Tidak Membiarkan Kemarahan Meledak
Sesi Tanya Jawab di Upper Hamlet, Mei 2014
Sesi Tanya Jawab di Upper Hamlet, Mei 2014
Naskah ini merupakan terjemahan dari plumvillage.org, Anda bisa baca versi Inggris lewat pranala ini.
Puisi ini digubah oleh Thich Nhat Hanh (Thay) sewaktu perang vietnam. Setiap hari, nyawa dirinya dan muridnya terancam. Sementara puisi ini memberi dukungan agar setiap insan menumbuhkan wawasan mendalam, welas asih, dan sikap memaafkan. Kemudian puisi ini juga telah dijadikan lagu. Selamat menikmati.
Thich Nhat Hanh
Berjanjilah padaku,
berjanjilah padaku hari ini,
berjanjilah padaku sekarang juga,
selama matahari masih di atas kepala
tepat di zenit,
Berjanjilah padaku:
walaupun mereka
menyerang kamu
dengan kebencian dan kekerasan sebesar gunung;
walaupun mereka menginjak-injak dirimu
menghancurkanmu bagaikan ulat,
walaupun mereka memotong dan
merobek dirimu,
ingatlah saudaraku, ingatlah:
manusia bukanlah musuh kita.
Satu-satunya hal yang layak engkau tumbuhkan adalah welas asih
terkuat, tanpa batas, dan tanpa syarat.
Kebencian tidak akan membiarkanmu
menghadapi sifat buas manusia.
Suatu hari nanti, ketika engkau menghadapi kebuasanmu
dengan keberanianmu utuh, matamu penuh kasih, tidak terusik
senyumanmu akan memekarkan bunga.
Mereka yang engkau cintai
akan menemanimu
berjalan melalui sepuluh ribu
dunia kelahiran dan kematian.
Sendiri lagi,
aku akan terus berjalan
dengan kepala tertunduk,
aku tahu bahwa cinta kasih akan langgeng.
Di perjalanan panjang dan penuh tantangan ini
matahari dan bulan akan terus bersinar.
“Manusia bukanlah musuh. Sang musuh kita sesungguhnya adalah kebencian, kemarahan, ketidaktahuan, dan ketakutan”
Thich Nhat Hanh
Saya menulis puisi itu pada tahun 1965 untuk anak-anak mudah School of Youth for Social Service, nyawa mereka terancam setiap hari pada masa perang. Saya memberikan rekomendasi kepada mereka, jika memang harus gugur dalam misi perdamaian, maka gugurlah dengan tidak membawa kebencian. Ada beberapa kawan kami telah dibunuh dengan kejam, dan saya menegaskan kepada mereka agar tidak terhanyut dalam kebencian.
Musuh kita sesungguhnya adalah kemarahan, kebencian, keserakahan, kefanatikan, diskriminasi sesama manusia. Jika engkau harus gugur karena kekerasan, maka engkau wajib memeditasikan welas asih agar bisa memaafkan mereka yang membunuhmu. Ketika engkau berhasil mewujudkan welas asih secara nyata, engkau sungguh adalah anak sejati dari Buddha. Walaupun engkau harus gugur karena penindasan, dihina, dan kekerasan, jika engkau bisa tersenyum dengan sikap memaafkan, ini berarti engkau telah memiliki kekuatan besar.
Ketika membaca ulang puisi ini sebaris demi sebaris, saya tiba-tiba mengerti bahwa ada bagian dalam Sutra Intan yang menjelaskan tentang Kshanti (kesabaran), kekuatan untuk menanggung derita dan toleransi: “Keberanianmu utuh, matamu penuh kasih, tidak terusik, melalui senyumanmu akan memekarkan bunga. Dan mereka yang engkau cintai akan menemanimu berjalan melalui sepuluh ribu dunia kelahiran dan kematian”.
Jika engkau gugur dengan pikiran welas asih, engkau menjadi pelita penerang jalan. Nhat Chi Mai adalah seorang anggota Ordo Interbeing paling awal, sebelum dia membakar dirinya, dia membacakan puisi ini dan direkam sebagai pesan kepada kedua orangtuanya.
“Sendiri lagi, aku akan terus berjalan dengan kepala tertunduk” demi melihatmu, mengetahui tentangmu, mengingatmu. Cinta kasihmu telah menjadi langgeng. “Di perjalanan panjang dan penuh tantangan ini matahari dan bulan akan terus bersinar”. Jika ada relasi antara mereka yang telah matang, maka selalu ada welas asih dan sikap memaafkan.
Dalam hidup manusia, kita butuh orang lain melihat dan mengetahui bahwa kita mendapat dukungan. Kita juga ingin Buddha mengetahuinya! Perjalanan melayani semua makhluk, ada momen-momen merasakan kepedihan dan kesepian, namun kita tahu Buddha selalu menemani kita, Buddha melihat dan mengetahuinya, sehingga kita memiliki kekuatan dan tekad untuk terus melanjutkan pelayanan.
Weston Priory telah mengubah puisi ini menjadi musik yang indah.
Unduh lagu (mp3) klik sini
Promise me,
promise me this day,
promise me now,
while the sun is overhead
exactly at the zenith,
promise me:
Even as they
strike you down
with a mountain of hatred and violence;
even as they step on you and crush you
like a worm,
even as they dismember and disembowel you,
remember brother, remember:
man is not our enemy.
The only thing worthy of you is compassion –
invincible, limitless, unconditional.
Hatred will never let you face
the beast in man.
One day, when you face this beast alonewith your courage intact, your eyes kind,
untroubled
(even as no one sees them),
out of your smile
will bloom a flower.
And those who love you
will behold you
across ten thousand worlds of birth and dying.
Alone again,
I will go on with bent head,
knowing that love has become eternal.
On the long, rough road
the sun and moon will continue to shine.