Bersentuhan dengan latihan, membawaku kembali ke rumah sejatiku. Day of Mindfulness (DOM) merupakan latihan yang sangat saya tunggu-tunggu.
Seperti biasa, satu hari sebelum DOM diselenggarakan, saya turut serta membantu di persiapan. Pada awalnya saya cuma berpikir bahwa “ah akhirnya saya bisa kembali berlatih”. Pada saat akhir, tiba-tiba Bhante turun dan membawa gitar. Saya langsung excited begitu mendengar bahwa besok kita akan mengawali DOM dengan Chanting Avalokitesvara. Saya pulang sebentar dan mengambil biola lalu kembali untuk berlatih.
Saat latihan dan chanting Avalokitesvara saya sempat bergetar haru. Sudah lama sekali kami tidak chanting bersama. Sejenak berpikir semoga teman-teman komunitas bisa berkumpul dan chanting bersama.
Pada hari Sabtu, saya harus mengantar ibu ke bandara terlebih dahulu. Sepanjang jalan, saya mengingat-ingat latihan yang sudah dilakukan semalam. Sesampainya di vihara, saya sempatkan diri saya untuk mengajar biola kepada 2 orang murid yang salah satunya juga merupakan peserta dan volunteer DOM.
Kami mulai kegiatan DOM tepat pukul 9 pagi. Ketika saya sudah maju ke depan, kami pemanasan dengan menyanyikan beberapa lagu-lagu latihan. Ada juga lagu yang kami belum latihan. Tapi ternyata kami dapat memainkannya dengan baik.
Sambil bermain, saya melihat teman-teman dari komunitas saya turut hadir. Awalnya teman-teman komunitas yang hadir hanya duduk di belakang, lalu bhante memanggil teman-teman agar dapat maju dan dapat melakukan chanting Avalokitesvara secara bersama-sama.
Chanting ini merupakan salah satu momen yang sangat saya senangi. Selain saya bisa merasakan getar nyanyian seluruh komunitas yang hadir. Saya merasa lebih tenang dan rileks. Sempat saya merasa sangat bersyukur masih memiliki kesehatan telinga sehingga bisa mendengar dengan baik. Beberapa peserta sempat terlihat merasakan haru yang sama rupanya. Bahagia? Tentunya sangat bahagia.
When you walk, you don’t talk
Saya ingin berbagi sebuah cerita sangat menarik yang saya dengarkan saat bhante ceramah. Bhante bercerita ketika beliau sedang berlatih meditasi jalan bertiga di Plum Village. Sambil berjalan, bhante berbicara seru dengan 2 monastik llainnya. Tak lama, dari kejauhan Thich Nhat Hanh (Thay) melihat mereka. Seketika itu pun bhante dan 2 monastik lainnya terdiam. Saat berpapasan dengan Thay, Thay berkata “when you walk, you don’t talk”. Guru Thay kemudian berlalu begitu saja. Bhante merasa sangat tertampar dengan hal itu.
Saya sempat merasa sangat lucu pada awalnya. Namun kemudian berpikir. Kita terlalu sering mengerjakan banyak hal dalam satu momen. Sudahkah kita menyadari semua momen kekinian kita? Sudahkah kita berlatih hidup sadar hari ini? Apakah kita sedang sungguh-sungguh berlatih saat ini?
Terkadang saya pun merasa saya masih harus banyak berlatih. Dan dalam latihan, saya juga membutuhkan “lonceng kesadaran” dalam bentuk apa pun. Teguran Thay tadi juga sangat mengena di hati saya. Ketika saya naik motor jangan sambil mendengarkan lagu. Ketika saya makan jangan lah saya sambil berbicara. Nikmati satu momen kekinian pada satu waktu.
Here is India, India is here
DOM kali ini tidak ada diskusi kelompok seperti yang dilakukan pada DOM yang sudah-sudah. Kami justru mengganti diskusi bersama dengan nonton film berjudul “walk with me”. Ini adalah film dokumentasi tentang kegiatan-kegiatan keseharian yang dilakukan saat berlatih bersama. Setelah menonton, saya mendengarkan sharing Bhante pada saat tanya jawab sedang berlangsung.
Pada saat itu diceritakan bahwa Bhante merasa bosan berada di Perancis dan ingin kembali ke India. Lalu ketika ada kesempatan untuk bertemu dengan Guru Thay, Bhante meminta ijin untuk kembali ke India. Lucunya saat itu Guru Thay hanya terdiam. Beliau hanya menatap dengan tajam dan tidak berkata apa-apa. Sebentar kemudian Guru Thay beranjak untuk meninggalkan Bhante seorang diri. Dan ketika hendak membuka pintu untuk keluar, Guru Thay membalikkan badan dan berkata “Here is India, India is here”.
Ini adalah insight ke-2 yang saya dapatkan ketika mengikuti DOM di Ekayana. Sering kali ketika saya sedang berada di kantor atau sedang jenuh dengan semua pekerjaan yang menumpuk, saya merindukan rumah. Dan tidak lagi menyenangi hal-hal yang ada di lingkungan sekitar.
Kita menjadi lupa, bahwa kebahagiaan sesungguhnya berada di sini dan sekarang. Saya jadi terburu-buru karena ingin segera kembali ke rumah. Padahal belum tentu ketika kembali ke rumah, kita menjadi bahagia. Belum tentu ketika kita mendapatkan apa yang kita mau, kita akan menjadi bahagia.
Seketika di momen itu, saya memusatkan pikiran sejenak untuk membayangkan rumah yang saya cintai dan menyadari bahwa saya sedang bernapas sekarang dan saya sedang berada bersama komunitas untuk berlatih. Penderitaan saya perlahan memudar. Terkadang kita tidak perlu mengkotak-kotak-an pikiran agar kita bisa bahagia.
Semua itu adalah bentuk-bentuk persepsi yang sebenarnya hanya akan membuat kita makin menderita. Dengan melepaskan semua bentuk-bentuk persepsi dan membuka semua kotak-kotak yang ada di pikiran. Maka kita akan bahagia. Happiness is as simple as you breathe. Simple right?
DANIEL volunteer mindfulness dari Wihara Ekayana Arama.