Pendarasan Sebelum Meditasi Duduk
Pendarasan Pagi – Sr. Quan Son
Pendarasan Pagi – Sr. Quan Son
Meditasi dapat dilakukan hampir di mana saja — ketika sedang duduk, berjalan, berbaring, berdiri, bahkan saat sedang bekerja, minum, dan makan. Meditasi duduk (sitting meditation) hanyalah bentuk meditasi yang paling dikenal, dan satu-satunya yang kita rasa paling istimewa untuk menikmatinya, tetapi, sebenarnya ada banyak bentuk meditasi lain yang bisa dipelajari. Selama dua puluh lima tahun belakangan ini, ribuan pengunjung telah datang ke Plum Village untuk berlatih meditasi. Dari waktu ke waktu, mereka telah ditawarkan latihan dipandu selama sesi meditasi duduk. Awalnya, mereka merasa tidak nyaman dengan panduan itu, karena terbiasa meditasi duduk hening, namun berkat Latihan itu, mereka dapat merasakan banyak manfaat dari “meditasi dipandu” (guided meditation) dan oleh karena itu mereka mengalami transformasi pada tingkat yang paling fundamental. Selama bertahun-tahun, murid-murid meditasi dari banyak belahan dunia meminta saya untuk menjadikan latihan ini agar tersedia untuk banyak kalangan.
Meditasi dipandu dalam buku ini memiliki tujuan berbeda-beda. Beberapa latihan memunculkan kegembiraan di dalam diri kita; yang lain memungkinkan kita menemukan sifat sejati diri, membantu kita menyembuhkan, memancarkan sinar kesadaran ke dalam diri sendiri, atau membebaskan kita dari emosi yang menyakitkan. Ada latihan tertentu memiliki beberapa tujuan. Latihan yang menyehatkan dan menyegarkan tubuh dan pikiran harus sering dilakukan. Latihan ini bisa disebut sebagai makanan kegembiraan atau food of joy. (Dalam aliran dhyana, ada ungkapan “meditasi sebagai makanan kegembiraan”, yang artinya bahwa perasaan gembira yang muncul dari praktik meditasi menutrisi dan menopang kita. Dalam upacara persembahan nasi di tengah hari, kita mengucapkan, “Menerima makanan ini, kami berdoa agar semuanya akan terawat oleh kegembiraan dari praktik bermeditasi dan kegembiraan Dharma itu akan membawa mereka pada realisasi kebenaran sepenuhnya.”)
Latihan satu sampai empat sangat cocok untuk tujuan itu. Latihan semacam itu menghubungkan kita dengan elemen yang menyegarkan dan menyehatkan, baik dengan diri kita maupun dunia sekitar. Latihan-latihan itu membantu kita mengakhiri pikiran mengembara (distraksi pikiran), membawa kita kembali ke saat ini, kembali ke tempat yang mana kita dapat mengenali kebersatuan tubuh dan pikiran. Meskipun Latihan itu disebut latihan penutrisi (nourishment exercises), Latihan itu juga mengembalikan keseimbangan internal, memungkinkan tubuh dan juga pikiran untuk memulai terjadinya penyembuhan. Latihan lainnya membantu kita memperbarui relasi kita dengan diri sendiri, tubuh, dan pikiran, juga relasi kita dengan dunia pada umumnya, dengan keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, kita belajar mengatasi perasaan bahwa kita ini terpisah, kesepian, dan terisolasi lalu mulai melihat ada cara baru untuk masuk juga menjadi bagian dari dunia ini. Beberapa latihan membantu kita menjadi diri yang seutuhnya, dan beberapa latihan lainnya lagi membantu kita belajar untuk melepaskan. Seorang praktisi dapat menilai sendiri melalui pengalaman pribadinya, menentukan latihan mana yang paling sesuai untuk kebutuhan dirinya dan latihan seperti apa yang sesuai dengan kondisi ligkungan yang sedang mereka hadapi.
Mereka yang dipilih untuk memandu latihan meditasi duduk harus berpengalaman dalam latihan meditasi; artinya, mereka sendiri seharusnya telah merasakan langsung transformasi batin. Mereka seharusnya tahu bagaimana mengundang[1] lonceng pada saat meditasi, dia perlu melakukannya dengan penuh keyakinan dan tidak tergesa-gesa, sehingga suara lonceng yang terdengar mencerminkan dan memberikan nuansa pikiran yang stabil dan tenang. Suara pemandu seharusnya tidak terlalu keras atau terlalu lembut. Ia harus dapat menginspirasi dan pada saat bersamaan juga menenangkan. Pemandu meditasi duduk wajib peka terhadap kebutuhan peserta. Seperti halnya dokter harus memilih obat yang paling cocok terhadap pasiennya, pemandu harus menentukan latihan yang paling sesuai untuk komunitas pesertanya. Materi pokok dari meditasi dipandu dan durasi waktunya yang dialokasikan untuk itu harus berdasarkan pemahaman ini. Jika peserta mengalami kegembiraan dan kemudahan pada setiap sesi meditasi dipandu, maka pemandu tersebut dapat dikatakan berhasil dalam tugasnya.
[1] Kita tidak pernah mengatakan “memukul” lonceng karena bagi kita lonceng adalah teman yang bisa membangunkan kita dengan pengertian penuh. Kita mengatakan “mengundang” lonceng, artinya mengundang mengundang untuk berbunyi.
Sebelum berlatih salah satu dari latihan dalam panduan ini, penting untuk memahami tujuannya terlebih dahulu. Biasanya, pemandu meditasi akan mengambil waktu lima hingga tujuh menit pada awal sesi untuk menjelaskan tentang latihan. Dalam buku ini, Anda akan menemukan pedoman dasar sebelum setiap latihan. Latihan yang sama bisa dipraktikkan selama beberapa periode meditasi. Setelah sesi latihan dipandu, pemandu meditasi harus siap mendengarkan reaksi para peserta, sehingga pada sesi berikutnya, meditasi dapat lebih sesuai dengan kebutuhan mereka. Praktisi harus diberikan cukup waktu untuk memahami setiap tahapan meditasi. Misalnya, napas masuk selalu diiringi dengan gambaran (image), dan napas keluar juga ada gambaran lainnya, berkaitan dengan gambaran sebelumnya. Menggunakan gambaran untuk bermeditasi itu lebih mudah dan berguna daripada menggunakan ide abstrak. Panduan ini harus mengizinkan sebanyak sepuluh hingga dua belas napas, atau bahkan lebih, agar peserta meditasi dapat memfokuskan diri. Sesungguhnya, setiap sesi harus dimulai dengan beberapa menit bernapas sadar penuh sehingga peserta dapat menenangkan pikiran dan membuka diri terhadap kegembiraan bermeditasi. Lonceng tidak boleh diundang dengan suara penuh, jangan sampai para praktisi terkejut. Pemandu cukup membangunkan lonceng[2] sebelum melanjutkan ke tahap latihan selanjutnya. Suara pemandu harus mencerminkan suasana dan gambaran sesuai dengan apa yang sedang difokuskan oleh para peserta. Hal ini membutuhkan Latihan tambahan, dan semua peserta perlu mencoba menjadi pemandu agar suatu hari nanti mereka dapat membantu orang lain.
[2] Untuk membangunkan lonceng berarti menyentuhnya dengan kuat dengan inviter dan tidak menjauhkan inviter. Ini akan meredam suara. Sebuah suara “membangunkan lonceng” selalu diikuti dengan napas masuk dan napas keluar dan kemudian suara penuh bisa dilakukan. Membuat suara penuh ini disebut mengundang lonceng.
Bernapas dan mengetahui bahwa kita sedang bernapas adalah praktik dasar. Tidak ada yang bisa benar-benar berhasil di seni bermeditasi tanpa melalui pintu pernapasan. Mempraktikkan pernapasan sadar sepenuhnya adalah untuk membuka pintu untuk berhenti (stopping) dan melihat secara mendalam (looking deeply) untuk memasuki area konsentrasi dan wawasan (insight). Guru meditasi Tang Hoi, pemimpin pertama sekolah dhyana di Vietnam (abad ketiga Masehi), mengatakan bahwa “Anapananusmriti (menyadari pernapasan) adalah kendaraan besar yang diajarkan oleh para Buddha kepada makhluk hidup.” (dari pengantar Sutta Anapananusmriti). Bernapas sadar sepenuhnya adalah jalan menuju konsentrasi meditasi apa pun. Bernapas dengan penuh kesadaran juga menuntun kita menuju realisasi dasar dari ketidakkekalan (anicca, 無常), kekosongan (sunyata, 空), kemunculan yang saling bergantung (paṭiccasamuppāda, 緣起), ketidakegoisan (anatta, 無我), dan non-dualitas (advaita, 不二) dari semua fenomena apa adanya. Memang benar kita bisa berlatih berhenti dan melihat secara mendalam tanpa menggunakan pernapasan sadar penuh, tetapi pernapasan sadar penuh adalah jalur teraman dan kepastiannya terjamin yang bisa kita ikuti. Jadi semua latihan yang disajikan di sini menggunakan alat bantu pernapasan sadar sepenuhnya. Napas membawa image, dan image membuka pintu yang tertutup oleh persepsi keliru kita.
Saat berlatih meditasi duduk, Anda perlu merasa benar-benar nyaman. Setiap otot di tubuh Anda dikendorkan sampai relaks, termasuk otot-otot di wajah. Cara terbaik untuk mengendurkan otot-otot di tubuh adalah dengan tersenyum lembut saat bernapas. Anda harus menjaga kolom tulang belakang Anda tegak lurus, tetapi tubuh jangan kaku. Posisi ini akan membuat Anda relaks, dan Anda dapat menikmati perasaan nyaman. Jangan berusaha terlalu keras, jangan bergumul, jangan melawan. Lepaskan semuanya saat Anda duduk. Ini mencegah sakit punggung, sakit bahu, atau sakit kepala. Jika Anda dapat menemukan bantal yang cocok dengan tubuh, Anda dapat duduk untuk waktu yang lama tanpa merasa lelah.
Ada orang mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan saat mereka duduk. Mereka telah diajarkan bagaiman postur meditasi yang benar namun mereka masih belum mengerti bagaimana bernapas dengan ringan dan teratur. Latihan yang disediakan di sini akan membantu mereka menyadari kesatuan (manunggal) tubuh dan pikiran. Setidaknya, mereka akan mengetahui bahwa memungkinkan untuk melakukan “sesuatu” ketika duduk.
“Anda hanya perlu duduk” adalah nasihat dari meditasi Tao Dong (Tradisi Zen Soto). Itu artinya Anda harus duduk tanpa menunggu sebuah keajaiban — dan itu termasuk keajaiban akan pencerahan. Jika Anda duduk kemudian selalu berharap sesuatu, Anda tidak dapat berkontak dengan atau menikmati saat ini, yang selalu mengandung seluruh kehidupan. Duduk dalam konteks ini berarti duduk dengan cara yang tersadarkan, dengan cara yang santai, berbekal pikiran Anda yang terjaga, tenang, dan jernih. Hanya ini yang bisa disebut duduk, dan ini membutuhkan latihan dan praktik.
Ada orang merasa suara lonceng dan kalimat yang diucapkan oleh pemandu dalam sesi meditasi duduk itu mengganggu. Dia terbiasa dengan hening berdiam diri saat bermeditasi, mereka merasa kedamaian dan kegembiraannya telah dicuri ketika mengikuti meditasi duduk dipandu. Ini tidak sulit untuk dimengerti. Dalam meditasi hening, Anda mampu menenangkan tubuh dan pikiran. Anda tidak ingin siapa pun mengganggu keadaan ringan, damai, dan sukacita itu. Tetapi, jika Anda puas hanya dengan begitu saja, Anda tidak akan bisa melangkah lebih jauh dalam mentransformasikan penyadaran bagian yang lebih dalam lagi. Ada orang yang bermeditasi hanya untuk melupakan kerumitan dan masalah hidup, seperti kelinci yang menyeluduk di bawah pagar untuk menghindari pemburu atau orang yang berlindung di ruang bawah tanah untuk menghindari bom. Perasaan aman dan terlindungi muncul secara alami saat kita duduk bermeditasi, tetapi kita tidak dapat melanjutkan keadaan ini selamanya. Kita membutuhkan tenaga dan kekuatan untuk keluar dari aula meditasi ke dalam kehidupan karena itulah satu-satunya cara kita dapat berharap untuk mengubah dunia ini. Dalam praktik meditasi dipandu, kita memiliki kesempatan untuk melihat lebih mendalam ke dalam pikiran, menabur benih yang sehat di sana, untuk memperkuat dan mengembangkan benih itu agar benih itu menjadi sarana untuk mengubah penderitaan dalam diri kita. Pada akhirnya, kita juga bisa dipandu dalam meditasi untuk menghadapi secara langsung atas penderitaan itu agar dapat memahami akar penyebabnya dan terbebas dari belenggu.
Meditasi dipandu bukanlah penemuan baru. Meditasi demikian telah digunakan oleh praktisi di masa Buddha. Ini jelas jika Anda membaca Sutta Untuk Orang Sakit dan menjelang kematian (Ekottara Agama, bab 51, sutta 8; Madhyama Agama, sutta 26; atau Majjhima Nikaya, sutta 143). Sutta ini mencatat meditasi dipandu yang digunakan Sariputra untuk membantu Anathapindika ketika ia sedang terbaring sakit di tempat tidurnya. Yang Mulia Sariputra membimbing Anathapindika setahap demi setahap hingga ia mampu mengubah ketakutannya akan kematian. Sutta Anapanasati juga merupakan ajaran meditasi dipandu. Singkatnya, meditasi dipandu telah menjadi bagian dari tradisi Buddhis sejak awal.
Latihan meditasi dipandu dalam buku ini dapat membantu banyak praktisi agar meditasi duduknya lebih konkret. Karena bentuk latihan yang sistematis dalam buku ini, metode ini dapat membuka era baru bagi cara praktik meditasi duduk.
Pemimpin meditasi dipandu pertama-tama “membangunkan lonceng” di tepi genta untuk menarik perhatian komunitas. Ia harus membiarkan lima atau enam detik berlalu sebelum membaca dua kalimat panduan. Misalnya (dikutip dari latihan keempat):
Bernapas masuk, saya melihat diri saya sebagai bunga.
Bernapas keluar, saya merasa segar.
Setelah itu, ia mengucapkan kata-kata kunci (versi ringkas dari kalimat panduan):
bunga/segar
Suara lonceng penuh menandakan dimulainya latihan. Setelah lima, sepuluh, lima belas, atau lebih napas masuk/keluar, pemimpin meditasi “membangunkan lonceng” lagi, membiarkan lima atau enam detik berlalu, kemudian membacakan dua kalimat panduan berikutnya.
Ada latihan waktu yang mana bernapas masuk/keluar adalah satu-satunya objek perhatian dan konsentrasi. Misalnya (dikutip dari latihan kedua):
Bernapas masuk, saya tahu saya sedang bernapas masuk.
Bernapas keluar, saya tahu saya sedang bernapas keluar.
Dalam latihan lain, bernapas membawa gambaran (image) itu sendiri, dan gambaran ini divisualisasikan dan tetap hidup selama bernapas masuk atau keluar. Gambaran tersebut terkait erat dengan pernapasan. Sebagai contoh (dikutip dari latihan keempat):
Bernapas masuk, saya melihat diri saya sebagai gunung.
Bernapas keluar, saya merasa solid.
Dalam buku ini, Anda akan melihat beberapa lagu latihan dicetak. Bernyanyi sebagai bagian dari latihan meditasi adalah hal yang bermanfaat. Pertama-tama, musik membantu kita mengingat kata-kata dari meditasi dipandu yang pernah ada yang dimasukkan ke dalam lagu. Setelah meditasi telah dihafal, akan jauh lebih mudah untuk mempraktikkannya secara alami, apakah ketika kita sedang duduk atau sedang terlibat dalam melakukan aktivitas apa pun.
Sebelum memulai ceramah Dharma atau diskusi Dharma, menyanyikan lagu dapat membantu menciptakan ketenangan dan suasana yang menyenangkan. Sambil bernyanyi kita melatih kata-kata yang kita nyanyikan. Jika kita menyanyikan kata “bunga”, kita merasakan kesegaran bunga saat bernyanyi. Kita juga bisa menggunakan nyanyian atau musik dari sebuah lagu sebagai pengiring napas kita. Sebagian dari kelompok dapat menyanyi terlebih dahulu sementara sebagian lainnya mendengarkan dan menyadari napas, lalu kedua bagian itu berganti peran.
Sumber: The Blooming of a Lotus – Parallax Press
Penerjemah: Rumini
Begawan Buddha, aku sungguh-sungguh ingin duduk seperti diri-Mu, Engkau dengan postur tubuh yang tenang, kokoh, dan kuat. Sebagai muridMu, aku juga ingin memiliki ketenangan-Mu. Aku telah diajarkan untuk duduk dengan punggung tegap dan relaks, kepala tegak sejajar dengan tulang punggung, tidak condong ke depan atau bersandar ke belakang, kedua bahuku relaks, dan telapak tangan satu diletakkan dengan lembut di atas telapak tangan lainnya. Aku merasa solid dan relaks dalam posisi ini.
Aku tahu bahwa kebanyakan orang terlalu sibuk dan sangat sedikit yang memiliki kesempatan untuk duduk hening dalam kebebasan batin. Aku bertekad untuk berlatih meditasi duduk sedemikian rupa sehingga aku merasakan kebahagiaan dan kebebasan saat duduk, baik ketika aku duduk dengan posisi teratai penuh (padmasana), setengah teratai, atau di kursi dengan kedua kakiku datar di bumi.
Aku akan duduk seperti orang bebas. Aku akan duduk sedemikian rupa sehingga tubuh dan pikiranku tenang dan damai. Dengan bernapas sadar sepenuhnya, aku akan menyesuaikan postur tubuhku, membantu tubuhku menjadi tenang dan nyaman. Dengan bernapas sadar sepenuhnya, aku akan mengenali dan membantu menenangkan perasaan dan emosi.
Dengan bernapas sadar sepenuhnya, aku akan membangkitkan kesadaran bahwa aku memiliki semua kondisi yang diperlukan untuk menyatukan tubuh dan pikiran serta untuk menghadirkan kegembiraan dan kebahagiaan.
Dengan bernapas sadar sepenuhnya aku akan melihat secara mendalam ke dalam persepsi dan bentukan mental lainnya ketika mereka muncul. Aku akan melihat lebih mendalam ke akarnya sehingga aku dapat melihat dari mana sumber bentukan mental itu.
Begawan Buddha, aku tidak akan melihat meditasi duduk sebagai upaya untuk membatasi tubuh dan pikiran, atau sebagai cara untuk memaksa diri sendiri untuk menjadi sesuatu atau melakukan sesuatu, atau semacam usaha keras yang hanya akan membawa kebahagiaan di masa depan. Aku bertekad untuk berlatih duduk sedemikian rupa sehingga aku merawat diriku dengan kedamaian dan kegembiraan ketika sedang duduk. Banyak dari leluhurku yang tidak pernah bisa merasakan kebahagiaan luar biasa dari duduk dengan sadar sepenuhnya dan aku bertekad untuk duduk demi leluhurku. Aku ingin duduk untuk ayah, ibu, saudara dan saudariku yang tidak berkesempatan untuk berlatih meditasi duduk.
Ketika aku mendapat nutrisi dari latihan meditasi duduk, semua leluhur dan kerabatku juga mendapatkan manfaat. Setiap tarikan napas, setiap saat ketika melihat mendalam, setiap senyuman selama sesi duduk bermeditasi bisa menjadi kado untuk leluhurku, keturunanku, dan demi diriku sendiri. Aku ingin selalu ingat agar tidur lebih awal dan bangun lebih pagi saat langit masih gelap dan berlatih meditasi duduk tanpa merasa mengantuk.
Ketika aku makan, meminum teh, mendengarkan wejangan Dharma, atau berpartisipasi dalam berbagi Dharma, aku juga akan berlatih duduk dengan kokoh dan nyaman. Di bukit, di pantai, di kaki pohon, di atas batu, di ruang tamu, di bus, dalam demonstrasi menentang perang, atau dalam mogok makan demi membela hak asasi manusia, aku akan juga duduk seperti ini.
Aku bertekad untuk tidak akan duduk di tempat-tempat yang kegiatannya tidak bermanfaat, di tempat-tempat yang ada perjudian dan minum keras, di tempat-tempat yang orang-orang berkelahi, berdebat, saling menyalahkan, dan menghakimi orang lain, kecuali ketika aku memiliki tekad mendalam datang ke tempat-tempat itu untuk menyelamatkan orang lain.
Buddha, aku berjanji untuk duduk untuk-Mu. Duduk dengan ketenangan dan soliditas yang dalam, aku akan mewakili guru spiritualku, yang telah melahirkanku dalam kehidupan spiritual ini. Aku sadar jika semua orang di dunia ini memiliki kapasitas untuk duduk dengan hening, maka kedamaian dan kebahagiaan pasti akan hadir ke Bumi ini.
Menyentuh Bumi
Buddha Shakyamuni, aku menyentuh bumi di hadapan-Mu dan di hadapan dua saudara senior dalam Sanggha-Mu, Yang Mulia Shariputra dan Yang Mulia Mahamaudgalyayana. [Genta]
Demikianlah yang telah saya dengar, suatu ketika Buddha sedang menetap di wihara dalam Hutan Jeta, di kota Shravasti. Pada waktu itu tersebutlah seorang biksu bernama Thera (sesepuh), yang lebih memilih menyendiri. Kapan pun dia bisa, dia memuji latihan hidup sendirian. Dia memohon sedekah sendirian dan duduk bermeditasi sendirian.
Suatu ketika sekelompok biksu datang menghadap Buddha, memberi hormat dengan cara bersujud, lalu mengambil posisi di samping, kemudian duduk berdekatan, dan berkata, “Buddha, ada seorang sesepuh bernama Thera yang selalu ingin sendirian. Ia selalu memuji latihan hidup sendirian. Ia mengunjungi desa sendirian untuk memohon sedekah, kembali sendirian, dan duduk bermeditasi sendirian.”
Buddha meminta salah satu biksu,”Mohon pergilah ke tempat tinggal Biksu Thera dan beritahukan bahwa saya ingin menemuinya.”
Seorang biksu melaksanakannya. Saat Biksu Thera mendengar permintaan Buddha, dia segera datang, bersujud di kaki Buddha, mengambil posisi di samping kemudian duduk berdekatan. Kemudian Buddha bertanya kepada Biksu Thera, “Apakah benar adanya bahwa Anda lebih memilih untuk sendirian, memuji hidup berkesendirian, memohon sedekah sendirian, kembali dari desa sendirian, dan duduk bermeditasi sendirian?”
Biksu Thera menjawab, “Itu benar adanya, Yang Mulia.”
Buddha bertanya kepada Biksu Thera, “Bagaimana cara Anda hidup sendirian?”
Biksu Thera menjawab, “Saya hidup sendirian; tidak ada orang lain yang hidup bersama saya. Saya memuji latihan hidup sendirian. Saya memohon sedekah sendirian, dan saya kembali dari desa sendirian. Saya duduk bermeditasi sendirian. Itu saja.”
Buddha bersabda sebagai berikut, “Sangatlah jelas bahwa Anda menyukai latihan hidup sendirian. Saya tidak menentangnya, tapi saya ingin memberitahu Anda bahwa ada cara yang lebih indah dan mendalam untuk hidup sendirian. Cara itu adalah pengamatan mendalam untuk melihat bahwa masa lalu telah pergi dan masa depan belum juga tiba, dan bersemayam dengan nyaman di momen kekinian, bebas dari nafsu keinginan. Saat seseorang hidup dengan cara seperti ini, tidak ada keraguan dalam dirinya. Ia meletakkan semua kecemasan dan penyesalan, melepaskan semua keinginan yang mengikat, dan memutuskan belenggu yang menghalanginya untuk hidup bebas. Inilah yang disebut ‘cara lebih baik untuk hidup sendirian.’ Tidak ada cara yang lebih indah untuk hidup sendirian daripada ini.”
Kemudian Buddha menyampaikan syair berikut ini:
“Mengamati kehidupan secara mendalam,
memungkinkan melihat apa adanya dengan jelas.
Tidak diperbudak oleh apa pun,
memungkinkan untuk menyingkirkan semua kemelekatan,
menuntun kepada kehidupan yang penuh kedamaian dan kegembiraan.
Inilah hidup sendirian yang sesungguhnya.”
Mendengarkan sabda Buddha, Biksu Thera merasa puas. Ia bersujud dengan hormat kepada Buddha dan meninggalkan tempat itu.
Samyukta Agama 1071,
Sesuai dengan Kitab Pali: Theramano Sutta, Samyutta Nikaya 21.10
Alih bahasa: Oktavia Khoman
Jika Anda punya altar di rumah, Anda dapat duduk di dekatnya. Jika tidak punya, duduklah di tempat yang nyaman, seperti di depan jendela yang menghadap ke luar.
Duduklah di atas bantal dengan kedua kaki disilangkan dengan santai dan lutut menyentuh lantai. Posisi ini membuat Anda duduk dengan amat stabil dengan tiga titik penyangga (satu dudukan Anda di atas bantal dan kedua lutut).
Duduk dengan tegak dan santai, dengan demikian Anda bisa duduk lebih lama tanpa membuat kaki kesemutan. Anda boleh mencoba-coba beberapa ketinggian dan kelebaran bantal pengganjal sampai menemukan yang paling pas untuk tubuh Anda.
Jika Anda suka, bakarlah dupa untuk menghidupkan suasana sakral. Peganglah dupa di tangan Anda dengan tenang, dan berkonsentrasilah pada diri Anda yang sedang menyalakan dupa itu dan taruh dupa di dalam wadahnya.
Nyalakan dupa itu dengan keadaan sadar-penuh dan konsentrasi. Segenap diri Anda ada di sana, hadir sepenuhnya, pada saat Anda menyalakan dupa itu.
Sewaktu duduk, luruskan punggung dan leher, tetapi jangan sampai kaku atau tegang. Fokuskan perhatian pada napas masuk dan kemudian napas keluar lewat perut dan dada.
Napas masuk, terasa napas masuk ke dalam perut dan dadaku.
Napas keluar, terasa napasku keluar dari perut dan dadaku.
Napas masuk, aku menyadari seluruh tubuhku
Napas keluar, aku tersenyum kepada seluruh tubuhku
Napas masuk, aku sadar akan rasa nyeri atau tegang di tubuhku
Napas keluar, kulepaskan semua nyeri dan ketegangan di tubuhku
Napas masuk, aku merasa sehat walafiat.
Napas keluar, aku merasa nyaman.
Anda dapat berlatih dengan kalimat-kalimat di atas seharian, di tempat kerja atau kapanpun, untuk mengembalikan perasaan lapang, relaks, dan segar.
Unduh bahan presentasi klik sini
Unduh Mp3 klik sini
Dharma(G)-kaya(G) bersinar kala(G) fajar menyingsing(GGGggg)
Tubuh ini he-ning-(G), batin ini(G) menjadi da-mai-(G)
Senyum simpul di bibir kami.(GGGggg)
Ini hari baru, kami bertekad hi-dup berkesadaran.(G)
Agar mentari pengertian(G), bisa terbit(G), menyinari(G) seluruh penjuru.(GGGggg)
Sanggha mulia, curahkan perhatianmu pada meditasi.
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA)
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA 2x)
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA)
G: Genta
Unduh Mp3 klik sini
Dengan postur(G) tegak dan solid(G) kita duduk(G) di bawah Pohon Bodhi(GGGggg)
Tubuh ucapan dan batin(G), bersatu (G) dalam hening(G)
Tiada lagi pikiran yang benar dan salah.(GGGggg)
Tubuh batin dalam sadar-penuh sempurna.(G)
Ditemukan kembali(G) hakikat sejati kita(G), terseberangi dari pulau ilusi.(GGGggg)
Sanggha mulia curahkan perhatianmu pada meditasi.
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA)
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA 2x)
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA)
Unduh Mp3 klik sini
Dharmakaya kita(G) bersinar(G) kala(G) fajar menyingsing(GGGggg)
Tubuh ini hening(G), batin ini(G) menjadi tenang(G)
Senyum kecil pun terlahir di bibir kita.(GGGggg)
Hari ini hari yang baru(G), kita bertekad melaluinya dengan sadar-penuh.(G)
Agar mentari kearifan dapat terbit(G), menyinari(G) segala penjuru.(GGGggg)
Wahai Sanggha yang mulia curahkan perhatianmu ke dalam meditasi.
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA)
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA 2x)
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA)
G: Genta
Unduh Mp3 klik sini
Dengan postur(G) tegak dan solid(G) kita duduk(G) di bawah Pohon Bodhi(GGGggg)
Tubuh ucapan dan batin kita(G), bersatu di dalam hening(G)
Tiada lagi pikiran yang benar dan salah.(GGGggg)
Tubuh dan batin kita(G), berdiam di dalam sadar-penuh yang sempurna.(G)
Ditemukan kembali(G) hakikat sejati kita(G), terseberangi dari pulau ilusi.(GGGggg)
Wahai Sanggha yang mulia curahkan perhatianmu ke dalam meditasi.
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA)
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA 2x)
Namo Shakyamunaye Buddhaya (GENTA)
G: Genta