Anak Muda Memilih Jalur Monastik

Anak Muda Memilih Jalur Monastik

Bulan Desember 2019 menjadi bulan penting bagi 14 anak muda yang berkomitmen untuk menempuh jalur monastik. Mereka menerima penahbisan sebagai sramanera dan sramaneri. Penahbisan di Plum Village selalu dalam jumlah besar sehingga diberikan nama keluarga. Penahbisan barusan mendapat nama Ngọc Am yang berarti Mourning-cypress.

Penahbisan ini dihadiri oleh biksu dan biksuni senior dari Vietnam. Seremoni penahbisan ini juga dihadiri oleh Master Zen Thich Nhat Hanh yang akrab disapa Thay. Seperti yang telah diberitakan bahwa Thay kembali ke Vietnam sejak setahun terakhir. Saat ini beliau sedang berada di Thailand untuk melakukan check up kesehatan, beliau dalam kondisi prima hingga saat ini.

Memvisualisasikan Begawan Buddha

Memvisualisasikan Begawan Buddha

Begawan Buddha, sembari mempraktikkan menyentuh bumi aku menyentuh Buddha. Aku memvisualisasikan Buddha sebagai anak muda di Kapilavastu. Aku melihat Buddha sebagai meditator pengembara di hutan rimba. Aku melihat Buddha sebagai biksu yang mempraktikkan Samadhi dengan solid di bawah pohon Bodhi. Aku memvisualisasikan Buddha sebagai guru mulia yang sedang memberikan instruksi kepada para murid di Puncak Burung Nasar dan di Hutan Jeta. Aku melihat Buddha sebagai biksu pengembara yang setiap langkahnya meninggalkan jejak di kerajaan-kerajaan kecil di lembah Sungai Gangga. Begawan Buddha memiliki fisik yang bugar dan hati yang jernih, hidup panjang umur tanpa bantuan obat modern. Aku melihat Buddha sebagai guru, yang telah berusia 80 tahun berbaring dalam posisi singa di bawah dua pohon Sala sebelum memasuki maha parinirwana. Aku menyentuh bumi di hadapan Raja Suddhodana dan Ratu Maya, dua sosok inilah yang menghadirkan Sakyamuni, membawa maha guru ini ke dunia.

Menyentuh Bumi

Buddha Sakyamuni, dengan tubuh, ucapan, dan pikiran bersatu padu, aku menyentuh bumi dengan rasa syukur sepenuh hati, guru akarku yang telah hadir di dunia ini. [Genta]

Begawan Buddha, Aku menyentuh bumi dengan penuh rasa syukur kepada ayahanda, Raja Suddhodana dan ibunda, Ratu Maya. [Genta]

Lima Tahun Pelatihan Monastik

Lima Tahun Pelatihan Monastik

Ketika kita berlatih sebagai monastik, kita memiliki kesempatan untuk menemukan akar dari kebebasan, soliditas, kegembiraan, dan kebahagiaan diri sendiri, dan kita dapat membantu komunitas. Ketika kita ditahbiskan dan selanjutnya mengenakan jubah cokelat, kita belajar untuk memotong ilusi dan penderitaan. Kita belajar untuk mentransformasikan penderitaan kita yang terdalam menjadi masa depan yang cerah dan masa kini yang lebih cerah lagi. Hal ini merupakan sebuah proses yang alami, karena saat kita menemukan akar kebajikan dalam hidup, kita juga akan mampu membantu orang lain untuk berhenti menciptakan penderitaan bagi dirinya sendiri dan dunia.

Pelatihan monastik selama lima tahun ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi Anda untuk belajar bagaimana menjalani hidup Anda dengan penuh makna, menemukan tali persaudaraan, dan membuat perubahan sosial yang selama ini selalu kita impikan menjadi mungkin untuk diwujudkan di sini dan sekarang. Dengan merasakan kehidupan sederhana yang dijalani oleh biksu dan biksuni serta mengembangkan kehidupan spiritual, Anda akan mampu membantu biksu dan biksuni senior Anda dalam menyelenggarakan retret dan kegiatan di seluruh dunia.

Anda akan mampu untuk berbagi tentang praktik dan transformasi diri, serta menolong banyak orang, termasuk anak-anak, pasangan, dan keluarga. Ketika kita melepaskan pencarian kita akan kekayaan, kekuasaan, kenikmatan sensual, dan mengenakan jubah cokelat milik monastik, kita tidak perlu menunggu hingga lima tahun untuk dapat membantu orang lain. Sejak hari pertama, kita dapat menginspirasi orang-orang di sekitar hanya dengan berjalan dengan penuh kesadaran, soliditas, dan kebebasan.

Silakan kunjungi salah satu pusat latihan kami di Amerika Serikat, Perancis, Jerman, dan Thailand untuk menanyakan tentang program ini dan mempelajari lebih lanjut mengenai proses pendaftarannya.

Persyaratan Umum:
Usia 17 – 32 tahun. Jika Anda berusia di bawah 18 tahun Anda harus mendapatkan persetujuan dari orang tua Anda.
Single atau telah bercerai. Hubungan Anda dengan orang-orang yang dekat dengan Anda telah selesai, dan keputusan Anda selaras dengan mereka, sehingga mereka tidak akan menjadi hambatan bagi latihan Anda sebagai monastik.

Tidak menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau kondisi medis yang serius. Kestabilan mental dan kesehatan fisik Anda harus dalam kondisi yang sewajarnya sehingga tidak menjadi hambatan atau tantangan bagi latihan Anda dan juga bagi komunitas. Akan dilakukan pemeriksaan darah dan kesehatan sebelum Anda mengikuti program ini.

Tidak memiliki hutang atau beban finansial. Sebagai monastik, kita berlindung kepada Sangha, dan tidak memiliki hutang, atau memiliki rekening bank dan atau kartu kredit. Jika diperlukan, Anda dapat menutup rekening bank dan kartu kredit yang Anda miliki, sehingga Anda dapat berlindung pada Sangha sepenuhnya untuk seluruh kebutuhan Anda, termasuk makanan, pakaian, obat-obatan, dan tempat tinggal.

Komitmen untuk belajar, berlatih, dan melayani. Latihan kami mengajak Anda untuk mengalir menjadi satu kesatuan sebagai Sangha. Anda berkomitmen untuk belajar bagaimana berlatih sebagai sebuah komunitas dan mengikuti bimbingan Sangha, termasuk menghadiri seluruh kegiatan. Monastik yang tidak dapat berkomitmen untuk mengikuti jadwal dan latihan Sangha dipersilakan untuk meninggalkan komunitas.

Melepaskan barang-barang milik pribadi. Sebagai bagian dari latihan, Anda akan diminta untuk melepaskan barang-barang tertentu seperti laptop, ponsel, dan lain-lain, dan diminta masuk ke dalam komunitas dengan tangan kosong.
Kunjungan keluarga. Anda dapat mengunjungi anggota keluarga Anda selama 14 hari setelah berlatih selama 2 tahun sebagai novis (samanera atau samaneri). Anda tetap dapat menghubungi mereka, memperhatikan mereka, dan berbagi kebahagiaan dengan mereka dengan menulis surat/email untuk mereka atau menelpon mereka dari waktu ke waktu.

Periode pengajuan mengikuti program pelatihan: Datanglah ke salah satu dari pusat latihan kami untuk mengikuti retret selama dua minggu sebelum Anda mengajukan diri untuk mengikuti program pelatihan. Anda dapat berkonsultasi dengan biksu atau biksuni tentang kehidupan mereka untuk mempelajari lebih banyak tentang kehidupan monastik dan hidup berkomunitas.

Jika Anda menemukan bahwa cara hidup ini selaras dengan aspirasimu dan Anda dapat menemukan kebahagiaan dalam latihan sehari-hari, Anda dapat menulis surat untuk menceritakan tentang keinginan Anda untuk mengikuti program pelatihan lima tahun ini. Komunitas akan bertemu untuk mendiskusikan permintaan Anda dan mengundang Anda untuk mengikuti program aspiran ketika terdapat dukungan yang selaras dengan permintaan Anda dan ketika kondisi yang menunjang Anda untuk mengikuti program pelatihan ini telah tercukupi.

Periode pelatihan sebagai Aspiran (3 bulan hingga 1 tahun): Setelah permintaan Anda untuk mengikuti program pelatihan telah disetujui, Anda akan diberikan jubah berwarna abu-abu untuk Anda gunakan selama masa pelatihan sebagai aspiran. Anda akan diajak untuk berpindah ke tempat tinggal aspiran bersama dengan aspiran lainnya. Seorang mentor yang telah ditugaskan akan membimbing Anda dalam masa awal latihan dan masa transisi ke dalam kehidupan monastik.

Latihan Anda bukan hanya tentang belajar pengetahuan dan gagasan-gagasan semata. Ini merupakan praktik yang Anda pelajari untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga Anda mampu mentransformasikan penderitaan Anda, serta mengembangkan pengertian dan cinta kasih. Dalam periode ini, Anda akan diminta untuk melepaskan harta benda dan komitmen duniawi Anda sehingga Anda cukup bebas untuk memulai kehidupan Anda sebagai seorang monastik.

Setelah menjalani masa latihan sampai dengan satu tahun, komunitas monastik akan bertemu untuk melihat secara mendalam latihan dan aspirasi Anda. Atas dasar tersebut, komunitas akan memutuskan apakah Anda sudah siap untuk ditahbiskan sebagai novis (samanera/samaneri) atau apakah Anda lebih cocok untuk melanjutkan latihan Anda sebagai umat awam di dalam komunitas.

Periode pelatihan sebagai Novis (3 tahun): Ketika Anda sudah ditahbiskan sebagai novis (samanera/samaneri), Anda akan diajak pindah ke kediaman monastik, untuk tinggal bersama dengan biksu dan biksuni lainnya.

Latihan Anda akan lebih berfokus pada kehidupan monastik, berdasarkan buku latihan untuk pemula, Stepping Into Freedom, dan buku panduan untuk hidup berkomunitas, Joyfully Together. Penting untuk selalu diingat bahwa pelatihan monastik pada dasarnya berbeda dengan pencarian akademis di universitas. Alih-alih sekedar memperoleh pengetahuan dan mengembangkan keahlian semata, sebagai monastik kita diingatkan untuk selalu kembali ke latihan dasar yaitu bernapas, berjalan, dan makan dengan sadar penuh, serta mendengarkan genta, meskipun kita telah berlatih selama lima, sepuluh, atau tiga puluh tahun.

Anda akan melatih dan mengembangkan perhatian penuh, konsentrasi, dan pengertian berdasarkan pada tata krama dan sila yang menjadi pedoman perilaku bagi samanera dan samaneri, yang diwujudkan secara konkret melalui perbuatan, ucapan, dan pikiran Anda dalam kehidupan sehari-hari.

Anda akan berbagi kamar dengan dua, tiga, atau empat biksu dan biksuni lainnya dan akan diberikan seorang mentor untuk membimbing latihan Anda. Setelah tiga tahun, Anda dapat memenuhi syarat untuk ditahbiskan secara penuh menjadi komunitas biksu dan biksuni, dengan persetujuan Thay dan seluruh komunitas.

Penahbisan penuh (1 tahun): Pada periode ini, Anda akan memasuki Sangha Biksu, dan berlatih sebagai anggota seutuhnya dari komunitas monastik, menjalankan sila-sila yang lebih tinggi yang dilaksanakan oleh Biksu dan Biksuni.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai kehidupan biksu dan biksuni di komunitas kami, Anda dapat membaca penjelasan kami tentang bagaimana kami hidup dan berlatih sebagai seorang monastik dengan komitmen seumur hidup.

[Link untuk penjelasan latihan sebagai monastik seumur hidup]

Silakan kunjungi website kami untuk penjelasan lebih lengkap mengenai program ini.

Rekomendasi buku untuk dibaca: Old Path White Clouds, Happiness, Stepping Into Freedom, Joyfully Together (tersedia di Parallax Press).

Sutra Usia Muda dan Kebahagiaan

Sutra Usia Muda dan Kebahagiaan

Demikianlah yang telah saya dengar, suatu Buddha sedang menetap di Wihara Hutan Bambu di kota Rajagriha. Pada waktu itu tersebutlah seorang biksu, pada suatu subuh, ia pergi ke pinggir sungai, melepaskan jubah bagian atas dan meletakannya di pinggir sungai, lalu ia turun ke sungai untuk mandi. Setelah selesai mandi, ia keluar dari sungai, menunggu sebentar agar badannya kering, lalu mengenakan kembali jubah bagian atasnya. Tiba-tiba seorang dewi muncul, tubuhnya bersinar terang menerangi seluruh pinggiran sungai itu. Sang Dewi bertanya kepada biksu itu, “Bhante, Anda barusan ditahbiskan menjadi biksu. Rambut Anda masih hitam, Anda masih begitu muda. Dalam usia muda begini, bukankah seharusnya Anda mendandani diri dengan minyak wangi, batu permata, untaian bunga indah, menikmati 5 jenis kenikmatan sensual? Mengapa Anda meninggalkan sang kekasih tercinta dan memilih hidup berlawan dengan arus duniawi serta hidup sendirian? Anda mencukur habis rambut dan jenggotmu, mengenakan jubah petapa, menaruh keyakinan penuh pada praktik monastik. Mengapa Anda meninggalkan momen kekinian demi mencari kenikmatan masa depan?”

Biksu itu menjawab, “Saya tidak meninggalkan momen kekinian demi mencari kenikmatan masa depan. Saya telah melepaskan kenikmatan agar bisa menghadirkan kebahagiaan pada momen ini.”

Sang dewi bertanya, “Apa maksud Bhante?”

Biksu itu menjawab, “Buddha telah mengajarkan: kesenangan yang berasal dari kenikmatan sensual mengandung sedikit rasa manis dan banyak rasa pahit, dan memiliki potensi besar mengakibatkan bencana. Sekarang, saya bersemayam dalam Dharma yang sudah tersedia di sini dan saat ini, saya telah meletakkan kekotoran batin yang bagaikan api membara. Dharma telah tersedia di sini dan saat ini. Tidak lekang oleh waktu, selalu mengundang kita untuk datang dan melihatnya langsung. Dharma perlu direalisasikan dan dialami oleh setiap orang untuk dirinya sendiri. Inilah yang disebut sebagai melepaskan kenikmatan agar bisa menghadirkan kebagiaan pada momen ini.”

Sang Dewi lanjut bertanya kepada biksu itu, “Mengapa Buddha mengatakan kesenangan yang berasal dari kenikmatan sensual mengandung sedikit rasa manis dan lebih banyak rasa pahit, manfaatnya kecil tapi memiliki potensi besar mengakibatkan bencana? Mengapa Buddha mengatakan bahwa bersemayam dalam Dharma yang sudah tersedia pada saat ini dan di sini sehingga kita bisa melepaskan kekotoran batin yang bagaikan api membara? Mengapa Buddha mengatakan bahwa Dharma demikian berada di momen kekinian, tidak lekang oleh waktu, kita selalu diundang untuk datang dan melihatnya sendiri, selalu tersedia di saat ini dan di sini, kemudian direalisasikan dan dialami oleh setiap orang untuk dirinya sendiri?”

Biksu itu menjawab, “Saya baru 2 tahun menerima penahbisan. Saya belum punya keterampilan cukup untuk menjelaskan ajaran sejati dan sila yang telah dibabarkan oleh Buddha. Yang Mulia Buddha berada tidak terlalu jauh dari sini, di Hutan Bambu. Barangkali Anda bisa pergi dan bertanya kepada beliau secara langsung. Tathagata akan membabarkan Dharma sejati, dan Anda berkesempatan menerima dan mempraktikkan nasihat beliau sebagaimana sesuai dengan diri Anda.”

Sang Dewi itu membalas, “Bhante, pada saat ini Tathagata sedang dikelilingi oleh dewa-dewi yang sangat kuat dan berpengaruh. Sungguh sulit bagi saya untuk bisa mendekati beliau dan bertanya langsung tentang Dharma. Apakah Bhante berkenan membantu saya menanyakan pertanyaan itu kepada Beliau langsung? Saya akan menemanimu.”

Biksu itu menjawab, “Iya, saya akan membantumu.”

Sang Dewi membalas, “Bhante, saya akan menemanimu.”

Biksu itu tiba di hadapan Buddha, bersujud dan menghormat, setelah itu mundur sedikit dan duduk di pinggir. Biksu itu mengulang semua percakapannya dengan sang dewi, lalu berujar, “Buddha Yang Mulia, Sang Dewi ini bertanya dengan sepenuh hati, oleh karena itulah dia mengikuti saya ke sini.” Tiba-tiba ada suara dari kejauhan, “Bhante, saya di sini, saya di sini.”

Buddha segera mempersembahkan gatha ini:
“Makhluk menghasilkan pikiran keliru
berkenaan dengan objek-objek nafsu keinginan.
Oleh karena itulah mereka terjebak dalam nafsu keinginan.
Karena mereka tidak tahu apa itu sesungguhnya nafsu keinginan,
mereka terdorong ke jalan menuju kematian.”

Lalu Buddha bertanya kepada dewi itu, “Apakah Anda mengerti gatha barusan? Jika tidak, mohon katakan demikian.”

Sang Dewi itu menjawab, “Saya belum mengerti, Yang Mulia. Saya masih belum mengerti.”

Buddha kemudian melantunkan satu gatha lagi untuk dewi itu:
“Ketika engkau mengetahui hakikat nafsu keinginan,
maka nafsu pikiran tidak akan muncul.
Ketika tiada lagi nafsu keinginan, maka tiada persepsi bisa menjadi landasannya,
Pada saat itu, tiada orang yang bisa menggodamu.”

Kemudian Buddha bertanya kepada dewi itu, “Apakah Anda mengerti gatha barusan? Jika tidak, mohon katakan demikian.”

Sang dewi itu menjawab, “Saya belum mengerti, Yang Mulia. Saya masih belum mengerti.”

Buddha kemudian melantunkan gatha lagi untuk dewi itu:
“Jika Anda merasa lebih besar, kecil, atau setara,
Anda telah menyebabkan perselisihan.
Ketika tiga kompleks itu telah berakhir,
Tiada lagi yang bisa menggoncang pikiranmu.”

Kemudian Buddha bertanya kepada dewi itu, “Apakah Anda mengerti gatha barusan? Jika tidak, mohon katakan demikian.”

Sang dewi itu menjawab, “Saya belum mengerti, Yang Mulia. Saya masih belum mengerti.”

Lalu Buddha melantunkan gatha lagi untuk dewi itu:
“Mengakhiri nafsu keinginan, mengatasi tiga kompleks,
pikiran menjadi hening, tiada yang perlu didambakan lagi.
Kita meletakkan semua gangguan batin dan kesedihan,
Dalam kehidupan ini maupun akan datang.”

Buddha bertanya kepada dewi itu, “Apakah Anda mengerti gatha barusan? Jika tidak, mohon katakan demikian.”

Sang Dewi itu menjawab, “Saya sudah mengerti, Yang Mulia. Saya sudah mengerti sepenuhnya.”

Demikianlah Buddha telah selesai membabarkan ajaran ini. Sang dewi sangat berbahagia telah mendengar pembabaran itu. Ia bertekad untuk mempraktikkan ajaran itu, lalu ia menghilang. Jejaknya tidak ditemukan lagi di setiap sudut.

Samiddhi Sutta, Samyukta Agama 1078
(berkorespondensi dengan Samyutta Nikaya 1.20, juga Taisho 99)