Surat dari lubuk hati terdalam

Surat dari lubuk hati terdalam
Thầy dan Br. Pháp Hữu di India

Thầy terkasih,

Selagi kami duduk dalam pelukan lembut Sangha Plum Village sedunia, sembari menulis surat ini untuk Thầy, hati kami dipenuhi dengan rasa syukur dan hormat mendalam. Sudah dua tahun sejak kehadiran fisik Thầy kembali ke Ibunda Pertiwi, namun kehadiran dan semangat Thầy terus menerangi jalan bagi kami, para siswa dan yang lainnya.

Sebagai murid-muridmu, kami mendapat kehormatan dan keistimewaan untuk berjalan di sampingmu, menyerap kedalaman kebijaksanaanmu dan welas asih tanpa batas yang engkau pancarkan. Ajaran Thầy bukan hanya sekedar pelajaran, tetapi juga merupakan pengalaman hidup yang meresap ke dalam kehidupan dan interaksi kami sehari-hari. Kehadiran Thầy adalah tempat kedamaian, sebuah bukti dari kekuatan perhatian penuh dan cinta kasih.

Engkau mengajari kami, melalui teladanmu yang menerangi, bahwa meskipun dalam menghadapi kesulitan dan kesusahan, api aspirasi dapat menyala terang, tak pernah padam.

Hidup Thầy adalah pesan Thầy itu sendiri, merangkul lumpur dan teratai kehidupan, disatukan dari kain ketabahan dan komitmen yang tak tergoyahkan untuk perdamaian, di saat-saat tergelap, Thầy tetap menjadi mercusuar harapan, menunjukkan bahwa kedamaian batin adalah fondasi bagi perdamaian umat manusia.

Petualangan Thầy bukan hanya milik Thầy sendiri. Itu juga menjadi petualangan kami. Melalui matamu, kami belajar untuk melihat dunia dengan penuh kasih dan pengertian. Engkau menunjukkan kepada kami keterkaitan antara semua kehidupan, mengingatkan kami bahwa kita tidak terpisahkan, tetapi sangat terhubung satu sama lain dan dengan Bumi. Ajaran Thầy tentang perhatian penuh, tentang menghargai setiap momen, tentang hidup dengan penuh semangat dan cinta, adalah anugerah yang tak terukur nilainya.

Sembari kami terus berjalan di jalan yang telah Thầy tunjukkan kepada kami, kami merasakan komitmen yang mendalam untuk menjadi penerus warisan Thầy. Bimbinganmu tetap hidup dalam diri kami masing-masing, murid-muridmu, saat kami berusaha untuk mewujudkan dalam pikiran, kata-kata, dan tindakan kami, pintu-pintu Dharma yang telah engkau sampaikan kepada kami. Kami bertekad untuk selalu waspada, menumbuhkan kedamaian dan pengertian di dalam hati kami, dan menyebarkan kedamaian tersebut ke seluruh dunia.

Ketidakhadiranmu sangat terasa, namun kami menemukan pelipur lara dengan mengetahui bahwa engkau masih bersama kami, dalam gemerisik dedaunan, dalam keheningan meditasi, dalam senyuman yang engkau tebar, dalam saat-saat hening untuk merenung, dan dalam komunitas yang hidup ini; karya agungmu. Engkau mengajarkan kepada kami bahwa hidup ini tidak kekal, tetapi cinta dan pengertian adalah warisan yang bertahan dari generasi ke generasi.

Terima kasih, Thầy, atas bimbinganmu yang tak tergoyahkan, kasih sayangmu yang tak ada habisnya, dan pelajaran tak ternilai yang terus membimbing kami. Kami berjanji untuk meneruskan obor ajaran Thầy, memastikan bahwa esensi dari Plum Village terus berkembang dan menyentuh hati banyak orang.

Dengan rasa terima kasih dan cinta yang terdalam,

Kami murid-muridmu

dari Br. Pháp Hữu

Alih bahasa oleh Andy Setiawan dari Instagram

Menghargai Semua Hal-hal Kecil

Menghargai Semua Hal-hal Kecil
Nomor dua dari kiri: Rohliyanah Saragih

Saya seorang muslimah. Per Juli 2019, saya sudah mengajar selama dua tahun di Sekolah Ananda. Di sekolah tersebut ada program pelatihan khusus DOM (Day of Mindfulness). Pelatihan itu adalah praktik hidup berkewawasan. Entah bagaimana, kok praktik hidup berkewawasan seperti ini malah membuat saya lebih dekat dengan Tuhan.

Saya merasa bersyukur dan sadar bahwa Tuhan selalu memberikan saya napas, itulah yang saya butuhkan untuk hidup. Tanpa makanan dalam sehari saya masih bisa hidup, namun saya tidak akan bisa hidup jika tidak bernapas walau hanya 15 menit saja.

Kesadaran sepenuhnya

Mindfulness adalah momen kewawasan (kesadaran sepenuhnya) di sini dan saat ini. Latihan yang membawa atensi sepenuhnya terhadap apa pun yang sedang kita lakukan. Pertama-tama saya merasa nyaman mempraktikkan cara teknik demikian. Saya juga merasa ada energi kesabaran ketika di sekolah. Ada kekuatan kesabaran yang saya rasakan ketika harus menghadapi orang tua yang terkadang tidak puas dengan sekolah, terkadang saya pun ikut kena marah.

Ketika saya ingat mindfulness, saya jadi ingat bernapas masuk dan bernapas keluar. Saya menjadi sadar untuk tetap sabar, ketika saya membalas kemarahan dengan senyum kecil tulus di bibir, kemarahan mereka juga mulai berkurang sedikit. Selain menenangkan diri, ternyata saya menyadari lagi bahwa saya sering tidak sadar (terburu-buru) ketika mengerjakan pekerjaan rumah. Sekarang saya bisa lebih santai, lebih sadar, dan bersyukur dalam mengerjakan pekerjaan rumah.

Praktik mindfulness di sekolah hanya diadakan sebulan sekali, walaupun demikian saya merasa memberikan pengaruh kepada kehidupan saya. Mindfulness mengajari saya berbahagia sendiri terlebih dahulu untuk bisa ikut membahagiakan orang di sekitar. Saya diajarkan untuk menyayangi tubuh sendiri, menjaga asupan-asupan makanan yang saya santap.

Salah satu praktik mindfulness adalah makan dengan hening. Saya menjadi sadar bahwa saya sering jahat dengan lambung saya, makan terburu-buru, padahal dalam Islam diajarkan untuk makan dengan perlahan, namun saya sering alpa. Saya menjadi sadar kembali bahwa perlu makan dengan sadar dan mengunyah lebih banyak lagi agar lambung tidak bekerja keras, sekaligus membantu saya memilah asupan apa saja yang pantas masuk ke dalam tubuh saya.

Saya belajar menyayangi bumi, melakukan hal-hal kecil seperti buang sampah pada tempatnya, menghemat air. Saya sering kurang sadar, makanya sering memboroskan air, saya membiarkan air keran terus mengalir. Saya ingin menjaga bumi, jika saya memboroskan air terus maka saya salah satu orang yang bersalah terhadap anak saya sendiri, mungkin nanti generasi akan datang akan kekurangan air.

Plum Village Thailand

Bersabar berbaur

Saya mengikut retret mindfulness pada bulan Juli 2019. Saya berterima kasih kepada Ibu Ani telah menggabungkan saya dengan teman-teman yang berbeda karakter. Saya menjadi tahu bagaimana kasih seorang ibu kepada anaknya. Ada satu pengalaman waktu saya shalat, ada yang mengedor-gedor pintu yang saya harus menggunakan teknik napas masuk napas keluar untuk mengatasinya. Akhirnya saya memilih untuk membatalkan shalat saya agar orang lain tidak terganggu.

Berlatih dengan Bhante Nyanabhadra selama tiga hari membuat saya sadar untuk menikmati hari ini jangan memikirkan masa lalu atau masa depan , “Mindfulness is the energy of be being aware and awake to the present moment”. Saya baru pertama kali bertatapan langsung dengan seorang bhante. Retret ini saja jadi tahu bagaimana seorang bhante yang berbaur dengan orang-orang di sekitarnya. Tidak ada jarak di antara kami. Kami makan bersama, bahkan waktu sarapan saya melihat dengan jelas bhante mau memindahkan piring sendiri ke sebelah untuk kami. Belum lagi saya benar-benar terheran saat melihat duduk bhante yang bersila sampai berjam-jam tanpa gelisah.

Semua pelajaran yang diberikan Bhante sangat berguna. Salah satu perkataan bhante adalah “jangan membungkus seseorang“, maksudnya tidak selamanya seseorang itu salah, bisa saja saat itu orang itu memang salah, tetapi kita tidak tahu besok seseorang itu bisa berubah dan belajar dari kesalahannya.

Perkataan lain dari bhante adalah “jangan menilai seseorang dari luar“, saya pun jadi memahami bahwa selama ini saya hanya menilai dari luar tidak dari dalam. Saya juga sangat suka saat bhante membunyikan lonceng dengan kata satukan pikiran, jadi jika tadinya pemikiran sudah bercabang-cabang, saat mendengar lonceng maka saya kembali lagi hadir seutuhnya.

Menikmati kehidupan

Dengan retret ini saya akan lebih kuat lagi menghadapi orang tua murid yang marah-marah karena bhante sudah memberi metodenya dengan bibo (breathing in breathing out) dan membersihkan ruang tamu hati agar negativitas dari gudang kesadaran bisa segera tenang, dan jarang masuk ke ruang tamu pikiran.

Terima kasih Bhante telah banyak memberi ilmu dan metode untuk kehidupan ini. Terima kasih Ibu Ani, saya bisa bertemu bhante, saya menjadi lebih bersyukur dan menikmati kehidupan saya.

Ada satu lagi yang terlewat saya ceritakan, yaitu ketika sesi siram bunga, hampir rata-rata memuji saya tidak pernah marah dan selalu senyum mulai dari pagi sampai sore hehehe. Sekali lagi terima kasih untuk retret ini mudah-mudahan tahun depan bisa ada retret lagi.

ROHLIYANA SARAGIH, guru sekolah Ananda, Bagan Batu.