan melakukan aktivitas apa pun.

Saya sungguh merasakan manfaatnya dari noble silent. Pagi hari saya bangun, badan dan mata menjadi lebih segar karena tidur tepat waktu. Saya pun berinisiatif akan mencoba melakukan noble silent ini di rumah. Semoga saya bisa!

Berdamai

Pada hari terakhir, saya membuat suatu momen yang akan selalu saya ingat, yaitu berdamai dengan diri sendiri! Ya hari itu saya berusaha keras untuk mampu berdamai dengan diri saya sendiri. Meminta maaf dan mau memaafkan orang yang saya anggap menyakiti hati saya.

Kesalahpahaman yang terjadi di antara saya dan rekan kerja selama ini bisa saya atasi dengan akhir bahagia. Rasa sakit hati yang selama ini sulit untuk saya maafkan, akhirnya saya mencoba berdamai dengan hati saya agar bisa memaafkan rekan saya.

Semoga praktik Mindfulness ini dapat lebih saya terapkan di kehidupan sehari-hari.
Terima kasih Bhante Y.M Nyanabhadra
Terima kasih Ibu Sri Astuti
Terima kasih Ibu Merlyna
Terima kasih Ibu Rumini Lim
Terima kasih teman-teman seperjuangan di Yayasan Pendidikan Ananda

Riama Juni Wanti Rajagukguk, Guru Sekolah Ananda, Bagan Batu, Riau.

Here is India, India is here

Here is India, India is here

Day of Mindfulness 7 April 2018
Day of Mindfulness 7 April 2018

Bersentuhan dengan latihan, membawaku kembali ke rumah sejatiku. Day of Mindfulness (DOM) merupakan latihan yang sangat saya tunggu-tunggu.

Seperti biasa, satu hari sebelum DOM diselenggarakan, saya  turut serta membantu di persiapan. Pada awalnya saya cuma berpikir bahwa “ah akhirnya saya bisa kembali berlatih”. Pada saat akhir, tiba-tiba Bhante turun dan membawa gitar. Saya langsung excited begitu mendengar bahwa besok kita akan mengawali DOM dengan Chanting Avalokitesvara. Saya pulang sebentar dan mengambil biola lalu kembali untuk berlatih.

Saat latihan dan chanting Avalokitesvara saya sempat bergetar haru. Sudah lama sekali kami tidak chanting bersama. Sejenak berpikir semoga teman-teman komunitas bisa berkumpul dan chanting bersama.

Pada hari Sabtu, saya harus mengantar ibu ke bandara terlebih dahulu. Sepanjang jalan, saya mengingat-ingat latihan yang sudah dilakukan semalam. Sesampainya di vihara, saya sempatkan diri saya untuk mengajar biola kepada 2 orang murid yang salah satunya juga merupakan peserta dan volunteer DOM.

Kami mulai kegiatan DOM tepat pukul 9 pagi. Ketika saya sudah maju ke depan, kami pemanasan dengan menyanyikan beberapa lagu-lagu latihan. Ada juga lagu yang kami belum latihan. Tapi ternyata kami dapat memainkannya dengan baik.

Sambil bermain, saya melihat teman-teman dari komunitas saya turut hadir. Awalnya teman-teman komunitas yang hadir hanya duduk di belakang, lalu bhante memanggil teman-teman agar dapat maju dan dapat melakukan chanting Avalokitesvara secara bersama-sama.

Chanting ini merupakan salah satu momen yang sangat saya senangi. Selain saya bisa merasakan getar nyanyian seluruh komunitas yang hadir. Saya merasa lebih tenang dan rileks. Sempat saya merasa sangat bersyukur masih memiliki kesehatan telinga sehingga bisa mendengar dengan baik. Beberapa peserta sempat terlihat merasakan haru yang sama rupanya. Bahagia? Tentunya sangat bahagia.

When you walk, you don’t talk
Saya ingin berbagi  sebuah cerita sangat menarik yang saya dengarkan saat bhante ceramah. Bhante bercerita ketika beliau sedang berlatih meditasi jalan bertiga di Plum Village. Sambil berjalan, bhante berbicara seru dengan 2 monastik llainnya. Tak lama, dari kejauhan Thich Nhat Hanh (Thay) melihat mereka. Seketika itu pun bhante dan 2 monastik lainnya terdiam. Saat berpapasan dengan Thay, Thay berkata “when you walk, you don’t talk”. Guru Thay kemudian berlalu begitu saja. Bhante merasa sangat tertampar dengan hal itu.

Saya sempat merasa sangat lucu pada awalnya. Namun kemudian berpikir. Kita terlalu sering mengerjakan banyak hal dalam satu momen. Sudahkah kita menyadari semua momen kekinian kita? Sudahkah kita berlatih hidup sadar hari ini? Apakah kita sedang sungguh-sungguh berlatih saat ini?

Terkadang saya pun merasa saya masih harus banyak berlatih. Dan dalam latihan, saya juga membutuhkan “lonceng kesadaran” dalam bentuk apa pun. Teguran Thay tadi juga sangat mengena di hati saya. Ketika saya naik motor jangan sambil mendengarkan lagu. Ketika saya makan jangan lah saya sambil berbicara. Nikmati satu momen kekinian pada satu waktu.

Here is India, India is here
DOM kali ini tidak ada diskusi kelompok seperti yang dilakukan pada DOM yang sudah-sudah. Kami justru mengganti diskusi bersama dengan nonton film berjudul “walk with me”. Ini adalah film dokumentasi tentang kegiatan-kegiatan keseharian yang dilakukan saat berlatih bersama. Setelah menonton, saya mendengarkan sharing Bhante pada saat tanya jawab sedang berlangsung.

Pada saat itu diceritakan bahwa Bhante merasa bosan berada di Perancis dan ingin kembali ke India. Lalu ketika ada kesempatan untuk bertemu dengan Guru Thay, Bhante meminta ijin untuk kembali ke India. Lucunya saat itu Guru Thay hanya terdiam. Beliau hanya menatap dengan tajam dan tidak berkata apa-apa. Sebentar kemudian Guru Thay beranjak untuk meninggalkan Bhante seorang diri. Dan ketika hendak membuka pintu untuk keluar, Guru Thay membalikkan badan dan berkata “Here is India, India is here”.

Ini adalah insight ke-2 yang saya dapatkan ketika mengikuti DOM di Ekayana. Sering kali ketika saya sedang berada di kantor atau sedang jenuh dengan semua pekerjaan yang menumpuk, saya merindukan rumah. Dan tidak lagi menyenangi hal-hal yang ada di lingkungan sekitar.

Kita menjadi lupa, bahwa kebahagiaan sesungguhnya berada di sini dan sekarang. Saya jadi terburu-buru karena ingin segera kembali ke rumah. Padahal belum tentu ketika kembali ke rumah, kita menjadi bahagia. Belum tentu ketika kita mendapatkan apa yang kita mau, kita akan menjadi bahagia.

Seketika di momen itu, saya memusatkan pikiran sejenak untuk membayangkan rumah yang saya cintai dan menyadari bahwa saya sedang bernapas sekarang dan saya sedang berada bersama komunitas untuk berlatih. Penderitaan saya perlahan memudar. Terkadang kita tidak perlu mengkotak-kotak-an pikiran agar kita bisa bahagia.

Semua itu adalah bentuk-bentuk persepsi yang sebenarnya hanya akan membuat kita makin menderita. Dengan melepaskan semua bentuk-bentuk persepsi dan membuka semua kotak-kotak yang ada di pikiran. Maka kita akan bahagia. Happiness is as simple as you breathe. Simple right?

DANIEL volunteer mindfulness dari Wihara Ekayana Arama.

Mendamaikan Hati dengan Latihan Mindfulness

Mendamaikan Hati dengan Latihan Mindfulness

Day of Mindfulness, Pusdiklat Buddhis Bodhidharma Jakarta

Secara tidak sengaja saya melihat poster kegiatan Day of Mindfulness (DOM) di grup WhatsApp yang diposting oleh teman saya. Tema kegiatan DOM yang diselenggarakan pada 10 Maret 2018 di Pusdiklat Buddhis Bodhidharma, Jakarta tersebut adalah “Drink your tea”. Sontak saya pun mengajak teman saya tersebut untuk ikut serta, kejadian tersebut sekitar dua minggu sebelum acara diselenggarakan.

Setelah bekoordinasi dengan komunitas di Wihara tempat kami biasa ibadah, total ada 8 orang yang melakukan pendaftaran. Tetapi ternyata beberapa orang di antaranya berhalangan, dan tersisa kami berdua saja. Saya awalnya sempat ragu, karena lokasinya cukup jauh dan kami berdua tidak tahu jalan. Sempat terpikirkan oleh saya untuk batal ikut serta jika teman saya tidak jadi. Tadinya saya ingin nebeng, tetapi entah kenapa justru saya tiba-tiba mengambil keputusan membawa kendaraan sendiri.

Dorongan cukup kuat justru timbul malam sebelum acara tersebut dan pada hari H. Kami memang meluangkan cukup waktu untuk nyasar-nyasar sedikit sebelum tiba di tempat tujuan. Ternyata saya dan teman saya berhasil tiba dengan selamat di Pusdiklat Buddhis Bodhidharma.

Memasuki lokasi tersebut sudah timbul perasaan tenang, padahal acara belum dimulai. Perlu diketahui juga bahwa saya adalah orang yang pesimis, sering dicakupi kesedihan yang tentunya dilingkupi energi negatif. Bahkan semalam sebelumnya pun saya mengalami kekesalan, anehnya hal tersebut sirna begitu saja. Entah karena saya memang sudah berniat untuk menjalani latihan, atau memang tempat tersebut benar-benar memancarkan energi positif yang kuat.

Meditasi Duduk
Acara dimulai agak telat, tetapi seperti telah saya ungkapkan sebelumnya, perasaan saya bahkan sudah tenang sebelum acara dimulai. Sebagai pembuka kami diberikan teks lirik lagu. Para volunteer memandu kami lengkap dengan gerakan tangan sesuai lirik. Sepertinya ini semacam pemanasan untuk membangkitkan rasa bahagia, sesuai dengan lirik lagu tentang happiness.

Kemudian Bhante Nyanabhadra melanjutkan acara dengan memberikan wejangan untuk  membangkitkan energi positif. Hal ini dapat dilakukan dengan hal yang sederhana, yaitu dengan senyuman. Memang senyuman bisa menularkan energi positif dengan cepat, karena mau tak mau orang cenderung balas tersenyum ketika ada yang tersenyum. Raut wajah Bhante pun senantiasa dihiasi dengan senyum dan mengingatkan untuk sering tersenyum.

Dibantu dengan suara lonceng, Bhante pun memandu latihan meditasi duduk. Selain meditasi duduk, latihan juga diiringi dengan beberapa gerakan yang dilakukan dengan tetap memperhatikan napas. Usai sesi ini, kami pun beristirahat sejenak dan bisa ke kamar kecil.

Meditasi Jalan
Selanjutnya latihan dipandu oleh Sister Rising Moon yang dimulai dengan ceramah mengenai Right Diligence atau Samma vayama yang merupakan bagian dari jalan utama berunsur delapan. Unsur ini merupakan usaha untuk mencegah bangkitnya keserakahan, kemarahan dan ketidakpedulian yang menjadi bibit penderitaan. Latihan mindfulness bisa menjadi usaha untuk mencegah bangkitnya kemarahan. Jadi setiap kali emosi mulai terpancing, kembali ingat untuk sadar memperhatikan napas.

Memang tidak mudah, tetapi senantiasa kemarahan dapat memudar. Saat mendengarkan ceramah tersebut sempat terbersit pertanyaan di diri saya, apakah hal tersebut berlaku juga untuk kesedihan. Setelah ceramah, dilakukan praktik meditasi jalan. Tak perlu berjalan terlalu pelan atau terlalu cepat, yang penting konsentrasi saat jalan untuk tetap memperhatikan napas.

Makan dengan Kesadaran
Kami kembali ke lantai dasar untuk makan bersama. Pada masing-masing meja sudah tersaji makanan yang beragam dan sederhana. Biasanya saya jarang ikut makan bersama, tetapi sepertinya latihan yang cukup menguras tenaga membangkitkan rasa lapar. Kami pun mengambil sajian ke piring dan mangkuk masing-masing dengan tertib.

Acara makan bersama dengan kesadaran dimulai dengan mendengarkan lonceng dan membaca lima renungan sebelum makan. Berikut adalah lima renungan tersebut:

  1. Makanan ini adalah pemberian seluruh alam semesta—bumi, langit, dan dari berbagai hasil kerja keras
  2. Semoga kami makan dan hidup dengan penuh kesadaran dan rasa terima kasih, agar kami layak untuk menerimanya
  3. Semoga kami dapat mengenali dan mengubah bentuk-bentuk pikiran tidak bajik, terutama keserakahan, dan belajar untuk makan dengan kewajaran
  4. Semoga kami dapat menjaga welas asih agar tetap hidup, melalui cara makan sedemikian rupa sehingga mengurangi penderitaan semua makhluk, melestarikan planet ini dan mengurangi efek perubahan iklim
  5. Kami terima makanan ini agar dapat merawat hubungan persaudaraan kakak dan adik, memperkuat Sangha, dan memupuk tujuan luhur dalam melayani semua makhluk.

Kemudian kami pun mulai makan dengan penuh kesadaran. Makan dengan kesadaran dilakukan dengan menyuapkan makanan ke mulut untuk dikunyah dan dirasakan dengan penuh kesadaran. Saat mengunyah dan menghayati rasa makanan, sendok diletakkan di piring. Jadi tangan tidak melakukan kegiatan apa pun, tidak menyiapkan suapan berikutnya. Cukup fokus pada kunyahan dan rasa makanan di mulut.

Setelah selesai menelan, baru menyiapkan suapan berikutnya, menyuapkan ke mulut dan kembali meletakkan sendok ke piring. Ternyata sensasinya luar biasa, makanan yang awalnya terlihat sederhana, terasa bukan main enaknya. Padahal saya tergolong orang yang pilih-pilih makanan. Tetapi makanan yang biasanya bukan merupakan favorit saya itu terasa sangat enak.

Usai sesi makan dengan kesadaran, kami tetap bisa melanjutkan makan dan minum sambil mengobrol. Jeda istirahat dan kembali ke ruangan latihan meditasi.

QiGong dan Meditasi Baring
Kembali ke kelas, kami bersantai sambil bernyanyi-nyanyi sejenak. Kemudian dilanjutkan dengan latihan QiGong atau Chikung yang dipandu oleh volunteer Kshantica. Latihan ini konon baik untuk kesehatan organ dalam. Namun tak boleh dilakukan sepotong-sepotong atau pun tak urut. Bagi saya yang jarang olahraga, bahkan jarang bergerak, alhasil chikung ini membutuhkan perjuangan berat. Rasanya otot kaki dan tangan pegal-pegal, namun terasa ada kehangatan yang menjalar. Padahal setiap gerakan hanya dilakukan satu menit saja.

Selesai latihan Chikung, dilakukan pendinginan, dan tibalah latihan yang dinanti-nantikan, meditasi baring. Selain dengan bunyi bel, volunteer memandu kami untuk merasakan kerja bagian tubuh saat meditasi baring ini. Suara mereka makin sayup tak jelas, di sela-sela panduan juga sudah mulai terdengar suara dengkuran dari peserta lain. Saya termasuk orang yang susah tertidur, tetapi walau saya tak bisa hanyut tidur, rasa relaks terasa maksimal pada tubuh.

Minum Teh
Latihan meditasi ditutup dengan ritual minum teh dan sharing pengalaman. Sebelumnya saya sudah pernah mengikuti latihan meditasi dan ritual minum teh yang diselenggarakan DOM. Tetapi  tentu saja setiap kegiatan pasti ada variasi dan sedikit perbedaan.

Pada ritual minum teh ini kami duduk melingkar. Kemudian nampan berisi gelas teh pun diedarkan secara berkeliling. Sebelum mengambil gelas teh, penerima melakukan sikap Anjali, kemudian setelah gelas diambil, penerima kembali bersikap anjali dan mengambil alih nampan untuk ditawarkan ke penerima berikutnya. Hal tersebut berlaku juga untuk nampan cemilan. Cemilan yang tersedia terdiri dari dua jenis, yaitu manis dan asin.

Setelah masing-masing peserta sudah mendapatkan gelas teh dan cemilan, bhante pun memimpin upacara minum teh. Gelas teh dipegang dengan kedua tangan, lalu kami pun menikmati aroma teh dari gelas, baru kemudian mulai meminumnya. Benar-benar terasa kenikmatan teh tersebut.

Demikian juga dengan cemilan, saat gigitan pertama, perlahan rasa demi rasa dikecap oleh lidah. Perpaduan berbagai rasa tersebut memberikan kenikmatan yang lebih dari sekedar manis atau asin saja. Pada cemilan manis berupa Kitkat Matcha misalnya, gigitan pertama terasa manis susu, yang kemudian mulai terasa perpaduan teh hijau, kerenyahan wafer yang dibalut. Semua dirasakan dengan penuh kesadaran, bukan sambil lalu saja.

Sharing
Pada sesi sharing, Bhante juga berbagi, bahwa menikmati sesuatu dengan penuh kesadaran ini bisa dilakukan di kegiatan apa pun, bahkan saat menggosok gigi. Ketika melakukan gosok gigi dengan penuh kesadaran, hasilnya bisa terasa lebih segar karena memang semuanya dihayati dengan cermat.

Sebenarnya sempat ada rasa khawatir dari diri saya, bahwa latihan saat itu akan memudar, dan saya akan kembali bersedih kemudian. Tetapi saat mengobrol usai acara, memang latihan harus bisa tetap dilakukan sendiri. Selalu ingat untuk meditasi atau pun memperhatikan napas saat timbul perasaan yang negatif. Pertanyaan saya yang sempat terbersit saat Sister berceramah pun terjawab, ketika saya bersedih, saya pun harus mencoba untuk ingat untuk konsentrasi pada napas masuk dan napas keluar agar perasaan sedih tersebut sirna. Memang tak bisa langsung manjur, tetapi jika senantiasa dilatih layaknya menuang air tawar pada gelas yang berisi air pahit. Berangsur-angsur kepahitan tersebut akan berkurang.

Semoga energi positif terus berada di seputar saya dan ikut serta dalam memancarkan energi positif tersebut. Dalam keseharian, saya mencoba untuk ingat tersenyum, dan memperhatikan napas saat kesedihan muncul.

Endah Uktolseja (Bright Path of the Heart), Editor in Chief of Teknogav