Sampai mana? Rumah? Benar, rumah yang dimaksud adalah rumah yang membuat hati saya damai dan tenang, apalagi bebas dari beban pikiran yang melanda di saat mengalami kesulitan.
Saya mengikuti acara retret yang diadakan oleh Plum Village Thailand dari 21 Desember 2018 sampai dengan 4 Januari 2019. Sambil menyelam minum air, tahun baruan sambil latihan. Saya merasakan sensasi yang sungguh luar biasa di sana. Mendapatkan energi positif yang sangat bermanfaat dan pengalaman berharga yang sulit untuk dilupakan
Tiba pada hari H, saya berangkat ke Thailand bersama dengan guru dan teman-teman spiritual pada pagi hari dan tiba di Thailand pada siang hari. Perjalanan terbang dari Jakarta menuju Thailand secara langsung memang membutuhkan waktu 3,5 jam. Ini merupakan mimpi saya untuk pergi ke Thailand. Untungnya saya pun mendapat persetujuan orang tua untuk menuju ke sana dengan mudah.
Saya sangat bersyukur karena memiliki kedua orang tua yang sangat mendukung latihan saya hingga mengizinkan saya pergi ke luar negeri. Retret akhir tahun di Plum Village Thailand ada dua, pertama adalah retret fasilitator (21-24 Desember 2018), dan kedua adalah retret Asia Pasifik (26 Desember 2018-1 Januari 2019). Saya mengikuti kedua acara tersebut dengan hati senang
Saya mendapatkan fasilitator orang Vietnam yang fasih berbahasa Inggris, sehingga memudahkan saya untuk mengerti apa yang mereka katakan. Di dalam grup saya ada dua fasilitator yang mengajarkan banyak hal. Hal tersebut mulai dari mengundang genta berkesadaran, hingga mengajarkan cara melantunkan pendarasan meditasi pagi dan sore.
Kami juga mempraktikkan Dharma sharing, praktik berbagi kesulitan yang dihadapi di rumah dan saling berbagi pengalaman pribadi masing-masing tentang latihan. Ada catatan di dalam Dharma sharing yaitu apa yang disampaikan di dalam Dharma sharing tidak diperkenankan untuk disebarluaskan di luar lingkaran. Dengan demikian semua orang yang berada di dalam lingkaran tersebut dapat lebih leluasa menyampaikan isi hatinya.
Saya mendapat kelompok Dharma Sharing Indonesia, sehingga bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia. Selain itu ada juga translator dari Indonesia yang siap untuk menerjemahkan ke Bahasa Inggris kepada brother dan sister yang menjadi fasilitator kami.
Brother dan sister adalah panggilan kepada monastik yang berada di sana. Dharma sharing adalah hal yang sangat berkesan bagi saya karena pengalaman orang lain dapat menjadi inspirasi bagi saya agar lebih bersemangat untuk mengikuti retret berikutnya. Saya yakin retret demikian dapat memperkuat iman saya.
Pada saat makan berkesadaran, saya bisa benar-benar mempraktikkan makan berkesadaran. Makanan yang dimakan ternyata tidak sesuai dengan lidah saya. Lidah saya ini asli Indonesia yang sudah terbiasa makanan manis dan pedas. Sedangkan di sana, makanan yang saya temui itu sangat sehat namun hambar dan asin sehingga tidak sesuai dengan lidah, tetapi saya tetap harus makan.
Saya benar-benar mempraktikkan makan berkesadaran, kunyah 30 kali, merasakan rasa makanan yang berbeda dan di situ saya sadar bahwa tidak harus selalu mengikuti pikiran dan mata untuk mengambil makanan
Saya belajar bersyukur dengan apa pun yang saya makan meskipun tidak sesuai dengan selera. Saya cukup beruntung karena ada teman dari Indonesia yang membantu saya dalam hal makanan, dia membawa cabai rawit dari Indonesia yang pedasnya pas di lidah. Kalau sedang ingin makan pedas, tinggal duduk dekat dengan dia saja, jadi gampang deh kalau mau cabai.
Tanggal 25 Desember 2018 adalah perayaan Natal, dan di Plum Village merupakan lazy day. Hari itu juga merupakan arrival day atau hari kedatangan para peserta retret Asia Pasifik. Tiap minggu, para monastik memang memiliki kegiatan lazy day untuk istirahat.
Lazy day, hari bermalas-malasan. Saya bangun agak siang pada hari itu. Pada umumnya kami wajib bangun pukul 4 pagi, namun pada lazy day saya bangun pukul 06:45 sementara sarapan pukul 07:00. Seharian menikmati Thai Plum Village yang sangat kaya akan kebahagiaan, seperti di suatu tempat yang sangat indah dengan pemandangan alam asri dan menyegarkan sehingga dapat cuci mata.
Menghabiskan waktu dengan keliling Plum Village, minum teh bersama dan mengakrabkan diri kepada teman yang belum akrab. Kami mengobrol bersama dan bertukar pikiran satu sama lainnya. Banyak pohon asam jawa di sana. Salah satu brother di sana mengatakan bahwa asam jawa dikenal di Thailand dapat mengurangi berat badan. Saya pun tertarik dengan hal tersebut dan memakannya. Dan ternyata sesuai dengan namanya, aseeemmm banget, tapi asemnya enak juga sih
Seharian keliling Plum Village ternyata sangat seru karena melihat pemandangan. Kalau di Jakarta yang dilihat kiri kanan adalah mall dan bangunan gedung besar, sedangkan di Plum Village Thailand di kiri dan kanan ada banyak pohon rindang dan banyak tumbuhan hijau yang membuat mata menjadi lebih segar.
Menurut psikologi, mata akan lebih sehat jika melihat warna hijau dan tidak melihat layar terus. Yang biasanya selalu risau untuk membalas pesan dari teman teman dan orang tua dan selama di sana bisa mengistirahatkan diri dari layar sentuh yang dapat membuat mata lebih cepat rusak.
Saya sangat bahagia dan bersyukur karena diberi kesempatan untuk menikmati keindahan alam di Plum Village dan semoga ada kesempatan lain untuk datang berkunjung ke sana lagi.
Phinawati Tjajaindra (Nuan), mahasiswa UPH, jurusan Hukum. Praktisi kewawasan (mindfulness) dan sukarelawan Retret dan Day of Mindfulness.