Selamat Datang Sister Trang Giac Minh

Selamat Datang Sister Trang Giac Minh
Monastik Indonesia; Sister Trang Giach Minh (dari kiri ke-4)

Plum Village Perancis menyambut kedatangan monastik baru pada tanggal 14 Desember 2017. Mereka terdiri dari aspiran pria yaitu: Rupert dari Austria, Gabriele dari Italia, Khoa dari Vietnam-Australia, Marvin dari Jerman-Suriname, and Hernando who is Colombia-Perancis. Aspirant wanita ada Marie dari Perancis, Suriyana dari Indonesia, Linh dari Singapura, dan Thuy dari Vietname-Australia. Mereka ditahbiskan dalam keluarga penahbisan “Poplar Tree“.

Penahbisan samanera-samaneri kali ini mengikutsertakan seorang aspiran dari Indonesia. Ia bernama Suriyana, sekarang bernama Sister Trang Giac Minh (The Moon of Awakened Brightness). Sister Giac Minh telah menjadi aspiran sekitar setahun, kakak kandungnya (Suryani) juga telah ditahbiskan sebagai samaneri tahun 2016 dengan nama Sister Trang Tinh Mac.

Di Plum Village Thailand juga pada saat bersamaan melakukan penahbisan total sebanyak 13 samanera dan samaneri.

Lebih banyak foto bisa dilihat di sini dan sini juga di sini

Sister Chan Khong

Sister Chan Khong
Sister Chan Khong

Biksuni Chan Khong yang memiliki nama kecil “Cao Ngoc Phuong” lahir pada tahun 1938 di Ben Tre, Vietnam. Anak ke-8 dari 9 bersaudara, hidup dalam keluarga yang termasuk serba berkecukupan, ayahandanya mengajarkan semua anak-anaknya tentang betapa pentingnya nilai sebuah usaha dan kerendahan hati. Ia selalu mengutip kata-kata ayahnya: “…jangan pernah tawar menawar dengan petani miskin karena beberapa dong (mata uang Vietnam) tidak begitu berarti bagimu, namun itu saja sudah cukup menghidupi anak-anak mereka”.

Pada tahun 1958, ia diterima di Universitas Saigon di bidang studi Biologi, kemudian ia juga ikut terjun aktif dalam aksi politik, menjadi pemimpin di Universitas Saigon, menghabiskan banyak waktu untuk membantu rakyat miskin dan mereka yang sakit di area kumuh di pinggir perkotaan.

Keep reading →

Menghayati Cinta Sejati

Menghayati Cinta Sejati

Saya sudah “menikah” dengan idealisku atas pelayanan


Di Perancis, saya sudah menulis surat-surat yang manis untuk ibu saya setiap minggu, mengatakan betapa saya merindukannya. Namun, ketika saya kembali ke Vietnam, saya hampir setiap hari bersama rakyat miskin di perkampungan kumuh.

Kadang-kadang, Ibu akan berkata kepada saya, “Kamu bilang sayang sama ibu, tapi lalu kamu menghabiskan semua hari-harimu dengan bekerja untuk orang miskin dan datang melihat ibu hanya di tengah malam.

Saya dengan lembut menghiburnya, “Tolong anggap saya seperti sudah menikah—bukan dengan seorang pria, tetapi dengan idaman kehidupan saya. Umpamanya saya sudah menikah, saya akan menghabiskan siang dan malam saya dengan suami saya, memberikan kebahagiaan hanya untuk dia. Namun, karena saya menikah dengan cita-cita dari kehidupan saya, saya dapat membawa kebahagiaan bagi banyak orang, dan saya juga dapat pulang ke rumah di malam hari untuk bersama dengan Ibu.

Ibu saya mengerti, dan sejak hari itu ia selalu mendukung pekerjaan saya.

dikutip dari “Learning True Love