Take Less Than Needed

Take Less Than Needed
Sarapan formal di Plum Village Thailand

Kehidupan sehari-hari sebagai seorang ibu yang bekerja penuh waktu sangat menguras waktu dan tenaga menjadi tantangan untuk berlatih dan membina batin. Kita perlu mencari cara agar bisa terus berlatih didalam setiap kegiatan kehidupan sehari hari.

Salah satu kegiatan yang pasti kita lakukan adalah makan. Sering kali kita makan begitu saja seakan akan hanya mencekoki mulut agar merasa kenyang ataupun kita makan untuk mengejar nikmat senikmatnya makanan itu. Jadi, makan bisa menjadi satu kesempatan latihan dalam membina, memantau, dan refleksi diri.

Latihan dalam proses makan dapat berbagai cara tergantung kondisi dan kebutuhan batin masing masing. Latihan makan yang saya lakukan berupa pola makan vegetarian, makan seperlunya hanya dua kali yaitu sarapan dan makan siang (makan malam hanya bila benar merasa lapar), tidak memilih makanan yang dihidangkan (hanya memakan apa yang disajikan tanpa memilih), tidak memakan camilan dan tentunya makan yang berkesadaran.

Praktik makan berkesadaran yang saya lakukan membawa manfaat dalam batin saya. Pola makan vegetarian memupuk benih metta dalam batin karena hanya makan makanan bukan dari hasil penderitaan mahluk lain yg dibunuh, dan tidak mengambil kebahagiaan mahluk lain untuk kebahagiaan kita.

Pola makan yang hanya dua kali berupa makan pagi dan siang, makan malam hanya bila badan benar merasa lapar, membantu latihan dalam meningkatkan kesadaran akan tanda-tanda kebutuhan. Apakah memang badan yang butuh atau pikiran yang merasa butuh.

Melatih untuk merasakan kecukupan sesuatu, apakah makan siang sudah cukup untuk hari menyediakan tenaga hingga malam hari. Proses makan saya juga berupa makan apa apa adanya sesuai yang dihidangkan, hal ini meningkatkan rasa penerimaan terhadap sesuatu apa adanya, meningkatkan rasa bersyukur karena ada makanan yang bisa mengenyangkan dan menutrisi diri.

Makan yang berkesadaran adalah proses makan tanpa distraksi. Saya merasa ini salah satu bentuk meditasi karena objeknya adalah makanan dan proses makannya. Pada proses makannya saya memantau gerak gerik pikiran saya ketika makan. Saya menyadari betapa pikiran akan selalu berusaha untuk melarikan diri dari objek makanan bila makanan rasanya terlalu kuat atau aneh atau teksturnya kurang disukai.

Ketika lapar, pikiran menjadi obsesif dengan makanannya dan bermanifestasi sebagai impuls untuk makan dengan lebih terburu-buru. Saya juga melihat perbedaan bila mengunyah dan memegang sendok bersamaan; dengan mengunyah tapi sendok diletak. Bila sendok dipegang, ada muncul impuls dan keterburu-buruan untuk mengambil makanan berikutnya dan juga bila tangan ada sendok makan fokus ke objek makanan di mulut menjadi melemah. Sebaliknya bila sendok diletakkan maka akan lebih mudah fokus dan juga terasa relaks.

Di saat makan, saya mengingatkan diri bahwa makan adalah untuk menutrisi diri dan melanjutkan kehidupan; makan bukan sebagai pemuasan kesenangan diri. Hal ini membantu diri untuk mengurangi rasa rakus akan makanan. Tentunya hal ini juga akan memberi bonus kepada berat badan yang terjaga.

Disaat saya berkesempatan mengikuti retret di Plum Village Thailand, ada yang saya pelajari dan pahami di saat mengantri mengambil makanan. Pada saat masuk ke ruang penyajian makanan, dan mengantri, saya belajar merasakan berapa banyak kebutuhan badan, sebanyak apa makanan yang saya perlukan untuk beberapa jam kedepan sebelum jam makan berikutnya.

Kemudian disaat mengambil makanan, saya mengingat bahwa ada banyak orang yang sama sama butuh makan, jadi sebaiknya mengambil lebih sedikit dari yang saya rasa saya butuh (take less than needed), agar makanan bisa cukup untuk semua. Sedikit lapar tidak apa apa. Hal ini bukan hanya melatih rasa sadar akan kebutuhan diri, namun juga melatih rasa empati kepada yang lain dan melatih kesabaran diri dan kerelaan sedikit menderita (bila lapar karena makan terlalu sedikit) demi bisa berbahagia bersama.

Saya harus mengakui bahwa perjalanan latihan tidak selalu mulus dan tidak mungkin sempurna. Saya kadang-kadang mendapati diri kalah dengan impuls pikiran. Bagaimana membedakan suatu impuls benar dari badan atau dari pikiran adalah tidak mudah. Apalagi impuls demikian sudah sangat lama kita ikuti sebelumnya.

Rasa lapar, apakah itu lapar dari kebutuhan badan atau dari pikiran yang ingin makan. Bagaimana melihat dengan jernih terhadap apa yang sesungguhnya. Ini semua membutuhkan latihan. Latihan membutuhkan komitmen dan disiplin. Walaupun hal ini tidak mudah dan sulit untuk sempurna, namun saya selalu ingat nasihat bhante, “Don’t try to be perfect, just do your best. It is enough.”  (Dewi S)

Happy eating, happy practising.

Menyambut Keluarga Penahbisan Jeruk Bali

Menyambut Keluarga Penahbisan Jeruk Bali
Foto di gerbang Biara

Musim dingin di Hue, para murid-murid dari mendiang Master Zen Thích Nhất Hạnh yang akrab disapa Thầy, berduyun-duyun kembali ke Biara Từ Hiếu di Huế untuk menghadiri seremoni mengenang mendiang Master Zen yang ke-3. Tahun ini ada sekitar 258 monastik (biksu, biksuni, sramanera, dan sramaneri) berkumpul dalam kekeluargaan selama 10 hari untuk menghadirkan kekuatan kesadaran penuh kolektif bersama para sahabat awam.

Aroma wangi Bukit Dương Xuân menemani empat lapis komunias berkumpul di Aula Meditasi Hương Cau pada 12 Januari 2025, di Biara Diệu Trạm untuk memberikan dukungan kepada para anak muda yang akan menerima penahbisan novis (sramanera-sramaneri).

Nama Dharma mereka adalah Chân Hương Hạnh, Chân Nhất Tính, Chân Thiền Hạnh, Chân Nguyên Hạnh, Chân Nghiêm Hạnh, Chân Nhã Hạnh, Chân Đan Hạnh, Chân Lưu Hạnh, Chân Khai Hạnh, Chân Văn Hạnh, Chân Nhất Tạng, Chân Thư Hạnh, Chân Nhất Chí, Chân Nhất Bản, Chân Bổn Hạnh, Chân Giác Hạnh, Chân Nhất Đẳng, Chân Nhất Đế, Chân Mẫn Hạnh, Chân Khiết Hạnh và Chân Nhất Hoa.

Anggota monastik bagai taman bunga, dari waktu ke waktu bertunas dan tumbuh berkembang adalah kabar baik dan kado terbesar yang bisa dipersembahkan kepada mendiang Thầy, jika beliau melihat ini, kami yakin beliau akan tersenyum, karena ada generasi penerus monastik yang melanjutkan tugas mulia untuk menyemai, dan meneruskan Dharma sejati.

Benih-benih bodhi tersebut telah melewati banyak rintangan untuk dapat disemaikan dalam tanah spiritual. Setelah disirami dan dirawat oleh Sangha, kini mereka tumbuh dengan indah sebagai keluarga “Pohon Thanh Trà”.

Thanh Trà adalah nama buah jeruk khas dari Kota Huế, nama latinnya adalah Citrus Grandis, atau di Indonesia dikenal dengan nama Jeruk Bali. Pohon Thanh Trà tumbuh dalam kondisi cuaca yang keras, seperti kekeringan, hujan lebat, dan badai, tetapi berkat aliran air sejuk dari Sungai Hương, pohon-pohon ini mampu menghasilkan buah yang manis.

Setiap kali penahbisan di Plum Village selalu dalam jumlah banyak, oleh karena itu mereka dikelompokkan dalam satu keluarga penahbisan. Pada penahbisan kali ini, nama keluarga penahbisannya adalah Jeruk Bali.

Dalam momen sakral ini, ketika para aspiran (calon monastik) dengan penuh keyakinan berlindung kepada Triratna (Tiga Permata), kehidupan selibat pun telah dimulai. Air mata berlinang, dan semua kekhawatiran dilepaskan. Dengan Empat Sujud Syukur, bersyukur kepada orang tua yang telah melahirkan dan merawat kami, kepada para guru dan teman yang menemani perjalanan ini, serta kepada tumbuhan, batu, dan semua makhluk yang menopang kehidupan.

Sebelum upacara ini, dalam acara pengucapan syukur, para aspiran memiliki kesempatan untuk berbagi rasa dan bersujud di hadapan orang tua mereka, mengungkapkan terima kasih atas kasih sayang dan perlindungan yang telah diberikan. Pelukan hangat dari keluarga menjadi sumber kekuatan bagi para aspiran untuk melangkah mantap di jalan yang telah mereka pilih ini.

Dengan dukungan dari keluarga dan keyakinan atas komunitas spiritual, para aspiran dengan sukacita mempersembahkan bunga hati mereka dalam seremoni permohonan untuk ditahbiskan, bertekad untuk membawa pengertian mendalam dan cinta kasih guna memperindah dunia ini.

Semoga para monastik baru juga demikian. Ketika menghadapi kesulitan dan tantangan, ingatlah untuk selalu membuka hati agar aliran cinta kasih dapat masuk, menyembuhkan, dan memberi nutrisi. Pada waktunya, kedamaian dan pemahaman akan menjadi buah manis yang dapat mereka persembahkan kepada tanah air dan dunia.

Dalam pelukan Sangha, para monastik baru telah tiba di tempat yang damai. Senyum dan kebahagiaan terpancar di wajah mereka, ketika mereka berdiri di hadapan komunitas dan secara resmi menyapa komunitas dalam acara Be-in (Kegiatan duduk dalam bentuk lingkarang untuk berbagi).

Jalan baru telah terbuka, dan semangat bodhi para monastik pemula pun semakin terbuka. Tidak berharap kondisi selalu sempurna, tetapi semoga para monastik baru memiliki keteguhan hati untuk membangun Sangha setiap hari dan membawa kebahagiaan bagi dunia.

Jaket Coklat

Jaket Coklat

Pada retret musim panas di Plum Village, ada beberapa peserta retret komplen, “Ada umat awam yang telah menerima 14 Latihan Sadar Penuh mereka mengenakan jaket coklat sangat sombong memamerkan jaketnya. Mereka berlagak seolah-olah dirinya lebih tinggi derajatnya daripada praktisi biasa.”

Mereka melaporkan kepada saya (Thầy): “Kita semua adalah muridmu, kita berlatih bersama, kita berlatih saling mengasihi antara sesame. Lalu, mengapa ada orang yang mengenakan jaket coklat, mereka berlagak seolah-olah derajatnya lebih tinggi daripada kami yang tidak mengenakan jaket coklat. Mengapa mereka begitu sombong dan meremehkan kami?” Berlagak seperti itu artinya mengenakan jaket coklat justru membuat praktik mereka lebih rendah daripada sebelumnya.

Pada hari itu, waktu wejangan Dharma, di hadapan 500an peserta retret saya menyampaikan, “Ketika seseorang mengenakan jaket coklat, maka Anda wajib membangkitkan welas asih. Praktik paling penting adalah rendah hati (tidak sombong), setiap kali mengenakan jaket coklat artinya adalah setiap kali berlatih rendah hati semakin dalam.

Namun, apabila ada orang yang belum benar-benar praktik rendah hati denga baik, itu artinya latihannya masih kurang bagus, berarti dia harus lebih rajin lagi. Oleh karena itu, kita butuh dukungan dari sanggha (komunitas latihan), agar kita bisa menguasai latihan rendah hati lebih baik lagi sebagai makna warna coklat adalah warna rendah hati.

Warna coklat dalam budaya Vietnam adalah warna “miskin” yang dikenakan oleh para petani. Jika para monastik mengenakan jubah berwarna coklat, ketika jubahnya menjadi kotor maka tidak terlalu kelihatan. Kotoran di atas jubah warna coklat tidak mudah terlihat, jadi Anda tidak perlu menggunakan terlalu banyak sabun untuk mencucinya.

Seorang monastik mengenakan jubah coklat karena ingin mewujudkan cita-citanya untuk menjadi seorang monastik yang rendah hati. Oleh karena itu, dalam tradisi ini, mereka yang mengenakan jubah atau jaket coklat, apakah itu monastik atau praktisi awam, mereka semua wajib berlatih rendah hati.

Lalu mengapa ada kalanya mereka tidak begitu rendah hati? Karena latihan mereka masih lemah, mereka butuh waktu untuk berlatih lagi, komunitas perlu merangkul, memaafkan, kemudian mendukung latihan mereka agar lebih baik lagi.”

Setelah saya menyampaikan nasihat demikian, para praktisi awam yang jengkel dengan mereka yang mengenakan jaket coklat menjadi lebih tenang dan bisa menerima. Mereka yang mengenakan jaket coklat, para anggota Ordo Interbeing juga mendapatkan kesempatan untuk mengerti lebih dalam bahwa jaket coklat adalah kesempatan bagi dirinya untuk berlatih semakin rendah hati lebih sering lagi.

Dikutip dari buku “The Admonitions and Encouraging Words of Master Guishan” oleh Master Zen Thich Nhat Hanh

Kata Hati

Kata Hati

Dalam perjalanan hidup, kita sering kali dihadapkan pada situasi yang membingungkan. Pada situasi itu kita harus memutuskan dan memilih, apakah itu mengadapi tantangan, mengambil kesempatan ataupun menentukan sikap. Dalam kebimbangan seperti itu, kita sering mendengar nasihat: Ikuti kata hatimu.

Menurut pendapat saya, kata hati adalah intuisi—kemampuan untuk mengambil keputusan atau menentukan sikap berdasarkan pengalaman, pengetahuan, pemahaman, atau informasi yang pernah diterima, serta perasaan dominan yang ada di dalam diri kita.

Apakah KATA HATI selalu menuntun kita pada sebuah keputusan atau sikap yang benar dan bermanfaat ?

Saya tidak sepenuhnya mengandalkan kata hati dalam pengambilan keputusan atau sikap tanpa menimbang, menganalisis, serta mengenali perasaan dominan yang meliputi cinta, benci, dendam, iri hati, emosi, ketakutan, kecemasan, prasangka, asumsi, atau pengalaman buruk.

Untuk memutuskan sebuah tindakan maupun bersikap, baik dalam mengambil atau melepaskan kesempatan saat menghadapi tantangan—saya memberi waktu pada diri sendiri untuk tenang dan tidak terburu-buru. Kondisi batin yang tenang dan jernih, yang terbebas dari lobha, dosa, dan moha dan penuh kesadaran akan memungkinkan saya menggabungkan pengalaman dan pengetahuan dengan logika, kepekaan emosional, serta evaluasi yang matang. Kenali perasaan diri, pikirkan dampaknya, dan evaluasi setiap pilihan dengan bijak sebelum bertindak.

Semua orang mempunyai kemampuan untuk memutuskan segala sesuatu dengan kata hati, akan tetapi tidak semua orang dapat melakukannya.

Ada waktunya, saya menjalani hidup dengan mengambil keputusan atau sikap yang sering berlawanan dengan kata hati. Mengapa demikian? Karena adanya keraguan dan ketakutan, serta pengaruh eksternal seperti bisikan orang lain, perbedaan logika rasional, norma sosial, tekanan lingkungan, dan etika yang harus dijaga dalam kehidupan bermasyarakat.

Apakah keputusan yang berlawanan dengan kata hati selalu membawa dampak buruk? Ataukah justru mengikuti kata hati memberikan manfaat yang lebih baik bagi saya dan lingkungan sekitar?

Yang terpenting dalam mengambil keputusan, sikap, dan tindakan adalah menjaga keseimbangan. Saya sendiri perlu menjernihkan pikiran dan menenangkan hati agar kata hati dapat terdengar dan di sisi lainnya juga melakukan analisis, menimbang dengan logika serta fakta dengan tetap berpedoman pada prinsip menjaga norma sosial dan etika di masyarakat agar tidak merugikan orang lain atau masyarakat di sekitar.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda lebih sering mengikuti kata hati, atau justru sering mengabaikannya? (Oleh: svd)

Relaksasi Mendalam

Relaksasi Mendalam

Berbaringlah dengan nyaman di atas matras atau lantai. Anda boleh menggunakan selimut untuk menjaga kehangatan tubuh. Tutuplah mata. Izinkan kedua tangan dan kaki relaks.

Sambil bernapas masuk dan keluar, Anda bisa merasakan kontak badan dengan lantai, dari tumit, bagian kaki, bokong, punggung, tangan dan lengan, dan bagian belakang kepala.

Setiap napas membuat Anda bersatu dengan lantai, lepaskanlah semua keteganggan, letakkan semua kekhawatiran, tidak perlu melekat pada apa pun.

Bernapas masuk, Anda bisa merasakan perut Anda mengembang, bernapas keluar Anda bisa merasakan perut Anda mengempis, rasakan kembang dan kempis perut. Untuk beberapa napas berikutnya, Anda memperhatikan kembang dan kempis perut.

[Hening sejenak]

[Kaki]

Bernapas masuk, saya menyadari kaki,
Bernapas keluar, saya izinkan kaki relaks.

Bernapas masuk, saya kirimkan cinta kasih kepada kaki,
Bernapas keluar, saya tersenyum kepada kaki.

Sambil bernapas masuk dan keluar, saya menyadari sungguh beruntung memiliki kaki yang sehat, bisa berjalan, berlari, berolah-raga, menari, mengendarai mobil, dan melakukan banyak kegiatan sepanjang hari. Marilah kita kirimkan rasa syukur kepada kaki yang selalu menemani kita selama ini.

Bernapas masuk, saya menyadari kaki kanan dan kaki kiri,
Bernapas keluar, saya mengizinkan semua sel-sel dalam kaki untuk relaks.

Bernapas masuk, saya tersenyum kepada kaki.
Bernapas keluar, saya kirimkan kasih sayang kepada kaki.

Mari kita mengapresiasi kesehatan kaki kita pada saat ini. Sambil bernapas masuk dan keluar, kita mengirimkan energi kelembutan dan perhatian kepada kaki. Izinkanlah kedua kaki untuk istirahat, bersatu sepenuhnya dengan lantai. Lepaskan semua tensi yang ada dalam kaki.

[Tangan]

Bernapas masuk, saya menyadari kedua belah tangan bersentuhan dengan lantai,
Bernapas keluar, saya merelakskan semua otot dan melepaskan semua tensi tangan sepenuhnya.

Sambil bernapas masuk dan keluar, kita mengapresiasi betapa beruntungnya punya dua tangan sehat. Sambil bernapas keluar, kirimkan senyum kasih saying kepada tangan.

Bernapas masuk dan keluar menyadari banyak hal yang bisa dilakukan oleh tangan, seperti: memasak, menulis, menyetir, menggandengan tangan seseorang, menggendong bayi, mandi, melukis, memainkan alat musik, memperbaiki dan membangun rumah, membelai binatang, memegang secangkir teh.

Ternyata tangan saya bisa melakukan begitu banyak hal. Marilah kita bersyukur bahwa tangan kita masih sehat, marilah kita mengizinkan semua sel-sel dalam tangan untuk istirahat.

[Lengan]

Bernapas masuk, saya menyadari kedua belah lengan,
Bernapas keluar, saya mengizinkan kedua belah lengan untuk relaks.

Bernapas masuk, saya mengirimkan kasih sayang kepada lengan,
Bernapas keluar, saya tersenyum kepada lengan.

Luangkan waktu untuk mengapresiasi lengan, menyadari bahwa lengan sedang dalam kondisi sehat dan kuat. Marilah kita mengirimkan rasa syukur karena lengan bisa merangkul seseorang, bermain ayunan, membantu dan melayani orang lain, bekerja membersihkan rumah, memotong rumput, lengan memungkinkan semua pekerjaan sepanjang hari.

Sambil bernapas masuk dan keluar, izinkan kedua lengan melepaskan tensi dan beristirahat sepenuhnya di atas lantai. Anda bisa merasakan tensi mulai mengalir keluar dari lengan. Mari kita peluk lengan dengan penuh kesadaran, rasakan sukacita dan kelegaan dalam setiap bagian lengan.

[Bahu]

Bernapas masuk, saya menyadari kedua bahu,
Bernapas keluar, saya mengizinkan semua tensi di bahu untuk mengalir ke lantai.

Bernapas masuk, saya mengirimkan kasih saying kepada kedua bahu,
Beernapas keluar, saya tersenyum dengan penuh rasa syukur kepada bahu.

Sambil bernapas masuk dan keluar, kita menyadari bahwa ada banyak tensi dan stress bertumpuk di kedua bahu. Melalui setiap embusan napas, saya izinkan tensi mengalir keluar dari bahu, merasakan bahu mulai menjadi relaks dan semakin relaks.

Marilah kita mengirimkan energi kelembutan dan perhatian, mengetahui bahwa sesungguhnya saya juga tidak ingin membebani kedua bahu, saya ingin hidup sedemikian rupa agar bahu saya bisa relaks dan merasa lega.

[Jantung]

Bernapas masuk, saya menyadari jantung,
Bernapas keluar, saya mengizinkan jantung untuk istirahat.

Bernapas masuk, saya mengirimkan kasih sayang kepada jantung,
Bernapas keluar, saya tersenyum kepada jantung.

Sambil bernapas masuk dan keluar, saya menyadari bahwa jantung yang berdetak adalah suatu keajaiban. Jantung yang berdetak membuat saya tetap bisa hidup, jantung terus berdetak, setiap detik dan menit, setiap jam, dan setiap hari. Jantung tidak pernah berhenti semenjak kita dalam kandungan ibunda. Berkat jantung yang berdetak selama 24 jam maka, kita bisa hidup dan bisa melakukan banyak kegiatan.

Bernapas masuk, saya berjanji akan mencari cara hidup baik agar bisa membuat jantung berfungs dengan baik.

Bernapas keluar, saya bisa merasakan jantung saya sedang relaks dan semakin relaks. Izinkan semua sel di dalam jantung tersenyum, merasa lega dan bersukacita.

[Perut]

Bernapas masuk, saya menyadari perut dan usus,
Bernapas keluar, saya izinkan perut dan usus untuk relaks.

Bernapas masuk, saya mengirimkan cinta dan syukur kepada perut dan usus,
Bernapas keluar, saya tersenyum lembut kepada perut dan usus.

Sambil bernapas masuk, saya tahu betapa pentingnya kesehatan perut dan usus. Berikanlah mereka kesempatan untuk istirahat sepenuhnya.

Setiap hari perut mencerna dan menyerap makanan, memberikan kita energi dan kekuatan. Kita perlu mengenali dan mengapresiasi perut. Sambil bernapas masuk, rasakan perut dan usus dalam kondisi relaks dan melepaskan semua keteganggan. Sambil bernapas keluar, senyum kepada perut dan usus.

[Mata]

Bernapas masuk, saya menyadari dua mata saya,
Bernapas keluar, saya mengizinkan mata beserta semua otot-otot disekitarnya untuk relaks.

Bernapas masuk, saya tersenyum kepada mata,
Bernapas keluar, saya mengirimkan kasih sayang kepada mata.

Izinkanlah mata Anda instirahat sepenuhnya, biarkan mata tenggelam ke dalam. Sambil bernapas masuk dan keluar, mari kita menyadari betapa pentingnya mata kita.

Mata kita bisa digunakan untuk menatap orang lain, melihat matahari terbenam, membaca dan menulis, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, melihat burung berterbangan di angkasa, menonton film, begitu banyak hal yang bisa dilakukan berkat mata.

Marilah kita menggunakan waktu ini untuk menghargai mata, bahwa mata adalah hadiah terindah, izinkanlah mata untuk istirahat sepenuhnya.

[Anda bisa melanjutkan ke organ-organ lain, gunakanlah pola-pola di atas]

Sekarang, jika ada bagian dari tubuh Anda yang sakit, pergunakanlah momen ini untuk menyadarinya, kirimkanlah energi kasih sayang ke bagian yang sakit itu.

Bernapas masuk izinkan area yang sakit untuk istirahat,
Bernapas keluar tersenyum kepada area yang sakit itu dengan lembut dan kasih.

Sadarilah bahwa ada bagian-bagian lain dari tubuh kita yang masih kuat dan sehat. Izinkanlah area badan yang sehat ini mengirimkan energi penyembuhan kepada area tubuh yang sakit tersebut.

Anda merasakan bahwa mendapatkan dukungan, kiriman energi, dan kasih sayang yang diterima oleh bagian tubuh yang sakit itu.

Bernapas masuk, yakinkanlah bahwa dirimu memiliki kekuatan penyembuhan diri;
Bernapas keluar, lepaskan semua kekhawatiran, rasa takut yang menghalangi dirimu.

Bernapas masuk dan keluar, tersenym dengan penuh kasih sayang dan tegar kepada area tubuh yang sakit tersebut.

Bernapas masuk, saya menyadari seluruh tubuh yang sedang berbaring,
Bernapas keluar, saya menikmati sensasi seluruh tubuh yang sedang berbaring, sungguh relaks dan tenang.

Tersenyum kepada seluruh tubuh sembari bernapas masuk, dan kirimkan kasih sayang dan welas asih kepada seluruh tubuh sembari bernapas keluar.

Rasakan semua sel-sel dalam tubuh juga ikut berbahagia dan bersukacita bersamamu.

Rasakan Syukur kepada seluruh sel dalam tubuh.
Sekarang, Anda boleh mengembalikan perhatian kepada naik dan turun perut.

[Jika Anda sedang memandu orang lain, jika Anda merasa nyaman, maka boleh menyanyikan beberapa lagu yang memberikan kesan menenangkan]

Ini adalah akhir dari sesi relaksasi, Anda boleh membuka maka. Anda tetap dalam posisi berbaring, tidak perlu terburu-buru. Silakan menggerakkan bagian tangan dan kaki, lakukan dengan pelan dan penuh perhatian.

Setelah itu Anda boleh pelan-pelan bangkit dan duduk menikmati kesegaran pikiran dan badan jasmani.

Menyentuh Bumi

Menyentuh Bumi
Hands protect green earth globe. Save Earth Planet World Concept.

Judul dalam bahasa Vietnam: Địa xúc
Judul dalam bahasa Inggris: Earth Touching

Oleh Thich Nhat Hanh

Di sini ada kaki pohon.
Di sini sunyi dan sepi.
Di sini ada bantal.
Saudaraku, mengapa engkau tidak duduk?

Duduklah dengan tegak.
Duduklah dengan solid.
Duduklah dengan damai.
Jangan biarkan pikiran menyeretmu ke angkasa.
Duduklah sehingga engkau benar-benar dapat menyentuh Bumi
dan menyatu dengannya.

Engkau boleh tersenyum, saudaraku.
Bumi akan mentransmisikan keadaan soliditas,
Kedamaian, dan kebahagiaannya untukmu.
Dengan bernapas sadar sepenuhnya,
bersama senyummu yang damai,
engkau tetap teguh dalam mudra Menyentuh Bumi.

Ada saatnya engkau tidak melakukannya dengan baik.
Duduk di Bumi, tapi rasanya seperti melayang di angkasa,
engkau sudah terbiasa berputar-putar di tiga dunia
dan tenggelam dalam samudra ilusi.
Namun, Bumi selalu sabar
dan satu hati.
Bumi masih menunggumu
karena bumi sudah menunggumu
selama triliunan kehidupan terakhir.
Itulah sebabnya Dia sanggup menunggumu sampai kapan pun.
Dia tahu pada akhirnya engkau akan kembali kepadanya suatu hari nanti.
Dia akan menyambutmu
selalu segar dan hijau, persis seperti pertama kali,
karena cinta kasih tidak pernah bilang, “Inilah kali terakhir”;
karena Bumi adalah seorang ibu yang penyayang.
Dia tidak akan pernah berhenti menunggumu.

Kembalilah kepadanya, wahai saudaraku.
Engkau akan seperti pohon itu.
Daun, ranting, dan bunga jiwamu
akan segar dan hijau
setelah engkau memasuki mudra Menyentuh Bumi.

Jalan kosong menyambutmu, wahai saudariku,
harum oleh rerumputan dan bunga-bunga kecil,
jalan setapak yang dilapisi oleh pepadian
yang masih menyandang jejak masa kecilmu
dan harumnya tangan ibunda.
Berjalanlah dengan hati lega dan damai.
Kakimu akan menyentuh Bumi dengan mendalam.
Jangan biarkan pikiran menyeretmu ke angkasa, wahai saudariku.
Kembalilah ke jalan ini setiap momen.
Jalan ini adalah sahabat karibmu.
Ia akan mentransmisikan padamu
kekokohannya,
kedamaiannya.

Bersama napasmu yang dalam,
engkau tetap teguh dalam mudra Menyentuh Bumi.
Berjalanlah seakan-akan engkau mengecup Bumi dengan kakimu,
seolah-olah engkau sedang memijat Bumi.
Jejak yang ditinggalkan oleh kakimu
akan seperti segel kaisar
menyerukan Kini untuk kembali ke Sini;
agar kehidupan hadir;
sehingga darah akan menghadirkan warna cinta ke wajahmu;
agar keajaiban hidup dapat terwujud,
dan semua sengsara akan diubah menjadi
kedamaian dan sukacita.

Ada saatnya engkau tidak berhasil, wahai saudariku.
Berjalan di jalan yang kosong, tapi engkau melayang di udara,
karena engkau terbiasa tersesat dalam samsara
dan tersedot ke dalam dunia ilusi.
Namun jalan yang indah itu selalu sabar.
Ia selalu menunggumu untuk kembali,
jalan itu sangat familier bagimu,
jalan yang begitu setia.
Ia tahu betul bahwa engkau akan kembali suatu hari nanti.
Dia dengan senang hati menyambut engkau kembali.
Dia akan terasa segar dan indah seperti pertama kali.
Cinta tidak pernah bilang, “Inilah yang terakhir.”

Jalan itu adalah engkau, wahai saudariku.
Itu sebabnya dia tidak akan pernah lelah menunggu.
Meskipun sekarang tertutupi oleh debu merah
atau oleh daun musim gugur
atau salju es—
kembalilah ke jalanmu, wahai saudariku,
karena aku tahu
engkau akan seperti pohon itu,
daun, batang, dahan,
dan bunga jiwamu
akan segar dan cantik,
setelah engkau memasuki mudra Menyentuh Bumi.

Diterjemahkan oleh Rumini
(Diterbitkan oleh Parallax Press dengan judul “Call Me by My True Names” – Thich Nhat Hanh (1993))

Bertemu Musim Semi

Bertemu Musim Semi

Bertemu Musim Semi (Vn. Đi gặp mùa xuân) adalah buku yang menceritakan secara rinci tentang kehidupan Master Zen Thích Nhất Hạnh yang akrab disapa Thầy dalam bahasa Vietnam, artinya guru. Melalui buku ini, kita dapat melihat bahwa sejak kecil sudah ada aspirasi sangat besar dalam dalam hati Thầy untuk untuk belajar, berlatih, dan mengabdi untuk masyarakat. Melalui banyak pasang surut politik Vietnam dan Dharma, aspirasi tersebut tetap teguh dan telah membantu banyak orang mentransformasi penderitaan mereka dan menemukan kebahagiaan di saat ini.

Buku “Bertemu Musim Semi” (Đi Gặp Mùa Xuân), sementara ini hanya tersedia dalam bahasa Vietnam

Buku ini merupakan materi yang sangat berharga, tidak hanya untuk penelitian tetapi juga untuk praktik. Kita dapat membaca dan mengikuti jejak Thầy, lebih menghargai tanah air kita dan membuka hati kita, pikiran kasih (bodhicitta) memiliki kesempatan untuk tumbuh setiap hari dari jejak langkah guru spiritual kita. Thầy juga telah menjalani kehidupan sebagaimana manusia biasa layaknya banyak orang.

“Sebagian besar dedikasinya untuk berbagi dengan orang lain menunjukkan bagaimana hidup dengan penuh kesadaran (mindfulness) dan kasih sayang tidak hanya berkontribusi terhadap kedamaian batin, tetapi juga mencerminkan bagaimana setiap orang dapat menggunakan kesadaran penuh untuk membangun perdamaian di dunia. Master Zen Thích Nhất Hạnh menjalani kehidupan yang komplet dan bermakna. (Yang Mulia Dalai Lama).

Melalui buku ini, kita yakin bahwa kita akan memiliki kemampuan untuk menjadi penerus yang indah dari para leluhur pendahulu, sama seperti Thầy merupakan kelanjutan yang indah dari banyak generasi leluhur sebelumnya. (Diterjemahkan oleh Br. Pháp Tử dari Sách “Đi gặp mùa xuân”)

The Healing Island

The Healing Island

I am a seeker. Long ago, I realized that my physical needs were met a thousand times over shelter, safety from the elements, clean water, clothes, and nutrition. Yet, I felt a longing for connection and belonging that I struggled to satisfy in my own home and in the city of Angels, Los Angeles. I yearned to contribute and be the change I wanted to see in the world: peace in oneself, peace in the world, as our teacher Thich Nhat Hanh’s teaching with his own life: My life is my teaching.

Of all the books, workshops, seminars, and meditation retreats I attended from various people and organizations, I found myself repeatedly returning to Deer Park Monastery on a mountain in Escondido near San Diego. There, I practiced Zen meditation with monks, nuns, and lay practitioners like myself. I was drawn to the comforting feeling of simply being—without judgment, without mistakes. This wonderful sense of acceptance and belonging at Deer Park or Plum Village mindfulness events allowed me to easily connect with so-called strangers, some of whom organically and gradually became my lifelong friends, even now that I’ve moved across the ocean to Bali, the healing island of the gods.

In Los Angeles, I happily joined different organizing teams for sanghas and Plum Village events quite often, on and off, during my 13 years of practicing mindfulness. Working with mindful friends towards a common mission of serving others and bringing the pure teaching and life-changing path to those in need brought me great joy and happiness. My needs for connection and contribution were beautifully and meaningfully met. I also had opportunities to learn and grow, gaining insights from great mindful teachers (both monastics and lay practitioners) and practicing mindful breathing, deep looking, and loving speech, especially in challenging situations involving less mindful individuals, including myself 

Moving to Bali last year, I noticed that the Plum Village tradition here is not as established as in Southern California. Initially, I felt sad and missed the wonderful communities I had in the past. But, as with everything in life, it is not about the outer circumstances but how we perceive them—whether as a victim or as a learner eager to grow. So, I decided to step up and bring more mindfulness events to the expat community here, where I see a huge need despite the seemingly perpetual vacation lifestyle many of us lead.

I’m thankful for the chance to step up as the main organizer of two beautiful Days of Mindfulness so far. Each event brought a wonderful co-organizer (who hopefully will become a lifelong friend) and obstacles that were overcome beautifully, resulting in beneficial experiences for many friends, some of whom had never heard of Thay or knew how to walk mindfully before.

For the first Day of Mindfulness, monastics contacted my co-organizing friend out of the blue, announcing their visit to Bali (which doesn’t yet have a Plum Village monastery, though one is coming soon, much to my joy) just five days before the planned event. We quickly coordinated with Green School, changed the date, and had four beautiful nuns lead the entire event.

Reflecting on how mindfulness and the Plum Village tradition have shaped my last 15 years, I feel thankful and happy. The practice is extremely simple—just returning to our breath, which even a child can do naturally and unconsciously. Yet, consistency is key and makes all the difference. As adults, we are now learning to breathe, walk, eat, listen, and talk all over again.

I love the pure teaching of Buddha as a philosophy of life. We measure our practice progress not by rigid, shallow, and egoic parameters like how often we sit, how much we know about Buddhist concepts, how little meat we eat, or how much charity work we do but by how compassionate we become towards ourselves and others, and how our lives harmonize with outer circumstances and those around us.

When I first encountered the practice in 2010, I was going through the toughest time of my life. Despite deep postpartum depression and years of physical, emotional, and relationship struggles, occasional visits to Deer Park recharged me every time, bringing me hope and much-needed self-belief. However, I lacked the consistency to bring mindfulness into my daily life.

Now, 15 years later, I realize the ultimate power of giving. To me, GIVING means:

  • Bring mindfulness to those ready to learn and practice it consistently,
  • Offering discounts and accepting full refunds in my mental health practice,
  • I deeply listen to my wounded inner child, my partner, and my daughter, understand the emotions and needs behind our words and actions, and respond with acceptance and clarity.

We cannot give without receiving. It is a universal law, like breathing out and in. Since intentionally centering myself on giving, I have received more and more in beautiful natural ways—physically, emotionally, financially, and in my relationships. Living my dream healer life in Bali is another manifestation of this giving philosophy that I am slowly bringing into reality in my daily life.

Living this intentional life of giving and the three right livelihoods I chose, mindfulness is invaluable. It is the energy we cultivate consistently in our daily lives through rituals of mindful teeth brushing, walking, dishwashing, sitting meditation, and even arguing or any other daily rituals that speak to oneself). So, when triggering moments arise, we have the light of mindfulness and awareness to illuminate the darkest corners of our unpresent, autopilot states of being.

Stay tuned for more Days of Mindfulness events! The next one is on August 10 from 9 AM to 1 PM in Canggu, Bali. And another one at the end of August at Green School Bali. (Kim Dang)

Penahbisan Novis Aprikot Putih

Penahbisan Novis Aprikot Putih

Plum Village Thailand mengadakan Seremoni Penahbisan Novis (sramanera & sramaneri) pada tanggal 14 Juli 2024 dengan nama keluarga penahbisan, Bunga Aprikot Putih (En. White Apricot Blossom, Vn. Cây Hoa Mai Trắng).

Keluarga penahbisan ini terdiri 11 orang, terdiri dari 8 sramanera

  1. Chân Nhất Hội, 
  2. Chân Nhất Hậu,
  3. Chân Nhất Hoà,
  4. Chân Nhất Ngôn, 
  5. Chân Nhất Minh,
  6. Chân Nhất Ngộ,
  7. Chân Nhất Phương, 
  8. Chân Nhất Bảo,

dan 3 sramaneri:

  1. Chân Sắc Hạnh, 
  2. Chân Sinh Hạnh,
  3. Chân Sách Hạnh.

 

Berkesadaran Penuh untuk Pendidik

Berkesadaran Penuh untuk Pendidik

Yayasan Pendidikan Panca Dharma mengadakan Retret Mindfulness untuk guru dan staf pendidikan di SMA Dharma Loka Pekan Baru dari 24 s.d. 27 Juni 2024. Retret ini dibimbing oleh B. Nyanabhadra (Br. Pháp Tử) yang merupakan Dharma Acharya dari tradisi Zen Plum Village.

Inti dari mindfulness terletak pada kesadaran penuh (mindful) di setiap momen, menghargai kehidupan yang terjadi, dan memupuk hubungan cinta dengan diri sendiri dan orang lain. Inilah cara kita melatih perhatian dalam dunia yang sibuk.

Di dunia yang serba cepat dan sibuk saat ini, konsep mindfulness telah mendapat perhatian yang sangat signifikan karena kemampuannya mengurangi stres, meningkatkan fokus, dan juga meningkatkan kesejahteraan secara menyeluruh.

Mempraktikkan mindfulness di dunia yang sibuk memerlukan niat dan komitmen, namun manfaatnya sangat besar. Dengan mempraktikkan latihan mindfulness secara teratur, mulai dari hal kecil, konsisten, dan terapkan mindfulness sebagai alat yang ampuh untuk menjalani hidup yang lebih seimbang dan memuaskan.

Retret ini diikuti oleh guru dan staf dengan latar belakang agama yang berbeda-beda. Memang meditasi ada kaitannya dengan agama Buddha. Namun, meditasi juga merupakan teknik universal yang bisa dipraktikkan oleh semua orang.

Metodenya sederhana untuk mengembangkan kebiasaan berhenti sejenak sepanjang hari. Saat merasa kewalahan atau stres, ambillah jeda sejenak. Pejamkan mata, tarik napas dan hembuskan, alihkan perhatian pada momen saat ini. Meditasi dapat membantu merespons tantangan dengan lebih jelas dan tenang

Praktik utama dalam retret adalah mindful breathing (bernapas dengan penuh kesadaran). Mulailah latihan mindfulness dengan latihan pernapasan sederhana. Pilihlah tempat yang tenang, duduk dengan nyaman, dan fokus pada pernapasan. Rasakan sensasi setiap tarikan dan hembusan napas yang keluar. Ini membantu memusatkan perhatian pada momen saat ini dan menenangkan pikiran.

Menyantap makanan juga bisa menjadi sebuah meditasi yang ampuh. Ubah aktivitas sehari-hari menjadi pengalaman yang penuh perhatian. Saat makan, fokuslah pada rasa, tekstur, dan sensasi setiap gigitan dan kunyahan makanan. Dalam kesadaran penuh saat makan, nikmati setiap momen tanpa gangguan dari HP atau tugas lainnya.

Salah satu teknik meditasi bisa dilakukan lewat postur berbaring. Dalam retret ini disebut relaksasi total. Teknik ini menyarankan untuk selalu dapat fokus pada pernapasan, juga berguna untuk fokus pada sensasi fisik, seperti hangat dan lembutnya selimut, juga dapat merasakan dan merelakskan anggota tubuh dan pikiran.

Barangkali banyak yang berpikir bahwa meditasi itu selalu dilakukan dalam kondisi diam. Namun, meditasi juga bisa dalam wujud pergerakan yang disebut sebagai mindful movements. Dalam retret tersebut kami belajar mengombinasikan napas masuk dan keluar dengan gerakan tongkat. Teknik ini bertujuan untuk membawa perhatian penuh pada momen saat ini untuk mengalami saat ini dan di sini. Mindfulness pada gerakan dan fokus pada napas atau perasaan tubuh saat bergerak.

Semua manusia berjalan setiap hari. Kita berjalan dari satu tempat ke tempat lain untuk mencapai tujuan. Kegiatan hari ini juga bisa menjadi rutinitas untuk membangkitkan kesadaran penuh. Proses berjalan bisa menggabungkan napas berkesadaran sehingga kegiatan berjalan tidak hanya untuk mencapai tujuan, tapi juga membangkitkan energi kesadaran. Baik dalam berjalan ke temapat kerja, ke rapat, atau bahkan di sekitar rumah, dan perhatikan setiap langkah yang diambil. Perhatikan sensasi di kaki, gerakan tubuh, serta pemandangan dan suara di sekitar yang didengar.

Kesadaran penuh juga bisa dibangkitkan lewat menyanyi. Dalam retret ada sesi menyanyi lagu-lagu mindfulness. Bernyanyi membutuhkan pernapasan dalam, dan perhatian penuh melatih pikiran untuk fokus pada napas. Bernyanyi membutuhkan kemampuan untuk melemaskan beberapa otot sambil melatih otot lainnya, dan perhatian penuh mendorong relaksasi fisik dan kesadaran tubuh.

Kegiatan melukis bisa menjadi salah satu latihan mindfulness. Ini semua tentang ekspresi diri dan perhatian yang membantu terhubung dengan momen saat ini.Gambar meditasi dapat memiliki banyak bentuk. Beberapa orang mungkin menemukan kedamaian dalam menggambar bentuk atau pola sederhana, sementara yang lain mungkin menikmati pekerjaan lebih detail seperti membuat gambar pemandangan alam atau merancang pola yang rumit.

Di plum village ada latihan yang namanya Tea Meditation. Kami mempraktikkan minumlah dari cangkir teh. Cobalah fokus pada kehangatan dan rasa cangkir teh. Pikirkan tentang sensasi bau dan rasa saat menikmati teh. Sadari pikiran saat menjauh dari teh, tetapi kembalilah fokus pada sensasi memegang cangkir dan menikmati rasa teh.

Mindfulness membutuhkan latihan dan usaha. Saat pertama kali memulai, pikiran mungkin melayang, tetapi dengan latihan dan kesabaran, hal itu akan menjadi lebih mudah. Pada akhirnya, kita menyadari bahwa kita menjalani kehidupan yang lebih sadar-dan berada di jalur untuk menikmati manfaat seperti berkurangnya stres, kesehatan mental yang lebih baik, hubungan yang lebih baik, dan kebahagian yang lebih besar secara keseluruhan.

Semoga para pendidik yang berada di lingkungan Yayasan Pendidikan Panca Dharma dapat menerapkan rangkaian Mindfulness pada diri sendiri dan juga kepada peserta didik mulai dari tingkat usia dini hingga sekolah lanjutan atas. Agar lebih berperhatian penuh, fokus, dan hidup menjadi seimbang dan sejahtera.

Flora, guru sekolah Dharma Loka, Pekan Baru

Simple Things

Simple Things
picture courtesy of Simple Things Vectors by Vecteezy
A version of the Plum Village song.
Words and music from Deer Park Monastery.
With additional words by Monica Max West
Performed by monastics of Thai Plum Village during the Wake Up Retreat 2024

I get my joy from the simple things,
Coming from the earth.

I get my joy from the sun that shines,
And the water speaks to me.

Listen to the rain and listen to the water, Hear what they say:

Singing “Hay Yah! Hay Yah! Hay Yah! Hey Yah!

Hey Yah! Hey Yah! Hey!”

Singing “Hay Yah! Hay Yah! Hay Yah! Hey Yah!

Hey Yah! Hey Yah! Hey!”

Seremoni Memulai Pembangunan Ruang Kelas

Seremoni Memulai Pembangunan Ruang Kelas
Seremoni memulai pembangunan ruang kelas

Hari Minggu, 24 Maret 2024 pagi, di Sentra Latihan Internasional, Plum Village Thailand telah mengadakan seremoni untuk memulai pembangunan ruang kelas sebagai fasilitas penunjang program edukasi monastik.

Seremoni ini dipimpin oleh Kepala Wihara, Biksu Pháp Anh, dan diikuti oleh beberapa monastik dan perwakilan dari kepala proyek pembangunan. Seremoni ini didaraskan dalam bahasa Vietnam dengan pembacaan syair pembukaan dan Sutra Hati. Setelah itu pemercikan nektar oleh kepala wihara diringi dengan pujian kepada Bodhisattwa Avalokitesvara.

Seremoni ini dilanjutkan dengan pembacaan Metta Sutta dalam Bahasa Thailand, sebagai bentuk penghormatan kepada semua makhluk yang bersemayam disekitar untuk membangkitkan cinta kasih, dan mendukung kelancaran pembangunan ini.

Rancangan ruang kelas
Tampak 3D

Pembangunan ruang kelas ini telah direncakan sejak lama, namun karena ada beberapa kendala teknis sehingga pembangunannya tertunda hampir dua. Ada banyak anggota komunitas ikut berdana dalam proyek ini, semoga dukungan ini ikut melestarikan ajaran Buddha, memperluas penyebaran Dharma dan menjadi bagian dari keberlanjutan dari membangung empat lapis Sangha yang hidup harmonis.