Pelampung Penyelamat
“ Saya percaya bahwa guru yang bahagia akan mengubah dunia. Jika seorang guru memiliki banyak kebahagiaan dan banyak cinta dalam dirinya, dia pasti bisa membuat murid-muridnya bahagia.”
Thich Nhat Hanh
Happy teachers will change the world. Kalimat tersebutlah yang menjadi alasan diselenggarakannya retret mindfulness untuk pendidik. Retret seperti ini memberikan bekal kebahagiaan kepada guru. Bekal itu juga menjadi hadiah bagi anak-anak di kelas. Saya yakin guru yang bisa memiliki kebahagiaan autentik bisa melahirkan generasi penerus bangsa yang baik dan berakhlak mulia.
Akhir Juni 2019, sebelum tahun ajaran lama berakhir, kami diberitahukan bahwa akan diadakan retret bagi guru-guru. Retret tersebut akan diselenggarakan pada tanggal 15-17 Juli 2019 dan dipandu langsung oleh Bhante Nyanabhadra.
Bagi saya, ini adalah retret kedua. Saya adalah seorang Katolik yang sebelumnya pernah mengikuti retret ala agama yang saya anut dan terdapat beberapa kesamaan dari kegiatan yang diselenggarakan dalam retret tersebut, seperti sharing.
Solusi Tepat
Mindfulness adalah hal baru yang saya peroleh ketika mengikuti kegiatan DOM (Day of Mindfulness) yang diselenggarakan di sekolah Ananda setiap bulan. Hasil dari kegiatan tersebut memiliki manfaat yang cukup saya rasakan dalam kehidupan saya.
Misalnya, saya sudah mampu berdamai dengan rasa panik dan khawatir yang berlebihan. Banyak hal dalam hidup ini yang berpontensi memicu munculnya banyak masalah, dan efek yang ditimbulkan di antaranya adalah rasa cemas, gelisah, stres, bahkan bisa mengakibatkan depresi dan gangguan kejiwaan.
Pola berpikir yang salah, perbedaan sudut pandang dan berpikiran berlebihan (over thinking) cenderung menimbulkan rasa cemas dan gelisah dalam diri. Ketika perasaan tersebut sudah menghampiri seseorang maka apa pun yang kita lakukan sering hasilnya tidak cukup baik.
Mindfulness adalah salah satu solusi yang tepat untuk menghindari perasaan kompleks tersebut. Mindfulness atau kesadaran diri akan momen kekinian persis di depan mata. Kekuatan ini layaknya pelampung, yang dapat menolong agar tidak terhanyut akibat derasnya arus pikiran.
Menyanyi adalah Ibadah
Kegiatan yang dilakukan selama retret sama seperti yang dilakukan dalam DOM, jadi sudah cukup terbiasa untuk berlatih, hanya saja durasi waktu dalam retret lebih lama.
Retret kali ini saya merasa sangat beruntung sekali karena kehadiran Bhante, ternyata beliau adalah sosok yang sangat menarik. Awal melihat wajahnya sepertinya “jutek” dan “jaim”, kayak biksu “kolot”, tetapi ternyata beliau begitu murah senyum dan kocak juga.
Kemampuan beliau memainkan gitar mencairkan suasana. Bernyanyi bersama sebelum mengawali kegiatan juga merupakan hal yang menarik. Hal itu tentu menjadi pengingat bagi saya bahwa dia adalah Bhante yang mahir main gitar.
Menyanyi dalam ibadah di agama yang saya anut adalah hal yang sangat mulia sekali dilakukan sebelum beribadah dimulai, dan nilainya 10 kali lipat daripada doa. Hal menarik lain dari Bhante adalah mungkin karena beliau sudah begitu lama tinggal di Benua Eropa, saya merasa beliau sangat modern sekali.
Saya merasa cara berbicara, bahasa yang dipergunakan, dan cara penyampainnya pun mengalir dan tidak kaku. Sepanjang kegiatan, saya merasa sudah terjalin komunikasi yang hangat dan bahagia bagi semua peserta retret.
Berlatih Mendengarkan
Retret dan DOM adalah kegiatan yang dilakukan untuk melatih diri agar mampu menjadi lebih baik lagi. Hal menarik yang saya rasakan selama retret adalah pada saat Tea Meditation. Kami berkumpul bersama menikmati teh, dan setelah itu kita bisa saling sharing dan bercerita.
Sharing juga merupakan hal yang sangat menarik selama retret, menarik bagi saya karena saya bisa mendengarkan apa saja yang diceritakan oleh kawan- kawan. Walaupun sebenarnya saya tidak suka sharing tapi saya sangat suka mendengarkan orang-orang yang mau bercerita atau curhat.
Sesi pada saat berkumpul, saling bercerita tentang kelebihan teman juga merupakan hal yang sangat menarik. Kami hanya mendengarkan teman berbicara tentang kelebihan kita, tanpa harus menanggapi sedikit pun. Pada kehidupan nyata kita justru sebaliknya, terlalu sering bercerita kekurangan orang lain.
Dari kegiatan ini saya mengetahui bahwa ternyata saya memiliki banyak kelebihan yang tidak saya sadari selama ini, bahwa hal tersebut merupakan kelebihan saya. Tentunya setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kebaikan.
Rasa Syukur
Demikianlah hal yang dapat saya sampaikan mengenai hal yang paling menarik bagi saya selama mengikuti kegiatan retret yang diadakan oleh sekolah Anada, tempat saya mengajar.
Terima kasih saya ucapkan dengan penuh rasa syukur atas kesempatan baik yang telah saya lalui bersama dengan teman-teman semua. Semoga kita dapat menerapkan pola hidup mindful dalam kehidupan kita sehari- hari.
Verawaty Manik, guru sekolah Ananda, Bagan Batu – Riau.
Why Do We Need To Be Mindful?
Sadar? Apakah ada manfaat jika kita melakukan aktivitas dengan sadar? Sadar yang dimaksud adalah sadar akan napas, sadar akan segala aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Retreat dapat menjadi jalan untuk membuat saya menjadi sadar setiap saat. Mengembalikan energi positif ke dalam tubuh.
Saya mengikuti retret yang diadakan oleh Plum Village Thailand pada tanggal 26 Desember 2018 sampai dengan 1 Januari 2019. Retret ini dinamakan Asia Pacific Sangha Retreat. Banyak peserta dari luar negeri seperti Korea, Jepang, Vietnam, Thailand, Amerika, Australia, Tiongkok, Indonesia, Hongkong dan sebagainya.
Dharma Universal
Saya merasa kagum karena tidak semua yang mengikuti acara ini beragama Buddha, tetapi mereka tersentuh dengan praktik meditasi. Pikiran saya terbuka dan menjadi tahu bahwa tidak harus beragama Buddha untuk mempelajari Dharma. Dharma bersifat universal.
Saya sangat senang karena saya dapat mengenal teman spiritual dari berbagai negara dan dapat berkomunikasi dengan mereka. Kalau lawan bicara saya tidak paham Inggris biasanya saya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh sehingga mereka mengerti apa yang saya katakan meski memiliki waktu lama untuk sama-sama paham.
Grup Dharma sharing saya adalah group Indonesia. Namun, karena saya merasa ingin meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, saya meminta kepada fasilitator saya untuk mengganti grup menjadi internasional dan fasilitator saya memperbolehkan lalu memberikan rekomendasi ke grup yang cocok untuk saya.
Saya mendapat grup dari delapan negara berbeda. Inilah kesempatan emas bagi saya untuk melatih kemampuan berbahasa Inggris saya dalam mendengar dan berbicara. Fasilitatornya berbeda dengan yang gelombang pertama sehingga dapat mengganti suasana dalam Dharma sharing.
Suasana dalam dhamma sharing kali ini lebih serius dan lebih berbagi mengenai apa yang dirasakan selama di sana dan pengalaman pribadi beberapa peserta. Saya mendapat teman dan keluarga baru di Thailand. Semua adalah keluarga, keluarga dalam Dharma.
Anjali
Selama di retret, saya mendapatkan mami dan papi baru. Umur saya paling muda di retret itu dan ternyata ada satu cici yang memiliki anak yang sudah seumuran saya. Dia tidak mau dipanggil aunty, ya sudah sekalian saja saya panggil mami.
Saya mendapat satu hal pembelajaran yang menjadi pertanyaan saya dari dulu. Mengapa kita harus bow saat ingin sharing dan membalas bow orang yang ingin sharing. Saya hanya sekedar menangkap bahwa itu sebagai rasa saling menghormati satu sama lain.
Ternyata di balik itu terdapat arti sendiri. Tangan kiri diibaratkan sebagai pikiran dan tangan kanan diibaratkan sebagai tubuh dan disatukan membentuk sebuah sikap anjali lalu membungkuk badan kepada komunitas. Artinya tubuh dan pikiran disatukan untuk sharing pengalaman kepada komunitas yang berada di lingkaran dengan penuh kesadaran, menyampaikan apa yang ingin kita sampaikan dari hati dan pikiran
Not For Sale
Di Plum Village ada suatu tempat yang dinamakan bookshop. Walau namanya bookshop, tidak hanya menjual buku, tetapi juga jual baju, snack, dan sebagainya. Di balik latihan, terdapat shopping time yang sangat ditunggu para peserta. Saya membeli banyak barang untuk dibawa ke Jakarta karena barang yang dijual di Plum Village tidak semuanya mudah dicari di Jakarta
Pada saat saya sedang asik melihat-lihat barang, saya tertarik dengan patung Buddha yang dibingkai kristal. Sangat menarik perhatian saya, saya berencana untuk membelinya untuk diletakkan di altar rumah. Saya pun mengangkat patung Buddha tersebut dan membawanya menuju kasir untuk menanyakan harga patung tersebut. Dan setelah saya sampai kasir, salah satu kasir dengan muka sedikit panik bilang “Sorry sister, not for sale, not for sale!”.
Saya dengan spontan langsung meletakkannya kembali ke tempat semula. Saya kira dijual karena mui dan genta saja dijual, jadi tidak ada salahnya jika menanyakan harga patung tersebut karena memang beberapa barang yang dijual tidak tertera harganya. Pelajaran bagi saya untuk lebih sadar membedakan barang yang dijual dan tidak, mungkin saya sedang error saat itu.
Kado ZONK
Hari terakhir ada perayaan exchange gift (tukar kado). Tukar kado merupakan salah satu acara yang sangat menarik karena dilakukan dengan bermain games. Games-nya adalah orang pertama mengambil kado dan saya mendapat urutan pertama karena saya satu-satunya orang yang mengambil “5 Latihan hidup sadar” di kelompok, jadi mereka menunjuk saya.
Setelah mengambil kado, orang kedua dapat memilih ingin mengambil kado lagi atau dapat mengambil kado saya. Saya mendapatkan kado makanan dan sebenarnya saya lebih menginginkan mendapatkan kado barang yang bisa dikenang. Saya berharap orang kedua mengambil kado saya dan ternyata, ZONK.
Orang kedua lebih memilih untuk mengambil yang baru. Hingga orang terakhir tidak ada yang ingin mengambil hadiah saya, tetapi saya bersyukur setidaknya mendapatkan hadiah yang bisa dimakan dan membuat perut menjadi kenyang. Mungkin saya memang sudah berjodoh dengan makanan, kemana-mana selalu bertemu makanan, dan muncullah “Diet itu besok”.
Sesi tukar kado adalah sesi yang paling seru dan menarik karena sangat menantang untuk menandakan bahwa barang itu impermanence (sementara). Barang tersebut tidak akan selamanya menjadi miliknya karena bisa diambil oleh orang lain yang mengincarnya sehingga dapat menandakan bahwa semua di dunia ini bersifat sementara dan mengalami perubahan (Anicca).
Juragan Thai Tea
Setelah acara selesai, kami berjalan mengelilingi kota Pak Chong, dan yang paling mengesankan adalah jalan di lembah. Untuk mencapai air terjun saja harus jalan 3km. Sekitar 1,5 jam baru sampai ke air terjun dan saya bisa melampauinya walau capek banget, maklum jarang olahraga, tapi seru juga melihat pemandangan alam yang sangat alami sambil bercerita.
Setelah itu, kami pergi ke pasar tradisional Pak Chong dan seketika mata saya tertuju pada Thai tea yang menjadi target saya untuk oleh-oleh. Saya langsung borong 15 bungkus besar, maka julukan “juragan Thai tea” pun muncul. Satu bungkus untuk satu tahun saja mungkin masih tersisa. Pulang dari Thailand langsung jualan Thai tea, boleh juga tuh idenya untuk menambah penghasilan. Setelah puas berbelanja, kami pun kembali ke Plum Village Thailand untuk beristirahat.
Phinawati Tjajaindra (Nuan), mahasiswa UPH, jurusan Hukum. Praktisi kewawasan (mindfulness) dan sukarelawan Retret dan Day of Mindfulness.
Mencuci Piring
Oleh Thich Nhat Hanh
Dikutip dari “At Home in the World: Stories and essential teachings from a monk’s life”
Ketika saya masih Samanera di Pagoda Tu Hieu, mencuci piring adalah tugas yang sangat tidak menyenangkan. Setiap tahun ketika Retret musim hujan, semua biksu akan datang kembali ke wihara untuk berlatih bersama selama tiga bulan, dan terkadang hanya kita (dua Samanera) yang bertugas memasak dan mencuci semua peralatan untuk lebih dari seratus biksu.
Pada waktu itu tidak ada sabun. Kita hanya punya abu, sekam nasi, dan sekam kelapa, hanya itu saja. Mencuci tumpukan mangkok yang sangat tinggi merupakan tugas yang sulit, terutama saat musim dingin di mana air sangat dingin membeku.
Jadi kami harus memanaskan air di teko besar sebelum bisa mulai mencuci. Jaman sekarang, dengan adanya sabun cair, sabut penggosok khusus, dan bahkan air hangat, sangat mudah untuk menikmati mencuci piring.
Bagi saya, ide bahwa mencuci piring itu tidak menyenangkan dapat muncul hanya jika Anda tidak melakukannya. Sewaktu anda berdiri di depan wastafel dengan lengan baju digulung dan tangan di dalam air hangat, itu sangat cukup menyenangkan.
Saya menikmati waktu saya dengan setiap piring, menjadi sadar sepenuhnya terhadap piring tersebut, air, dan setiap gerakan tangan saya. Saya tahu jika saya buru-buru untuk menyelesaikannya agar bisa segera duduk dan makan hidangan penutup atau menikmati secangkir teh, waktu mencuci piring akan jadi tidak menyenangkan dan tidak patut dilakukan. Adalah sangat disayangkan, karena setiap menit, setiap detik kehidupan adalah keajaiban. Piring-piring itu sendiri dan fakta bahwa saya ada di sana mencuci adalah keajaiban!
Jika saya tidak mampu mencuci piring dengan gembira, jika saya mau menyelesaikannya cepat-cepat supaya bisa pergi dan menikmati hidangan penutup atau secangkir teh, saya akan sama tidak mampunya untuk menikmati hidangan penutup atau teh ketika saya akhirnya mendapatkannya.
Dengan garpu di tangan saya, saya akan memikirkan tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya, sehingga tekstur dan rasa hidangan penutup, serta kenikmatan memakannya, semuanya akan hilang.
Saya akan selalu diseret ke masa depan, kehilangan kehidupan seluruhnya, dan tidak akan pernah bisa hidup di masa kini.
Setiap pemikiran, setiap aksi dalam cahaya mentari kesadaran akan menjadi suci. Dalam cahaya ini, tidak ada batasan antara yang suci dan tidak.
Saya harus mengakui bahwa perlu lebih banyak waktu bagi saya sampai selesai mencuci piring, namun saya hidup sepenuhnya di setiap momen, dan saya bahagia.
Mencuci piring adalah sebuah cara dan sekaligus sebuah tujuan. Kita mencuci piring tidak hanya agar piring bersih, kita juga mencuci piring hanya untuk mencuci piring, untuk hidup sepenuhnya dalam setiap momen ketika mencucinya, dan untuk benar-benar bersentuhan dengan kehidupan.
Penerjemah: Hestia
Pertemuan Ordo Interbeing dan Relawan
Ini adalah pertemuan Ordo Interbeing dan Volunteers yang selalu membantu dalam kegiatan Day of Mindfulness (DOM) dan Retret. Ada juga teman-teman dari SIDDHI Medan yang turut serta. Lokasi pertemuan bertempat di cetiya kecil dari Sis Wen Juan (nomor enam dari kanan).
Kegiatan ini mencakup makan dengan hening, meditasi duduk, menikmati teh bersama, dan berbagi Dharma. Pada hari kedua ada workshop bagaimana mengundang genta beserta hal-hal penting yang perlu diperhatikan sebagai fasilitator berbagi Dharma.