From the Depths of Understanding

From the Depths of Understanding

From the depths of understanding, a flower of great eloquence blooms: The Bodhisattva stands majestically
upon the waves of birth and death, free from all afflictions.
Her great compassion eliminates all sickness,
even that once thought of as incurable.
Her wondrous light sweeps away all obstacles and dangers.
Her willow branch, once waved,
reveals countless Buddha Lands.
Her lotus flower blossoms a multitude of practice centers.
We bow to her. We see her true presence in the here and the now. We offer her the incense of our hearts.
May the Bodhisattva of Deep Listening embrace us all
with Great Compassion.
Namo’valokiteshvaraya
[Homage to Bodhisattva Avalokiteshvara]

We Are Truly Present

We Are Truly Present

With hearts established in mindfulness, we are truly present
for sitting and walking meditation, and for reciting the sutras.

May this practice center with its Four fold Sangha be supported by three Jewels and Holy Beings,
well-protected from the eight misfortunes and the three paths of suffering.

May parents, teachers, friends, and all beings within the three Realms be filled with the most divine grace,
and may it be found that in the world there is no place at war.

May the winds be favorable, the rains seasonable, and the people’s hearts at peace. May the practice of the noble community, diligent and steady, ascend the Ten Bodhisattva Stages with ease and energy. May the Sangha body live peacefully, fresh and full of joy, a refuge for all, offering happiness and insight. [bell]

The wisdom of the Awakened Mind shines out like the full moon. [bell]The body of the Awakened One is pure and clear as crystal. [bell]

In the world, the Awakened One relieves bitterness and suffering. [bell]In every place, the Awakened Mind reveals love and compassion.

Namo Shakyamunaye Buddhaya [bell, bell]

Praising the Three Jewels

Praising the Three Jewels

The Buddha Jewel shines infinitely, enlightened for countless lifetimes.
The beauty and stability of Buddha sitting
is seen in mountains and rivers.
How splendid is the vulture peak,
how beautiful the light
that shines forth from Buddha’s brow illumining the six dark paths.
To the Nagapushpa assembly we will go
to continue the true teachings and practices. We take refuge in the Buddha ever present.

The Dharma jewel is infinitely lovely, the precious words of Buddha.
Like Fragrant flowers floating down from the heavens.
The wonderful Dharma is plain to see, it is recorded luminously in three transparent baskets.
From generation to generation
handed down in ten directions,
so that today we can see our way.
We vow to learn with all our heart.
We take refuge in the Dharma ever present.

The Sangha jewel is infinitely precious, a field of merit and good seeds.
The three robes and begging bowl
are symbols of freedom.
The mindfulness trainings, concentration and insight,
support each other.
In mindfulness day and night,
the Sangha dwells and is the foundation for us to realize,
the fruit of meditation.
With one heart we come home
and take refuge in the Sangha ever present.

Memulai Lembaran Baru

Memulai Lembaran Baru


Dalam memulai lembaran baru kita harus memeriksa dengan sungguh-sungguh dan jujur, tindakan-tindakan, ucapan, dan pikiran-pikiran kita di masa lalu serta menciptakan suatu permulaan yang segar di dalam diri kita dan hubungan kita dengan orang lain. Di pusat pelatihan kita melatih Memulai Lembaran Baru sebagai sebuah komunitas dua minggu sekali dan secara pribadi sesering yang kita inginkan.

Kita melatih Memulai Lembaran Baru untuk menjernihkan batin kita dan menjaga latihan kita tetap segar. Jika kesulitan timbul dalam hubungan kita dengan sesama praktisi dan salah satu dari kita merasa dendam atau sakit, kita tahu inilah waktunya untuk Memulai Lembaran Baru. Berikut ini adalah uraian dari proses empat bagian Memulai Lembaran Baru sebagaimana yang digunakan dalam tata cara resmi. Satu orang berbicara berturut-turut dan tanpa disela selama gilirannya. Para praktisi lainnya mempraktikkan cara mendengarkan dengan sepenuhnya dan mengikuti pernapasan mereka.

  1. Menyiram bunga – ini adalah kesempatan untuk berbagi apresiasi kita untuk orang lain. Kita mungkin menyebutkan contoh-contoh tertentu yang orang lain katakan atau lakukan, sesuatu yang kita kagumi. Ini adalah suatu kesempatan untuk memancarkan kekuatan orang lain dan kontribusi untuk Sangha serta untuk menyemangati pertumbuhan akan kualitas-kualitas positifnya.
  2. Menyampaikan penyesalan – kita mungkin menyebutkan tindakan-tindakan, ucapan, atau pikiran-pikiran kita yang tidak cakap yang mana belum sempat kita minta maaf.
  3. Menyatakan rasa sakit – kita mungkin berbagi bagaimana kita merasakan sakit oleh interaksi dengan praktisi yang lain, dikarenakan tindakan-tindakan, ucapan, dan pikiran-pikirannya. (Untuk menyatakan perasaan sakit pertama-tama kita harus menyiram bunga orang lain dengan berbagi kualitas-kualitas positif yang telah benar-benar kita amati dalam dirinya. Menyatakan perasaan sakit sering dilakukan perorangan dengan praktisi lainnya daripada dalam susunan grup. Anda bisa meminta orang ketiga yang Anda berdua percaya dan hormati untuk hadir, jika mengingini).
  4. Menyampaikan kesulitan masa panjang dan meminta dukungan – kadang-kadang kita masing-masing mendapat kesulitan dan rasa kesakitan timbul dari masa lalu yang muncul sekarang. Ketika kita berbagi suatu persoalan yang sedang kita hadapi kita bisa biarkan orang di sekitar kita memahami kita lebih baik dan memberikan dukungan yang benar-benar kita perlukan.

Praktik Memulai Lembaran Baru membantu kita mengembangkan ucapan yang baik dan mendengarkan dengan rasa belas kasih. Memulai Lembaran Baru adalah suatu latihan mengenai pengakuan dan apresiasi akan elemen-elemen positif di dalam Sangha kita. Misalnya, mungkin kita memperhatikan bahwa teman sekamar kita itu dermawan dalam berbagi wawasan, dan teman yang lain peduli terhadap tumbuh-tumbuhan. Dengan mengakui sifat positif orang lain mengizinkan kita untuk melihat kualitas-kualitas baik kita sendiri juga.

Bersama dengan sifat-sifat baik ini, kita masing-masing memiliki bidang-bidang kelemahan, seperti menasehati supaya jangan murka atau terperangkap dalam salah-tanggap kita. Ketika kita melatih “menyiram bunga” kita saling menyokong pengembangan kualitas-kualitas baik dan pada waktu bersamaan kita membantu melemahkan kesulitan-kesulitan orang lain. Selagi di kebun, saat kita saling “menyiram bunga” cinta kasih dan belas kasih, kita juga menyingkirkan energi dari rumput liar kemarahan, kecemburuan, dan kesalah-tanggapan.

Kita dapat melatih Memulai Lembaran Baru setiap hari dengan menyatakan apresiasi kita terhadap sesama praktisi dan meminta maaf dengan segera bilamana kita melakukan atau mengucapkan sesuatu yang melukai mereka. Kita bisa dengan sopan membiarkan orang lain mengetahui saat kita terluka pula. Kesehatan dan kebahagiaan dari seluruh komunitas tergantung pada kerukunan, kedamaian, dan kegembiraan yang ada di antara setiap anggota Sangha.

Invoking Avalokiteshvara

Invoking Avalokiteshvara

Unduh MP3 klik sini

We invoke your name, Avalokiteshvara.
We aspire to learn your way of listening
in order to help relieve the suffering in the world.
You know how to listen in order to understand.
Namo Avalokiteshvaraya……

We invoke your name in order to practice listening
with all our attention and openheartedness.
We will sit and listen without prejudice.
We will sit and listen without judging or reacting.
We will sit and listen in order to understand.
We will sit and listen so attentively
to hear what’s being said and what’s being left unsaid.
Just by listening deeply
we already,
alleviate,
much pain and suffering in the world.
Namo Avalokiteshvaraya
Namo Avalokiteshvaraya
Namo Abalokiteshvaraya


Kami mengagungkan namamu, Awalokiteswara.
Kami bercita-cita mempelajari cara mendengarmu
agar dapat membantu meringankan penderitaan di dunia.
Engkau tahu cara mendengar untuk memahami.
Namo Avalokitesvaraya…..

Kami mengagungkan namamu agar dapat berlatih mendengar
dengan seluruh perhatian dan keterbukaan hati.
Kami akan duduk dan mendengar tanpa disertai prasangka.
Kami akan duduk dan mendengar tanpa menghakimi atau bereaksi.
Kami akan duduk dan mendengar agar mampu memahami.
Kami akan duduk dan mendengarkan sedemikian rupa sehingga
kami dapat menyimak apa yang disampaikan orang lain serta apa yang belum dituturkannya.
Kami tahu hanya dengan mendengarkan secara mendalam saja,
kami dapat meringankan banyak kepedihan dan penderitaan di dunia ini.
Namo Avalokiteshvaraya
Namo Avalokiteshvaraya
Namo Avalokiteshvaraya


Memupuk Cinta Kasih dan Pengertian

Memupuk Cinta Kasih dan Pengertian

Begawan Buddha, Engkau telah mengajarkan kepada kami untuk tidak menyesali masa lalu atau terhanyut dalam kecemasan dan ketakutan akan masa depan. Aku melihat di sekitarku banyak yang terhanyut dalam kecemasan dan ketakutannya. Kecemasan ini mencegah kami untuk berada dalam kedamaian dan hidup secara mendalam di saat ini. Aku mempunyai wewenang dan kemampuan untuk merencanakan masa depan, tetapi aku tidak perlu terhanyut dalam kecemasanku akan masa depan.

Pada kenyataannya, aku tahu bahwa masa depan terbentuk dari masa sekarang. Ketika aku hidup pada saat ini secara mendalam dan aku hanya berpikir, berucap, dan melakukan hal-hal yang dapat membawa pengertian, cinta kasih, kedamaian, keselarasan, dan kebebasan ke dalam situasi saat ini, maka aku telah melakukan seluruh hal yang mampu aku lakukan untuk membangun fondasi bagi masa depan yang cerah.

Ke mana pun arah masa depan dunia ini dan apakah keturunanku akan memiliki kesempatan untuk hidup dengan bahagia dan bebas atau tidak bergantung pada bagaimana aku hidup di saat ini. Untuk memastikan masa depan yang bahagia dan damai bagi keturunanku, aku akan berlatih hidup sederhana, memupuk hati dan pikiran yang penuh pengertian dan cinta kasih, dan hidup harmonis dengan semua orang di sekelilingku sebagai saudara dan saudari sejati dalam keluarga spiritual.

Jika aku terus mengejar kekuasaan, ketenaran, kekayaan, dan otoritas maka aku tidak punya waktu untuk hidup dengan damai dan bebas. Aku juga akan terus mengeksploitasi sumber daya yang tidak diperlukan dari planet bumi ini, merusak lingkungan dan membawa perselisihan serta kebencian di dunia. Ini bukanlah perbuatan yang positif bagi diriku, bagi lingkungan, atau generasi masa depan.

Begawan Buddha, semoga aku dapat mengabdikan hidupku untuk memupuk kesadaran jernih akan diriku sendiri dan lingkunganku dalam setiap momen agar dapat meneruskan jalan-Mu yang tercerahkan dalam melihat dan bertindak di dunia. Inilah jalan hidup yang paling mulia.

Menyentuh Bumi


Begawan Buddha, dengan tubuh, ucapan, dan pikiran bersatu padu, aku menyentuh bumi di hadapan-Mu yang telah mencapai pengertian dan tindakan yang tercerahkan. [Genta]

Kesadaran Terhadap Tubuh

Kesadaran Terhadap Tubuh

Master Zen Thich Nhat Hanh menjelaskan tentang napas berkesadaran terhadap tubuh, bagaimana melakukan pemindamian (scanning) terhadap setiap bagian tubuh. Demikianlah cara untuk merelakskan tubuh. Manusia sering tak mampu merelakskan tubuh, inilah pentingnya mempraktikkan napas berkesadaran untuk merelakskan tubuh

Being an Island unto Myself

Being an Island unto Myself
Being an Island unto Myself

Being an island unto myself
As an island unto myself
Buddha is my mindfulness
Shining near, shining far
Dharma is my breathing
guarding body and mind
I am free.


Being an island unto myself
As an island unto myself
Sangha is my five skandhas
working in harmony
Taking refuge in myself
Coming back to myself
I am free, I am free, I am free.

The Need to Love

The Need to Love

Thich Nhat Hanh

Seorang Penulis Prancis bernama Antoine bilang: “Mencintai bukan berarti hanya duduk saling memandang saja, namun mencintai berarti bersama-sama memandang ke arah yang sama.” Saya tidak tahu kalimat ini membawa kesan apa buatmu, ketika saya mendengar kalimat itu, saya merenung sebentar kemudian saya tersenyum kecil, karena saya sedang membayangkan sepasang suami istri yang sedang memandang ke arah yang sama, dan arah itu adalah ke televisi karena mereka sudah tidak bisa menikmati saling memandang lagi. Demi mengurangi penderitaan masing-masing maka mereka mencoba untuk memandang ke arah televisi bersama-sama agar bisa melupakan penderitaannya.

Ketika mereka baru menikah, mereka sangat antusias untuk menghabiskan waktu bersama untuk saling memandang, tetapi karena mereka tidak tahu bagaimana berlatih hidup sadar, tidak tahu bagaimana menjaga agar kasih sayangnya tetap membara, mereka tidak tahu bagaimana cara memperdalam pengertian dan welas asih sehingga mereka terus-menerus membuat keretakan keluarga dan stres dalam hubungan itu. Suatu hari mereka sadar bahwa rasanya sudah tidak nyaman lagi saling memandang, jadi daripada saling memandang, mereka secara diam-diam ada kesepakatan tak langsung bahwa lebih baik memandang ke arah televisi, ini sungguh sebuah tragedi!

Ketika engkau mencintai seseorang, engkau percaya pasanganmu memiliki sesuatu yang cantik dan pantas untuk dicintai, engkau selalu mencari sesuatu yang baik dan indah agar kamu bisa mencintainya, kalau tidak demikian, mengapa engkau mau mencintainya? Cinta ini hadir karena kita sedang kelaparan, kita lapar akan sesuatu yang baik, kita lapar akan sesuatu yang cantik, kita lapar akan sesuatu yang tulus, oleh karena itulah kita mencoba untuk mencari dan mencari. Pasangan kita memiliki tiga kualitas itu, cantik, baik, dan tulus. Engkau merasa dirimu sendiri tak punya kualitas itu, oleh karena itulah ketika ada seseorang yang memiliki kualitas itu, maka engkau akan segera mencintainya karena engkau sangat membutuhkan kualitas demikian, dalam cinta demikian, dalam kondisi kebutuhan demikian, engkau merasa ada sesuatu yang bisa kita letakkan dalam dasar hatimu. Engkau selalu merasa ada sesuatu yang kurang dalam dirimu dan engkau selalu merasa tidak memiliki fondasi kualitas itu. Engkau selalu mengembara untuk mencari dan mencari, mencari sesuatu yang baik, indah dan tulus. Ketika engkau menemukan orang yang memiliki kualitas seperti itu, maka engkau begitu bahagia, namun di balik kebahagiaan itu ada ketakutan! Bagaimana kalau-kalau itu bukanlah kecantikan sesungguhnya? Bagaimana kalau-kalau itu bukanlah kebaikan sesungguhnya? Engkau akan takut atas renungan barusan, takut kalau itu kualitas palsu! Engkau juga begitu takut kalau-kalau suatu hari nanti rahasia terbongkar bahwa orang yang engkau cintai itu hanyalah objek imajinasi dirimu belaka. Ketika mencintai seseorang, engkau punya daya imajinasi luar biasa. Engkau menciptakan imajinasi-imajinasi indah dalam pikiranmu, engkau begitu takut kalau kenyataannya tidak sesuai dengan imajinasimu, oleh karena itulah ketakutan makin besar dan makin besar dalam dirimu.

Jadi, pertama, mencintai itu hadir karena engkau merasa ada sesuatu yang kurang atau tidak lengkap dalam dirimu yaitu kehampaan, kedua ada perasaan takut, bahkan ketika engkau menemukan sesuatu, engkau juga takut sesuatu itu bukanlah sesuatu yang engkau bayangkan dan bukan sesuatu yang ingin engkau percaya, bisa saja itu palsu! Walaupun engkau percaya bahwa itu benar, engkau tetap ada perasaan takut engkau takut akan impermanen. Engkau akan takut ketika tiga atau lima tahun kemudian, bagaimana dirimu bisa hidup kalau sang kekasih sudah tidak mencintai dirimu lagi? Oleh karena itulah engkau selalu memaksa sang kekasih untuk mengulang pernyataan “I love you darling, I love you”, karena engkau tak punya perasaan aman dan engkau dipenuhi rasa takut!

Dalam hubungan kasih seperti itu, engkau perlu menenangkan orang itu, engkau merasa harus meyakinkan pasanganmu bahwa engkau mencintainya selamanya, namun dari lubuk hatimu yang paling dalam, engkau sadar bahwa tidak ada sesuatu pun yang bisa berlangsung lama alias impermanen. Engkau mengamati orang-orang dan engkau sendiri melihat bagaimana terjadinya perubahan. Kisah cinta pada awalnya akan bisa berubah menjadi begitu kecut setelah dua atau tiga tahun kemudian. Engkau sendiri sudah banyak melihat kisah nyata seperti itu, namun engkau masih belum begitu percaya bahwa sang kekasih akan mencintaimu seumur hidup.

Jadi ketakutan hadir dalam kisah cintamu, ada juga kekosongan dan ketidakpastian, kemudian hadir juga ketakutan. Ketika engkau merenungkan tentang pasanganmu, maka engkau bisa percaya bahwa ada kualitas dari pasanganmu yang ternyata tidak ada dalam dirimu, oleh karena itu perlu merenungkan agar muncul rasa kagum, karena engkau sudah bisa merasakan kebahagiaan kecil, rasa nyaman ketika engkau kagum atas kecantikan, kebaikan, dan ketulusan pasanganmu. Pada saat bersamaan engkau juga sadar bahwa pasanganmu juga memiliki imajinasi tersendiri atas dirimu. Engkau juga takut kalau suatu hari nanti imaginasi pasanganmu tidak sesuai dengan kenyataannya, engkau mencoba untuk berpura-pura dan bermain sandiwara, engkau mencoba menjadi orang yang diimajinasikan oleh pasanganmu, engkau melakukan semua itu namun ketakutan tetap hadir di situ, ketakutan bahwa suatu hari nanti dia membongkar rahasia kepalsuanmu, bahwa engkau hanya sedang bersandiwara saja, engkau seperti seseorang yang pergi ke butik kosmetik untuk membeli ini dan itu, engkau mau menaburkan semua kosmetik agar tampak indah yang sebenarnya bukan dirimu sesungguhnya.

Dilihat dari segi spiritual dan aspek moral kita juga melakukan hal yang sama, kita menggunakan berbagai jenis kosmetik agar wajah kelihatan indah, mata terlihat bersinar agar orang lain mau mencintaimu. Pada kenyataanya ketika engkau menggunakan kosmetik, maka itu adalah sebuah tragedi bagi mental dan fisikmu sendiri. Suatu tragedi terjadi karena engkau tidak percaya bahwa sesungguhnya dirimu sudah cantik apa adanya, oleh karena itulah engkau mencoba untuk membuat diri cantik. Kita tidak percaya bahwa kita ini baik, tetapi kita mencoba untuk bersandiwara agar kelihatan berkualitas baik. Kita tidak percaya bahwa kita ini tulus. Dari lubuk hati paling dalam barangkali ada rasa mengkhianati pasanganmu kemudian juga mengkhianati dirimu sendiri, kemudian ada perasaan bahwa dirimu tidaklah layak dicintai. Kita memiliki kompleks bahwa diri sendiri tidak layak dicintai. Inilah yang menjadi elemen pembangkit penderitaan dalam hidup sehari-hari, karena kita enggan menyentuh dirimu yang paling dalam, engkau tidak punya kejelasan atau keruh dalam melihat kualitas dirimu sendiri, engkau merasa hampa dan tidak layak dicintai, engkau mencoba mencari sesuatu untuk mengisi hatimu, ini bisa disebut sejenis vakum. Mencintai bisa jadi adalah sebuah cara untuk mencari sesuatu kemudian engkau mengisikannya ke hatimu, yaitu kualitas cantik, baik, dan tulus. Walaupun engkau sudah menemukan kualitas itu, namun engkau tetap khawatir dan takut, engkau tidak yakin itu kualitas sesungguhnya atau bukan? Atau si dia itu sedang bersandiwara saja? Karena bisa saja itu kualitas palsu.

Ketika engkau bertemu seorang guru spiritual, engkau juga punya rasa takut seperti itu, namun seorang guru spiritual ternyata juga seperti manusia biasa, jadi engkau punya rasa takut akan ketulusan guru spritual tersebut. Seorang guru spiritual bisa saja tidak memiliki kecantikan, kebaikan, dan ketulusan sejati, guru spiritual itu juga mungkin memakai kosmetik agar kelihatan seperti seorang guru spiritual yang baik. Kadang kita merasakan bahwa guru spiritual kita ternyata bukanlah seperti yang kita bayangkan, kemudian engkau marah, kecewa, kemudian mencari guru lain lagi. Ini juga merupakan proses mencintai, engkau terus mencari suatu kualitas yang belum ada dalam dirimu sendiri, kualitas yang betul-betul engkau butuhkan.

Kadang-kadang engkau merasa seperti sebuah pot tanpa cover, engkau percaya bahwa coverrnya ada di dunia luar sana, engkau harus berupaya mencari cover untuk menutupi pot itu. Perasaan vakum dan hampa selalu hadir dalam hati. Barangkali ini yang disebut kebutuhan akan cinta, kebutuhan akan dicintai dan kebutuhan untuk mengisi kehampaan dalam hati agar hidup menjadi bermakna. Ketika engkau meneliti lebih dalam tentang orang lain, engkau bisa melihat banyak kekurangan dalam diri sendiri, sehingga engkau ingin mencari seseorang agar bisa menjadi tempat berpijak atau tempat bersandar, tempat berlindung demi mengusir penderitaanmu. Kemudian engkau juga punya keinginan untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang lain karena ada rasa kosong dalam hati, perasaan vakum, engkau tidak tahu cara memeluk penderitaan sendiri, oleh karena itulah engkau butuh orang lain agar bisa memberi perhatian.

Engkau membutuhkan seseorang agar bisa menjagamu setiap saat, seseorang yang bisa mengisi kehampaan hatimu, mengisi kevakuman dan penderitaan dengan energi perhatian penuh kesadaran. Tanpa energi itu engkau tidak bisa hidup, Cinta, inilah kebutuhan akan perhatian, energi perhatian dari orang lain akan membantumu menjadi tidak begitu kosong lagi. Energi yang membantu membantu mencairkan balok es penyumbat akibat penderitaan. Engkau sendiri tidak sanggup membangkitkan energi kesadaran itu oleh karena itulah engkau butuh orang lain, apabila pasanganmu tidak punya energi secukupnya untuk mengurangi penderitaanmu, maka engkau kecewa! Engkau merasa kehadiran pasangan sudah tidak berguna lagi oleh karena itulah cintamu juga ikut menguap!

[Genta]

Seandainya engkau cukup beruntung, engkau berkesempatan untuk menemukan kekasih yang tepat, kekasih yang punya kualitas kebaikan, elemen kecantikan begitu nyata dirasakan karena engkau punya kesempatan untuk menghabiskan banyak waktu bersamanya, engkau punya kesempatan untuk membuktikan dan menyakinkan elemen kecantikan, elemen kebaikan, elemen ketulusan pada sang calon kekasih.

Buddha mendefinisikan Maitri sebagai kasih sayang sebagai suatu jenis kecantikan. Ketika engkau berlatih maitri, maka engkau bisa merasakan kecantikan alami. Saya sangat terkesan ketika saya membaca kalimat itu. Seseorang yang punya hati yang baik, dia selalu bersedia untuk melakukan sesuatu demi memberikan rasa lega, menghadirkan sukacita, membawa rasa nyaman bagi orang lain, jika kejadian seperti ini hadir dalam sang kekasih, punya kesempatan untuk berkenalan dengan orang demikian, maka engkau orang yang beruntung sekali. Orang itu terdorong oleh sebuah energi untuk memberikan kebaikan dan sukacita kepada orang lain, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Apabila engkau telah berhubungan dengannya dalam kurun cukup lama maka engkau bisa mengetahui bahwa dia punya kualitas kecantikan sesungguhnya. Ketika engkau berkesempatan menyentuh energi kecantikan itu, maka secara alami engkau sedang menyentuh kecantikan alami dalam dirimu sendiri.

Engkau sering tidak percaya bahwa dirimu sendiri juga punya kecantikan itu, engkau tak percaya bahwa dirimu sendiri juga punya kemampuan untuk mencintai, dicintai, dan welas asih, engkau merasa minder bahwa dirimu tidak ada cinta kasih sama sekali, engkau tak sanggup mencintai, engkau begitu menderita gara-gara perasaan seperti ini, engkau selalu meremehkan diri sendiri, engkau merasa dirimu tidak berguna sama sekali, tetapi engkau cukup beruntung karena bisa mencintai seseorang yang punya energi maitri, energi kasih sayang, engkau punya kesempatan untuk bersentuhan dengan energi itu dan sekaligus menyentuh energi itu yang memang sudah ada dalam dirimu. Oleh karena itu energi perhatian penuh kesadaran sangat penting sekali, energi kesadaran membantumu melihat bahwa ada kasih sayang dan welas asih dalam dirimu.

Saat menjelang subuh ketika Siddharta mencapai pencerahan di bawah pohon bodhi, beliau takjub sendiri, beliau meditasi sepanjang malam, subuh itu ia melihat meteor, beliau jadi sadar bahwa semua orang punya kemampuan untuk mengerti, kemampuan sadar, dan kemampuan mencintai, namun sementara ini mereka tenggelam dalam samudra penderitaan dari satu kehidupan menuju kehidupan selanjutnya.”

Kemampuan ini dimiliki oleh semua orang, namun mereka tidak percaya, oleh karena itulah mereka jatuh ke dalam kompleks bahwa dirinya bukanlah orang yang layak dicintai, tidak layak menjadi leluhur, tidak layak menjadi guru spiritual, dan sebagainya. Ini disebut kompleks inferior, kompleks ini perlu ditransformasi. Caranya yaitu dengan mengenali bahwa ada sifat layak dari orang lain, dia adalah orang yang engkau cintai. Mengenali bahwa kasih sayang dan welas asih merupakan sumber energi yang penting bagi seseorang, ketika engkau menyentuh energi baik sang kekasihmu maka energi ini akan memantul balik ke dirimu. Ketika engkau merenungkan orang lain berarti engkau sedang merenungkan dirimu sendiri. Sama juga ketika engkau bersujud kepada Buddha di altar maka engkau punya kesempatan untuk menyentuh Buddha yang ada dalam hatimu.

Ada orang yang punya waktu untuk memberikan kesempatan kepada energi pengertian, welas asih, dan kasih sayang untuk tumbuh. Ketika energi seperti ini tumbuh, mereka menjadi bahagia, mereka yang punya energi kasih sayang, welas asih, sukacita, dan kebebasan adalah orang bahagia. Apabila engkau punya kesempatan untuk bersentuhan dengan orang demikian, mencintainya, maka engkau punya kesempatan untuk menyentuh sifat baik dalam dirimu. Mungkin ada banyak energi derita, keragu-raguan, putus asa, sifat cemburu, namun energi ini tidak bisa mematikan energi kebaikan dalam dirimu, energi ini tidak bisa mematikan kasih sayang dalam dirimu.

Buddha mengatakan pikiran selalu bersinar seperti cermin, namun cermin ini terkubur dalam debu ratusan tahun, kita hanya perlu menggunakan kain lap untuk membersihkannya, dengan demikian cermin ini bisa bersinar kembali. Ini yang disebut benih Buddha atau elemen dasar pencerahan, semua orang punya elemen dasar ini. Akibat dari penderitaan dan persepsi keliru sangat banyak maka, debu-debu ini menutupi elemen dasar pencerahan, begitu banyak persepsi keliru dalam dirimu. Tugas kita adalah berlatih untuk membersihka lapisan debu ini dan mengangkat layar persepsi keliru agar engkau bisa mengerti bahwa elemen dasar kencantikan, kebaikan, dan ketulusan memang sudah ada dalam dirimu, ini merupakan latihan esensial meditasi buddhis. Pada umumnya engkau merasa minder, makanya engkau mencari orang lain, engkau mencari guru yang bisa memberi sesuatu yang engkau tidak punya, tetapi sesungguhnya seorang guru yang mahir adalah guru yang membantu kamu menemukan guru dalam dirimu, guru itu akan meminta kamu untuk kembali ke gurumu ‘sendiri’, karena engkau telah punya elemen dasar kebaikan, elemen dasar pencerahan, elemen dasar welas asih dan sukacita, ketika engkau kembali pada dirimu sendiri dan menyentuh kehidupanmu dengan mendalam, maka engkau menemukan guru dalam hatimu sendiri. Seorang guru yang mahir adalah guru yang tidak membuat kamu menjadi orang yang tergantung kepadanya, seorang guru yang mahir adalah dia yang menyuruhmu kembali ke diri sendiri untuk menemukan bahwa ada guru dalam hatimu, engkau tidak perlu mengemis apa pun, engkau tidak perlu mengemis kecantikan, engkau tidak perlu mengemis kebaikan, engkau juga tidak perlu mengemis kebenaran, ternyata semua itu sudah ada dalam dirimu, inilah pernyataan Buddha ketika beliau tercerahkan, “Sungguh aneh, semua orang punya elemen dasar itu, namun mereka tenggelam dari satu kehidupan menuju kehidupan berikutnya, mereka tenggelam dalam samudra penderitaan”.

Jadi, apa artinya cinta? Mencintai berarti saling memandang dan memandang bersama pada arah yang sama. Ketika engkau tahu cara memandang, maka saling memandang akan menjadi suatu hal yang indah sekali, karena engkau tahu cara saling memandang dan menemukan elemen dasar kebaikan, kecantikan, dan ketulusan di pasanganmu dan dirimu sendiri. Memandang orang lain berarti memandang diri sendiri, jadi engkau punya kesempatan untuk menemukan bahwa cinta merupakan sesuatu yang nyata dan eksis.

Banyak kesempatan sudah hadir bagimu, bagi kita semua, beruntung bisa menerimanya. Cinta merupakan sesuatu yang sungguh eksis, cinta merupakan suatu energi yang membantu engkau menjadi kuat, menjadi penuh kasih, dan menjadi penuh perhatian. Perhatian terhadap kondisi orang dan makhluk lain, perhatian dicurahkan untuk meringankan penderitaan, perhatian dicurahkan untuk menolong orang lain agar mereka berbahagia. Ketika engkau bersentuhan dengan orang lain maka, engkau menghadirkan energi cinta, pada saat bersamaan engkau bersentuhan dengan kecantikan, karena cinta adalah kecantikan. Melalui pengalaman seperti ini engkau sadar bahwa cinta dan kecantikan itu eksis maka engkau bisa membangkitkan cinta dan kecantikan setiap hari, hidupmu menjadi lebih bermakna.

Buddha bilang, berlatih maitri membawa kecantikan, kecantikan yang membuat hidup lebih bermakna. Beliau juga bilang ketika engkau berlatih karuna atau welas asih, maka hatimu seperti angkasa raya tanpa batas, karuna merupakan sebuah energi yang membantumu untuk mengurangi penderitaan, membantu orang di sekeliling untuk mengurangi penderitaannya. Karuna juga merupakan energi untuk mentrasformasi penderitaan. Penderitaan itu seperti sampah kompos, cinta seperti bunga. Kompos itu tidak begitu indah sedangkan cinta atau bunga itu indah, tugas penderitaan dan kompos sudah jelas, kalau kita tau bagaimana memanfaatkan penderitaan maka kita bisa mentransformasi penderitaan menjadi cinta, kita bisa menghadirkan kecantikan bunga.

Mengerti tentang penderitaan orang di sekelilingmu dan mengerti penderitaan pribadi sangat penting, karena melalui pengertian atas penderitaan engkau baru bisa mentransformasi penderitaan menjadi cinta. Ketika kecantikan hadir maka cinta juga ada di situ, ketika welas asih hadir di situ maka engkau merasa punya banyak ruang di hatimu. Ketika engkau berucap penuh cinta kasih dan welas asih, kita sangat percaya bahwa orang yang mendapatkan manfaat hanyalah orang lain, engkau cenderung lupa bahwa pada momen itu cinta telah lahir dalam hatimu, begitu juga welas asih sudah lahir dari hatimu paling dalam, jadi orang pertama yang mendapatkan manfaat adalah dirimu sendiri, ketika cinta dan welas asih lahir dalam dirimu maka kecantikan dan kebahagiaan lahir seketika itu juga.

Buddha mengatakan bahwa berlatih maitri maka, engkau bisa merasakan banyak ruang dalam hatimu, ruang kosong ini memberi kesempatan kepada sukacita untuk tumbuh, kebahagiaan dan sukacita sesungguhnya tidak akan bisa terjadi kalau hatimu tidak ada ruang. Maitri diterjemahkan menjadi kasih sayang, ini merupakan elemen pertama dari true love. Karuna adalah welas asih, kemampuan untuk mengurangi dan mentransformasi penderitaan. Mudita atau sukacita merupakan elemen ketiga true love yang diajarkan oleh Buddha, elemen keempat adalah upeksa yang berarti kesetaraan atau non diskriminasi atau bisa diterjemahkan menjadi kebebasan. Engkau mencintai bukan karena orang tersebut bagian dari keluarga kandungmu, engkau mencintai seseorang bukan karena dia sama agamanya. Engkau mencintai bukan karena dia adalah anak kandungmu atau istri atau suamimu. Engkau mencintai karena orang itu butuh cinta, itu saja! Cintamu tanpa harus ada syarat apa pun, ini namanya cinta tanpa syarat, engkau mencintai untuk mengurangi penderitaan, mentransformasi penderitaan, menghadirkan sukacita, menghadirkan kebahagiaan. Engkau tidak berharap balasan apa pun. Buddha bilang ketika engkau mencintai maka engkau tidak ada apa pun, namun “tidak ada apa pun” juga suatu hal yang indah, berarti engkau tidak butuh apa pun, namun engkau punya semuanya.

Tanpa kehadiran Upeksa, cinta berubah menjadi posesif. Hembusan angin pada musim panas memberi kesegaran, namun apabila engkau mencoba untuk mengalengkan angin itu agar bisa menikmatinya sendirian, maka angin itu akan mati.

Kekasih atau orang yang kita sayangi juga demikian, dia bagaikan awan, angin atau bunga, apabila engkau mengurungnya dalam kaleng, dia akan mati. Ternyata banyak orang bertindak demikian, mereka merampas kebebasan sang kekasih, lebih parah lagi bahkan sang kekasih sudah tidak bisa menjadi dirinya sendiri lagi.

Banyak orang yang hanya hidup untuk memuaskan dirinya sendiri saja, menjadikan kekasihnya sebagai objek untuk memenuhi keinginannya, tindakan demikian bukanlah mencintai namun menghancurkan!

Engkau berulang kali mengatakan “aku cinta padamu”, namun apabila engkau tidak mengerti aspirasi, kebutuhan, kesulitannya, maka engkau sedang memenjarakan kekasihmu dalam sel yang bernama “cinta”.

Cinta sejati memberimu dan kekasihmu ruang agar tetap memiliki kebebasan

Wejangan Dharma oleh Thich Nhat Hanh pada tanggal 01 Januari 1998 di Plum Village Prancis