Berhenti di Saat Ini

Berhenti di Saat Ini
Foto bersama, kebaya Indonesia. Sri (barisan depan, dari kanan pertama)

Cerita ini adalah perjalanan saya ketika mengikuti retret di Plum Village Thailand, retret ini merupakan hadiah terindah dari orang yang saya sayangi. Retret ini bertemakan “Walk With Me“, ini adalah retret pertama saya di Thailand. pada tanggal 23 desember saya berangkat dari Bandara Kualanamu Medan menuju Thailand.

Kita ada 14 orang yang berangkat pada waktu itu, ada hal menarik yang terjadi ketika kita tiba di bandaraThailand untuk ambil koper, Sudah keliling mencari koper, ternyata 20 koper kita ketinggalan di bandara Kuala Lumpur.

Kita hanya tertawa saja dan lanjut untuk mengurus proses pengantaran koper, lalu kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Plum Village yang berjarak 3 jam dari bandara Svarnabhumi Thailand dan bermalam tanpa baju ganti. Koper kami tiba di Plum Village pukul 2 pagi dini hari.

Aku Rindu
Ketika saya tiba di Plum Village, saya menikmati keindahan suasana di sana, tempatnya begitu sejuk karena berada di antara gunung dan ada perbukitan.

Dalam hati ini berkata “saya mau bersama keluarga berada di sini” karena saat ini saya hanya seorang diri hadir untuk mengikuti retret ini, hati ini menjadi sedikit sedih.

Jantung saya mulai berdegup kencang, lalu saya teringat untuk bernapas masuk dan napas keluar. Saya tau saat ini saya sendiri di sini, saya berhenti di saat itu juga untuk bernapas. Aku tak mau lukai hati ini, tubuh, dan pikiran ini, tapi saat ini aku sendiri. Aku sadari aku bernapas, aku bahagia, aku tahu napasku untukmu.

Bertemu Kembali
Pagi itu sangat cerah sekali, saya memutuskan untuk berjalan pagi untuk melihat sekeliling tempat saya menginap, karena waktu itu saya tiba di sana sudah malam dan langsung tidur. Tempat ini ternyata begitu luas, berada di puncak dan dikelilingi beberapa bukit dan ada gunung. Pemandangannya begitu indah sehingga membuat udara di sini dingin di malam hari dan sejuk di siang hari.

Saya berhenti sejenak dan duduk di atas sebuah batu untuk menikmati pemandangan, langit, suara burung, awan, dan burung yang beterbangan di atas, serta angin yang berhembus dingin menerpa wajah saya.

Bernapas masuk, bernapas keluar, saya melihat langit yang cerah dan burung berterbangan.

Bernapas masuk, bernapas keluar, saya mendengar suara-suara burung berkicau
Bernapas masuk, bernapas keluar, hatiku terasa damai.

Saya merasakan sesuatu yang hilang telah kembali lagi, ya, perasan hati ini, hati yang selama ini saya rindukan, akhirnya saya temukan kembali, dan sekarang saya mengerti bagaimana cara saya agar dapat kembali, dengan berhenti sejenak untuk melihat dan mendengar apa pun itu sehingga aku dapat merasakan hati yang damai. Perlahan kulepaskan lipatan kakiku dan turun dari atas batu untuk melanjutkan perjalanan pagi ku mengelilingi lokasi tempat saya retret dengan senyum pagi yang indah, SMILE….

Jasmine Tea
Kegiatan Reret selama beberapa hari, yang diawali dengan bangun pagi untuk meditasi duduk, meditasi berjalan, meditasi sarapan pagi, meditasi kerja, Dharma talk, meditasi makan siang, relaksasi total. Sesi yang membuat saya paling setresss adalah Dharma sharing group.

Baru disadari bahwa saya berada di grup yang pesertanya adalah orang dari berbagai Negara. Saya tidak pandai berbahasa Inggris, dan saya hanya punya satu teman di dalam grup yang juga tidak begitu lancar berbahasa Inggris.

Grup saya adalah “Jasmine Tea“, saya hanya dapat menyebutkan nama dan beberapa kata saja yang dapat saya ucapkan, di sini saya ingin bercerita tentang kegiatan kita, setiap grup perlu membuat sebuah pertunjukan untuk menyambut malam tahun baru. Waktu kita hanya ada 3 jam untuk mempersiapkan latihan sebelum tampil.

Kekacauan
Grup saya memutuskan untuk membuat drama tentang “KEKACAUAN“ yang terjadi ketika ingin sampai di Plum Village Thailand untuk mengikuti retret, yang pertama di mulai dengan kekacaun dari naik taksi yang mana teman saya bernama George sebagai penumpang dan Mr. Bunn sebagai supir taksi Thailand yang tidak mengerti bahasa Inggris.

Kekacauan pun terjadi ketika supir salah mengantar George ke bandara, di Thailand ada 2 bandara penerbangan keributan pun terjadi, tiba–tiba terdengar suara bel dan mereka berdua pun hening, lalu George menuliskan di sebuah kertas ke bandara mana yang dia mau.

Sekarang masuk dengan KEKACAUAN di imigrasi, kini giliran saya yang berperan sebagai staf wanita imigrasi. Di imigrasi sering terjadi kekacauan tentang VISA dan berebut antrian untuk cap paspor, bukankah begitu?

Saya mengambil peran ini karena keterbatasan saya berbahasa Inggris, jadi saya hanya perlu mengucapkan kata No No No… you need VISA. Kekacauan timbul, terdengar suara bel .. silent dan saya memutuskan semua pengunjung untuk masuk tidak pakai visa.

Semua berjalan happy sampai di penjemputan menuju ke Plum Village. Walaupun degan keterbatasan saya dalam berbahasa kita adalah satu keluarga “Jasmine Tea” we are happy.

Terima kasih, dengan Latihan Retreat Mindfulness ini saya dapat belajar dan mengerti, hingga saya memahaminya, dengan keterbatasan berbahasa inggris, yang membuat saya benar–benar pasang telinga dan mata untuk dapat mengerti apa yang sedang mereka bicarakan dalam sharing group, serta saat mereka bertanya ke saya. (Sri)

Foto-foto dari Core Sangha Retreat @ThaiPlumVillage

Foto Core Sangha Retreat Des 2017

Foto Core Sangha Retreat Des 2017

Mindfulness Class: Relaksasi Total

Mindfulness Class: Relaksasi Total
Ruang relaksasi total untuk anak sekolah

Apa yang terpikirkan anak-anak ketika saya umumkan bahwa pelajaran mendatang adalah meditasi tidur? Ya, mereka berpikir akan tidur. Apalagi saya memperbolehkan mereka membawa baju tidur dan selimut. Mereka berpikir, “Asyik, akan bisa tidur siang.”

Tetapi ada juga yang bingung membayangkan bagaimana bisa meditasi sambil tidur? Haha..

Ternyata ketika dipraktikkan, tidak seperti yang saya dan mereka bayangkan. Saya membayangkan mereka akan seperti para guru yang dapat mengikuti dengan tenang saat pelatihan guru beberapa waktu lalu. Sedangkan mereka membayangkan dapat langsung tidur ketika meditasi dimulai. Mereka tidak menyangka akan mendengar suara saya membimbing mereka sepanjang meditasi berlangsung untuk merilekskan tubuh mereka.

Di kelas kecil, awalnya mereka bisa berbaring tenang. Tapi beberapa menit kemudian ada beberapa yang mulai gelisah. Ada yang bangun, lalu duduk dan tidak berbaring lagi. Karena saya sedang memimpin sesi ini sendirian, maka saya memilih untuk tetap melanjutkan sesi ini tanpa terpengaruhi oleh mereka. Tapi itu hanya satu dua orang saja.

Banyak yang dapat tertidur di tengah meditasi. Ada beberapa yang terjaga hingga selesai tanpa tidur tapi tidak mengganggu temannya. Mereka belum terbiasa. Ini pengalaman pertama buat mereka. Saya memahami keadaan mereka, jadi saya tidak marah pada mereka. Sebenarnya hanya beberapa anak yang tidak bisa mengikuti, masih banyak anak yang dapat mengikuti dengan baik. Bahkan ada beberapa anak yang benar-benar tertidur lelap.

Ketika sesi relaksasi selesai, saya membahas dengan mereka. Ada yang mengaku tidak terbiasa tidur siang, jadi mereka gelisah. Ada yang terganggu dengan temannya yang tidak mengikuti tadi. Tapi banyak yang mengatakan bahwa mereka menikmati sesi ini. Terutama menyukai ketika saya menyanyikan beberapa lagu, serasa dininabonokan. Haha.. Dan ketika saya menanyakan apakah mau jika ini diadakan lagi, mereka menjawab, “Mauuuuu..”

Ya, pengalaman pertama sering tidak sesuai dengan yang kita bayangkan. Saya tidak menyalahkan anak-anak itu. Mudah-mudahan di sesi berikutnya mereka akan lebih mengerti dan bisa mengikutinya dengan baik. Kita tidak bisa memaksakan mereka untuk membentuk diri mereka sesuai dengan yang kita inginkan. Biarkan mereka mengolah diri dan cara berpikir mereka sesuai kematangan masing-masing. Jika mereka paham, pasti mereka akan bisa mengikuti dengan sendirinya.

Berbanding terbalik dengan siswa SMP, meditasi ini merupakan salah satu kegiatan favorit mereka. Mungkin karena mereka telah melakukannya berkali-kali dan telah terbiasa sehingga dapat menikmatinya. Banyak yang dapat menggunakan waktu ini untuk rileks dan segar kembali ketika bangun untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya. (Rumini Lim)*

“And when I rise, let me rise
Like a bird, joyfully
And when I fall, let me fall
Like a leaf, gracefully
Without regret.”

Panduan relaksasi total tersedia di sini dan juga sini

*Guru Sekolah Ananda di Bagan Batu, ia mengajar mindfulness class

Happy Teachers Gathering

Happy Teachers Gathering
Happy Teachers Gathering @ThaiPlumVillage (Dec 2017)

Bayangkan 500an orang berkumpul di satu tempat, hanya satu kata, bising! Namun Plum Village punya cara untuk membuat semua orang hening dengan memancarkan secercah senyum, itu yang terjadi pada Retret Core Sangha penghujung tahun di Plum Village Thailand sejak 25 Desember 2017 s.d. 1 Januari 2018.

Plum Village Thailand menjadi pusat latihan bagi kawasan Asia Pasifik. Tradisi Zen yang diasuh oleh Zen Master Thich Nhat Hanh yang kerap disapa Thay (artinya guru), yang mana beliau sedang dalam tahap penyembuhan dari stroke yang mendera beliau sejak 2014.

Thay memberi pesan cukup jelas untuk membantu para guru, meminta para murid-murid monastik maupun sahabat awam untuk memberikan perhatian khusus kepada guru sekolah. Oleh karena itulah muncul program “Happy Teachers Change The World“. Program membawa “mindfulness” (sadar penuh) yang lebih praktis dan sekuler ke dunia pendidikan.

Penerbit Parallax telah menerbitkan buku “Happy Teachers Change The World” yang merupakan kerjasama dari Plum Village dan Katherine Weare yang merupakan pakar pendidikan dari Inggris. Buku ini bisa diperoleh dari sini.

Kesempatan berkumpul selalu dipergunakan untuk membangun jaringan, terutama yang berkaitan dengan misi pendidikan. Ho Gia Anh Le, guru yang berasal dari Vietnam, saat ini mengajar di Singapura; ia menginisiatifkan pertemuan para pendidik yang kebetulan hadir dalam retret core sangha tersebut.

Beberapa teman dari Indonesia juga tampak hadir, Ibu Linda Roesli dan Novi mewakili sekolah Nanyang Zhi Hui Medan, Shantum Seth mewakili jaringan pendidikan dari India, dan beberapa negara lainnya yaitu dari Vietnam, Thailand, Jerman, Perancis, dan lain-lain.

Masing-masing membagikan bagaimana mereka membawa “mindfulness” ke dunia pendidikan, bagaimana reaksi anak-anak terhadap program ini. Semua orang merasa pertemuan ini perlu sering dilakukan agar bisa saling memberikan semangat dan inspirasi segar.

Benih sudah ditanamkan, semoga jaringan “Happy Teachers” Asia bisa melakukan sesuatu lebih konkrit di kemudian hari. Nanti mungkin akan ada kegiatan bersama, seperti konferensi mindful teachers sebagaimana yang disarankan oleh Thay Phap Kham (Dharmacharya senior dari Asia Pasifik). Kita tunggu kabar berikutnya. (Pháp Tử)

Renungan Makan (versi anak-anak)

Renungan Makan (versi anak-anak)
  1. Makanan ini adalah pemberian dari alam semesta: bumi, langit, hujan, dan matahari
  2. Terima kasih kepada: para petani, penjual, dan yang memasak makanan ini
  3. Ambillah makanan secukupnya
  4. Marilah kunyah dengan pelan agar kita bisa menikmatinya
  5. Tumbuhkan welas asih, lindungi semua makhluk dan lingkungan, lestarikan planet ini melalui cara kita makan
  6. Makanan ini memberikan energi agar kita bisa menjadi lebih penuh kasih sayang dan pengertian

Come And Sit

Come And Sit

Unduh MP3 Klik sini

Come and sit by my side.
If you’re lonely
Close your eyes
Drink some tea together
Breathing in, breathing out
Smiling and calm
You will feel that our life is so true

Come and sit by my side
When you’re tired
Close your eyes
Put your hands on your heart
Breathing in, breathing out
Smiling and calm
You will feel that our life is so true

Come and sit by my side
If you cry
Close your eyes
Put your hands on the Earth
Breathing in, breathing out
Smiling and calm
You will feel that the life is happy

Folk song of uncertain origin by the title “Red River Valley”

Doa Tahun Baru kepada Ibu Pertiwi dan Semua Guru Leluhur

Doa Tahun Baru kepada Ibu Pertiwi dan Semua Guru Leluhur

Kepada Thay yang terkasih, para leluhur yang kami muliakan, dan Ibu Pertiwi,

Kami telah hadir di sini sebagai empat lapisan komunitas pada momen penuh khidmat di tahun baru untuk mengungkapkan rasa syukur dan aspirasi mendalam kami sebagai sebuah keluarga spiritual serta untuk memulai lembaran baru.

Kami tahu bahwa para leluhur juga bersama kami pada momen ini, semua leluhur menjadi tempat kami berlindung. Ketika kami menyentuh bumi pada malam ini, kami merasa suatu hubungan yang erat dengan para leluhur, juga dengan Ibu Pertiwi: Bumi biru yang indah, bodhisattwa maha penyegaran, harum dan sejuk, baik hati dan inklusif, menerima semuanya. Ibu Pertiwi, kami semua adalah anak-anakmu, dan begitu juga kami masih memiliki kesalahan dan kekurangan, setiap kali kami pulang ke rumah, engkau selalu siap membuka dekapan untuk memeluk kami.

Thay yang kami kasihi, pada masa lalu kami telah membiarkan benih-benih kekhawatiran dan ketidakpastian tersirami berulang kali mengakibatkan begitu banyak ketakutan dalam diri kami. Kami ragu untuk berlindung pada jalan Dharma, dan bahkan kami juga meragukan keluarga spiritual ini. Kami tidak sungguh-sungguh dalam praktik. Kami telah membiarkan emosi negatif dan persepsi keliru mengambil alih diri kami, sehingga memunculkan putus asa, merasa terkucilkan, dan kesedihan.

Menyadari hal itu, kami ingin memulai lembaran baru dan mengingatkan kami akan komitmen untuk berlatih sepenuh hati, berlindung pada komunitas tercinta ini, dan menjadi kelanjutan dari Thay dan semua guru dari silsilah leluhur spiritual. Kami bertekad untuk hidup lebih mendalam dengan cara berlatih bernapas dan berjalan berkesadaran dalam kehidupan sehari-hari, karena kami tahu itulah latihan kesukaanmu. Kami juga tahu Thay senang membangun sangha, kami akan melanjutkan tugas membangun persaudaraan kakak dan adik dengan sepenuh hati, walaupun kami sering menghadapi tantangan. Kami tidak akan menyerah untuk praktik, atau meninggalkan komunitas kami, tapi beraspirasi untuk mendengar secara mendalam dan saling membantu, tidak akan meninggalkan siapa pun, walaupun dia menjadi penyebab penderitaan.

Ibu Pertiwi, sebagai keluarga dalam kemanusiaan, kami sering keliru dalam mencari kebahagiaan, kami membiarkan keserakahan dan materialisme memerintah. Kami sering mengejar status, kekuasaan, barang dan materi, kesenangan duniawi, lalai bahwa hal-hal demikian tidak akan mendatangkan kebahagiaan dan kebebasan. Kami telah melukai Tanah tempat kami berpijak juga diri sendiri, kami mengeksploitasi gunung dan sungai, bertindak semena-mena terhadap hutan dan spesies lainnya, menyebabkan polusi atmosfir dan menyebabkan bumi ini kehilangan keseimbangan dan keindahannya.

Kami bertekad untuk menyederhanakan hidup kami, mengingat kami bahwa pada momen kekinian telah memiliki banyak kondisi untuk berbahagia. Kami berjanji untuk hidup lebih mendalam dan bersyukur, menyadari bahwa kehidupan itu sendiri adalah keajaiban. Pada tahun baru ini, kami bertekad untuk mengurangi konsumsi dan berupaya untuk hidup lebih bertanggung jawab dan swasembada untuk diri sendiri dan Ibu Pertiwi.

Wahai para leluhur, kami telah membiarkan rasa takut, fanatik dan intoleransi memicu perpecahan dalam keluarga. Kami telah menjadi penyebab penderita sesamanya, diskriminasi atas nama agama, etnik, dan warga negara. Kami telah menutup pintu hati dan menutupi semua perbatasan karena ketakutan dan ketidaktahuan. Kami telah menyebabkan peperangan, teror dan konflik antar sesama manusia, mengizinkan pergolakan militer menjadi makin parah dalam masyarakat. Kami telah melupakan bahwa sesungguhnya kita saling berkaitan erat, dan kebahagiaan dan penderitaan kita saling bergantungan kepada kebahagiaan dan penderitaan pihak lain.

Kami yakin bahwa kami memiliki kearifan non diskriminasi dan welas asih yang luhur, itu semua telah diwariskan oleh guru spiritual dan para leluhur, juga dari Ibu Pertiwi. Kami bertekad untuk terus berada di jalan Dharma ini, tetap membuka hati, dan meletakkan keangkuhan kami, agar pengertian dan cinta kasih bisa hadir dalam hati kami.

Ketika kami menyentuh bumi, kami menyampaikan rasa syukur kepada guru terkasih kami, Thay, para leluhur kandung dan spiritual, dan Ibu Pertiwi. Kami telah menemukan jalan Dharma dan praktik dalam keluarga spiritual yang menjadi tempat kami berlindung. Kami telah memperoleh sukacita, kedamaian, dan transformasi. Kami telah mencicipi kebebasan dari melepaskan gagasan-gagasan. Kami bisa merasakan kehangatan dan kekuatan dalam persaudaraan kakak dan adik, kami tahu dengan berkumpul bersama, kami bisa menghadapi berbagai tantangan dan merealisasi aspirasi kami, Kami berjanji, pada momen khidmat ini, kami ingin terus membangun keluarga, membangun komunitas dan membuka lebar jalan Dharma ini untuk diri sendiri dan generasi berikutnya.

Thay yang kami muliakan, Ibu Pertiwi, mohon terimalah permohonan yang kami haturkan, dupa, bunga, buah, teh yang semua ini menjadi sebuah bentuk kesungguhan hati, aspirasi, penghormatan, rasa syukur, dan cinta kasih kami. (Alih bahasa: Br. Phap Tu*, Penyunting: Rahka**)

*Dharmacharya dari Indonesia
**Anggota dari Ordo Interbeing Indonesia

Retret GABI: Bring Each Smile To Breath

Retret GABI: Bring Each Smile To Breath
Retret GABI SumSel @Lubuklinggau

GABI (Gelanggang anak buddhis indonesia) Sumatera Selatan memilih menghabiskan libur natal mereka untuk berlatih bersama di Wihara Buddha Indonesia Lubuklinggau dari 22 s.d. 25 Desember 2017.

Pada acara ini anak-anak diajarkan untuk selalu menyadari napas masuk, napas keluar sesuai dengan tema acara ini bring smile into each breath, anak-anak dibimbing untuk mencintai setiap napasnya mulai dari hanya mendengarkan dentang jam dinding setiap jam, mendengarkan bunyi lonceng pergantian acara, serta meditasi duduk dan jalan setiap pagi. Hal tersebut guna untuk merelaksasikan pikiran dan hati mereka yang selama ini sudah terbebani.

Kegiatan menarik lainnya yaitu bertepatan dengan hari ibu 22 desember 2017, meski banyak anak jauh dari ibu mereka, namun anak-anak tetap merayakan hari ibu dengan memberikan kejutan kue dan tiup lilin kecil pada ibu-ibu yang telah memasak dan menyediakan makanan untuk mereka. Beberapa dari mereka menjadi perwakilan menyuapi ibu-ibu tersebut dan semuanya bernyanyi kasih ibu di perayaan yang sederhana dan penuh makna.

Anak-anak juga membiasakan diri untuk meditasi makan, relaksasi total setiap siang hari, stick exercise, mendengarkan Dharma dengan tema berbakti pada orang tua dan kalyannamitta (sahabat yang sesungguhnya), belajar bernyanyi lagu Buddhis, workshop mewarnai zen tangle dan mind map dengan tema berbakti kepada orang tua, serta berbagai games yang mengarah pada kesadaran, kejujuran, serta solidaritas bersama.

Anak-anak terlihat sangat bahagia pada acara retreat ini walaupun gadget dan snack pribadi harus disita. Mereka seakan lupa akan hal itu terbukti pada saat sesi Dharma sharing banyak dari mereka yang aktif menyampaikan kesannya mengikuti retreat ini bisa mendapatkan banyak teman baru, belajar mandiri tidak merepotkan mama dan papa di rumah dan belajar tidak berisik. Mereka juga ingin mempraktikkan apa yang telah dipelajari selama retreat dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Kami sebagai pendidik dan kakak-kakak dari GABI sangat bahagia bisa melihat anak-anak yang biasanya terlalu ribut dan tidak tenang bisa menjadi anak yang lebih baik selama 4 hari latihan. Kami harap anak-anak bisa mempraktikkan meditasi sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Kami juga berharap agar acara retreat untuk anak-anak ini akan menjadi agenda rutin tahunan (sudah direkues orang tua).

Kami mengucapkan terima kasih kepada fasilitator luar biasa Bhante Nyanabhadra, Bhante Bhadraputra dan Bhante Bhadramurti yang sudah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing anak-anak. Kakak-kakak GABI, dan panitia dengan sangat baik dan penuh perhatian, terima kasih untuk briefing setiap malamnya yang menjadi kunci kesuksesan acara ini.

Semoga latihan seperti ini dapat tetap kita lanjutkan di kesempatan berikutnya. We’ve already brought those smiles into each breath, thank you bhante. (Siska)*

*DPD IPGABI Sumatra Selatan

Mindfulness Class: Meditasi Biskuit dan Teh

Mindfulness Class: Meditasi Biskuit dan Teh
Meditasi Biskuit dan Teh

“Drink your tea slowly and reverently, as if it is the axis on which the world earth revolves – slowly, evenly, without rushing toward the future.” ~ Thich Nhat Hanh

Ketika diumumkan akan diadakan “biscuit meditation” untuk siswa SD, mereka sangat antusias dan penasaran. Ini kali pertama bagi mereka. Bagi siswa SMP, mereka sudah pernah melakukannya. Agar bervariasi untuk siswa SMP, saya memakai sistem potluck yang mana setiap anak diminta untuk membawa satu bungkus kecil biskuit yang akan kami nikmati bersama ditemani segelas teh. Biskuit yang terkumpul menjadi sangat bervariasi sehingga mereka lebih bersemangat.

Karena ini pertama kali bagi kelas SD, mereka dijelaskan terlebih dahulu bagaimana melakukan meditasi ini. Dari mulai memberi bow ketika biskuit diberikan secara bergiliran, mengedarkan biskuit dengan sadar penuh, menghirup wangi teh dan mencicipinya secara perlahan, menggigit biskuit secara perlahan dan membiarkannya melembut di mulut, menikmati biskuit bersama teh dan merasakan sensasinya, hingga menutup meditasi dengan melakukan bow bersama-sama.

Anak-anak terlihat sangat antusias dan berusaha melakukannya dengan sungguh-sungguh. Jika ada temannya yang lupa memberi bow, mereka akan saling mengingatkan dengan berbisik, “Bow dulu.”

Saat mereka menikmati biskuit, ada yang sangat serius melakukannya, ada yang sambil berpandang-pandangan dengan temannya lalu tersenyum. Ketika lonceng diundang kembali sebagai tanda selesai, meditasi kami tutup dengan bow bersama-sama. Setelah itu anak-anak berbagi pengalaman mereka bagaimana rasanya melakukan meditasi ini.

Lain halnya dengan siswa SMP. Dalam kelas ini, mereka bukan hanya belajar menikmati makan dalam hening dan tidak terburu-buru, tetapi mereka juga dilatih agar dapat melihat sifat ‘interbeing‘ dari makanan yang mereka konsumsi.

“Elemen-elemen apa saja yang ada dalam biskuit dan teh yang mereka makan dan minum?”

“Apakah mereka bisa membayangkan perjalanan yang dibutuhkan oleh makanan itu hingga terhidang di hadapannya?”

“Bagian mana dari snack ini yang membutuhkan waktu paling lama untuk ditanam? Bagian mana yang membutuhkan perjalanan paling jauh untuk tiba di hadapan kita?”

“Apakah mereka dapat melihat adanya peran cacing, matahari, awan, hujan, petani coklat, peternak sapi, supir truk, dan orang yang mengangkutnya?

Setelah memahami adanya saling keterkaitan ini, mereka akan belajar untuk tidak meremehkan apapun. Belajar untuk tahu bersyukur dan berterima kasih, menjadi lebih peduli dan lebih sadar akan lingkungan sekitarnya.(Rumini Lim)*

“Karena dalam sebuah piring makanan, terdapat banyak tangan, hati dan jiwa yang terlibat dalam penyiapannya.” ~ Thich Nhat Hanh

*Guru Sekolah Ananda di Bagan Batu, ia mengajar mindfulness class

Selamat Datang Sister Trang Giac Minh

Selamat Datang Sister Trang Giac Minh
Monastik Indonesia; Sister Trang Giach Minh (dari kiri ke-4)

Plum Village Perancis menyambut kedatangan monastik baru pada tanggal 14 Desember 2017. Mereka terdiri dari aspiran pria yaitu: Rupert dari Austria, Gabriele dari Italia, Khoa dari Vietnam-Australia, Marvin dari Jerman-Suriname, and Hernando who is Colombia-Perancis. Aspirant wanita ada Marie dari Perancis, Suriyana dari Indonesia, Linh dari Singapura, dan Thuy dari Vietname-Australia. Mereka ditahbiskan dalam keluarga penahbisan “Poplar Tree“.

Penahbisan samanera-samaneri kali ini mengikutsertakan seorang aspiran dari Indonesia. Ia bernama Suriyana, sekarang bernama Sister Trang Giac Minh (The Moon of Awakened Brightness). Sister Giac Minh telah menjadi aspiran sekitar setahun, kakak kandungnya (Suryani) juga telah ditahbiskan sebagai samaneri tahun 2016 dengan nama Sister Trang Tinh Mac.

Di Plum Village Thailand juga pada saat bersamaan melakukan penahbisan total sebanyak 13 samanera dan samaneri.

Lebih banyak foto bisa dilihat di sini dan sini juga di sini

Watering Seeds of Joy

Watering Seeds of Joy

Download MP3 klik sini

My mother, my father, they are in me.
And when I look, I see myself in them.

The Buddha, the patriarchs, they are in me.
And when I look, I see myself in them.

I am a continuation of my mother and my father
I am a continuation of all my blood ancestors.
It is my aspiration to preserve and continue to nourish
seeds of goodness, seeds of skill, seeds of happiness
which I have inherited.

It’s also my desire to recognize
the seeds of fear and suffering I have inherited,
and, bit by bit, to transform them, transform them.
I am a continuation of the Buddha and the patriarchs
I am a continuation of all my spiritual teachers.

It is my deep aspiration to preserve, develop, and nourish
seeds of understanding, seeds of love, seeds of freedom
which they have transmitted to me.

In my daily life, I also want to sow
seeds of love and compassion
in my own consciousness and in the heart of other people.

I am determined not to water
seeds of craving, aversion, and violence in me
seeds of craving, aversion, and violence in others
With resolve and with compassion,
I give rise to this aspiration:

May my practice be an off’ring of the heart
May my practice be an off’ring of the heart