Menjadi Pelita Penerang Kegelapan
Saya sudah menjadi aktivis di wihara cukup lama. Saya sering melihat bahwa di setiap kepanitiaan sebuah acara sering ada air mata bercucuran, atau berbagai jenis gesekan-gesekan yang membuat banyak orang tidak nyaman atau kecewa.
Saya juga sudah beberapa kali ikut membantu dalam kegiatan Retret Hidup Berkesadaran. Saya tidak tahu apa bedanya secara persis, tapi kami menyebutnya volunteer (sukarelawan). Retret Hidup Berkesadaran ini menggunakan pintu Dharma dari tradisi Zen Plum Village.
Volunteer membantu mempersiapkan berbagai kebutuhan dalam retret. Wihara juga punya kegiatan namun mereka sering menyebutnya panitia. Dalam kegiatan retret, saya merasakan semua tugas dan pekerjaan menjadi damai dan mudah karena antara satu volunteer dengan yang lainnya bisa bekerja dengan lebih sadar sehingga lebih harmonis.
Ini merupakan kepanitiaan yang saya sukai, karena selain kita bisa memberikan pelayanan kepada peserta, kita juga bisa sekaligus berlatih, dan tidak pakai marah-marahan atau bahkan berurai air mata (antar sesama volunteer) hanya karena ada pekerjaan yang tidak sesuai harapan. Kadang juga ada beberapa orang yang bahkan tidak saling mendukung justru seringnya mencari kesalahan pihak lain.
Di sini terlihat bahwa jika kita sadari, ketika badan lelah dan pikiran capek, maka akibatnya emosi pun cepat memuncak. Terkadang hanya karena masalah sepele kita bisa mengeluarkan kata-kata yang menyakiti orang lain. Sebetulnya orang yang melontarkan kata-kata pahit juga sedang lelah fisik dan capek pikiran.
Dalam keadaan ini apakah hanya kita yang kelelahan? Apakah hanya kita yang pantas untuk membuang sampah emosi kita ke orang lain?
Dalam sebuah kegiatan panitia atau volunteer, mereka telah bekerja dengan sedemikian rupa, dan banyak yang telah mereka korbankan, mereka meninggalkan pekerjaan rumah dan keluarganya serta waktu santainya. Banyak hal lainnya yang telah dikorbankan. Bukan hanya kita, sehingga jika kita bisa melihat dengan jernih bahwa dalam sebuah kegiatan alangkah indahnya jika kita bisa bekerja sama dengan penuh sukacita dan damai harmonis.
Ya itu baru saya temukan dalam kepanitiaan Retret Hidup Berkesadaran.
Saya berharap jika bagian dari komunitas mindfulness yang telah sama-sama berlatih, kelak bila mereka membantu di kepanitiaan lainnya seperti kegiataan wihara, seharusnya bisa menciptakan kepanitiaan yang damai dan harmonis juga.
Begitu juga bila bagian dari komunitas juga merupakan pengurus di organisasi wihara, hendaknya juga dapat menjadi pengurus yang selalu rukun, harmonis, bahagia dan mampu menyalakan pelita kedamaian untuk yang lainnya. Mari kita menjadi pelita yang bisa menerangi kegelapan serta mampu menyalakan banyak pelita lainnya. (Ely)*