Saran Sederhana Seorang Guru Zen Vietnam dalam Membangun Jiwa Murah Hati

Dalam menjalani hubungan, jangan menjadi seperti seorang akuntan saklek yang memperhitungkan pendapatan dan penerimaan. (Reuters/Athit Perawongmetha)
Dalam menjalani hubungan, jangan menjadi seperti seorang akuntan saklek yang memperhitungkan pendapatan dan penerimaan. (Reuters/Athit Perawongmetha)

Guru Zen Thich Nhat Hanh mungkin adalah tamu yang menyenangkan ketika berkunjung ke rumah. Beliau mempraktikkan latihan sederhana: setiap kali Anda mengunjungi rumah seseorang, cucilah piring mereka.

Latihan ini bukan hanya baik dilakukan untuk orang lain, namun Thich Nhat Hanh menjelaskan bahwa latihan ini juga membantu menumbuhkan semangat kemurahan hati. Mencuci piring orang lain adalah cara mengatasi kecenderungan manusia untuk menjadi akuntan dalam suatu hubungan, yaitu mencatat seberapa banyak yang sudah kita berikan, berapa banyak yang orang lain ambil, dan berusaha menjaga keduanya tetap seimbang.

Menurut Thich Nhat Hanh, memperhitungkan apa yang sudah kita berikan dan apa yang orang lain terima adalah hal yang buruk. Menurut beliau, memberi dengan penuh rasa kemurahan hati itu lebih masuk akal supaya kita bisa menemukan makna hidup berkelimpahan. Beliau menjelaskan:

Ada jenis sayuran di Vietnam yang disebut he (dibaca “hey”). Sayuran ini termasuk dalam keluarga bawang-bawangan, mirip seperti daun bawang, dan sangat enak dimasak dalam sup. Makin sering Anda memotong tanaman he pada pangkalnya, maka sayur ini akan makin bertumbuh. Jika Anda tidak memotongnya, sayur ini tidak akan tumbuh besar. Namun jika Anda sering memotong he tepat di pangkal tangkainya, maka sayur ini akan tumbuh makin besar. Demikian halnya dengan latihan kemurah-hatian. Jika Anda terus-menerus memberi, Anda akan menjadi makin kaya sepanjang waktu, kaya dalam artian kebahagiaan dan kesejahteraan. Tampaknya aneh, namun inilah kebenarannya.

Perhitungan spiritual tidak berlaku seperti kapitalisme, perhitungannya juga agak berbeda. Saldo rekeningnya tidak bisa diseimbangkan seperti neraca karena tidak ada nilai yang disepakati bersama untuk mengukur tindakan-tindakan kebaikan. Selain itu, suatu hubungan tidaklah murni transaksional.

Thich Nhat Hanh berpendapat bahwa tindakan-tindakan kebaikan itu membantu baik orang yang memberi maupun menerima kebaikan. Beliau yakin kemurahan hati lebih memberikan imbal hasil dibandingkan jiwa yang kikir. “Lakukan sesuatu untuk orang lain dengan penuh keikhlasan, maka Anda akan menerima manfaatnya”, ucap beliau.

Latihan mencuci piring ini adalah cara untuk mengingatkan diri sendiri untuk berlatih kemurahan hati, bahkan jika orang lain pelit. Tentu saja idealnya semua orang berkontribusi dengan setara, namun tidak semua orang memiliki posisi untuk berbagi dengan setara di setiap situasi. Jadi, jika Anda bisa memberi ketika seseorang sedang membutuhkan, ini membuat hidup menjadi lebih baik bagi semua orang. Dan jika Anda bisa memberi tanpa alasan apapun, maka itu adalah kemahiran yang sesungguhnya.

Selanjutnya, Thich Nhat Hanh menambahkan, kita bisa melatih diri untuk menikmati melakukan tindakan kemurahan hati. Contohnya, mencuci piring: “menurut saya, pemikiran bahwa mencuci piring itu tidak menyenangkan hanya muncul ketika Anda tidak benar-benar melakukannya,” tulis beliau. “begitu Anda berdiri di depan bak cuci piring dengan lengan kemeja Anda tergulung dan tangan Anda menyentuh air yang sejuk, maka mencuci piring itu benar-benar nyaman.”

Ditulis oleh: Ephrat Livni | 9 Maret 2018 
Alih Bahasa oleh: Aya M

Sumber: A Vietnamese Zen master’s simple advice on how to build generosity of spirit