Ada tanggapan dari sebagian besar orang menyebutkan bahwa yang namanya kebahagiaan itu tidak bisa dibeli dengan uang, bahkan tidak ternilai harganya. Apakah benar kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang?
Saya menjawab BISA! Iya benar, kebahagiaan bisa dibeli dengan Uang. Saya akan berbagi pengalaman yang saya alami sendiri, tentu saja ini pengalaman pribadi, Anda boleh setuju juga boleh tidak setuju dengan saya.
Sabtu lalu, ketika saya naik ojek online mau ke Mall Grand Indonesia ketemu teman saya. Saat saya turun dari ojek online dan mau jalan masuk ke Mall Grand Indonesia, saya lihat di tepi jalan banyak pangkalan ojek online juga, dan ada satu moment yang saya perhatikan ada seorang mbak yang mengeluarkan uang 50ribu untuk membayar abang ojeknya dan ternyata abang ojeknya tidak ada uang kembalian.
Waktu itu saya pikir, mungkin beberapa saat lagi ada yang bisa menukarkan uangnya. Ternyata sudah lewat semenit tetap saja uang 50ribunya belum berhasil ditukarkan. Lantas saya tidak tahu kenapa tiba-tiba saya berbalik arah nyamperin mbaknya, biasanya saya cuek dan langsung masuk Mall 🙂
Saya bertanya, “Mbak butuh bayar berapa ke abang ojeknya?”. Mbaknya bilang, “Harganya 12ribu tapi saya mau bayar 15ribu.”, terus saya langsung keluarkan 15 ribu dari dompet dan segera membayar abang ojeknya. Mbaknya kemudian memberi 50ribu buat nukarin uang ke saya, dan saya dengan senyum bilang, ”Ga perlu Mbak”. Mbaknya juga tersenyum sambil bilang, “Terima kasih banyak ya”. Setelah itu saya langsung masuk ke Mall.
Entah mengapa sehabis kejadian itu perasaaan saya begitu bahagianya, bahkan sampai saya malam mau tidur pun saya merasa bahagia sekali. Jika saat itu saya menerima uang dari mbaknya, saya tidak begitu merasakaan kebahagiaan yang begitu luar biasa karena cuma sekedar membantu menukarkan duitnya saja.
Tapi, justru saat saya memberi dan tidak mengharapkan imbalan; saya merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Coba saat itu saya tidak punya uang 15ribu, saya tidak mungkin bisa membeli kebahagiaan yang tidak ternilai itu.
Lantas apa yang mendorong saya untuk tidak menerima uang dari mbak itu? Alasannya ada 2 :
Yang pertama karena saya pikir namanya berbuat baik ya tidak mengharapkan orang lain untuk membalasnya, kalau kita membantu orang lain dan mengharapkan orang lain membalasnya itu namanya perjanjian.
Yang kedua karena saya ingin memberikan harapan bahwa di dunia ini masih ada lho orang yang tidak kita kenal yang mau membantu kita tanpa mengharapkan imbalan apa pun. (Yuyong Chia)*