Ternyata Kebahagiaan Bisa Dibeli dengan Uang

Ternyata Kebahagiaan Bisa Dibeli dengan Uang


Ada tanggapan dari sebagian besar orang menyebutkan bahwa yang namanya kebahagiaan itu tidak bisa dibeli dengan uang, bahkan tidak ternilai harganya. Apakah benar kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang?

Saya menjawab BISA! Iya benar, kebahagiaan bisa dibeli dengan Uang. Saya akan berbagi pengalaman yang saya alami sendiri, tentu saja ini pengalaman pribadi, Anda boleh setuju juga boleh tidak setuju dengan saya.

Sabtu lalu, ketika saya naik ojek online mau ke Mall Grand Indonesia ketemu teman saya. Saat saya turun dari ojek online dan mau jalan masuk ke Mall Grand Indonesia, saya lihat di tepi jalan banyak pangkalan ojek online juga, dan ada satu moment yang saya perhatikan ada seorang mbak yang mengeluarkan uang 50ribu untuk membayar abang ojeknya dan ternyata abang ojeknya tidak ada uang kembalian.

Waktu itu saya pikir, mungkin beberapa saat lagi ada yang bisa menukarkan uangnya. Ternyata sudah lewat semenit tetap saja uang 50ribunya belum berhasil ditukarkan. Lantas saya tidak tahu kenapa tiba-tiba saya berbalik arah nyamperin mbaknya, biasanya saya cuek dan langsung masuk Mall 🙂

Saya bertanya, “Mbak butuh bayar berapa ke abang ojeknya?”. Mbaknya bilang, “Harganya 12ribu tapi saya mau bayar 15ribu.”, terus saya langsung keluarkan 15 ribu dari dompet dan segera membayar abang ojeknya. Mbaknya kemudian memberi 50ribu buat nukarin uang ke saya, dan saya dengan senyum bilang, ”Ga perlu Mbak”. Mbaknya juga tersenyum sambil bilang, “Terima kasih banyak ya”. Setelah itu saya langsung masuk ke Mall.

Entah mengapa sehabis kejadian itu perasaaan saya begitu bahagianya, bahkan sampai saya malam mau tidur pun saya merasa bahagia sekali. Jika saat itu saya menerima uang dari mbaknya, saya tidak begitu merasakaan kebahagiaan yang begitu luar biasa karena cuma sekedar membantu menukarkan duitnya saja.

Tapi, justru saat saya memberi dan tidak mengharapkan imbalan; saya merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Coba saat itu saya tidak punya uang 15ribu, saya tidak mungkin bisa membeli kebahagiaan yang tidak ternilai itu.

Lantas apa yang mendorong saya untuk tidak menerima uang dari mbak itu? Alasannya ada 2 :

Yang pertama karena saya pikir namanya berbuat baik ya tidak mengharapkan orang lain untuk membalasnya, kalau kita membantu orang lain dan mengharapkan orang lain membalasnya itu namanya perjanjian.

Yang kedua karena saya ingin memberikan harapan bahwa di dunia ini masih ada lho orang yang tidak kita kenal yang mau membantu kita tanpa mengharapkan imbalan apa pun. (Yuyong Chia)*

*Anggota dari Ordo Interbeing Indonesia, praktisi meditasi, ahli bahasa mandarin dan membuat boneka dari balon

A Cloud Never Dies

A Cloud Never Dies


Empat bulan lalu, ketika mendapat kabar bahwa papa mengidap sakit serius, saya langsung pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang, saya sempat menghubungi seorang guru saya, Bhante Bao Tang, dan menceritakan keadaan ini. Lalu saya bertanya, “Apa yang harus saya lakukan jika terjadi hal yang terburuk karena saya belum pernah kehilangan orang terdekat yang dikarenakan kematian, Bhante?

Beliau menjawab, “Dalam menghadapi kematian orang terdekat, kita harus hadapi dengan cara yang terbaik buat diri kita dan keluarga kita.

Kemudian beliau menceritakan pengalaman saat beliau kehilangan mamanya beberapa bulan lalu.

“Ketika saya tiba di sisi beliau yang telah meninggal, saya berdiri dan bernapas dan berkonsentrasi, melihat secara mendalam. Saya melihat bahwa mama saya sudah membelah dirinya menjadi 6 (anak) dan keluarga kandungnya. Bagian kecil dari dirinya telah meninggal, tetapi bagian besarnya masih hidup. Saya juga melihat bahwa bagian kecil dari diri saya telah meninggal tetapi masih ada bagian besar saya yang masih hidup. Dengan perenungan ini rasa sedih kita dapat diatasi.”

“Kemudian saya melakukan perenungan pertanyaan:

  1. Apakah saya sudah memaafkan kesalahan orangtua saya?
  2. Apakah saya menjengguk beliau setiap saya pulang ke Indonesia?
  3. Apakah saya sudah dapat menerima kekurangan beliau?
  4. Apakah yang beliau inginkan sudah terpenuhi?”

“Ketika saya bisa menjawab ‘iya’ atas semua pertanyaan itu, saya bisa melepas. Kesedihan karena kehilangan sosok itu tidak seberapa, karena kita tahu beliau masih dapat ditemukan di dalam diri kita dan keluarga kita.”

Dapat memahami hal ini membuat hati saya tenang dalam mempersiapkan sebuah kehilangan terbesar dalam hidup saya. Empat bulan terakhir ini saya belajar memahami arti sebuah kehilangan, memahami tentang anicca, melihat langsung bagaimana proses tua, sakit, dan mati, memahami betapa pentingnya kita mengetahui bagaimana mempersiapkan diri menghadapi kesakitan dan kematian dan betapa pentingnya kita belajar berdamai dengan rasa sakit dan ketika saat ajal menjelang.

Air mata tetap mengalir ketika saat itu tiba, tapi hati saya sudah jauh lebih tenang dan siap dalam menghadapi proses ini. Ketika melihat awan ataupun telapak tangan saya, saya tahu bahwa papa tetap ada dalam diri saya dan saya akan melanjutkan hidup papa dalam diri saya.

A cloud never dies…

“When conditions are sufficient, a cloud transforms into rain, snow, or hail. The cloud has never been born and it will never die. This insight of signlessness and interbeing helps us recognize that all lives continue in different forms. Nothing is created, nothing is destroyed, everything is in transformation. There is no real death because there is always a continuation.”
~Thich Nhat Hanh

Saya sangat bersyukur mendapat pemahaman yang sangat berharga ini sejak beberapa bulan lalu karena sangat membantu saya memahami dan melewati proses ini. (Rumini Lim)

Sayangi Bumi Bersihkan Dari Sampah

Sayangi Bumi Bersihkan Dari Sampah

Sahabat terkasih,

Melindungi bumi sudah menjadi tugas semua anak-anak bumi. Mari kita berusaha praktik hidup berkesadaran dengan menyanyangi bumi dan bersihkan bumi dari sampah-sampah yang membahayakan.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Bidang Pengelolaan Kebersihan 9 tips untuk mengurangi penggunaan plastik dalam keseharian, mari kita jadikan setiap hari menjadi hari peduli sampah nasional.

Simak visualgrafi berikut ini:

Mengembalikan Energi Positif

Mengembalikan Energi Positif
Dharma sharing bersama

Day Of Mindfulness (DOM) ini adalah kegiatan rutin yang diadakan 2 bulan sekali di Wihara Ekayana Arama. Hanya sehari saja dapat mengembalikan energi positif saya balik lagi ke dalam tubuh saya. Mengikuti DOM seperti menambah nutrisi ke dalam tubuh saya. Saya merasa segar kembali saat mengikuti acara ini setelah lelah menjalani hari weekday dengan tugas yang sekian banyak dan dihantui dengan deadline.

Fokus pada objek
Fokus pada objek tertentu adalah hal yang paling sulit dilakukan oleh banyak orang termasuk saya. Fokus pada objek dapat dilakukan dengan bermeditasi, memusatkan pikiran pada suatu objek. Meditasi duduk dapat merasa pegal dan kesemutan hanya dalam beberapa menit. Tetapi, meditasi duduk yang dilakukan di DOM ini berbeda yaitu dengan dipandu oleh pembimbing sehingga kita semua yang berada di ruangan yang sama dapat mengikuti instruksi yang diberikan oleh pembimbing.

Pikiran juga tidak mengembara ke mana-mana karena telah dikendalikan untuk mengikuti semua instruksi yang diberikan. Meditasi seperti ini akan berbeda dengan meditasi yang dilakukan sendiri tanpa instruksi. Bagi pemula, cocok untuk mengikuti arahan tersebut.

Setelah meditasi duduk, saya mengikuti meditasi jalan dan sebelumnya akan dipandu oleh pembimbing. Saya harus memperhatikan langkah demi langkah yang sama berikan kepada kaki saya sehingga saya dapat mengontrol langkah kaki sambil memperhatikan napas masuk dan napas keluar.

Breathing in I am arrived, Breathing out I am home”. Hal yang paling terpenting dalam diri adalah napas. Jika tidak ada napas, berarti kita sudah mati. Saya sangat bersyukur karena masih bisa bernapas. Dengan melaksanakan meditasi ini, saya dapat mengendalikan emosi yang muncul tanpa disadari.

Makan Berkesadaran
Terkadang, saat sedang terburu-buru, saya melupakan tentang makan pelan-pelan. Padahal itu diwajibkan untuk usus kita. Saya memang kurang menyayangi usus saya. Saya seringkali makan hanya 5-6 kunyahan lalu telan. Lambung dan usus saya sering sakit dan usus karena makanan yang tidak hancur, saya pernah dirawat di rumah sakit gara-gara itu.

Dari DOM ini, saya dapat kembali ke tubuh saya sendiri dan berusaha untuk sadar dan menyadari bahwa lambung dan usus adalah harta. Saya diajari untuk makan dengan sadar penuh dan mensyukuri bahwa saya masih bisa makan dengan normal dan merenungi asal makanan yang ada di depan saya.

Banyak orang yang terlibat agar makanan di depan saya dapat tersaji. Dari petani yang memanen padi untuk diolah menjadi nasi, sayuran yang dipanen, orang yang memasak makanan dan sebagainya. Dari situ saya menjadi sadar bahwa sulit sekali untuk mendapatkan semua.

Biasanya saya makan suka request, mau makan ini, mau makan itu. Tidak suka sayur, tidak suka buah. Tapi di sini, saya diajarkan untuk makan apa yang telah disediakan, jika tersedia makanan yang tidak disukai, disarankan untuk diambil tetapi jangan terlalu banyak. Setidaknya dapat merasakan rasa makanan itu. Jika makan dipenuhi dengan kesadaran, rasa makanan itu akan menjadi enak dan saya merasakannya.

Saya makan makanan yang saya tidak suka dari kecil. Rasanya ternyata berbeda dengan yang saya bayangkan. Entah kenapa, makanan itu enak sekali. Coba saja Anda praktikkan. Pasti akan merasakan hal yang berbeda dalam makanan yang awalnya tidak suka mungkin akan menjadi suka.

Relaksasi Total
Relaksasi total adalah cara untuk kita dapat beristirahat dengan total, membaringkan tubuh kita dengan relaks dan damai. Relaksasi total dapat menyegarkan tubuh kita kembali dan tidak menghasilkan mimpi. Tubuh ini membutuhkan istirahat karena telah seharian melakukan kegiatan yang membuat tubuh kita menjadi lelah dan capek.

Relaksasi total biasanya sesi yang disukai sama anak-anak dan remaja. Mereka dapat relaksasi sepenuhnya hingga kadang kebablasan. Kita harus menyayangi tubuh, mengetahui kapan tubuh ini lelah, kapan tubuh ini capek dan sebagainya. Praktik ini akan bermanfaat jika dilakukan secara rutin.

Biasanya saat relaksasi total akan dipandu oleh relawan sehingga pikiran kita diarahkan untuk memperhatikan apa saja yang harus diperhatikan. Dilengkapi dengan musik-musik yang dapat membuat pikiran nyaman dan menikmati musik berkesadaran yang bisa membuat suasana hati menjadi relaks.

Relaksasi total walaupun sebentar tetapi jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, setelah bangun akan terasa segar seperti sudah tidur selama 6 jam.

Sharing Dharma
Sebelum acara penutup, DOM biasanya suka mengadakan Dhamma Sharing yang mana peserta dapat berkenalan satu sama lain bagi yang belum kenal dan dapat memberikan pengalaman apa yang dirasakan selama seharian mengikuti acara ini.

Banyak orang yang memberikan pengalaman menarik dari yang lucu hingga yang benar benar mendapatkan manfaatnya. Semua peserta memberikan pengalaman apa yang dirasakan meskipun hanya sepatah dua patah kata. DOM biasa ditutup dengan berbagi jasa kebajikan kepada semua makluk. (Phinawati Tjajaindra, a.k.a Nuan*)

*Sedang menuntut ilmu di Sekolah Narada, Kelas 12

Damai Berawal Dari Senyum

Damai Berawal Dari Senyum
Praktik perenungan sebelum makan

Bermula dari membaca judul Walk With Me saya tahu tentang DOM (Day of Mindfulness) lalu saya cek kalender, ternyata saya belum ada acara. Kebetulan juga di tanggal yang sama, suami saya bertugas keluar kota. Saya bergegas mendaftar untuk 2 orang bersama anak saya. Syukurlah panitia mengizinkan saya membawa anak saya turut serta dalam latihan sehari itu.

Jujur, sebetulnya saat saya ikut DOM, saya sedang galau dan banyak konflik dalam diri. Saya memutuskan dalam hati untuk tetap menjalaninya, saya tetap hadir. Entah mengapa, tiba-tiba mood anak saya tiba-tiba berubah, mukanya seperti ada awan hitam, dia menyalahkan saya karena ajak dia ikut DOM tanpa izin dia terlebih dahulu.

Haduh, hati rasanya ingin pulang saja. Tapi sekali lagi, ada suatu kekuatan yang membuat saya tetap stay. Sembari terus berusaha mindful pada setiap acara, mendengarkan chanting Namo Avalokiteshvaraya, orientasi, wejangan Dharma, dan menonton film Walk With Me, saya perlahan-lahan mengumpulkan energi latihan kolektif yang baik dan sabar.

Ajaibnya, entah bagaimana dan keajaiban terjadi, mood anak saya mulai membaik setelah selesai makan siang. Ketika acara berakhir kita pulang dengan bahagia dan damai.

Akhir cerita, saya dan anak tercinta makan malam bersama sembari ngobrol asyik, tiada jutek-jutekan di antara kita.

Salam damai berawal dari senyum (Megawati Henry).

Tidak Perlu Jauh-jauh Ke Luar Negeri

Tidak Perlu Jauh-jauh Ke Luar Negeri
DOM di Wihara Buddhasena Bogor

Pertama kali mengenal Retret dan Hari Hidup Berkesadaran ialah sejak tahun 2010 ketika Master Zen Thich Nhat Hanh datang ke Indonesia. Karena retret tersebut telah menyentuh hati saya yang terdalam, sejak saat itu saya aktif mengikuti kegiatan Retret dan Hari Hidup Berkesadaran. Setiap ada kegiatan seperti ini, saya biasanya selalu bersemangat dan usahakan untuk datang.

Hari Hidup Berkesadaran, atau dalam bahasa Inggrisnya ialah Day of Mindfulness (DOM) biasanya mempunyai jadwal yang selalu sama: Registrasi, Orientasi, Meditasi Duduk, Meditasi Jalan, Dharma Talk, Meditasi Makan, Relaksasi Total, Sharing, Foto-foto, selesai.

DOM Special
Nah, ternyata DOM yang diadakan di Wihara Buddhasena Bogor tanggal 27 Januari 2018 kemarin mempunyai jadwal yang berbeda dari biasanya: Registrasi, Orientasi, Meditasi Duduk, Chanting Namo Avalokiteshvara, Gerak Badan Berkesadaran, Dharma Talk, Meditasi Makan, Qi Gong, Relaksasi Total, NoBar film Walk With Me, Foto-foto, selesai.

Day of Mindfulness kemarin itu sungguh sangat spesial karena adanya Chanting Namo Avalokiteshvara, Qi Gong, dan NoBar film Walk With Me. Bagi saya yang paling berkesan ialah NoBar film Walk With Me nya. Tidak hanya itu, peserta DOM kemarin ada yang berasal dari Columbia dan Myanmar juga. Saya pun kebetulan ditunjuk menjadi volunteer translator untuk mereka.

Film Walk With Me merupakan film dokumenter yang menceritakan mengenai kehidupan para monastik di Plum Village: Upacara penahbisan monastik, cukur rambut, kegiatan sehari-hari di Plum Village, retret yang diadakan di Plum Village, chanting Namo Avalokiteshvara, Meditasi Jalan dan Duduk di jalanan umum, dan lain sebagainya.

Batal Menonton
Sejak film Walk With Me tayang di bioskop di Eropa, saya pun berpikir kapan film itu bisa tayang di Indonesia. Saya sangat ingin menonton film tersebut. Ketika saya di Eropa bulan September – Oktober 2017 kemarin, saya rencananya ingin menonton film Walk With Me di Amsterdam tanggal 1 Oktober 2017. Awalnya saya bersemangat sekali untuk nonton film Walk With Me di Amsterdam, namun karena sudah lelah jalan-jalan dan orangtua juga kurang minat nonton, jadi akhirnya batal.

Tidak patah semangat, saat saya ke Thailand bulan Desember 2017 kemarin, saya mencari informasi mengenai penayangan film Walk With Me di Bangkok. Namun saya tidak berhasil mendapatkan informasi penayangan nya. Eh kemarin ini akhirnya film Walk With Me ditayangkan juga di Indonesia! Suatu keberuntungan saya akhirnya bisa menonton film Walk With Me ini di Bogor, kota kelahiran saya sendiri. Tidak perlu jauh-jauh lagi untuk menonton film tersebut.

Menonton Film Walk With Me

Suasana Damai
Tujuan utama saya ke Eropa kemarin ialah untuk mengunjungi Samanera Bhadrawarman (sepupu saya yang sudah menjadi Samanera dan sedang berlatih di Plum Village Perancis). Saya tinggal di Plum Village Perancis selama 5 hari. Lalu 5 hari nya lagi dipakai untuk jalan-jalan. Selama di Plum Village, saya merasakan betapa damai nya tinggal disana. Saya juga berkesempatan untuk mengikuti Day of Mindfulness di sana.

Tinggal selama 5 hari di Plum Village meninggalkan jejak yang cukup mendalam bagi saya. Oleh karena itu, ketika saya menonton film Walk With Me ini yang mayoritas di-shoot di Plum Village Perancis, saya bisa mengenang kembali bagaimana suasana damai di Plum Village, bagaimana suasana kehidupan para monastik di Plum Village.

Bertemu Zen Master
Karena film itu juga, saya bisa mengenang kembali bagaimana perasaan saya ketika pertama kali ikut Retret Hidup Berkesadaran yang dibimbing langsung oleh Master Zen Thich Nhat Hanh pada tahun 2010 lalu. Bagian yang paling menyentuh dari film Walk With Me ialah saat chanting Namo Avalokiteshvara. Di film itu diperlihatkan seorang wanita yang menangis tersedu-sedu saat mendengar chanting tersebut.

Saya pun langsung merasa wanita itu seperti diri saya sendiri saat pertama kali mendengar chanting Namo Avalokiteshvara di Retret Hidup Berkesadaran tahun 2010 lalu. Saat itu saya juga menangis tersedu-sedu saat mendengar chanting tersebut. Sungguh sebuah chanting yang sangat indah yang menyentuh hati terdalam!

Berkelanjutan
Karena saya ditunjuk menjadi volunteer translator, saya jadi berkesempatan untuk memperkenalkan Plum Village kepada orang Columbia dan Myanmar. Karena yang Columbia sudah 2 tahun di Indonesia, jadi bisa berbicara bahasa Indonesia walaupun masih belum terlalu lancar. Kalau yang Myanmar, karena baru 5 bulan di Indonesia, jadi hanya bisa mengerti beberapa kata dalam bahasa Indonesia. Saya pun kebanyakan menjadi translator untuk kedua orang Myanmar ini.

Sebenarnya lebih tepatnya sih menjadi teman yang menjelaskan kepada mereka, bukan hanya sebatas translate apa yang sedang dijelaskan oleh Bhante Nyanabhadra dan Sister Rising Moon. Saya jelaskan juga kepada mereka bagaimana pentingnya ikut retret atau DOM secara berkelanjutan.

Jeane Rooseline (Baris pertama, nomor dua dari kiri)

Bersama Komunitas
Retret atau DOM harus dilakukan secara berkala, agar kita ingat akan latihan Mindfulness. Tanggapan mereka pun baik. Mereka bilang mau ikut acara seperti ini lagi. Saya pun sebagai yang menjelaskan kepada mereka menjadi turut senang. Sungguh suatu hal yang baik jika kita bisa latihan Mindfulness secara berkala bersama dengan komunitas. (Jeane Rooseline)*

*Volunteer dan anggota dari Wake Up Bogor

When There Is A Will, There Is A Way

When There Is A Will, There Is A Way
Photo bersama. Edwin (baris kedua, dari kanan pertama)

“When there is a will, there is a way..”

Mungkin begitulah kalimat yang paling tepat menggambarkan hal yang saya rasakan. Hidup di hiruk pikuk kota ini, tekanan demi tekanan sudah menjadi makanan sehari–hari, baik itu pekerjaan, hubungan dengan teman, keluarga, pasangan dan lain sebagainya.

Tapi, dari semua itu, ada satu hal yang sangat mengganggu saya. Kemacetan!! Kenapa?? Ketika macet, begitu banyak orang yang melanggar lalu lintas, berkendara melawan arah, menerobos lampu merah, membunyikan klakson tiada henti, membawa kendaraan ugal–ugalan, angkutan umum yang berhenti untuk mencari penumpang di jalan yang sempit. Belum lagi kalau ditambah derasnya hujan!

Ingin marah rasanya melihat semua itu. Ketika pikiran kalut tak karuan, saya pun menarik napas dalam. Hm…..(tarik napas) Ah..(hembus napas)…. Dan dari hati kecil saya berkata… ting!! Sudah saatnya, saya berlatih hidup berkesadaran!

Ah, benar! Sudah lama, saya tak berlatih hidup lebih berkesadaran. Pengendalian emosi yang kurang merupakan pertanda saya harus me-recharge batin ini. Tapi kapan??

Dan tiba–tiba saja, selang beberapa hari, Darwin, seorang aktivis di Wihara Ekayana Arama mengajak saya menjadi volunteer Day of Mindfulness (DOM), Sabtu tanggal 3 Feb 2018.

Kebetulan yang keren sekali! Selain bisa berlatih, saya juga bisa berbuat lebih untuk komunitas. Tanpa pikir panjang, saya terima tawaran tersebut! Tugas saya hanya mengumpulkan teman–teman di hari Jumat pukul 19:00 untuk bersama–sama mempersiapkan tempat dan perlengkapan yang akan digunakan acara DOM.
Di mana ada keinginan, di sana ada jalan!! Di mana ada jalan, di sana ada rintangan!!

Mungkin pepatah lengkapnya begitu. Tiba–tiba, jumat pagi, telepon saya berdering dan muncul hal yang tak terduga, pekerjaan dadakan yang deadline-nya senin pagi. Luar biasa! Ketika tidak ada DOM, tidak pernah ada permintaan lembur, begitu mau ikut DOM, tiba–tiba diminta lembur!

Dengan pikiran yang cukup kaget, saya mulai mengerjakan pekerjaan saya. Tapi, rasanya tidak mungkin untuk menyelesaikannya dalam waktu 1 hari. Saya pun di minta lembur Jumat itu. Dan bila tidak selesai, maka harus di anjutkan Sabtu dan Minggu!

Aduh, bagaimana ini?!

Saya bulatkan tekad, untuk tetap pulang jam 5 agar bisa mempersiapkan DOM. Sabtu pagi, seperti biasa, saya harus mengajar dahulu sampai pukul 10, baru segera menyusul ke wihara untuk mengikuti DOM. Lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali bukan? Urusan pekerjaan dadakan, mau tak mau, Minggu pun saya harus lembur mengerjakannya. Berlatih itu penting, dan tanggung jawab pekerjaan juga penting.

Mungkin teman–teman bertanya, apa yang saya rasakan? Let me share, ini 3 manfaat yang saya dapatkan selama berlatih hidup sadar:

Pengendalian Diri
Jalanan adalah pemicu stress yang cukup tinggi bagi saya. Tapi mengikuti DOM dan mempraktikannya di kehidupan sehari-hari membuat pengendalian emosi jauh lebih baik. Saya belajar untuk sadar ketika melakukan sesuatu. Ketika berjalan, saya sadar saya sedang berjalan. Ketika makan, saya sadar saya sedang makan. Efeknya, ketika saya mau marah, akan muncul kesadaran ketika mau marah, sehingga, sebelum saya mengambil tindakan yang mungkin akan saya sesali, kemarahan itu sudah bisa saya atasi.

Lebih Tenang
In the here, in the now, No After, No Before”. Dengan mengingat kata–kata itu, saya menyadari, bahwa diri saya, berada di sini, saat ini. Sering kali, pikiran saya, berkelana, entah ke masa lalu, atau ke masa depan. Melalui praktik hidup sadar, saya berlatih untuk menyadari saat ini, di sini. Saya tak perlu memikirkan masa lalu atau masa depan. Cukup menikmati saat ini. Apa pun kondisi yang terjadi saat ini, itulah yang saya nikmati.

Rasa Syukur
Ketika relaksasi total, ada beberapa kalimat yang cukup berkesan,seperti :

“Melihat orang yang kita sayangi, adalah harta.”

“Mendengar kicauan burung adalah harta.”

Sering kali saya tidak bersyukur, padahal sebenarnya saya sudah memiliki segalanya untuk bahagia.
Ada orang yang mungkin tak bisa melihat, tapi saya bisa. Banyak orang yang mungkin terlahir tuli dan tak pernah mengerti indahnya kicau burung, sedangkan saya bisa.

Melalui relaksasi total, saya juga diajarkan untuk mensyukuri setiap bagian dari tubuh, yang secara tidak langsung sudah menopang kehidupan setiap harinya.

Terkadang saya terlalu banyak keinginan yang pada akhirnya membuat saya sulit untuk berbahagia.
Demikianlah sudah selesai sudah sharing singkat dari saya. Itulah manfaat yang bisa saya bagikan kepada teman–teman.

Tak perlu dipercaya, silakan buktikan dulu sendiri. Ingat, ketika ingin berlatih, kuatkan tekad karena walaupun jalan sudah terbuka lebar, masih banyak rintangan di depan sana.

Be happy and be mindful, always! (Edwin Halim)*

*Musisi dan sekaligus pakar IT

Bersyukur Mengenal Praktik Hidup Sadar

Bersyukur Mengenal Praktik Hidup Sadar

Pagi itu saya lagi berias seperti biasa mau ke kantor, tiba-tiba hp saya berdering. Krrring-krrring, waktu saya lihat teryata dari adik laki-laki saya.

Halooo dia berkata “Maafkan saya ya mungkin waktu hidup saya sekarang ini sudah tinggal sedikit lagi.” Jantung saya mulai berdegup kencang. Saya bertanya, “Kamu kenapa?” Saya mulai membatin kacau, karena saya tahu dia lagi kerja urus renovasi rumah tante saya, lalu saya berpikiran apakah dia jatuh dari atas rumahnya?

Ternyata saya keliru, dia bilang “Saya sakit”, ini sudah tidak sanggup hidup lagi. Saya bertanya lagi “Kamu kenapa?” Ternyata dia demam panas tinggi dan tidak mau dibawa ke rumah sakit.

Pukul 10 pagi, saat itu juga saya segera meluncur ke rumah orang tua saya untuk melihat keadaannya dan apa yang sebenarnya terjadi. Sesampai di sana, saya melihat dia mengoceh terus dan ngomonganya ngelantur berkata dia sudah mau mati. Dia merasa sudah tidak sanggup menahan rasa sakit atau rasa panas di tubuhnya.

Waktu itu saya hanya duduk dan berpikir apa yang perlu saya lakukan ya? Ok,saya coba! Saya masuk ke kamar dan meminta dia meletakkan jari manisnya di bawah hidung. Saya bilang, “Tarik napas masuk, hembuskan napas keluar.” Saya minta dia ulangi beberapa kali. Lalu saya bertanya apa yang dia rasakan, dia bilang, “Dada saya sesak”.

Saya kembali meminta dia untuk bernapas lagi seperti tadi, napas masuk, napas keluar. Beberapa saat kemudian ruangan kamar pun menjadi hening.

Saya pun berlalu keluar kamar dan duduk di ruang tamu sambil menunggu. Tak terasa 15 menit berlalu, adik saya keluar dari kamarnya menuju toilet. Setelah dari toilet dia berjalan menuju kembali ke kamar untuk istrahat.

Saya melihat dia di kamar sudah tidak berselimut lagi dan sudah Relaks “Breathe you are alive!” Keadaannya sudah lebih baik, saya pun memutuskan untuk lanjut pergi ke kantor. Saya bersyukur dapat mengenal mindfulness ini beberapa bulan sebelum kejadian ini. (Sri)*

*Wanita karir, bersuami satu dan dua orang anak.

Mindfulness Class: Meditasi Jalan

Mindfulness Class: Meditasi Jalan
Meditasi Jalan siswa-siswi SD

“Take my hand we will walk,
we will only walk.
We will enjoy our walk without thinking of arriving anywhere.”
~Thich Nhat Hanh

Anak-anak senang sekali berlari atau tergesa-gesa. Oleh karena itu, meditasi jalan bukan saja dilakukan untuk siswa SD dan SMP, tapi juga oleh murid PG dan TK.

Dalam sesi bersama anak TK, saya tidak menjelaskan secara panjang lebar kepada mereka. Saya hanya menjelaskan secara singkat bagaimana nanti berjalan dengan tenang dan hening, sambil berucap ‘Terima kasih, Bumi’ atau ‘Thank you, Earth’ di dalam hati, dalam setiap langkah. Kalimat ini sengaja dipilih agar mereka perlahan dapat memahami betapa bumi telah sangat berjasa dalam perjalanan kehidupan kita.

Awalnya mereka dapat berjalan pelan. Tapi setengah perjalanan mereka sudah mulai tidak sabar dan kembali berjalan seperti biasa (baca: cepat). Tapi ada beberapa anak yang benar-benar serius melangkah dengan perlahan sambil mengamati langkahnya. Sambil bergandengan tangan, mereka mengatur langkah agar tidak terlalu cepat ataupun terlalu lambat bersama temannya.

Lain halnya dengan siswa SD dan SMP. Saya sengaja mencari lokasi di luar sekolah agar mereka dapat menikmati suasana baru. Kebetulan di sebelah sekolah ada kebun yang sangat luas dan memiliki kolam. Anak-anak sangat antusias mengetahui akan bermeditasi jalan di sana. Setelah selesai melakukan meditasi jalan, mereka diberi kesempatan untuk menikmati suasana kebun. Mereka juga diingatkan untuk dapat mempraktikkan ini di rumah atau di mana saja. Dari gerbang sekolah hingga ke kelas pada pagi hari, dari kelas ke kamar mandi sekolah.

Setiap langkah sadar penuh adalah seperti kita sedang mencetak jejak kaki kita ke bumi. Menjejakkan kaki seperti mencium bumi dengan kaki. Kita seharusnya tidak mencetak kesedihan, kecemasan, dan ketakutan kita pada bumi, tapi cetaklah kebahagiaan, ketenangan dan kedamaian di setiap langkah kita. Kita dapat melakukannya sebanyak kita mau. Kapan saja ketika kita melangkah, kita dapat melakukan ini dengan penuh sadar.

Untuk siswa SMP pernah saya siapkan materi secara visual yang menerangkan tentang jalan berkesadaran ini sebelum mereka mulai mempraktikkannya. Beberapa video saya kumpulkan, diantaranya tentang flash mob meditation di Hong Kong dan trailer film ‘Walk With Me’. Sebagian besar kelas antusias menonton. Ini adalah pengetahuan baru bagi mereka.

Saat berjalan sadar penuh bersama para remaja ini, ternyata jauh lebih baik. Kami berjalan dalam hening, dengan perlahan, mengamati setiap langkah. Hanya ada dua atau tiga anak yang kurang konsentrasi. Tapi secara keseluruhan, saya senang mereka bisa mengikuti kegiatan ini. Hingga kembali ke kelas, suasana masih tetap tenang untuk beberapa saat. Beberapa anak mengakui menikmati jalan berkesadaran ini.

”I have arrived, I’m home
In the here, in the now
I’m solid, I’m free
In the ultimate, I dwell.”

Memberi pengetahuan dan pengalaman baru selalu deg-degan, harap-harap cemas tapi antusias. Saya tidak tahu seberapa banyak yang mereka serap dan ingat akan pelajaran-pelajaran ini. Tapi seperti kata guru saya, andaikan mereka tidak mendapat manfaatnya, paling tidak masih ada satu orang yang mendapatkannya. Saya. Ya, saya selalu mendapat pengalaman baru pada setiap kali kesempatan berbagi dengan mereka di kelas.

Di semester depan, telah saya siapkan beberapa materi baru lagi bagi mereka. Meditasi kerikil, meditasi kerja, meditasi gerakan, dan mengulangi beberapa materi sebelumnya. Mereka akan belajar bahwa meditasi tidaklah hanya berupa duduk diam dan memejamkan mata.

Meditasi adalah berlatih melakukan kegiatan keseharian kita dengan sadar penuh, baik dalam duduk, berjalan, berbaring, makan, kerja, bahkan mendengar suara lonceng atau genta. Sama halnya seperti sedang menanam benih kesadaran dan menyiraminya dengan baik setiap hari sehingga dapat tumbuh menjadi pohon yang kokoh dan berguna, berlatih hidup sadar penuh sejak masa kanak-kanak akan membangun banyak karakter positif dalam diri mereka tumbuh hingga dewasa kelak. (Rumini Lim)*

“When we are mindful, deeply in touch with the present moment, our understanding of what is going on deepens, and we begin to be filled with acceptance, joy, peace and love.” ~Thich Nhat Hanh

*Guru Sekolah Ananda di Bagan Batu, ia mengajar mindfulness class

Mulailah Dengan Napas Masuk dan Napas Keluar

Mulailah Dengan Napas Masuk dan Napas Keluar

Tahun 2015 sebuah organisasi buddhis yag bernama SIDDHI (Sarjana dan Profesional Buddhis Indonesia) mengadakan acara yang bernama SMS (Siddhi Mindfulness Sharing), Waktu itu saya bersama dengan suami saya memutuskan untuk mengikuti acara tersebut.

Tema kali ini membahas sebuah Buku yang berjudul “The Art of Power” bersama Pak Adi Putra dari Jakarta, yang kebetulan teman seperguruan waktu di jakarta.

Jujur acara ini adalah acara yang pertama kali saya ikuti di komunitas ini, acaranya dimulai dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore, saya tidak punya gambaran sama sekali acaranya seperti apa sebelumnya. Suasana di sana sungguh menarik, penuh dekorasi yang indah dan sejuk.

Nah waktu itu ada 2 orang biksu yang ikut hadir di acara tersebut. Acaranya dimulai dengan duduk hening. Saya hanya duduk dan melihat ke kanan dan ke kiri, saya berkata dalam hati ini duduknya mau seperti apa ya? Saya tidak tau kalau itu duduk meditasi. Saya juga belum pernah tau apa itu meditasi, lalu terdengar suara pemukulan Gong, Gong nya Besar sekali. Suasana pun langsung hening selama 15 menit. Setelah itu dilanjutkan dengan mendengarkan sharing mengenai buku” the art of power” yang disampaikan oleh Pak Adi Putra

Makan Siang Prasmanan
Pukul 12 siang tiba, ini adalah waktu yang paling saya tunggu-tunggu yaitu makan siang. Hati ini senang sekali. Nah waktu makan tiba kita semua mulai antri untuk ambil makanan kan, wahhh sayurnya enak sekali, o iya kita makan vegetarian ya, kata salah satu panitia. oh ok, no problem buat saya, tapi masalah buat suami saya, karena dia tidak suka makan sayur (senyum kecut).

Setelah selesai antri ambil makanan kita kembali duduk untuk makan bersama. Ini lebih seru lagi, panitia menjelaskan bagaimana cara makan di sesi makan bersama ini, teman-teman dalam sesi makan bersama ini, kita makan dengan hening ya selama 20 menit, dan kunyah sebanyak 32 kali, jadi tidak usah terburu-buru.

Dimulai dengan bunyi gong dan perenungan sebelum makan, waktu itu Saya tersenyum kecil sambil berpikir kunyah 32 kali. Saya masih belum mengerti apa ini. Saya tidak memperhatikan maksud dari semuanya ini. saya makan saja seperti biasa sambil melihat ke kiri dan ke kanan, serta sesekali senyum-senyum… melihat sekitar karena merasa aneh, dan lucu aja.

Napas Masuk, Napas Keluar
Kali ini adalah sesi penjelasan dari seorang Biksu (Brother), Sebelum mulai dengan apa yang mau dijelaskan brother bertanya, siapa saja yang baru ikut acara ini dan ternyata ada sekitar 50% dari para peserta yang baru pertama kali ikut acara ini.

Kemudian brother bertanya apa itu Mindfulness? ya kalau artinya sih Berkesadaran. Brother melanjutkan dengan bertanya lagi, kalau gitu yang dimaksud dengan berkesadaran itu apa? ya Sadar…???!!!! (jawab peserta)

Yang dimaksud dengan SADAR apa sih? Brother bertanya lagi. Suasana menjadi hening. Brother Menjelaskan cara atau proses kerja berkesadaran itu seperti apa

TUBUH:

  1. Identifikasi Napas Masuk, Napas Keluar
  2. Ikuti Napas Masuk, Napas Keluar
  3. Periksa Tubuh Napas masuk, Napas Keluar
  4. Relaks Napas masuk, Napas Keluar

PERASAAN:

  1. Nikmat Napas Masuk, Napas Keluar
  2. Bahagia Napas Masuk, Napas Keluar
  3. Periksa Perasaan Napas Masuk, Napas Keluar
  4. Relaks Perasaan Napas Masuk, Napas Keluar

Mulailah dengan Bernapas Masuk, dan Bernapas Keluar, melalui TUBUH dan PERASAAN. (Sri)*

*Wanita karir, bersuami satu dan dua orang anak.

Day of Mindfullness Sebagai Charger

Day of Mindfullness Sebagai Charger
Briefing sebelum chanting “Namo Avalokitesvaraya” oleh volunteers dan monastik

Bukan sekedar lima, enam, atau tujuh kali saya diajak ikutan DOM (Day of Mindfullness) yang diselenggarakan oleh teman-teman dari komunitas hidup berkesadaran Plum Village, bahkan saya sering melihat Informasi kegiatan ini muncul di wall Facebook saya, dan tentu saja ajakan itu selalu saya jawab dengan konsisten “kayaknya saya nggak bisa ikut deh”.

Sebenarnya bukan tidak bisa ikut, tapi ini soal “Mau atau tidak mau” ikut. Kalau sudah dari awal tidak mau ikut, maka akan muncul 1001 alasan untuk tidak ikut. Demikian sebaliknya, kalau sudah niat mau ikut, maka bagaimanapun godaan yang datang kita akan tetap berusaha untuk hadir”.

Kali ini saya diajak untuk jadi volunteer dalam kegiatan tsb bersama dengan teman saya, saya sanggupi, “okay saya ikut!”.

Bel Kesadaran
Hari sabtu pun tiba ditemani dengan hujan, Kegiatan dimulai pukul 08.30 dan saya tiba pukul 08.45. Saat saya masuk Sister Raising Moon sedang menjelaskan mengenai tata tertib, dan semua yang berkaitan dengan acara DOM ini. Instruksinya simpel, “Apabila anda mendengar bunyi bel, maka bawa kesadaran Anda kembali ke napas masuk, napas keluar di sini, dan saat ini”.

Sadari setiap aktivitas tubuh yang Anda lakukan, baik itu duduk, berjalan, makan, juga aktivas lainnya…. Berusaha untuk menyadarinya

Tentu saja semua peserta berusaha mengikuti instruksi yang diberikan, dalam kegiatan ini kita akan sering mendengar suara bel yang dibunyikan, seketika itu juga semua peserta diam. berusaha menyadari napas yang keluar dan masuk, berusaha untuk “kembali ke Rumah” ini, tubuh ini.

Ada kalanya saya tidak merasakan apa-apa, oh.. ternyata ini dikarenakan saya tidak hadir sepenuhnya pada present moment ini, tidak hadir sepenuhnya dalam napas ini.

Ada kalanya, saya merasa begitu nyaman, asik dan happy dengan napas ini, hadir bersama napas ini, damai. Namun kondisi tersebut timbul dan tenggelam, gambaran dari ketidakstabilan kesadaran saya.

Menyanyi Berkesadaran
Hal lainnya yang berbeda dalam kegiatan ini adalah peserta diajak untuk ikut menyanyikan lagu-lagu dari Plum Village, dalam bahasa Inggris maupun Indonesia. Lagunya singkat, namun padat bermakna. Dengan metode bernyanyi ini, kondisi relaksasi pun terbangun.

Dengan menggunakan metode bernyanyi ini, kita kembali diajak untuk sadar, hadir sepenuhnya di sini dan sekarang. Lirik lagunya menyejukkan hati, menenangkan dan menyadarkan, ini salah satunya :

“Happiness is here and now.
I have dropped my worries.
Nowhere to go, nothing to do. No longer in a hurry.

Happiness is here and now.
I have dropped my worries.
Somewhere to go, something to do.
But I don’t need to hurry”

Merasakan Makanan
Saat jam makan siang tiba, semua peserta perlahan berjalan menuju ke ruang makan di lantai dasar. Dengan perlahan menuruni tangga, berbaris rapi. Satu persatu peserta mengambil makanan dan masuk ke ruang makan, sambil menunggu peserta yang lainnya. Duduk dengan hening, sambil terus berusaha menjaga kesadaran. Memang bukan hal yang mudah, raut wajah boleh saja tampak tenang, namun belum tentu pikiran hadir di sini dan saat ini.

Makan dengan kesadaran adalah makan dengan dapat merasakan rasa makanan, tekstur makanan, dan semua aktivitas yang terjadi di dalam mulut kita. Saat mulut menyentuh makanan, lidah merasakan rasa, gigi yang saling bertautan sampai dengan tenggorokan yang merasakan makanan lewat.

Makan kali ini terasa lebih lama, lebih lamban namun lebih berarti. Menjadi berarti karena kita dapat merasakan rasanya makan, makan tanpa buru-buru. Acap kali ketika merasakan makanan enak saat makan, kita akan makan satu suap ke suapan berikutnya secara cepat, karena ingin segera merasakan rasa enak pada suapan berikutnya.

Namun dengan cara makan seperti itu, sebenarnya kita sama sekali tidak benar-benar merasakan rasa enaknya makan. Rasa enaknya makan hanya akan muncul saat kita makan dengan penuh kesadaran, hadir secara utuh di sini dan saat ini.

Kedengarannya memang mudah, tapi perlu latihan yang konsisten. Dalam kegiatan DOM ini, kembali kita diingatkan, dikondisikan dan diajarkan untuk makan secara berkesadaran.

Senam & Yoga
Aktivitas meditasi duduk dalam jangka waktu tertentu dapat membuat beberapa bagian tubuh kita menjadi pegal-pegal dan kurang nyaman. Namun jangan khawatir, dalam kegiatan DOM kita diajak untuk Senam berkesadaran dan Yoga. Saya sendiri merasakan hal ini sangat membantu merelaksasikan otot-otot tubuh yang tegang, dapat disebabkan karena aktivitas kerja sehari-hari kita maupun karena duduk terlalu lama.

Gerakan senam yang diajarkan tidaklah rumit, hanya berupa gerakan sederhana namun tepat sasaran. Gerakan tubuh harmoni dengan napas masuk dan napas keluar, sehabis mengikuti senam dan yoga saya merasakan otot-otot tubuh menjadi relaks dan nyaman saat kita kembali melakukan meditasi duduk.

Anton (Baris atas, nomor 2 dari kiri)

Walk With Me
Walk With Me” merupakan sebuah film yang dibuat di Plum Village, menceritakan kehidupan Monastik Zen di sana dengan aktivitas harian mereka mulai dari menyiapkan makanan, mencukur rambut, menyambut peserta retret/tamu, menghadiri wejangan Dharma dari Bhante Thich Nhat Hanh, dan duduk untuk meditasi. Menggambarkan perjuangan para monastik yang bertahun-tahun menjalani latihan sebelum menemukan kedamaian batin. Tidak banyak percakapan yang terjadi di film tersebut, namun pesannya jelas akan membuat kita tersadarkan betapa berharganya kedamaian batin.

Kesemua aktivitas yang dirancang dalam kegiatan DOM ini tidak lain adalah sebuah upaya untuk memunculkan kembali kesadaran kita di sini dan saat ini. Bagi kita yang selalu sibuk dengan semua rutinitas, tentu butuh sesekali “berhenti” sejenak dan kembali menyadari tubuh dan pikiran ini. Kebanyakan dari kita sering mendengar tentang meditasi, tau bagaimana bermeditasi, tau arti penting untuk selalu hidup sadar, namun seberapa baik praktik berkesadaran kita?

Kegiatan DOM ini ibarat Charger, charger untuk men-charge latihan kita untuk menyadari tubuh dan pikiran ini. Charger untuk kualitas diri yang lebih baik. (Anton Vijja Nanda)*

Marilah terus berlatih, hingga mencapai kesadaran tertinggi
Marilah terus berlatih, hingga mencapai kebuddhaan yang sempurna

*Peserta dan Voulentir DOM Pusdiklat Bodhidharma Jakarta, 20 Jan 2018

NoBar Perdana Walk With Me

NoBar Perdana Walk With Me
Kshantica: baris depan, kedua dari kiri

Ketika Bhante Nyanabhadra pertama kali menanyakan; “Indonesia, siapkah screening Film Walk With Me?

Saya sama sekali tidak tertarik, saya tidak berbakat untuk membuat video sependek apapun filmnya, sehingga saya tidak menjawab apa pun ketika itu.

Beberapa bulan berlalu, kembali topik film ini ditanyakan, akhirnya penasaran saya bertanya, “Siap apa sebenarnya?

Ternyata kesiapan yang dimaksud adalah kesiapan untuk tayang di bioskop seperti peruntukan film ini dibuat oleh Marc J. Francais & Max Pugh, menyusul negara-negara lain yang sudah tayang di sinema umum seperti di Perancis, Thailand, Taiwan, dan Selandia Baru.

Ini bukanlah referensi film, jadi saya tidak akan mengulas film dokumenter Walk With Me namun menceritakan rasa yang timbul saat menontonnya.

Akhirnya nobar (nonton bareng) film ini diadakan perdana dalam Day of Mindfullness di Pusdiklat Bodhidarma, pada Hari Sabtu tanggal 20 Januari 2018. Membludaknya pendaftar dibandingkan kapasitas umum Pusdiklat tidak menyurutkan semangat berlatih mempraktikkan meditasi terapan ini.

Film ini sungguh luar biasa, selama menonton saya berdoa, semoga suatu hari nanti ketika semangat belajar ajaran Guru sudah jauh menyusut, ketika orang-orang sudah melupakan cara berlatih, lupa cara hidup dalam komunitas, ketika orang-orang lupa bahwa monastik juga memiliki orang tua dan mereka diizinkan untuk bertemu sanak keluarga, ketika orang-orang sudah lupa bahwa belajar ajaranNya bukan berarti hanya duduk memegang dupa, mendaraskan doa sepanjang hari, saat itulah film ini ditemukan kembali. Haru biru menyelimuti hati, luar biasa… Luar biasa… Luar biasa…

Dalam ceramahnya, Bhante Nyanabhadra mengingatkan bahwa Kita saat ini berlatih menerapkan kesadaran dalam setiap kegiatan keseharian, kita menyadari bernapas mendalam dan lambat. Berperilaku kalem dan ease, selalu hidup present moment (kekinian), dan tahu saat ini adalah saat terindah. Saya menjadi mengerti hidup berkesadaran adalah sebuah sebuah seni, bisa dipelajari, seiring latihan maka makin terasah.

Sepanjang berlatih, energi kolektif positif dari semua peserta, volunteer dan Sanggha menular, sungguh sangat meditatif, saya hidup sekarang, saat ini, I am joy! (Kshantica)