Two Promises

Two Promises
Two Promises – Sr. The Nghiem

Unduh Mp3 klik sini

I vow to develop understanding
in order to live peacefully with people,
animals, plants, and minerals (2x)
mmm… ahh…
mmm… ahh…
mmm… ahh..

I vow to develop my compassion,
in order to protect the lives of people,
animals, plants, and minerals (2x)
mmm… ahh…
mmm… ahh…
mmm… ahh…

I Vow to Live this Day with Love

I Vow to Live this Day with Love

Unduh Mp3 klik sini


Composed by Sze Chai


There’s a time, when the sun starts to fall
When the fire and tears come along
The life of an innocent child is risking its all
Is there hope comes with with dawn?

There’s a time, I wish to do something more
But I’m all alone, I cannot be strong
Though the sun has risen, it’s hard to feel its warmth
On this path, please guide me along!

It’s time to stop
It’s time to breathe
It’s time to take care of myself
It’s not a fault to take a walk in peace and harmony
How can I heal a wounded heart
If I only see the dark
It’s gonna change tomorrow
Because I vow to live this day with love

There’s a time, I take a little pause
The world seems so different than before
My friends still smiling, my beloved still alive
There is hope, and love can re-born!

It’s time to stop
It’s time to breathe
It’s time to take care of myself
It’s not a fault to take a walk in peace and harmony
How can I heal a wounded heart
If I only see the dark
It’s gonna change tomorrow
Because I vow to live this day with love

I vow to talk
I vow to think
I vow to act only out of love
Though in the darkest phase of time, there is no hatred and no fear
Our compassion is the light
Guides us to pass through the night
It’s gonna change tomorrow
Because I vow to live this day with love

It’s gonna change tomorrow
Because I vow to live this day with love

When There Is A Will, There Is A Way

When There Is A Will, There Is A Way

Photo bersama. Edwin (baris kedua, dari kanan pertama)

“When there is a will, there is a way..”

Mungkin begitulah kalimat yang paling tepat menggambarkan hal yang saya rasakan. Hidup di hiruk pikuk kota ini, tekanan demi tekanan sudah menjadi makanan sehari–hari, baik itu pekerjaan, hubungan dengan teman, keluarga, pasangan dan lain sebagainya.

Tapi, dari semua itu, ada satu hal yang sangat mengganggu saya. Kemacetan!! Kenapa?? Ketika macet, begitu banyak orang yang melanggar lalu lintas, berkendara melawan arah, menerobos lampu merah, membunyikan klakson tiada henti, membawa kendaraan ugal–ugalan, angkutan umum yang berhenti untuk mencari penumpang di jalan yang sempit. Belum lagi kalau ditambah derasnya hujan!

Ingin marah rasanya melihat semua itu. Ketika pikiran kalut tak karuan, saya pun menarik napas dalam. Hm…..(tarik napas) Ah..(hembus napas)…. Dan dari hati kecil saya berkata… ting!! Sudah saatnya, saya berlatih hidup berkesadaran!

Ah, benar! Sudah lama, saya tak berlatih hidup lebih berkesadaran. Pengendalian emosi yang kurang merupakan pertanda saya harus me-recharge batin ini. Tapi kapan??

Dan tiba–tiba saja, selang beberapa hari, Darwin, seorang aktivis di Wihara Ekayana Arama mengajak saya menjadi volunteer Day of Mindfulness (DOM), Sabtu tanggal 3 Feb 2018.

Kebetulan yang keren sekali! Selain bisa berlatih, saya juga bisa berbuat lebih untuk komunitas. Tanpa pikir panjang, saya terima tawaran tersebut! Tugas saya hanya mengumpulkan teman–teman di hari Jumat pukul 19:00 untuk bersama–sama mempersiapkan tempat dan perlengkapan yang akan digunakan acara DOM.
Di mana ada keinginan, di sana ada jalan!! Di mana ada jalan, di sana ada rintangan!!

Mungkin pepatah lengkapnya begitu. Tiba–tiba, jumat pagi, telepon saya berdering dan muncul hal yang tak terduga, pekerjaan dadakan yang deadline-nya senin pagi. Luar biasa! Ketika tidak ada DOM, tidak pernah ada permintaan lembur, begitu mau ikut DOM, tiba–tiba diminta lembur!

Dengan pikiran yang cukup kaget, saya mulai mengerjakan pekerjaan saya. Tapi, rasanya tidak mungkin untuk menyelesaikannya dalam waktu 1 hari. Saya pun di minta lembur Jumat itu. Dan bila tidak selesai, maka harus di anjutkan Sabtu dan Minggu!

Aduh, bagaimana ini?!

Saya bulatkan tekad, untuk tetap pulang jam 5 agar bisa mempersiapkan DOM. Sabtu pagi, seperti biasa, saya harus mengajar dahulu sampai pukul 10, baru segera menyusul ke wihara untuk mengikuti DOM. Lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali bukan? Urusan pekerjaan dadakan, mau tak mau, Minggu pun saya harus lembur mengerjakannya. Berlatih itu penting, dan tanggung jawab pekerjaan juga penting.

Mungkin teman–teman bertanya, apa yang saya rasakan? Let me share, ini 3 manfaat yang saya dapatkan selama berlatih hidup sadar:

Pengendalian Diri
Jalanan adalah pemicu stress yang cukup tinggi bagi saya. Tapi mengikuti DOM dan mempraktikannya di kehidupan sehari-hari membuat pengendalian emosi jauh lebih baik. Saya belajar untuk sadar ketika melakukan sesuatu. Ketika berjalan, saya sadar saya sedang berjalan. Ketika makan, saya sadar saya sedang makan. Efeknya, ketika saya mau marah, akan muncul kesadaran ketika mau marah, sehingga, sebelum saya mengambil tindakan yang mungkin akan saya sesali, kemarahan itu sudah bisa saya atasi.

Lebih Tenang
In the here, in the now, No After, No Before”. Dengan mengingat kata–kata itu, saya menyadari, bahwa diri saya, berada di sini, saat ini. Sering kali, pikiran saya, berkelana, entah ke masa lalu, atau ke masa depan. Melalui praktik hidup sadar, saya berlatih untuk menyadari saat ini, di sini. Saya tak perlu memikirkan masa lalu atau masa depan. Cukup menikmati saat ini. Apa pun kondisi yang terjadi saat ini, itulah yang saya nikmati.

Rasa Syukur
Ketika relaksasi total, ada beberapa kalimat yang cukup berkesan,seperti :

“Melihat orang yang kita sayangi, adalah harta.”

“Mendengar kicauan burung adalah harta.”

Sering kali saya tidak bersyukur, padahal sebenarnya saya sudah memiliki segalanya untuk bahagia.
Ada orang yang mungkin tak bisa melihat, tapi saya bisa. Banyak orang yang mungkin terlahir tuli dan tak pernah mengerti indahnya kicau burung, sedangkan saya bisa.

Melalui relaksasi total, saya juga diajarkan untuk mensyukuri setiap bagian dari tubuh, yang secara tidak langsung sudah menopang kehidupan setiap harinya.

Terkadang saya terlalu banyak keinginan yang pada akhirnya membuat saya sulit untuk berbahagia.
Demikianlah sudah selesai sudah sharing singkat dari saya. Itulah manfaat yang bisa saya bagikan kepada teman–teman.

Tak perlu dipercaya, silakan buktikan dulu sendiri. Ingat, ketika ingin berlatih, kuatkan tekad karena walaupun jalan sudah terbuka lebar, masih banyak rintangan di depan sana.

Be happy and be mindful, always! (Edwin Halim)*

*Musisi dan sekaligus pakar IT

Doa Tahun Baru kepada Ibu Pertiwi dan Semua Guru Leluhur

Doa Tahun Baru kepada Ibu Pertiwi dan Semua Guru Leluhur

Kepada Thay yang terkasih, para leluhur yang kami muliakan, dan Ibu Pertiwi,

Kami telah hadir di sini sebagai empat lapisan komunitas pada momen penuh khidmat di tahun baru untuk mengungkapkan rasa syukur dan aspirasi mendalam kami sebagai sebuah keluarga spiritual serta untuk memulai lembaran baru.

Kami tahu bahwa para leluhur juga bersama kami pada momen ini, semua leluhur menjadi tempat kami berlindung. Ketika kami menyentuh bumi pada malam ini, kami merasa suatu hubungan yang erat dengan para leluhur, juga dengan Ibu Pertiwi: Bumi biru yang indah, bodhisattwa maha penyegaran, harum dan sejuk, baik hati dan inklusif, menerima semuanya. Ibu Pertiwi, kami semua adalah anak-anakmu, dan begitu juga kami masih memiliki kesalahan dan kekurangan, setiap kali kami pulang ke rumah, engkau selalu siap membuka dekapan untuk memeluk kami.

Thay yang kami kasihi, pada masa lalu kami telah membiarkan benih-benih kekhawatiran dan ketidakpastian tersirami berulang kali mengakibatkan begitu banyak ketakutan dalam diri kami. Kami ragu untuk berlindung pada jalan Dharma, dan bahkan kami juga meragukan keluarga spiritual ini. Kami tidak sungguh-sungguh dalam praktik. Kami telah membiarkan emosi negatif dan persepsi keliru mengambil alih diri kami, sehingga memunculkan putus asa, merasa terkucilkan, dan kesedihan.

Menyadari hal itu, kami ingin memulai lembaran baru dan mengingatkan kami akan komitmen untuk berlatih sepenuh hati, berlindung pada komunitas tercinta ini, dan menjadi kelanjutan dari Thay dan semua guru dari silsilah leluhur spiritual. Kami bertekad untuk hidup lebih mendalam dengan cara berlatih bernapas dan berjalan berkesadaran dalam kehidupan sehari-hari, karena kami tahu itulah latihan kesukaanmu. Kami juga tahu Thay senang membangun sangha, kami akan melanjutkan tugas membangun persaudaraan kakak dan adik dengan sepenuh hati, walaupun kami sering menghadapi tantangan. Kami tidak akan menyerah untuk praktik, atau meninggalkan komunitas kami, tapi beraspirasi untuk mendengar secara mendalam dan saling membantu, tidak akan meninggalkan siapa pun, walaupun dia menjadi penyebab penderitaan.

Ibu Pertiwi, sebagai keluarga dalam kemanusiaan, kami sering keliru dalam mencari kebahagiaan, kami membiarkan keserakahan dan materialisme memerintah. Kami sering mengejar status, kekuasaan, barang dan materi, kesenangan duniawi, lalai bahwa hal-hal demikian tidak akan mendatangkan kebahagiaan dan kebebasan. Kami telah melukai Tanah tempat kami berpijak juga diri sendiri, kami mengeksploitasi gunung dan sungai, bertindak semena-mena terhadap hutan dan spesies lainnya, menyebabkan polusi atmosfir dan menyebabkan bumi ini kehilangan keseimbangan dan keindahannya.

Kami bertekad untuk menyederhanakan hidup kami, mengingat kami bahwa pada momen kekinian telah memiliki banyak kondisi untuk berbahagia. Kami berjanji untuk hidup lebih mendalam dan bersyukur, menyadari bahwa kehidupan itu sendiri adalah keajaiban. Pada tahun baru ini, kami bertekad untuk mengurangi konsumsi dan berupaya untuk hidup lebih bertanggung jawab dan swasembada untuk diri sendiri dan Ibu Pertiwi.

Wahai para leluhur, kami telah membiarkan rasa takut, fanatik dan intoleransi memicu perpecahan dalam keluarga. Kami telah menjadi penyebab penderita sesamanya, diskriminasi atas nama agama, etnik, dan warga negara. Kami telah menutup pintu hati dan menutupi semua perbatasan karena ketakutan dan ketidaktahuan. Kami telah menyebabkan peperangan, teror dan konflik antar sesama manusia, mengizinkan pergolakan militer menjadi makin parah dalam masyarakat. Kami telah melupakan bahwa sesungguhnya kita saling berkaitan erat, dan kebahagiaan dan penderitaan kita saling bergantungan kepada kebahagiaan dan penderitaan pihak lain.

Kami yakin bahwa kami memiliki kearifan non diskriminasi dan welas asih yang luhur, itu semua telah diwariskan oleh guru spiritual dan para leluhur, juga dari Ibu Pertiwi. Kami bertekad untuk terus berada di jalan Dharma ini, tetap membuka hati, dan meletakkan keangkuhan kami, agar pengertian dan cinta kasih bisa hadir dalam hati kami.

Ketika kami menyentuh bumi, kami menyampaikan rasa syukur kepada guru terkasih kami, Thay, para leluhur kandung dan spiritual, dan Ibu Pertiwi. Kami telah menemukan jalan Dharma dan praktik dalam keluarga spiritual yang menjadi tempat kami berlindung. Kami telah memperoleh sukacita, kedamaian, dan transformasi. Kami telah mencicipi kebebasan dari melepaskan gagasan-gagasan. Kami bisa merasakan kehangatan dan kekuatan dalam persaudaraan kakak dan adik, kami tahu dengan berkumpul bersama, kami bisa menghadapi berbagai tantangan dan merealisasi aspirasi kami, Kami berjanji, pada momen khidmat ini, kami ingin terus membangun keluarga, membangun komunitas dan membuka lebar jalan Dharma ini untuk diri sendiri dan generasi berikutnya.

Thay yang kami muliakan, Ibu Pertiwi, mohon terimalah permohonan yang kami haturkan, dupa, bunga, buah, teh yang semua ini menjadi sebuah bentuk kesungguhan hati, aspirasi, penghormatan, rasa syukur, dan cinta kasih kami. (Alih bahasa: Br. Phap Tu*, Penyunting: Rahka**)

*Dharmacharya dari Indonesia
**Anggota dari Ordo Interbeing Indonesia