Dunia yang Kita Miliki

Dunia yang Kita Miliki

Hanya ketika kita bersama-sama menaruh perhatian dan praktik spiritual kepada bumi ini, saat itulah kita akan memiliki sarana perubahan yang dibutuhkan untuk mengatasi krisis lingkungan.

Thich Nhat Hanh
Hanya ketika kita mempersatukan kepedulian kita terhadap planet ini disertai dengan latihan spiritual, kita akan memiliki sarana untuk melakukan transformasi pribadi yang mendalam yang diperlukan untuk mengatasi krisis lingkungan yang akan datang. Thich Nhat Hanh memberikan kita prinsip-prinsip panduan untuk ekospiritualitas (ecospirituality) baru dalam hidup yang penuh kesadaran.

Kita seperti orang yang berjalan dalam tidur, tidak tahu apa yang sedang kita lakukan atau ke mana tujuan kita. Apakah kita bisa terjaga atau tidak, tergantung pada apakah kita bisa berjalan dengan penuh kesadaran di Bumi ini, Ibu Pertiwi. Masa depan semua kehidupan, termasuk kehidupan kita, bergantung pada langkah sadar kita. Kita harus mendengar lonceng kesadaran yang berbunyi di seluruh planet ini. Kita harus mulai belajar bagaimana hidup sedemikian rupa agar masa depan cerah untuk anak dan cucu kita bisa terwujud.

Saya telah lama duduk bersama Buddha dan berkonsultasi denganNya mengenai masalah pemanasan global, dan ajaran dari Buddha sangatlah jelas. Jika kita masih terus hidup seperti yang selama ini, mengonsumsi makanan tanpa mempertimbangkan masa depan, menghancurkan hutan dan ikut menjadi faktor terjadi emisi gas rumah kaca, maka perubahan iklim yang menghancurkan tidak dapat dihindari. Sebagian besar ekosistem kita akan hancur. Permukaan air laut akan naik dan kota-kota pesisir akan terendam banjir, memaksa ratusan juta pengungsi meninggalkan rumahnya, sehingga menimbulkan peperangan dan wabah penyakit menular.

Kita membutuhkan kebangkitan kolektif. Massa masih terlelap tidur. Mereka tidak mendengar suara bel.

Kita membutuhkan kebangkitan kolektif. Ada di antara kita, pria dan wanita yang telah tersadarkan, namun itu tidaklah cukup; massa masih belum tersadarkan. Mereka tidak mendengar suara bel ini. Kita telah membangun sistem yang tidak dapat kami kendalikan. Sistem ini menggiring diri kita, dan kita telah menjadi budak dan korbannya. Kebanyakan dari kita harus mengorbankan waktu dan nyawa kita sebagai gantinya, demi memiliki rumah, mobil, kulkas, TV, dan sebagainya. Kita terus-menerus berada di bawah tekanan waktu. Di masa lalu, kita mampu menghabiskan tiga jam untuk secangkir teh, menikmati kebersamaan dengan teman-teman kita dalam suasana yang tenang dan spiritual. Kita bisa mengadakan pesta untuk merayakan mekarnya salah satu bunga anggrek di taman. Namun, saat ini kita tidak mampu lagi membeli barang-barang tersebut.

Kita berkesimpulan bahwa waktu adalah uang. Kita telah menciptakan sebuah masyarakat dengan keadaan yang kaya menjadi semakin kaya dan yang miskin menjadi semakin miskin, dan di dalamnya kita begitu terjebak dalam permasalahan-permasalahan yang ada pada diri kita sendiri sehingga kita tidak mampu untuk menyadari apa yang sedang terjadi dengan umat manusia  juga planet bumi ini. Dalam benak saya, saya melihat sekelompok ayam di dalam kandang sedang berebut benih padi-padian, tanpa sadar bahwa dalam beberapa jam mereka akan disembelih.

Masyarakat Tiongkok, India, dan Vietnam masih mendambakan “American Dream” (Impian Amerika), seolah-olah impian tersebut adalah tujuan utama semua umat manusia—setiap orang harus memiliki mobil sendiri, rekening bank, telepon seluler, pesawat televisi. Dalam 25 tahun, populasi Tiongkok akan mencapai 1,5 miliar orang, dan jika masing-masing dari mereka ingin mengendarai mobil pribadi, Tiongkok akan membutuhkan 99 juta barel minyak setiap hari. Namun produksi minyak dunia saat ini hanya 84 juta barel per hari, sehingga Impian Amerika tidak mungkin terwujud bagi Tiongkok, India, atau Vietnam. Impian Amerika tidak mungkin lagi terwujud bagi Amerika. Kita tidak bisa terus hidup seperti ini. Ini bukanlah perekonomian yang berkelanjutan (sustainable economy).

Kita harus mempunyai mimpi yang lain: mimpi tentang persaudaraan, cinta kasih, dan welas asih, bahwa mimpi itu mungkin terjadi persis di sini dan saat ini. Kita memiliki Dharma; kita mempunyai sarana; kita memiliki cukup kearifan untuk dapat mewujudkan impian ini. Hidup sadar penuh (Mindfulness) adalah inti dari keterjagaan, pencerahan. Kita berlatih menyadari pernapasan agar bisa hadir di sini pada saat ini, sehingga kita bisa mengenali apa yang terjadi di dalam diri dan di sekitar kita. Jika yang terjadi dalam diri kita adalah keputusasaan, kita harus menyadarinya dan segera bertindak. Kita mungkin tidak ingin menghadapi formasi mental tersebut, namun ini adalah kenyataan dan kita harus mengenalinya agar dapat mengubahnya.

Kita harus mempunyai mimpi yang lain: mimpi tentang persaudaraan, cinta kasih, dan welas asih, bahwa mimpi itu mungkin terjadi persis di sini dan saat ini. Kita memiliki Dharma; kita mempunyai sarana; kita memiliki cukup kearifan untuk dapat mewujudkan impian ini.

Kita tidak perlu putus asa terhadap pemanasan global; kita bisa bertindak. Jika kita hanya menandatangani petisi dan melupakannya, jelas tidak akan ada perubahan. Tindakan mendesak harus diambil pada tingkat individu dan kolektif. Kita semua mempunyai keinginan yang besar untuk dapat hidup damai dan dalam lingkungan yang dilestarikan secara berkelanjutan. Hal yang belum dimiliki oleh sebagian besar dari kita adalah cara nyata untuk mewujudkan komitmen sehari-hari atas kehidupan berkelanjutan. Kita belum mengelola diri sendiri dengan baik. Kita tidak bisa menyalahkan para pemimpin yang menyebabkan bahan kimia mencemari air minum, kekerasan yang terjadi di lingkungan sekitar, peperangan yang menghancurkan begitu banyak nyawa. Inilah saatnya bagi setiap orang untuk bangun dan bertindak lebih nyata dalam lingkungan masing-masing.

Kekerasan, korupsi, penyelewengan kekuasaan, dan penghancuran diri sendiri terjadi di sekitar kita, bahkan di kalangan pemimpin, baik spiritual maupun sosial. Kita semua tahu bahwa hukum di negara kita tidak cukup kuat untuk menangani korupsi, takhayul, dan kekejaman. Hanya keyakinan, tekad, kebangkitan, dan mimpi besar yang dapat menciptakan energi yang cukup kuat untuk membantu masyarakat kita bangkit dan menuju pantai perdamaian dan harapan.

Agama Buddha adalah bentuk humanisme terkuat yang kita miliki. Hal ini terjadi agar kita dapat belajar hidup bertanggung jawab, welas asih, dan cinta kasih. Setiap praktisi Buddhis harus menjadi protektor lingkungan. Kita mempunyai kekuatan untuk menentukan nasib planet kita. Jika kita sadar akan situasi yang sebenarnya, akan terjadi perubahan kolektif dalam kesadaran kita. Kita harus melakukan sesuatu untuk membangunkan setiap orang. Kita harus membantu Buddha membangunkan mereka yang hidup sementara terlelap dalam mimpi.

Namun segalanya, termasuk Buddha, selalu berubah dan berkembang. Berkat latihan kita dalam melihat secara mendalam, kita menyadari bahwa penderitaan di masa kita berbeda dengan penderitaan di masa Siddhartha, dan karena itu metode latihannya juga harus berbeda. Itulah sebabnya Benih Buddha di dalam diri kita juga harus berkembang dalam berbagai cara, sehingga Buddha bisa relevan dengan zaman ini.

Buddha di zaman kita dapat menggunakan telepon, bahkan telepon seluler, namun Beliau bebas, tidak terikat pada telepon seluler itu. Buddha di zaman kita mengetahui bagaimana membantu mencegah kerusakan ekologi dan pemanasan global; dia tidak akan merusak keindahan planet ini atau memboroskan seluruh waktunya untuk bersaing satu sama lainnya. Buddha di zaman kita ingin menawarkan kepada dunia sebuah etika global, sehingga setiap orang dapat menyepakati jalan yang baik untuk diikuti. Ia ingin memulihkan keharmonisan, memupuk persaudaraan, melindungi seluruh spesies di planet ini, mencegah pembalakan hutan, dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Ketika Anda mempraktikkan Lima Latihan Sadar Penuh, Anda menjadi seorang bodhisattwa yang membantu menciptakan keharmonisan, melestarikan lingkungan, menjaga perdamaian, dan memupuk persaudaraan.

Karena Anda adalah penerus Buddha, Anda harus membantunya menawarkan kepada dunia sebuah jalan yang dapat mencegah kerusakan ekosistem, jalan yang dapat mengurangi jumlah kekerasan dan keputusasaan. Anda akan sangat berbaik hati membantu Buddha untuk terus mewujudkan apa yang Beliau mulai sejak 2600 tahun yang lalu.

Planet Bumi kita mempunyai beragam kehidupan, dan setiap spesies bergantung pada spesies lain agar dapat bermanifestasi dan berlanjut. Kita tidak hanya berada di luar satu sama lain tetapi kita berada di dalam satu sama lainnya. Sangatlah penting untuk merangkul Bumi dalam pelukan, dalam hati kita, untuk melestarikan planet yang indah ini dan untuk melindungi semua spesies. Sutra Teratai (Lotus Sutra) menyebutkan nama bodhisattwa khusus: Dharanimdhara, atau Pemangku Bumi (Earth Holder), seseorang yang melestarikan dan melindungi bumi.

Pemangku Bumi adalah energi yang menyatukan kita sebagai suatu organisme. Dia adalah sejenis insinyur atau arsitek yang tugasnya menciptakan ruang untuk kita, membangun jembatan untuk kita lintasi dari satu sisi ke sisi lain, membangun jalan agar kita bisa menuju ke orang yang kita cintai. Tugasnya adalah meningkatkan komunikasi antara manusia dan spesies lain serta melindungi Bumi dan lingkungan. Dikatakan bahwa ketika Buddha mencoba mengunjungi ibunya, Mahamaya, Dharanimdhara-lah yang membangun jalan yang dilalui oleh Buddha. Meskipun bodhisattwa Pemangku Bumi disebutkan dalam Sutra Teratai, tidak ada satu bab pun yang dikhususkan sepenuhnya untuknya. Kita harus mengenali bodhisattwa ini agar dapat bekerja sama dengannya. Kita semua harus ikut membantu menciptakan babak baru baginya, karena Pemangku Bumi sangat amat dibutuhkan di era globalisasi ini.

Saat Anda merenungkan sebuah jeruk, Anda melihat bahwa segala sesuatu di dalam jeruk ikut serta dalam pembentukan jeruk tersebut. Tidak hanya bagian jeruk saja yang termasuk dalam jeruk; kulit dan biji jeruk juga merupakan bagian dari jeruk. Inilah yang kita sebut sebagai aspek universal dari jeruk. Segala sesuatu yang ada pada jeruk adalah jeruk, tetapi kulitnya tetaplah kulitnya, bijinya tetap bijinya, bagian dari jeruknya tetap bagian dari jeruknya. Hal yang sama juga terjadi pada bola bumi kita. Meskipun kita menjadi komunitas dunia, orang Perancis tetap menjadi orang Perancis, orang Jepang tetap menjadi orang Jepang, umat Buddha tetap menjadi umat Buddha, dan orang Kristen tetap menjadi orang Kristen. Kulit jeruk tetap menjadi kulitnya, dan bagian-bagian pada jeruk tetap menjadi bagian-bagiannya; bagian-bagiannya tidak harus disulap menjadi kulit agar tetap harmonis.

Namun, keharmonisan tidak mungkin terjadi jika kita tidak memiliki etika global, dan etika global yang dirancang oleh Buddha adalah Lima Latihan Sadar Penuh. Lima Latihan Sadar Penuh adalah jalan yang harus kita tempuh di era krisis global ini karena ini adalah praktik persaudaraan, pengertian dan cinta, praktik melindungi diri sendiri dan melindungi planet ini. Lima Latihan Sadar Penuh merupakan realisasi nyata dari mindfulness. Latihan iut  non-sektarian. Latihan itu tidak mengandung tanda-tanda dari agama, ras, atau ideologi tertentu. Sifat latihan itu adalah universal.

Buatlah keputusan Anda, lalu bertindaklah untuk menyelamatkan planet Bumi kita yang indah ini. Mengubah cara hidup Anda akan secara langsung memberi Anda banyak sukacita.

Ketika Anda mempraktikkan Lima Latihan Sadar Penuh, Anda menjadi seorang bodhisattwa yang membantu menciptakan keharmonisan, melindungi lingkungan, menjaga perdamaian, dan memupuk persaudaraan. Anda tidak hanya menjaga keindahan budaya Anda sendiri, tetapi juga budaya lain, dan semua keindahan di Bumi. Dengan adanya Lima Latihan Sadar Penuh di hati Anda, Anda sudah berada di jalur transformasi dan penyembuhan.

Dalam latihan pertama, kita bertekad untuk menjunjung tinggi semua kehidupan di bumi dan tidak mendukung tindakan pembunuhan apa pun. Dalam latihan kedua, kita bertekad untuk mempraktikkan kemurahan hati dan tidak mendukung ketidakadilan dan penindasan sosial. Dalam latihan ketiga, kita berkomitmen untuk berperilaku bertanggung jawab dalam hubungan pasangan dan tidak melakukan pelecehan seksual. Latihan keempat mewajibkan kita untuk melatih ucapan penuh kasih dan mendengarkan secara mendalam untuk meringankan penderitaan orang lain.

Praktik konsumsi dan makan dengan penuh berkesadaran adalah tujuan dari latihan sadar penuh yang kelima.

Sadar akan penderitaan yang disebabkan oleh konsumsi tanpa berkesadaran penuh, aku bersedia menjaga kesehatan dengan baik, secara fisik maupun mental, bagi diriku sendiri, keluarga, dan masyarakat dengan cara berlatih makan, minum, dan mengonsumsi dengan penuh kesadaran. Aku akan berlatih menatap mendalam terhadap cara aku mengonsumsi Empat Jenis Makanan yaitu makanan lewat mulut, kesan impresi, niat, dan kesadaran. Aku bertekad untuk tidak menggunakan alkohol, obat-obat terlarang, terlibat dalam perjudian atau produk-produk seperti: situs internet, permainan elektronik, program televisi, film, majalah, buku, dan percakapan tertentu yang mengandung toksin. Aku akan berlatih untuk kembali pada momen kekinian untuk menyentuh elemen-elemen kesegaran, penyembuhan, dan nutrisi dalam diriku dan di sekitarku, tidak membiarkan penyesalan dan kemurungan menyeretku kembali ke masa lalu, juga tidak membiarkan kecemasan, ketakutan, dan kemelekatan menarik aku keluar dari momen kekinian. Aku bertekad untuk tidak menutupi kesepian, kecemasan, atau penderitaan jenis lainnya dengan cara tenggelam dalam mengonsumsi. Aku akan merenungkan sifat saling bergantungan dan mengonsumsi dengan sedemikian rupa agar aku bisa terus menumbuhkan kedamaian, suka cita, dan kesehatan badan jasmani serta kejernihan kesadaran sendiri maupun kolektif dalam keluarga, masyarakat, dan dunia ini.

Latihan sadar penuh yang kelima adalah jalan keluar dari situasi sulit yang dihadapi dunia kita. Ketika kita mempraktikkan latihan kelima, kita mengenali dengan tepat apa yang harus dikonsumsi dan apa yang harus ditolak untuk menjaga tubuh, pikiran kita, dan bumi agar tetap sehat, dan tidak menyebabkan penderitaan bagi diri sendiri dan orang lain. Konsumsi secara berkesadaran adalah cara untuk menyembuhkan diri dan dunia. Sebagai keluarga spiritual dan keluarga manusia, kita semua dapat membantu mencegah pemanasan global dengan mengikuti praktik ini. Kita harus menyadari kehadiran Bodhisattva Pemangku Bumi (Earth Holder) dalam diri kita masing-masing. Kita hendaknya menjadi tangan, lengan Pemangku Bumi agar mampu bertindak cepat.

Anda mungkin pernah mendengar bahwa Tuhan ada di dalam kita, Buddha ada di dalam kita. Namun kita masih memiliki gagasan yang samar-samar tentang apa yang dimaksud dengan Buddha di dalam diri kita dan Tuhan di dalam diri kita. Dalam tradisi Buddhis hal ini sangat jelas. Buddha bersemayam di dalam diri kita sebagai energi—energi perhatian, energi konsentrasi, dan energi wawasan—yang akan menghasilkan welas asih, cinta kasih, sukacita, kebersamaan, non-diskriminasi. Teman-teman kita dalam tradisi Kristen berbicara tentang Roh Kudus atau Roh Kudus sebagai energi Buddha. Di mana pun Roh Kudus hadir, di situ ada penyembuhan dan kasih. Kita dapat berbicara dengan cara yang sama yaitu kesadaran penuh, konsentrasi, dan pandangan terang. Energi kesadaran penuh, konsentrasi, dan wawasan memunculkan kasih sayang, pengampunan, kegembiraan, transformasi, dan penyembuhan. Itulah energi seorang Buddha. Jika Anda dipenuhi oleh energi itu, Anda adalah seorang Buddha. Dan energi itu dapat dipupuk dan termanifestasi sepenuhnya dalam diri Anda.

Sungguh luar biasa menyadari bahwa kita semua berada dalam satu keluarga, kita semua adalah anak-anak dari bumi ini. Kita hendaknya saling menjaga satu sama lainnya dan menjaga lingkungan semesta, dan hal ini menjadi mungkin dilakukan dengan mempraktikkan kebersamaan. Perubahan positif pada kesadaran individu akan membawa perubahan positif pada kesadaran kolektif. Melindungi planet ini harus menjadi prioritas utama. Saya berharap Anda akan meluangkan waktu untuk duduk bersama, minum teh bersama sahabat dan keluarga, dan mendiskusikan hal-hal ini. Undanglah bodhisattwa Pemangku Bumi untuk duduk dan berkolaborasi dengan Anda. Buatlah keputusan Anda, lalu bertindaklah untuk menyelamatkan planet Bumi kita yang indah. Mengubah cara hidup Anda akan segera memberi Anda banyak sukacita. Kemudian penyembuhan bisa dimulai. (Alih bahasa: Gracia Stephanie)

Adapted from The World We Have: A Buddhist Approach to Peace and Ecology, by Thich Nhat Hanh. © 2008 by Unified Buddhist Church. With permission from Parallax Press, www.parallax.org.

Sumber: https://www.lionsroar.com/the-world-we-have/

Ulambana Hari Ibu

Ulambana Hari Ibu

Talkshow tentang Kebaikan Ibu

Sebagian umat Buddha di Indonesia memperingati hari Ulambana (盂蘭) pada pertengahan bulan tujuh kalender lunar. Seremoni Ulambana ini biasanya ditandai dengan memberikan persembahan yang diiringi dengan memanjatkan sutra dan pelimpahan jasa kepada leluhur.

Ulambana sendiri berkaitan erat dengan kisah Bhante Moggalana yang ingin menolong ibunya yang sedang menderita di alam preta (makhluk halus kelaparan). Buddha memberi nasihat kepadanya agar melakukan kebajikan dengan memberikan dana untuk para monastik yang baru saja menyelesaikan masa vassa (retret wajib 3 bulan pada musim hujan). Kebajikan berdana ini dapat dilimpahkan kepada mendiang ibunya.

Ketika agama Buddha menyebar ke Tiongkok, tradisi Ulambana dikaitkan dengan Festival Zhong Yuan (中元節) atau kadang disebut sebagai “Bulan Hantu” (鬼月). Sebagian masyarakat Tionghoa percaya bahwa pada bulan tersebut para leluhur yang telah meninggal dunia bisa bebas sementara karena pintu neraka sedang dibuka lebar.

Lain halnya dengan masyarakat Vietnam. Meskipun ada kemiripan dengan “Festival Zhong Yuan” dalam konteks Buddhis, sebagian masyarakat Vietnam memperingati Ulambana atau Vu Lan (dalam Bahasa Vietnam) sebagai hari mengenang sosok ibu. Kadang mereka menyebutnya sebagai Hari Ibu.

Meskipun terlihat kontras antara “Bulan Hantu” dan “Hari Ibu”, tetapi justru menarik untuk mengetahui beberapa aspek berbeda ini. Mendiang Master Zen Thich Nhat Hanh menulis buku saku berjudul “A Rose for Your Pocket: An Appreciation of Motherhood”, yang menjadi dasar bagi Plum Village untuk memperingati hari bakti kepada ibu.

Pada tanggal 11 Agustus 2022 lalu, Plum Village di Thailand menyambut ratusan praktisi awam untuk bersama-sama mengingat kembali jasa dan kebaikan orang tua, terutama sosok ibu. Acara ini diawali dengan talkshow pagi yang menghadirkan 3 orang monastik untuk mengisahkan pengalaman mereka yang berkenaan dengan ibu mereka.

Selesai mendengarkan talkshow, acara dilanjutkan dengan seremoni memasangkan pin bunga mawar sebagai tanda menyatakan tekad untuk berbakti kepada orang tua. Beberapa monastik memasangkan pin satu per satu kepada semua peserta yang hadir.

Pada siang hari komunitas berlatih menyantap makan siang dengan hening, dan saat malam hari dilakukan sesi Be-In untuk berbagi cerita, pengalaman, puisi, lagu, dan tarian untuk menyatakan bakti kepada orang tua.

Mempersembahkan lagu kepada orang tua

Menyematkan bunga mawar

Menyematkan bunga mawar

Ibu dan anak

Anak muda ikut dalam kegiatan Vu Lan

 

 

Pameran Kaligrafi dan Buku: Aroma Wangi Ibu Pertiwi

Pameran Kaligrafi dan Buku: Aroma Wangi Ibu Pertiwi
Para monastik melantunkan mantra “Namo Avalokitesvaraya” pada sesi pembukaan pameran “Aroma Wangi Ibu Pertiwi”

Koleksi kaligrafi dan buku karya Master Zen Thich Nhat Hanh bertajuk “Aroma Wangi Ibu Pertiwi” baru pertama kali dipamerkan di Kota Ho Chi Minh, Vietnam

Pameran Kaligrafi & Buku “Aroma Wangi Ibu Pertiwi”

Pameran ini dibuka pada tanggal 27 Maret 2021 di Toko Buku Hai An (2B Nguyen THi Minh Khai, Distrik 1, Kota Ho Chi Minh). Selamat seminggu, public bisa menikmati ratusan goresan kaligrafi dari Master Zen Thich Nhat Hanh.

Selain kaligfrafi, pameran ini juga menampilkan ratusan judul buku berbahasa Vietnam oleh sang Master Zen. Semua kaligrafi dan buku tertata rapi, didekorasi dengan nuansa kesederhanaan Zen, meditatif, elegan, dan menyejukkan.

Salah satu sudut pameran kaligrafi dan buku

Aroma Wangi Ibu Pertiwi mempersembahkan wewangian kepada tanah kelahiran sang master zen yaitu Vietnam. Energi cinta kasih juga dikirimkan kepada Ibunda Bumi kita, sang planet Bumi yang hijau ini.

Pameran ini memili banyak raung aktivitas buat para pengunjung untuk menikmati meditasi teh (tea meditation), mendengarkan ajaran Zen, berpartisipasi dalam praktik meditasi yang dipandu oleh Guru Dharma (Dharma Teachers) dari tradisi Zen Plum Village.

Pengunjung menikmati kaligrafi

Master Zen Thich Nhat Hanh pernah menyampaikan, “Dalam kaligrafi saya ada tinta, ada teh, ada napas, ada perhatian, dan juga konsentrasi. Menulis kaligrafi juga suatu praktik meditasi. Saya menulis kata-kata atau kalimat yang dapat membantu setiap orang untuk mengingat praktik hidup berkesadaran (Mindful living).”

Tampaknya kekuatan meditasi dan perhatian penuh kesadaranlah yang membuat kaligrafi karya Master Zen Thich Nhat Hanh menarik perhatian khususnya dunia seniman, peneliti, aktivis, dan praktisi meditasi.

Kaligrafi karya Master Zen Thich Nhat Hanh merupakan perpaduan dari seni, budaya, dan gaya hidup berkesaran (mindful living)

Pameran demikian juga pernah diadakan di beberapa negara yang juga mendapat sambutan hangat. Masyarakat setempat sangat menikmati karya-karya master zen yang sarat dengan nuasa zen.

Menyaksikan karya kaligrafi Master Zen dipamerkan di Vietnam untuk pertama kalinya, Nguyen Xuan Hong sangat terkesima, “Saya sangat senang bahwa karya Master Zen Thich Nhat Hanh diperkenalkan kepada publik melalui pameran ini.

Bagi saya, setiap kaligrafi adalah kitab suci, seolah-olah sedang membaca kitab suci yang menumbuhkan cinta kasih, welas asih, kesabaran, perhatian kesadaran pada saat bersamaan menuju kehidupan lebih damai dan tenteram”, pungkas Nguyen Xuan Hong.

Bagi banyak pengunjung, karya kaligrafi sang master zen bagaikan kitab suci yang memberikan makna sangat mendalam

Vo Thi Kim Phuong yang merupakan murid awam Master Zen sejak lama menyatakan, “Kata-kata dalam kaligrafi sudah pernah saya baca, namun ketika saya membaca ulang kata-kata kaligrafi dalam pameran ini, saya terkejut, ada pencerahan baru, ada kedamaian luar biasa lahir dalam hatiku. Apalagi ditunjang dengan penataan dan dekorasi yang sangat menawan.

Berbeda lagi dengan Nguyen Quang Tiep, salah satu pengunjung pameran, “Saya juga mulai belajar gaya hidup berkesadaran ala Master Zen Thich Nhat Hanh. Melihat satu demi satu kaligrafinya membuat saya sangat menghargai setiap upaya dalam menulis kaligrafi itu. Senang rasanya bisa meluangkan waktu menikmati kaligrafi apalagi dalam kehidupan modern yang sangat hektik ini. Saya menemukan makna hidup baru melalui menyaksikan kaligrafi dengan penuh perhatian.

Kiri: “Kebahagiaan putra-putri merupakan persembahan paling berharga bagi kedua orangtua”
kanan: “Kebahagiaan kedua orang tua merupakan warisan paling berharga bagi putra-putrinya”

Dua kaligrafi dalam Bahasa Vietnam ini sangat disukai oleh Nguyen Quang Tiep, “Kebahagiaan putra-putri merupakan persembahan paling berharga bagi kedua orangtua”, kemudian “Kebahagiaan kedua orang tua merupakan warisan paling berharga bagi putra-putrinya.”


Sumber berita: tuoitre.vn foto oleh HỮU HẠNH
Sumber foto lainnya: giacngo.vn

The Heart of the Matter

The Heart of the Matter

Thich Nhat Hanh menjawab tiga pertanyaan tentang emosi kita
Thich Nhat Hanh | Musim Dingin 2009

Keinginan saya untuk mencapai suatu keberhasilan telah menyebabkan banyak penderitaan. Apa pun yang saya lakukan, rasanya tidak pernah cukup. Bagaimana saya bisa berdamai dengan diri saya sendiri?
Kualitas tindakan Anda tergantung pada kualitas diri Anda. Misalkan Anda ingin menawarkan kebahagiaan, untuk membuat seseorang bahagia. Itu hal yang baik untuk dilakukan. Tetapi jika Anda tidak bahagia, maka Anda tidak bisa melakukannya. Untuk membuat orang lain bahagia, diri Anda harus bahagia terlebih dahulu. Jadi ada keterkaitan antara melakukan (doing) dan menjadi (being). Jika Anda tidak berhasil menjadi yang diinginkan, Anda tidak dapat berhasil melakukan apa yang Anda inginkan. Jika Anda tidak merasa bahwa Anda berada di jalan yang benar, kebahagiaan adalah tidak mungkin. Ini berlaku untuk semua orang; jika Anda tidak tahu ke mana Anda pergi, Anda menderita. Sangat penting untuk menyadari jalan Anda dan melihat jalan sejati Anda.

Kebahagiaan berarti Anda merasa berada di jalan yang benar setiap saat. Anda tidak perlu tiba di ujung jalan agar bahagia. Jalan yang benar mengacu pada cara-cara yang sangat konkret bagaimana Anda melakoni hidup di setiap saat. Dalam Agama Buddha, kita berbicara tentang Jalan Mulia Berunsur Delapan: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, tindakan benar, penghidupan benar, upaya benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar. Memungkinkan bagi kita untuk menjalani Jalan Mulia Berunsur Delapan setiap saat dalam kehidupan kita sehari-hari. Itu tidak hanya membuat kita bahagia, ia juga membuat orang di sekitar kita bahagia. Jika Anda mempraktikkan jalan tersebut, Anda menjadi sangat menyenangkan, sangat segar, dan sangat berwelas asih.

Lihatlah pohon di halaman depan. Tampaknya pohon itu tidak melakukan apa-apa. Ia berdiri di sana, kuat, segar, dan indah, dan semua orang mendapat manfaat darinya. Itulah keajaiban dari keberadaan. Jika sebatang pohon tidak seperti sebatang pohon, kita semua akan berada dalam kesulitan. Tetapi jika sebatang pohon adalah pohon yang sebenar-benarnya dan apa adanya, maka ada harapan dan kegembiraan di sana. Itu sebabnya jika Anda bisa menjadi diri sendiri, itu sudah merupakan tindakan. Tindakan berdasarkan pada non-aksi; tindakan adalah wujud dari keberadaan.

Saya sibuk dari pagi hingga larut malam. Saya jarang sendirian. Bagaimana saya bisa menemukan tempat dan waktu untuk berkontemplasi dalam keheningan?
Diam adalah sesuatu yang datang dari hatimu, bukan dari luar. Diam tidak berarti tidak berbicara dan tidak melakukan sesuatu; diam berarti bahwa Anda tidak terganggu di dalam. Jika Anda benar-benar hening, maka apa pun situasi yang Anda alami, Anda dapat menikmati keheningan. Ada saat-saat ketika Anda berpikir bahwa Anda hening dan semua di sekitar tidak bersuara, tetapi pembicaraan terus terjadi di dalam kepala Anda. Itu bukan keheningan. Praktiknya adalah bagaimana menemukan keheningan dalam semua kegiatan yang Anda lakukan.

Mari kita ubah cara berpikir dan cara memandang kita. Kita harus menyadari bahwa keheningan datang dari hati kita dan bukan dari ketiadaan berbicara. Duduk untuk makan siang mungkin merupakan kesempatan bagi Anda untuk menikmati keheningan; meskipun orang lain berbicara, tetap memungkinkan bagi Anda untuk hening di dalam. Buddha dikelilingi oleh ribuan biksu. Meskipun beliau berjalan, bersila, dan menyantap makanan di antara para biksu dan biksuni, beliau selalu berdiam dalam keheningan-Nya. Buddha menjelaskan bahwa untuk menyendiri, untuk diam, tidak berarti Anda harus pergi ke hutan. Anda dapat hidup di Sangha (komunitas), Anda bisa berada di pasar, namun Anda masih menikmati keheningan dan kesunyian. Sendiri tidak berarti tidak ada orang di sekitar Anda.

Menjadi sendiri berarti Anda kokoh di sini dan saat ini dan Anda menjadi sadar akan apa yang terjadi di saat ini. Anda menggunakan perhatian Anda untuk menyadari setiap perasaan, setiap persepsi yang Anda miliki. Anda menyadari apa yang terjadi di sekitar Anda dalam Sangha, tetapi Anda selalu bersama diri sendiri, Anda tidak kehilangan diri sendiri. Itulah definisi Buddha tentang praktik keheningan yang ideal: tidak terjebak di masa lalu atau terbawa oleh masa depan, tetapi selalu berada di sini, tubuh dan pikiran bersatu, menyadari apa yang terjadi di saat ini. Itu adalah keheningan yang nyata.

Saya masih takut kehilangan ibu saya atau orang yang saya kasihi lainnya. Bagaimana saya bisa mengubah rasa takut ini?
Kita dapat melihat secara mendalam bahwa ibu kita tidak hanya ada di luar sana, tetapi juga di sini. Ibu dan ayah kita sepenuhnya hadir di setiap sel tubuh. Kita membawa mereka ke masa depan. Kita dapat belajar berbicara dengan ayah dan ibu di dalam diri kita. Saya sering berbicara dengan ibu, ayah, dan semua leluhur di dalam diri saya. Saya tahu bahwa saya hanyalah kelanjutan dari mereka. Dengan wawasan seperti itu, Anda tahu bahwa bahkan dengan hilangnya tubuh ibumu, ibumu masih berlanjut di dalam dirimu, terutama dalam energi yang telah ia ciptakan dalam hal pemikiran, ucapan, dan tindakan. Dalam Agama Buddha kita menyebutnya energi karma. Karma berarti tindakan, tiga tindakan dari berpikir, berbicara, dan melakukan.

Jika Anda melihat lebih dalam, Anda akan melihat kelanjutan ibu Anda di dalam dirimu dan di luar dirimu. Setiap pikiran, setiap ucapan, setiap tindakannya sekarang berlanjut dengan atau tanpa kehadiran tubuhnya. Kita harus melihatnya lebih dalam. Ia tidak terbatas pada tubuhnya, dan Anda tidak terbatas pada tubuhmu. Sangat penting untuk melihat hal ini. Ini adalah keajaiban meditasi Buddhis — dengan praktik melihat secara mendalam Anda dapat menyentuh hakikat tanpa kelahiran dan tanpa kematian Anda sendiri. Anda menyentuh sifat tidak-lahir dan tidak-mati dari ayah, ibu, anak Anda, dari semua yang ada dalam diri Anda dan di sekitar Anda. Hanya wawasan inilah yang dapat mengurangi dan mengubah rasa takut. (Alih bahasa: Rumini)

Sumber: The Heart of the Matter

Melindungi Bumi

Melindungi Bumi

Oh Begawan Buddha, Engkau adalah anak dari bumi ini dan Engkau memilih terlahir di bumi ini sebagai tempat untuk mengajarkan Dharma. Begawan Buddha yang mulia, melalui semua proses berlatih dan mengajar, Engkau telah memberi semangat kepada para bodhisattwa untuk melindungi bumi ini, bumi yang indah ini. Aku ingat dalam Sutra Sadharmapundarika, Engkau mengundang semua bodhisattwa, ribuan bahkan jutaan bodhisattwa bermunculan dari bumi. Para bodhisattwa bertekad untuk tetap tinggal di bumi ini untuk melindungi dan sekaligus menjadi pelindung Dharma agar cinta kasih dan pengertian bisa terus disebarkan.

Oh Begawan Buddha, aku juga merupakan anak dari bumi ini, aku juga ingin melindungi bumi yang indah menawan ini. Aku juga ingin mengikuti jejak para bodhisattwa untuk melindungi bumi. Aku bertekad untuk tetap belajar dan berlatih bersama-sama dengan para sahabat Dharma demi membantu membebaskan semua makhluk dari penderitaanya.

Saat ini, aku memohon gunung dan sungai menjadi saksiku. Aku membungkukkan badan dan kepala memohon Begawan Buddha untuk menerima serta mendukung tekadku ini. Aku lahir di bumi ini dan nanti akan kembali lagi ke bumi ini. Aku akan terlahir kembali berulang kali di bumi ini, bahkan berjuta-juta kali tak terhitung sebagai bagian dari komunitas berlatih bersama para sahabat Dharma, terus-menerus melanjutkan tugas mulia dalam mengubah sampah kompos menjadi pupuk untuk bunga, melindungi kehidupan, membangun tanah suci di bumi ini. Aku tahu persis bahwa pengertian dan cinta kasih merupakan kondisi dasar untuk membangun tanah suci, oleh karena itu dari detik ini aku bertekad untuk membangkitkan energi kesadaran penuh, cinta kasih, dan pengertian dalam kehidupan sehari-hari.

Menyentuh Bumi

Buddha yang mulia, aku menyentuh bumi tiga kali demi mengukuhkan tekadku untuk melindungi bumi. (Genta)