Kebahagiaan Masa Kini

Kebahagiaan Masa Kini

Buddha bersabda:
Masa lalu telah pergi,
masa depan belum juga tiba,
jangan biarkan hatimu tenggelam
dalam penyesalan akan masa lalu
atau khawatir akan masa depan.
Anda bisa hidup damai, bahagia, dan bebas
dalam setiap momen kekinian
”. (Genta)

Hari ini, dengarkanlah nasihat Buddha
uraikanlah ikatan kesedihan dan kecemasan
kembalilah ke hati masing-masing
hadir seutuhnya untuk menyambut apa pun
yang ada di depan mata saat ini
kenalilah semua kondisi kebahagiaan
semuanya sudah lengkap dalam diriku
juga di sekitarku.
Aku bisa mendengarkan kicauan burung
desiran angin menerpa pohon pinus,
aku menatap pegunungan hijau,
mega putih suci, candra keemasan
Tanah Suci sudah mewujud,
hadir dalam setiap detik kehidupan,
setiap hari aku bisa merasakan
kehadiran Tanah Suci Buddha.
Setiap napas dan langkah berkesadaran,
Membawaku kembali ke Tanah Suci,
Menyingkap keajaiban Dharmakaya. (Genta)


Aku bertekad meletakkan semua
ketergesa-gesa, keserakahan,
kesibukan, dan sifat kompetisi,
aku bertekad tidak mengejar
ketenaran, kekuasaan,
kekayaan, dan kenikmatan sensual
karena aku sudah tahu
semua itu tidak mengantarkanku
ke pintu kebahagiaan sejati,
justru membuatku makin
mendera duka nestapa. (Genta)


Aku ingin hidup sederhana,
aku ingin hidup bersahaja
aku bertekad melakoni hidup
dengan sepenuh hati
agar aku punya waktu untuk
menyelami setiap momen,
agar badan dan batin
bisa sembuh kembali
agar aku punya waktu untuk
mencurahkan perhatian kepada
mereka yang kucintai. (Genta)


Aku bertekad menumbuhkan
pengertian (Prajñā) dan welas asih (Karuṇā)
agar aku mampu menolong
semua makhluk di sepuluh-penjuru
mereka yang sedang tenggelam
dalam lautan keserakahan. (Genta)


Aku memohon kepada Buddha
di sepuluh-penjuru
lindungi dan tuntunlah aku,
dukunglah aku di sepanjang jalan ini,
agar setiap hari aku bisa hidup dengan
damai, sukacita, dan bebas
menunaikan aspirasiku yang terdalam
sebagai muridmu,
murid yang engkau percayai dan cintai. (Genta 2x)

–Thich Nhat Hanh, hiện pháp lạc trú , nhật tụng thiền môn; hal. 177-179

Bersatu dengan Alam

Bersatu dengan Alam

Oh Begawan Buddha, melihat lebih dalam pada alam ini, aku melihat ada cahaya, kehangatan dari sinar matahari yang memungkinkan segala sesuatu di bumi ini bisa tumbuh dan berkembang. Aku juga melihat bahwa sungai jernih yang mengalir di planet ini menjadi urat nadi kehidupan. Aku juga merasakan kehadiran atmosfer dan semua elemen di angkasa seperti oksigen, karbon dioksida, hidrogen, dan nitrogen. Tanpa atmosfer maka air, dedaunan hijau, bambu, bunga kuning, semua ini tidak mungkin ada untuk menghiasi alam yang indah ini.

Di setiap sudut alam ini aku melihat empat elemen, yaitu: tanah, air, api, dan udara. Aku sadar sepenuhnya bahwa elemen-elemen tersebut sangat erat kaitannya dengan diriku. Aku hendaknya menyentuh bumi agar bisa tetap memiliki hubungan dekat dengan bumi yang sering dianggap sebagai ibunda bumi, ibu pertiwi. Sesungguhnya aku dan ibunda bumi merupakan satu kesatuan. Aku adalah cahaya matahari, aku adalah sungai, aku adalah danau, aku adalah samudra, aku adalah awan di langit.

Empat elemen terkandung dalam badan jasmaniku dan elemen-elemen itu juga terkandung di seluruh alam semesta.

Aku bertekad untuk kembali lagi ke bumi ini, kembali ke Ibunda bumi, serta  menjadikan bumi ini tempat berlindung. Aku merasakan bumi yang kokoh dan tegar ini dan juga kekokohan dan ketegaran yang ada dalam diriku.

Menyentuh Bumi

Aku menyentuh bumi dihadapan Bodhisattwa Dharanimdhara, Bodhisattwa alam semesta. Aku menyentuh bumi di hadapan Bodhisattwa Ksitigarbha, bodhisatwa harta karun bumi.