Sudahlah, Makan Dahulu Buburmu

Sudahlah, Makan Dahulu Buburmu
Retret @VipassanaCenter Sibolangit

Retret Mindfulness barusan merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Komunitas DOM Menara Air bersama Siddhi dengan dukungan dari Wihara Borobudur Medan. Lokasinya di Sibolangit, Wihara Vipassana Center, dari tanggal 24 sampai dengan 26 November 2017.

Beberapa hari mengikuti retret membuat saya merasa segar kembali, tidak hanya pengetahuan bertambah juga sekaligus memperkuat latihan secara formal dan kemudian dibawa kembali ke latihan sehari-hari yaitu latihan non formal.

Lanjut Tidur
Hari Jumat sore sekitar pukul 15:00an, saya bersama suami berangkat ke lokasi retret dari kantor. Kami berdua meluncur ke Sibolangit dengan kendaraan pribadi, sedangkan peserta lainnya berkumpul di Wihara Borobudur untuk berangkat bersama dengan bus yang telah disewa oleh panitia.

Malam pertama tiba di lokasi, acara dimulai dengan orientasi singkat oleh Suhu Nyanabhadra, kemudian diakhiri dengan mengumpulkan handphone dan pengumuman tambahan dari panitia tentang beberapa hal yang perlu diketahui, setelah itu kami berlatih hening bening (noble silent).

Keesokan harinya, semua peserta bangun pada pukul 05:00 pagi, setelah itu 05:30 sudah berkumpul di aula meditasi untuk memulai sesi meditasi duduk. Maaf, saya tidak bisa ikut pada waktu itu karena saya masih batuk. Saya melihat ke samping tempat tidur melihat anak perempuan saya juga masih tidur, dia tidak ikut meditasi duduk pagi. Anak dan ibu melanjutkan meditasi “tidur”.

Kegiatan berlanjut dengan meditasi jalan pelan di ruangan, mendengarkan pembacaan sutra lalu meditasi jalan pelan di pekarangan wihara. Para peserta biasanya diajak meditasi gerak badan kemudian melanjutkan meditasi jalan menuju ruang makan.

Nikmatnya Bubur
Saya lihat jam sarapan sudah hampir tiba, lalu bergegas ke ruang makan untuk ikut sarapan bersama-sama. Setiap sesi meditasi makan, semua akan duduk dengan hening mendengarkan lima renungan sebelum makan. Pagi itu sungguh beruntung, menunya adalah bubur, dalam hati berkata “Wow, nikmat sekali…..”.

Sarapan pagi itu terasa indah dan nikmat karena ditemani suami, anak, dan semua keluarga besar seperjuangan dalam retret. Saya senang bisa ikut retret bersama keluarga. Saya juga senang dengan meditasi makan (mindfulness eating), setiap orang diwajibkan untuk mengunyah sebanyak 32 kali, dalam hati berkata “Wow, ini kan bubur!”.

Suhu mengangkat pelantang suara (microphone) lalu menyampaikan, “Hari ini kita akan berlatih makan berkesadaran dengan mengunyah 32 kali sebelum ditelan, cukup satu sendok saja, lalu kunyah. Namun, berhubungan hari ini menunya bubur, jadi Anda semua mendapat diskon, boleh kunyah 20 kali saja”.

Di saat itu, kenangan saya muncul begitu saja. Saya ingat bahwa hal ini pernah saya lakukan ketika berusia 8 tahun, waktu itu saya masih kecil. Ketahuilah bahwa pada saat itu kami sekeluarga sering makan bersama-sama. Kakak, adik, dan kedua orang tua. Sekarang saya merasakan perasaan yang serupa makan bersama keluarga. Bayangan itu muncul seketika, lalu saya kembali lagi kepada aktivitas utama saya yaitu mengunyah bubur. Saya sempat membatin, “Sudahlah, makan dahulu buburmu”.

Kamu adalah Dharma
Selesai makan bubur, saya masih duduk merenungkan hal apa yang menarik ketika sedang makan bersama tadi. Doa tadi, doa yang disebut Lima Perenungan Sebelum Makan. Selama ini ketika saya makan yah sudah makan saja. Ternyata apa yang saya makan tadi adalah anugerah dari alam semesta dan hasil kerja keras semua makhluk.

Ya ampun, selama ini saya sering tidak terlalu peduli. Saya sering kesal ketika apa yang mau saya makan tidak sesuai dengan keinginan. Saya selalu merasa ada saja yang kurang, kurang ini, kurang itu, kurang kecap, kurang kerupuk, dan segala jenis kekurangan. Bahkan ketika selesai makan juga masih saja berpikir kurang ini dan itu, merasa tidak puas.

Perenungan sejenak itu membuat saya merasa bahwa sebetulnya kondisi untuk berbahagia sudah tersedia saat ini. “Wahai bubur, terima kasih, hari ini saya mendapatkan pelajaran yang berharga. Wahai bubur, kamu adalah Dharma saya saat itu”.

Sebelum beranjak dari meja makan, saya dengan hening berkata dalam hati, “Semoga apa yang saya makan hari ini dan saat ini menjadi berkah bagi saya atas hasil kerja keras dari semua makhluk dan semoga semua makhluk berbahagia, sadhu…sadhu…sadhu”.

Cerita di atas adalah Dharma Sharing yang saya sampaikan pada sabtu sore, kebetulan waktu itu hanya di bagi 2 grup. Sebut saja grup Bunga, yang mana grup ini adalah semua peserta yang baru pertama kali mengikuti retret hidup berkesadaran. (Sri Astuti)*

*Istri dari 1 orang suami dan Ibu dari 2 orang anak, seorang putra dan putri.