Setiap pertengahan tahun merupakan salah satu momen yang disenangi oleh anak sekolahan. Bukan hanya anak sekolah, para guru juga mendapat liburan yang cukup panjang berkisar 1-2 bulan. Saat ini, saya masih menekuni dunia pengajaran dan pendidikan alias guru, jadi dapat berkah bisa liburan panjang.
Umumnya orang menghabiskan waktu liburan untuk bersantai, berkumpul dengan keluarga ataupun jalan-jalan keliling Indonesia bahkan dunia. Saya memilih mengisi liburan dengan menjadi volunteer retret remaja setiap tahunnya selama 9 tahun belakangan ini.
Ada teman yang pernah bertanya : “Kok kamu nggak habisin waktu untuk traveling saja? Memangnya kamu nggak suka traveling ya?”. Saya pun menjawab: “Suka kok, traveling bisa memberikan pengalaman baru untuk kita terhadap dunia luar dan juga merelakskan tubuh dan pikiran kita dari kepenatan selama kita bekerja.”
Saya memilih untuk membantu jadi volunteer retret remaja. Saya bisa berbagi kebahagiaan kepada adik-adik. Tidak hanya itu saja, saya juga mendapatkan nutrisi kebahagiaan dari mereka. Anak-anak kecil yang umurnya masih belia tampil apa adanya, tanpa dibuat-buat.
Setiap tahun saya mengikuti retret remaja. Saya mendapatkan banyak pengalaman dan kisah menarik. Retret kali ini juga demikian. Saya mendokumentasikan kegiatan ini, terutama dalam dalam program anak-anak.
Salah satu cerita yang berkesan adalah adik kecil yang bernama Dika. Pada saat selesai meditasi makan, saya menghampiri Dika, di piringnya masih tersisa tempe yang tidak dimakan olehnya.
Saya ajak Dika ngomong: “Dika, nggak suka makan tempe ya?” Dika jawab: “Iya”, terus saya ngomong lagi: “Koko dulu juga nggak suka makan tempe, sekarang koko sudah bisa makan tempe, mau nggak koko ajari cara makan tempe dalam waktu sekejap?”, “Gimana Caranya?” Dika pun bertanya.
Saya bilang ke Dika: ”Caranya gampang kok, ada 3 langkah, langkah pertama kamu suka yang manis kan? Dan kamu nggak suka tempe karena tempe nggak manis kan? Kalau begitu tempenya dikasih kecap manis saja, terus langkah ke 2 adalah potong kecil-kecil tempenya, dan langkah ke 3 campur makanan yang kamu suka dengan tempe yang kamu nggak suka.”, kemudian Dika pun langsung mempraktikkan dan hasilnya luar biasa, Dika senang sekali karena dalam sekejap dia bisa makan tempe tanpa penolakan.
Saat sesi menuliskan surat cinta ke papa mamanya, Dika menuliskan pengalaman makan tempenya kepada orang tuanya, saya pun terharu membacanya.
Walaupun mungkin kita tidak bertemu setiap hari, tapi bisa menjadi bagian kecil dalam masa pertumbuhan adik-adik itulah yang kadang merupakan momen terindah dalam hidup saya. Beginilah cerita liburan saya, bagaimana dengan cerita liburanmu?
Yuyong Chia [Chân Hạnh Châu (真行州)], anggota Ordo Interbeing. Praktisi mindfulness, guru mandarin, public speaker, berkecimpung dalam dunia fotografi, dan balloon artist.