Memupuk Cinta Kasih dan Pengertian

Memupuk Cinta Kasih dan Pengertian

Begawan Buddha, Engkau telah mengajarkan kepada kami untuk tidak menyesali masa lalu atau terhanyut dalam kecemasan dan ketakutan akan masa depan. Aku melihat di sekitarku banyak yang terhanyut dalam kecemasan dan ketakutannya. Kecemasan ini mencegah kami untuk berada dalam kedamaian dan hidup secara mendalam di saat ini. Aku mempunyai wewenang dan kemampuan untuk merencanakan masa depan, tetapi aku tidak perlu terhanyut dalam kecemasanku akan masa depan.

Pada kenyataannya, aku tahu bahwa masa depan terbentuk dari masa sekarang. Ketika aku hidup pada saat ini secara mendalam dan aku hanya berpikir, berucap, dan melakukan hal-hal yang dapat membawa pengertian, cinta kasih, kedamaian, keselarasan, dan kebebasan ke dalam situasi saat ini, maka aku telah melakukan seluruh hal yang mampu aku lakukan untuk membangun fondasi bagi masa depan yang cerah.

Ke mana pun arah masa depan dunia ini dan apakah keturunanku akan memiliki kesempatan untuk hidup dengan bahagia dan bebas atau tidak bergantung pada bagaimana aku hidup di saat ini. Untuk memastikan masa depan yang bahagia dan damai bagi keturunanku, aku akan berlatih hidup sederhana, memupuk hati dan pikiran yang penuh pengertian dan cinta kasih, dan hidup harmonis dengan semua orang di sekelilingku sebagai saudara dan saudari sejati dalam keluarga spiritual.

Jika aku terus mengejar kekuasaan, ketenaran, kekayaan, dan otoritas maka aku tidak punya waktu untuk hidup dengan damai dan bebas. Aku juga akan terus mengeksploitasi sumber daya yang tidak diperlukan dari planet bumi ini, merusak lingkungan dan membawa perselisihan serta kebencian di dunia. Ini bukanlah perbuatan yang positif bagi diriku, bagi lingkungan, atau generasi masa depan.

Begawan Buddha, semoga aku dapat mengabdikan hidupku untuk memupuk kesadaran jernih akan diriku sendiri dan lingkunganku dalam setiap momen agar dapat meneruskan jalan-Mu yang tercerahkan dalam melihat dan bertindak di dunia. Inilah jalan hidup yang paling mulia.

Menyentuh Bumi


Begawan Buddha, dengan tubuh, ucapan, dan pikiran bersatu padu, aku menyentuh bumi di hadapan-Mu yang telah mencapai pengertian dan tindakan yang tercerahkan. [Genta]

Kebahagiaan Sejati

Kebahagiaan Sejati

Begawan Buddha, Engkau dan sangghaMu adalah guru yang telah melahirkan aku ke dalam kehidupan spiritual dan terus menutrisi aku setiap hari. Aku adalah muridmu, aku adalah adikmu, aku juga adalah anakmu. Aku ingin menjadi kelanjutanmu yang layak. Engkau tidak mencari kebahagiaan dalam ketenaran, kekayaan, nafsu seksual, jabatan, makanan enak, dan kekayaan materi. KebahagiaanMu lahir dari kebebebasan, cinta kasih, dan pengertian.

Berkat pengertian mendalam, Engkau tidak terkaburkan oleh pikiranmu dan lingkungan juga tidak terjebak dalam pikiran keliru. Engkau tidak berucap, berpikir, atau melakukan sesuatu yang akan mengakibatkan penderitaan bagi dirimu dan pihak lain. Begawan Buddha, berkat pengertian mendalam ini, Engkau memancarkan cinta kasih tanpa batas kepada semua spesies. Cinta kasih demikian begitu menyejukkan hati, membebaskan, dan membawa kedamaian dan sukacita kepada semua makhluk. Pengertian mendalam dan welas asihMu membawa kebebasan dan kebahagiaan. Tekadku terdalam adalah mengikuti jejakMu. Aku bertekad tidak akan mencari kebahagiaan lewat lima jenis kenikmatan. Kekayaan, ketenaran, nafsu seksual, kekuasaan, makanan enak dan kekayaan materi bukanlah sumber kebahagiaan sejati.

Aku tahu, jika aku terus mengejar objek kemelekatan itu, berarti aku sedang membuat diriku sengsara dan menjadi hamba objek-objek itu. Aku bertekad tidak akan mengejar jabatan, diploma, kekuasaan, kekayaan, dan seks. Aku bertekad untuk berlatih membangkitkan pengertian, cinta kasih, dan kebebasan. Inilah elemen yang menjadi sumber kebahagiaan sejati bagiku dan sanggha di masa kini dan nanti.

Menyentuh Bumi

Tubuh, ucapan, dan pikiran bersatu padu, aku menyentuh bumi tiga kali untuk menyelami dan mengokohkan aspirasi mendalamku ini. [Genta]