Langkah Sederhana Menerapkan Kewawasan dalam Mengasuh Anak

Langkah Sederhana Menerapkan Kewawasan dalam Mengasuh Anak

Sumi Loundon Kim menawarkan lima tips kewawasan (Mindfulness) bagi para orang tua yang sibuk.

Ibu dan Anak, foto oleh Zahed Ahmad (Lion’s Roar)

Terlalu sibuk membaca seluruh artikel ini karena mengejar anak-anak? Inilah 5 langkah pintas yang bisa dilakukan untuk membawa kewawasan dalam mengasuh anak-anak Anda.

  1. Saat anak-anak ada di sekitar Anda, singkirkan semua gawai, termasuk ponsel, smartwatch, atau laptop. Meyingkirkan semua itu secara otomatis meningkatkan kewawasan waspada Anda terhadap anak-anak Anda tanpa upaya apa pun.
  2. Bacakan buku cerita dengan tema kewawasan untuk anak-anak Anda. Buka situs web perpustakaan Anda untuk memesan beberapa buku yang dapat diambil dari list ini.
  3. Putar lagu-lagu kewawasan anak-anak, terutama saat naik mobil. Lagu-lagu tersebut dapat ditemukan di sini.
  4. Menjelang tidur, bersama-sama berlatih meditasi cinta kasih (metta) selama 3 menit. Gunakan tiga kalimat ini: Semoga ___ bahagia. Semoga ___ menjadi sehat. Semoga ___ aman dan nyaman. Ulangi baris ini, isilah bagian yang kosong dengan diri sendiri (semoga aku bahagia), seorang teman (semoga guruku bahagia), alam (semoga semua panda, beruang bahagia), dan semua makhluk (semoga semua makhluk bahagia).
  5. Jika semua anak Anda berusia tiga tahun ke atas, sempatkan diri Anda untuk berlatih meditasi selama 5-20 menit 3-5 kali seminggu. Jika Anda seorang pemula, Anda bisa menggunakan tuntunan meditasi, seperti dari Tara Brach atau dari direktur UCLA MARC’s, Diana Winston.

Untuk mengurangi rasa kewalahan, mulailah dengan memilih satu dari lima langkah di atas. Setelah itu integrasikan ke dalam rutinitas Anda, perlahan tapi pasti.

Punya banyak waktu lebih untuk membaca? Tentu saja Anda punya – merapikan mainan anak-anak bisa menunggu sampai besok. Ayo, minum kopi sembari saya jelaskan sedikit tentang bagaimana cara kerja praktik ini.


Perangkat

Dari semua hal di dunia ini yang dapat mengganggu, ada suatu hal mengenai internet – perangkat pintar yang terhubung ke internet tersebut membuat banyak orang menyebutkan sebagai perusak kewawasan. Jika ditarik ke sepuluh tahun yang lalu, kita sebagai orang tua tidak memiliki kecanduan ini, sedangkan sekarang perhatian kita tersedot ke layar yang kita genggam setiap saat.

Hal yang mengejutkan adalah anak-anak tahu bahwa ketika kita menggunakan perangkat-perangkat tersebut, kita tidak sepenuhnya berada bersama mereka. Sebuah survei dilakukan terhadap 2.000 anak usia 5 hingga 12 tahun di Kerajaan Inggris mengungkapkan bahwa lebih dari separuh anak-anak ini ingin orang tuanya mengurangi penggunaan ponsel. Jika Anda meletakkan ponsel Anda jauh-jauh, Anda akan secara otomatis menjadi lebih dekat dengan mereka, meskipun hanya untuk menghilangkan kebosanan! Saya mengenal seorang ayah yang berkewawasan, ia meletakkan ponselnya di rak tinggi di lemari dapur ketika anak-anaknya ada. Ia memiliki langganan koran karena menemukan perbedaan kualitas ketika membaca berita dari halaman kertas koran dibandingkan membaca berita di perangkatnya.

Anda juga dapat mempraktikkan “batching”: saat anak-anak tidak ada, Anda dapat mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan komputer dan mengakumulasikan tugas-tugas rumah tangga Anda menjadi sebuah batch terlebih dahulu. Ketika anak-anak di rumah, lakukan batch rumah tangga dan biarkan tugas-tugas yang berhubungan dengan komputer terakumulasi ke dalam batch lain untuk dikerjakan nanti.

Buku cerita

Jika Anda sudah rutin membacakan buku anak-anak bersama mereka, cukup mudah untuk menambahkan koleksi baru, judul baru yang membantu mengeksplorasi kemampuan dasar kewawasan anak-anak Anda melalui cerita-cerita yang menarik. Sebagai tambahan keuntungan, Anda akan mendapatkan pembelajaran sendiri mengenai latihan kewawasan ini. Buku-buku cerita dapat memberikan sudut pandang pengajaran baru yang tidak datang dari posisi Anda sebagai orang tua. Begitu banyak buku bagus di luar sana dan kita kesulitan memilihnya, namun Anda bisa memulai dengan buku-buku dibawah ini:

No Ordinary Apple oleh Sara Marlowe
No Ordinary Apple memperkenalkan kewawasan dalam menyantap makanan. Anak Anda pasti ingin mencobanya sendiri setelah membaca buku ini. Anda bisa berlatih memakan Apel dengan berkewawasan bersama anak Anda.

Moody Cow Meditates oleh Kerry Lee MacLean
Buku ini disukai oleh anak-anak karena banyak bentuk emosi Moody Cow yang mudah dikenali. Kakeknya mengajarkan cara menenangkan pikirannya dengan menggunakan kendi berisi glitter. Buku ini juga berisi instruksi untuk membuat “Calm Down Jar” sendiri di bagian akhir.

Ahn’s Anger oleh Gail Silver
Diajarkan dalam tradisi Thich Nhat Hanh, tentang seorang anak yang menggunakan beberapa latihan untuk berdamai dengan monster kemarahannya. Saya tidak bisa mengatakan berapa banyak orang tua yang berpendapat bahwa buku ini cocok untuk mereka dan anak-anak mereka.

Ziji: The Puppy Who Learned to Meditate oleh Yongey Mingyur Rinpoche
Kisah tentang seorang anak laki-laki mengajarkan cara bermeditasi kepada anjingnya yang hiperaktif. Buku ini tampaknya sesuai untuk anak-anak, mungkin karena banyak anak-anak yang sudah melatih anjingnya sendiri.

Lagu

Pada umumnya orang dewasa belajar meditasi dengan cara yang lebih kognitif, mudah bagi kita sebagai orang tua melupakan pentingnya musik sebagai bahasa belajar anak-anak. Sejak anak-anak mulai suka menyanyi, kita bisa membantu mereka menginternalisasi nasihat untuk berkewawasan melalui lirik-lirik yang dilantunkan dengan melodi. Ide-ide ini masuk ke bawah kesadaran, memberikan pemahaman nilai-nilai inti yang mendalam.  Saya selalu memutar kompilasi lagu untuk anak-anak saya ketika berada di mobil, dan mereka ikut beryanyi. Bahkan saya mendengarkan mereka tetap menyenandungkan lagu-lagu tersebut ketika mereka beranjak remaja.

Berikut ini contoh beberapa yang terbaik, tersedia di YouTube. Cari tahu cara membeli dan mengunduhnya dari sini.

Ingatlah mungkin Anda tidak akan menyukai lagu-lagu ini pada awalnya. Tetapi, anak-anak Anda akan menyukainya, jadi simpan dulu pendapat Anda pada saat pertama kali memutar lagu-lagu tersebut. Pada akhirnya, lagu-lagu tersebut akan menyentuh Anda dan Anda akan ikut bernyanyi dengan senang hati.

Metta

Kebayang keluarga memiliki rutinitas sebelum tidur untuk mengantarkan anak-anak tidur, memberikan pelukan, ciuman, lalu menempatkan boneka kelinci di tempat yang pas. Meditasi Metta (cinta kasih) baik untuk dilakukan bersama di malam hari. Setelah duduk di tempat tidur, mulailah bersama-sama menarik napas panjang dan dalam. Lalu berkata:

“Biarkan tubuh kita tenang, merasakan nyamannya kasur, merasa hangat dan nyaman, melepas semua kekhawatiran, perlahan dan santai. Mari bawa kewaspadaan kita ke dalam jantung, membayangkan cahaya yang bersinar seperti sinar matahari, yang memancar dari jantung kita ke seluruh tubuh, dari atas kepala sampai ke ujung jari-jari kaki, dan seterusnya. Cahaya ini adalah motivasi dan harapan baik kita”.

Dari empat kategori, pilihlah orang lain atau sesuatu dari alam untuk kategori kedua dan ketiga. Anda atau anak Anda bisa memimpin, atau bisa juga bergantian. Berikut adalah tahapan yang dituangkan dalam panduan belajar “Sitting Together”, sebuah kurikulum yang saya tulis mengenai berlatih kewawasan dalam keluarga:

  1. Diri Sendiri: Semoga saya bahagia. Semoga saya sehat. Semoga saya aman dan nyaman.
  2. Seseorang yang Anda dan anak Anda kenal, seperti guru, teman, ataupun saudara: Semoga Ms. Wade bahagia. Semoga Ms. Wade sehat. Semoga Ms. Wade aman dan nyaman.
  3. Sesuatu dari alam, seperti–hewan, tumbuhan, atau pekarangan – dengan mengadaptasi frasa: Semoga semua hutan hujan bahagia. Semoga semua hutan hujan menjadi sehat. Semoga semua hutan hujan dihindarkan dari penebangan.
  4. Semua makhluk: Semoga semua makluk berbahagia. Semoga semua makhluk sehat. Semoga semua makhluk aman dan nyaman.

Meditasi

Jika Anda memiliki anak di bawah usia tiga tahun, Anda dapat melakukan Meditasi dengan cara yang berbeda. Anda tetap bisa mandi, tidur siang, atau berolahraga. Anda dapat melatih kewawasan dalam kehidupan rumah tangga Anda dengan memanfaatkan waktu Anda ketika mengerjakan tugas berulang, seperti melipat cucian atau berjalan menaiki tangga. Anda juga dapat memanfaatkan momen yang lebih tenang, membangkitkan kewawasan saat menyusui bayi Anda atau saat mendorong kereta bayi Anda. (selengkapnya ada di sini). Anda mungkin bisa mengambil beberapa menit untuk meditasi di tempat kerja Anda, tetapi jangan menyalahkan diri anda sendiri jika Anda tidak bisa mengaturnya.

Energi dan rutinitas berubah begitu anak-anak mulai mengikuti beberapa kegiatan atau sekolah yang menghabiskan banyak waktu mereka. Anda bisa mulai meluangkan waktu untuk duduk meditasi selama 5 menit setiap hari dan kemudian secara bertahap meningkatkan periode hingga 20 menit.

Sekarang, pertanyaannya adalah: apakah Anda benar-benar harus melakukan meditasi duduk secara formal, atau apakah Anda dapat meningkatkan kewaspadaan sembari menyelesaikan tugas Anda sehari-hari sebagai orang tua?

Dengan kehidupan berkewawasan sehari-hari, Anda bisa membawa diri Anda untuk menjadi lebih hadir sepenuhnya ketika anak Anda mengajak berbicara, atau mengingatkan Anda untuk menjajaki pikiran dan perasaan saat menghadapi masa-masa sulit dalam keluarga. Dengan melakukannya, kita banyak mendapatkan manfaat. Tetapi, kewawasan yang jenisnya seperti ini memiliki kekurangan karena biasanya kita kesulitan mengingat untuk mewawas. Kewawasan bisa membuat kita merasa wajib melakukannya, dan saat kita tidak mewawas, kita merasa gagal lalu kita menyerah begitu saja.

Praktik meditasi formal, di satu sisi untuk mengembangkan kapasitas dan kemampuan untuk berkewawasan,  namun juga untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi dan makin lama akan makin kuat.

Bayangkan bagaimana anak-anak Anda belajar sepak bola, piano, atau melukis: mereka mendedikasikan waktu-waktu latihan untuk mengasah teknik tertentu dengan mengikuti instruksi dan latihan berulang.

Kemudian mereka memainkannya, menampilkan sebuah karya ataupun menghasilkan sebuah karya seni. Demikian juga meditasi adalah waktu kita melatih keterampilan berkewawasan. Kemudian kita membawanya ke dalam permainan / pertunjukan / seni mengasuh anak. Jika Anda teratur bermeditasi, Anda akan lebih wawas secara alami sepanjang hari. Selain itu, sesi meditasi akan membantu Anda menjadi lebih selaras: kewawasan Anda menjadi bertahan lebih lama dan terbentuk alami.

Meditasi formal juga merupakan waktu kita melatih keterampilan yang sangat berharga untuk melihat atau mendengar pikiran dan hati kita dengan jelas. Keselarasan batin ini adalah kunci penting saat menghadapi permasalahan dalam keluarga: saat situasi tersebut berlangsung, kita sangat menyadari pikiran dan perasaan, mengarahkan apa yang kita katakan dan lakukan. Kemudian kita menyadari di titik mana kita bisa menyakiti diri sendiri maupun orang lain, dan psikologi yang mendasarinya. Wawasan yang kita dapatkan dari sini membuka pola disfungsional yang akhirnya dapat membenahi dan mengubah pola asuh kita sepenuhnya.

Terakhir, anak-anak kita meniru dan secara tidak sadar banyak mengadopsi siapa diri kita dan bagaimana kita berperilaku – mereka menjadi seperti kita. Jadi, ketika kita mewujudkan dan menghidupkan wawas waspada, kasih sayang, dan kebijaksanaan sebagai orang dewasa, secara otomatis mereka mengambil kualitas-kualitas ini juga. Dengan demikian, bermeditasi untuk diri kita sendiri menghasilkan kesepakatan 2 arah: kita menjadi lebih wawas dan anak-anak kita pun mulai hidup seperti itu juga.

Namun, jika kelima langkah ini terasa berat untuk dilakukan sekarang, ada kabar baik. Anda benar-benar hanya perlu melakukan satu hal saja untuk menjadi orang tua yang lebih berkewawasan: berlatih meditasi selama beberapa menit, atau lebih, beberapa hari dalam seminggu. Yang lainnya akan mengikuti dan mengalir begitu saja.


Alih Bahasa: Widi Budiarsi
Sumber: Mindful Parenting, Made Simple

Kumpulan Cerita yang Tidak Pernah Selesai

Kumpulan Cerita yang Tidak Pernah Selesai
Chanting Namo Avalokitesvaraya @Lower Hamlet, Plum Village France

Manusia berencana, Tuhan yang menentukan. Kalimat ini tentu sudah sering terdengar, terlepas dari apa agama apa pun. Tentu saja ini benar. Contohnya saya berencana memotong rambut agar rambut saya tidak mekar seperti singa jantan, kenyataannya malah seperti orang baru bangun tidur. Contoh lain saya berencana membuat pudding cantik dengan bunga asli, kenyataannya warna kuning sang bunga krisan kalah genjreng dengan warna kuning buah mangga yang sedang musim, alih-alih terlihat bunganya, semua lapisan hanya terlihat kuning.

Di waktu lain, saya berencana menjadi penulis artikel pendek yang produktif, kenyataannya semua artikel saya setengah jalan, tidak ada yang selesai dan tidak ada yang dikirimkan ke media mana pun. Hal di atas hanya cerita dari sisi manusia biasa, bagaimana cerita manusia adidaya seperti Buddha Gautama?

Konon tertulis bahwa Buddha sewaktu bangkit dari pencerahannya, Beliau lama terdiam, merenung dan memikirkan apakah Beliau mangkat saja atau tetap tinggal di Bumi, mengajarkan Dharma dengan susah payah, jungkir balik dan mungkin dibenci banyak orang. Singkat cerita, Buddha tinggal dan mengajarkan Dharma hingga jejaknya masih ada saat ini, apakah Buddha berencana?

Pertanyaan di atas tentu saja bukan pertanyaan yang mudah dijawab, apalagi bagi kita yang belum mengembangkan jalan hidup spiritual dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang duniawi. Seseorang mungkin menjawab, Buddha pasti membuat rencana buktinya Beliau mengunjungi kelima sahabatnya berlatih dan membabarkan Dharma sehingga kelimanya menjadi murid-Nya. Orang lain mungkin berkata Buddha tidak berencana mengajarkan Dharma dan membiarkan ajaran Buddha menjadi banyak aliran.

Terlepas dari perencanaan, dunia sendiri berubah dan makin cepat dengan berkembangnya information and technology, baru-baru ini saya membaca beberapa berita kasus bunuh diri karena kehidupan nyata dan imajinasi yang dibuat oleh games online sudah tidak bisa dibedakan lagi, dan yang mengejutkan lagi hal ini tidak mengenal umur, gender, pendidikan ataupun kemajuan pendidikan suatu negara. Ada anak remaja yang menjatuhkan diri dari tingginya apartemen karena dalam games yang dimainkan dikisahkan dia akan begitu saja hidup kembali.

Lalu apa sumbangsih kita selaku manusia yang masih waras?  Apakah kita biarkan saja dunia berputar apa adanya, toh Buddha pernah menyatakan, “Apakah Buddha muncul atau tidak, Dhamma tetap ada selamanya di dunia ini.”  Siapa berjodoh, dia akan bertemu dan mendengar ajaran ini, siapa belum berjodoh mungkin dikelahiran nanti akan berjodoh, bertemu dan mendengar ajaran ini. Tentu saja, ini pemikiran keliru, perlu ada upaya agar ajaran ini bisa menyentuh dan diberikan kepada orang lain yang belum mengenalnya. Pertanyaan selanjutnya “Bagaimana caranya?”.

Thay, panggilan akrab untuk Master Zen Thich Nhat Hanh seorang pemimpin spiritual pernah berkata transform yourself. Bertransformasi bukan perkara mudah. Saya pikir saya telah banyak berubah, namun disela-sela latihan saya tahu, egoisme saya masih dekat dengan awan, tindak-laku saya masih memikirkan apa keuntungan yang saya dapat jika saya melakukannya, saya masih memihak seseorang atau lembaga yang saya sukai.

Pernahkan kita membayangkan mengusap ingus dari anak jalanan yang sedang sakit tanpa rasa jijik sedikit pun? Atau secara spontanitas memberikan sebagian besar simpanan kita untuk masyarakat papa yang membutuhkan biaya pengobatan dan kemudian berhari-hari kemudian puasa makan sampai gajian tiba dan mendapat julukan orang bodoh dari teman-teman kita?

Tentu saja ada kabar baiknya, Buddha selalu menyarankan kita bertindak bijaksana, pedomannya pun sudah diberikan kepada para perumah-tangga, Sigalovada Sutta adalah contohnya.  

Kembali ke pertanyaan “Bagaimana caranya?” Dari pengalaman saya, jawabannya hanya satu, berlatihlah. Luangkan waktu setiap hari menyadari napas berhembus mengempiskan perut, menyadari napas masuk membuat perut membulat, menyadari napas hangat keluar di ujung hidung, menyadari udara segar memasuki tubuh melalui hidung.

Semua guru akan melatih hal yang sama, bernapaslah, mengembara kemana pun mereka akan berkata, bernapaslah dengan sadar dan sabar. Makin menyadari napas, saya makin tahu pikiran saya sering lari ke seribu arah, dia sibuk seperti radio yang berbunyi selama dua puluh empat jam, tujuh hari dalam seminggu dan tanpa pernah rusak.  Makin mengerti maka saya tahu tahu ego saya masih tinggi, makin tinggi maka guru pun tidak akan mendekat.

*CHÂN MINH TUYỀN (真明泉) anggota Ordo Interbeing Indonesia, volunteer retret mindfulness, wanita karir, sekaligus adalah apoteker yang juga meraih gelar master di bidang manajemen pendidikan