Jaket Coklat

Jaket Coklat

Pada retret musim panas di Plum Village, ada beberapa peserta retret komplen, “Ada umat awam yang telah menerima 14 Latihan Sadar Penuh mereka mengenakan jaket coklat sangat sombong memamerkan jaketnya. Mereka berlagak seolah-olah dirinya lebih tinggi derajatnya daripada praktisi biasa.”

Mereka melaporkan kepada saya (Thầy): “Kita semua adalah muridmu, kita berlatih bersama, kita berlatih saling mengasihi antara sesame. Lalu, mengapa ada orang yang mengenakan jaket coklat, mereka berlagak seolah-olah derajatnya lebih tinggi daripada kami yang tidak mengenakan jaket coklat. Mengapa mereka begitu sombong dan meremehkan kami?” Berlagak seperti itu artinya mengenakan jaket coklat justru membuat praktik mereka lebih rendah daripada sebelumnya.

Pada hari itu, waktu wejangan Dharma, di hadapan 500an peserta retret saya menyampaikan, “Ketika seseorang mengenakan jaket coklat, maka Anda wajib membangkitkan welas asih. Praktik paling penting adalah rendah hati (tidak sombong), setiap kali mengenakan jaket coklat artinya adalah setiap kali berlatih rendah hati semakin dalam.

Namun, apabila ada orang yang belum benar-benar praktik rendah hati denga baik, itu artinya latihannya masih kurang bagus, berarti dia harus lebih rajin lagi. Oleh karena itu, kita butuh dukungan dari sanggha (komunitas latihan), agar kita bisa menguasai latihan rendah hati lebih baik lagi sebagai makna warna coklat adalah warna rendah hati.

Warna coklat dalam budaya Vietnam adalah warna “miskin” yang dikenakan oleh para petani. Jika para monastik mengenakan jubah berwarna coklat, ketika jubahnya menjadi kotor maka tidak terlalu kelihatan. Kotoran di atas jubah warna coklat tidak mudah terlihat, jadi Anda tidak perlu menggunakan terlalu banyak sabun untuk mencucinya.

Seorang monastik mengenakan jubah coklat karena ingin mewujudkan cita-citanya untuk menjadi seorang monastik yang rendah hati. Oleh karena itu, dalam tradisi ini, mereka yang mengenakan jubah atau jaket coklat, apakah itu monastik atau praktisi awam, mereka semua wajib berlatih rendah hati.

Lalu mengapa ada kalanya mereka tidak begitu rendah hati? Karena latihan mereka masih lemah, mereka butuh waktu untuk berlatih lagi, komunitas perlu merangkul, memaafkan, kemudian mendukung latihan mereka agar lebih baik lagi.”

Setelah saya menyampaikan nasihat demikian, para praktisi awam yang jengkel dengan mereka yang mengenakan jaket coklat menjadi lebih tenang dan bisa menerima. Mereka yang mengenakan jaket coklat, para anggota Ordo Interbeing juga mendapatkan kesempatan untuk mengerti lebih dalam bahwa jaket coklat adalah kesempatan bagi dirinya untuk berlatih semakin rendah hati lebih sering lagi.

Dikutip dari buku “The Admonitions and Encouraging Words of Master Guishan” oleh Master Zen Thich Nhat Hanh