Nikmatilah Menjadi Peserta

Nikmatilah Menjadi Peserta
Retret Volunteer 28 s.d. 30 Oktober 2022 @PondokSadhanaAmitayus


Sekitar 5 tahun lalu (2017) terakhir saya mengikuti retret secara offline. Lalu pandemi menerpa indonesia sejak awal tahun 2020 sempat 1 kali saya mengikuti retret secara online. Saat membaca grup ada notifikasi akan diadakan retret offline wah saya sangat senang sekali. Dan mengajak pasangan saya yang belum pernah mengikuti retret Plum Village. Saya ingin dia mengetahui pelatihan Plum Village ini dan mungkin nantinya kami dapat berlatih bersama di kehidupan sehari-hari.
 
Saya tiba di Pondok Amitayus pukul 8.30 malam, peserta lain sudah masuk ke kamar. Panitia memberikan kami berdua selembar kertas dan tali name tag untuk kami kreasikan dengan gambar dan nama masing-masing. Senang sekali rasanya sudah sangat lama tidak menggambar menggunakan pensil warna. Mendengarkan suara jam dinding yang berbunyi setiap 15 menit sekali tanda kita sejenak berhenti melakukan aktivitas untuk kembali memperhatikan napas kita. Mendengar bunyi jam dinding dan bersama-sama yang lain berlatih kembali memperhatikan napas energinya berbeda jika kita menyetel bel 15 menit sekali dari aplikasi Plum Village di gadget kita. Adanya energy collective yang tercipta. Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 9.30 malam saatnya noble silence. Saya beranjak masuk kekamar dan tidur. Saat masuk kamar sudah terdengar suara-suara dengkuran merdu dari berbagai penjuru. Ini lah yang akan menjadi cerita ketika tidur beramai-ramai seperti ini.
 
Teng teng teng terdengar suara lonceng waktu menunjukan pukul 04.30 saatnya bangun siap-siap untuk meditasi duduk. Meditasi duduk sambil menghirup udara pagi yang sejuk diiringi morning chant yang merdu. Setelah meditasi duduk lanjut turun ke bawah untuk meditasi jalan, masih dalam noble silence sampai nanti selesai makan pagi. Menikmati langkah demi langkah diiringi suara air, burung, angsa dan serangga-serangga sekitar, suara yang jarang didengar dikehidupan sehari hari. Sehari-hari yang sering kita dengar kebisingan suara kendaraan dan klakson kendaraan dari kemacetan jalan.
 
Meditasi jalan selesai bel berbunyi waktu makan pagi tiba. Semua peserta mengantre untuk mengambil makanan. Setelah mengambil makanan masing-masing peserta duduk dan menunggu sampai semua peserta selesai mengambil makanan. Lalu diundang 3x bunyi genta, makan berkesadaran dimulai. Makan berkesadaran selama 20 menit tanpa berbicara dan berdiri dari tempat duduk. Makan perlahan dan penuh kesadaran. Dikehidupan sehari-hari kita dituntut harus makan cepat karena tututan kerjaan dan sebagainya, sampai kita tidak menyadari apa yang kita makan. 20 menit berlalu genta di undang kembali tanda makan berkesadaran selesai, dan noble silence juga selesai. Kita boleh nambah makanan jika masih tersedia, bercengkrama dengan yang lain, dan mencuci mangkok masing-masing. Mencuci mangkok dengan penuh kesadaran, disediakan 4 baskom bersisi air, perlahan kita cuci mangkok kita (mangkok diibiratkan seperti bayi Buddha). Sebagaimana kita memandikan bayi mungil, dengan perlahan, lembut, dan penuh perhatian.

Meditasi Berjalan outdoor

 
Makan pagi berkesadaran di hari pertama, saya duduk satu meja dan berhadapan dengan pasangan saya. Ada suatu hal yang membuat kami berdua tertawa ditengah-tengah waktu makan berkesadaran sehingga menggangu makan berkesadaran kami, kami berdua berusaha kembali kenapas dan fokus makan namun masih saja sesekali kami tertawa sambil ditahan hingga waktu makan berkesadaran selesai. Mulai saat itu kami memutuskan untuk tidak duduk dimeja yang sama saat makan. Agar latihan makan berkesadaran tidak gagal lagi, hanya karena suatu hal yang bagi kami berdua lucu. Hingga akhirnya setelah kami sudah terbiasa dan lebih terlatih barulah kami makan di meja yang sama.
 
Jadwal selanjutnya setelah makan pagi yaitu mindful working. Pesan dari dilakukan mindful working bukan untuk cepat-cepat menyelesaikan namun prosesnya dilakukan dengan mindful pasti akan selesai juga dengan cepat. Hari pertama kelompok saya mendapat bagian membereskan hall di lantai 3, karena sudah dibereskan untuk sesi berikutnya jadi kelompok saya bebas tugas. Disaat semua sedang bekerja, saya bingung mau melakukan apa. Mau mandi toilet sedang dibersihkan, mau duduk di ruang tengah lagi dibersihkan, mau duduk di halaman depan sedang dibersihkan juga. Akhirnya saya memutuskan ke toilet dan membantu kelompok yang hanya berdua membersihkan toilet wanita. Namanya juga volunteer jadi jiwanya ya bantu-bantu. Mungkin hal ini bukan hanya dialami saya, hampir semua peserta di sana, bawaan tidak bisa diam. Pada suatu ketika setelah habis makan, seorang cici panitia memberikan sebuah penyadaran dan sharing pengalamannya saat retret dahulu. Inti dari sharing cici panitia adalah saat di luar kita sangat ingin berlatih, saat dikasih waktu diam untuk berlatih kita malah sibuk mencari-cari yang harus dikerjakan. Jadi nikmatilah menjadi peserta di sini.
 
Sesi selanjutnya singing meditation dilanjut di hari pertama Dharma talk dari Brother, di hari kedua talk show bersama Sister dan dua volunteer mengenai latihan mereka. Mendengar perkembangan latihan dan perjuangan bagaimana mereka menyalurkan latihan mindful ini kedalam organisasi mereka saya merasa takjub. Di hari ke tiga saatnya question and answers.
 
Sesi yang selalu ditunggu-tunggu setelah makan siang ya total relaxation, di sini tujuannya bukan hanya untuk tidur namun ketika kita relaks sambil diiringi panduan total relaxation bisa saja kita tertidur. Tidur ini tidak akan menghasilkan mimpi. Pengalaman saya ketika total relaxation walau waktunya tidak sampai 1 jam namun saat tertidur seperti sudah tidur dari malam sampai pagi, nyaman dan tentram. Dua hari total relaxation, rasanya panduan baru dimulai sudah terdengar suara dengkuran sepertinya terlalu relaks atau kecapean ya. Hehehe
 
Sesi selajutnya workshop yang di bagi 3 kelompok. Dikelompok saya diajarkan morning chant oleh dua Brother sambil menikmati secangkir tea. Sulit bagi saya mengikuti nada morning chant namun membuat saya terngiang-ngiang sampai hari ini. Tidak terasa waktu workshop sudah habis, selanjutnya kita melakukan exercise yaitu ten mindful movements.
 
Di malam hari ke dua kita melakukan Be-in. Sebelum memulai penampilan kelompok yang sudah di tentukan masing-masing kelompok kita singing meditation dahulu dan hening menikmati cookies dan tea yang kita bawa. Kelompok saya memberikan penamipilan menyanyi lagu daerah Papua (Irian Jaya) berjudul Yamko Rambe Yamko dengan gerakan yang kelompok kami ciptakan sendiri. Kelompok lain ada yang menampilkan drama tentang kisah nyata saat retret ini berlangsung, saat hari pertama di sini dan setelahnya terjadi perubahan. Dan kelompok terakhir bernyanyi dengan gerakan yang lucu. Semua penampilan sangat menghibur kita semua di sini. Dan dipersilakan juga bagi yang ingin sharing pengalaman latihan maupun saat retret ini.
 
Di hari terakhir kita makan siang bebas biasa disebut picnic lunch. Kita bebas makan di mana saja dan boleh sambil bercengkrama. Hari terakhir ini bisa cerita sana sini dengan peserta lain dan juga Brother dan Sister.
 
Selesai sudah rangkaian retret ini. Tidak sabar untuk ikut retret selanjutnya. Saya sangat kagum melihat peserta lain yang datang dari luar kota, semangat mereka sungguh luar biasa. Stefani (Fang-fang)
 

Menjadi Pelita Penerang Kegelapan

Menjadi Pelita Penerang Kegelapan


Saya sudah menjadi aktivis di wihara cukup lama. Saya sering melihat bahwa di setiap kepanitiaan sebuah acara sering ada air mata bercucuran, atau berbagai jenis gesekan-gesekan yang membuat banyak orang tidak nyaman atau kecewa.

Saya juga sudah beberapa kali ikut membantu dalam kegiatan Retret Hidup Berkesadaran. Saya tidak tahu apa bedanya secara persis, tapi kami menyebutnya volunteer (sukarelawan). Retret Hidup Berkesadaran ini menggunakan pintu Dharma dari tradisi Zen Plum Village.

Volunteer membantu mempersiapkan berbagai kebutuhan dalam retret. Wihara juga punya kegiatan namun mereka sering menyebutnya panitia. Dalam kegiatan retret, saya merasakan semua tugas dan pekerjaan menjadi damai dan mudah karena antara satu volunteer dengan yang lainnya bisa bekerja dengan lebih sadar sehingga lebih harmonis.

Ini merupakan kepanitiaan yang saya sukai, karena selain kita bisa memberikan pelayanan kepada peserta, kita juga bisa sekaligus berlatih, dan tidak pakai marah-marahan atau bahkan berurai air mata (antar sesama volunteer) hanya karena ada pekerjaan yang tidak sesuai harapan. Kadang juga ada beberapa orang yang bahkan tidak saling mendukung justru seringnya mencari kesalahan pihak lain.

Di sini terlihat bahwa jika kita sadari, ketika badan lelah dan pikiran capek, maka akibatnya emosi pun cepat memuncak. Terkadang hanya karena masalah sepele kita bisa mengeluarkan kata-kata yang menyakiti orang lain. Sebetulnya orang yang melontarkan kata-kata pahit juga sedang lelah fisik dan capek pikiran.

Dalam keadaan ini apakah hanya kita yang kelelahan? Apakah hanya kita yang pantas untuk membuang sampah emosi kita ke orang lain?

Dalam sebuah kegiatan panitia atau volunteer, mereka telah bekerja dengan sedemikian rupa, dan banyak yang telah mereka korbankan, mereka meninggalkan pekerjaan rumah dan keluarganya serta waktu santainya. Banyak hal lainnya yang telah dikorbankan. Bukan hanya kita, sehingga jika kita bisa melihat dengan jernih bahwa dalam sebuah kegiatan alangkah indahnya jika kita bisa bekerja sama dengan penuh sukacita dan damai harmonis.

Ya itu baru saya temukan dalam kepanitiaan Retret Hidup Berkesadaran.

Saya berharap jika bagian dari komunitas mindfulness yang telah sama-sama berlatih, kelak bila mereka membantu di kepanitiaan lainnya seperti kegiataan wihara, seharusnya bisa menciptakan kepanitiaan yang damai dan harmonis juga.

Begitu juga bila bagian dari komunitas juga merupakan pengurus di organisasi wihara, hendaknya juga dapat menjadi pengurus yang selalu rukun, harmonis, bahagia dan mampu menyalakan pelita kedamaian untuk yang lainnya. Mari kita menjadi pelita yang bisa menerangi kegelapan serta mampu menyalakan banyak pelita lainnya. (Ely)*

*Volunteer Day of Mindfulness dan Retret Hidup Berkesadaran dari Jambi