aku seorang nelayan, menarik jaring ikan
kulitku beraroma asin seperti laut
otot-ototku berlilit di bawah terik matahari
aku seekor tenggiri berisisik kemilau
Menggelepar putus asa bersama ribuan ikan lainnya
Dalam jeratan jaringmu
Aku terkapar tak berdaya di geladak kapal itu
Engkau terpaksa menangkapku demi bertahan hidup
Aku juga seorang wanita paruh baya
di pasar menenteng kantong sambil melirak-lirik
Aku sudah mati tapi mataku belum terpejam
Dagingku masih begitu segar
Insangku masih kemerahan
Engkau membeliku, memotong menjadi bongkahan kecil
dimasukkan ke dalam panci
Makan malam begitu hangat di musim dingin
Ada engkau, anak-anakmu dan nasi hangat
Di bawah atap jerami, perut juga terasa hangat
Siapa yang masih mengenaliku?
Ketika badan dan sunyata adalah realitas sama
100 ribu kalpa sebagai ikan di sungai dan laut
Aku berenang keluar masuk dengan leluasa
Rumah berpintu ruang hampa lebih indah daripada giok
Duniaku penuh dengan warna hijau, merah, dan pink
Hatiku telah mendapatkan pelajaran
Pelajaran berlatih dan mencoba mengerti
agar setiap kali terjerat dalam jaring
Aku rela mati dengan lapang dada
Tidak membenci, tidak putus asa
karena aku tahu kehidupan terbentuk dari kematian
Eksis (ada) terbentuk dari noneksis (tiada)
segala sesuatu saling berkaitan
Aku dan kamu saling mengerti