Makan Berkesadaran Penuh: 7 Alasan untuk Mencobanya + Panduan Setahap demi Setahap

Oleh: Plum Village App Team

Makan berkesadaran penuh berarti membawa kesadaran kita pada makanan yang ada di piring dan mulut kita; mencurahkan perhatian penuh pada sensasi menyantap makanan pada saat ini. Cara demikian dapat mengubah hubungan kita dengan makanan sekaligus merupakan cara bagus untuk menerapkan perhatian penuh ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Berikut adalah beberapa alasan untuk makan dengan penuh kesadaran dan panduan untuk membantu Anda memulainya.

Mengapa perlu mencoba makan berkesadaran penuh?

1. Sangat menyenangkan

Menyantap makanan adalah pengalaman yang sangat sensual: aneka warna, tekstur, aroma, dan rasa. Tetapi seringkali tuntutan kehidupan sehari-hari membuat kita melewatkan kenikmatan yang dirasakan saat menyantap makanan. Ketika kita makan dengan penuh berkesadaran, bahkan makanan sederhana sekalipun bisa terasa jauh lebih nikmat.

2. Makan berkesadaran penuh dapat membantu kita makan dengan tidak berlebihan

Menyantap makanan tanpa pertimbangan bisa menjadi salah satu penyebab kita makan berlebihan. Kita tidak sepenuhnya memperhatikan apa yang kita makan. Makan tanpa berkesadaran juga membutuhkan waktu lebih lama bagi usus untuk menyampaikan pesan ke otak kita bahwa kita sudah kenyang. Jika kita memperlambat cara makan, menikmati makanan dan benar-benar memperhatikan sensasi di mulut, kita bisa merasa sangat puas dengan makanan kita meskipun makan lebih sedikit. Kita juga akan menjadi lebih sadar bahwa tubuh kita sudah cukup.

3. Makan dengan penuh kesadaran membantu pencernaan

Ketika kita makan dengan penuh kesadaran, kita cenderung mengunyah makanan kita lebih lama. Kelihatannya mungkin sederhana, tetapi kunyahan ekstra itu bisa membuat tubuh kita lebih mudah mencerna makanan dan membuat perut kita terasa lebih tenang setelah makan.

4. Ini cara yang bagus untuk selalu mindful setiap hari

Kita menyantap makanan setiap hari jadi jika kita bisa membiasakan makan dengan penuh kesadaran. Ini adalah cara yang bagus untuk membawa lebih banyak mindfulness ke dalam kehidupan kita sehari-hari.

5. Makan dengan penuh kesadaran menumbuhkan rasa syukur

Bersyukur adalah hal yang sangat baik bagi kita. Rasa syukur bahkan bisa mengubah otak kita. Dengan bersyukur kita akan jauh lebih mudah mengenali hal-hal baik yang sudah kita miliki dibandingkan mengejar lebih banyak lagi hal lain. Dan jika kita benar-benar dapat memperhatikan makanan yang kita makan, kita dapat lebih menghargai lagi hal-hal baik tersebut setiap hari.

6. Ini dapat menjadi pengalaman kosmik

Thich Nhat Hanh mengatakan bahwa kita dapat melihat sepotong makanan sebagai “duta kosmos”. Jika kita berhenti dan memikirkannya, itu benar! Hujan, sinar matahari, hasil kerja seorang petani, semuanya terkandung dalam sepotong wortel di piring kita. Jika kita meluangkan waktu untuk terhubung dengan cara itu, bahkan camilan kecil pun dapat menjadi pengalaman kosmik.

7. Kita dapat terhubung dengan nilai-nilai kita

Mungkin kita mencoba mengurangi konsumsi produk hewani karena kita tahu mereka berkontribusi terhadap krisis iklim. Atau mungkin kita ingin memperbanyak porsi makanan organik karena khawatir dengan efek pestisida di pedesaan. Ketika kita makan dengan penuh kesadaran, kita menjadi lebih sadar akan apa yang kita makan dan akan lebih memudahkan kita secara alami menyelaraskan dengan nilai-nilai kita tanpa perlu terlalu banyak kemauan atau usaha lagi.

Makan dengan penuh kesadaran: panduan setahap demi setahap

Tertarik untuk mencobanya? Begini caranya…

1. Berkomitmen untuk hanya makan

Seringkali kita makan dengan tangan masih memegang ponsel atau duduk di depan layar komputer di tempat kerja. Untuk makan dengan penuh kesadaran, kita dapat menyimpan perangkat kita terlebih dahulu dan meluangkan waktu hanya untuk makan. Bahkan jika itu hanya beberapa menit, itu akan membuat perbedaan besar.

2. Berhenti dan perhatikan

Berhenti sejenak sebelum Anda makan. Mungkin Anda dapat menyadari satu atau dua napas Anda. Kemudian perhatikan apa yang Anda lihat di dalam makanan. Warnanya, bentuknya, aroma apa saja. Luangkan waktu sejenak untuk benar-benar melihat apa yang ada di depan Anda.

3. Lihat sedikit lebih dalam

Luangkan waktu berikutnya untuk memperhatikan sedikit lebih dalam pada makanan di depan Anda. Bagaimana makanan tersebut sampai ke piring di depan Anda? Apa dan siapa yang mungkin terlibat dalam prosesnya? Bisakah Anda melihat matahari dan hujan di makanan Anda? Apakah ada rasa syukur yang muncul ketika Anda merenungkan semua kondisi yang telah hadir bersama sehingga makanan ini ada di depan Anda? Terlebih lagi jika Anda dapat memikirkan bahwa masih banyak orang yang kelaparan di dunia saat ini.

4. Makan sesuap lalu letakkan kembali garpu atau sendok di atas piring

Saat makanan masuk ke mulut, nikmati semua sensasi yang ditawarkan. Rasa dan teksturnya, juga air liur di dalam mulut Anda.

Akan lebih baik jika Anda meletakkan garpu atau sendok saat mengunyah. Telah mejadi kebiasaan kita untuk menyiapkan suapan berikutnya saat kita sedang mengunyah makanan. Ini adalah metafora yang tepat untuk menggambarkan kebiasaan kolektif kita yang suka berlari ke masa depan, sementara kita tidak sepenuhnya merasakan apa yang terjadi saat ini.

Kunyah makanan Anda sedikit lebih lama dari biasanya. Benar-benar menikmati suapan makanan yang di dalam mulut sebelum mengambil garpu atau sendok untuk menyiapkan suapan berikutnya!

5. Kembalikan pikiran Anda

Tidak dapat dihindari bahwa pikiran Anda akan mengembara. Satu menit Anda akan menikmati sensasi makanan di mulut Anda, selanjutnya pikiran Anda mungkin akan memikirkan pekerjaan apa yang perlu dilakukan setelah ini atau bahkan apa makanan Anda selanjutnya! Ini benar-benar normal. Setiap kali Anda menyadari bahwa pikiran Anda telah melayang, dengan lembut arahkan pikiran kembali untuk menyadari sedang menyantap makanan pada saat ini.

6. Tanyakan: ke mana makanannya “pergi”?

Setelah Anda selesai menyantap makan, mungkin akan sangat mencerahkan jika Anda bertanya pada diri sendiri ke mana makanan itu “pergi”. Kentang atau nasi akan benar-benar menjadi bagian dari kita, diserap ke dalam tubuh, dan mereka akan berlanjut ke masa depan dengan menyediakan energi bagi tindakan kita. Ini adalah cara lain untuk melihat saling keterkaitan (interbeing) dalam tindakan.

7. Berbaik hatilah pada diri sendiri

Kita tidak selalu dapat menyantap makanan dengan penuh berkesadaran. Kadang kala kita akan lupa. Terkadang terlepas dari upaya terbaik yang telah dilakukan, kita malah mengunyah pikiran dan rencana kita dan tidak sadar kunyahan kita. Itu tidak apa-apa. Kebiasaan kita untuk makan tanpa sadar adalah kebiasaan kolektif, dan kita mungkin telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk memperkuatnya. Lihatlah setiap kali Anda dapat makan berkesadaran penuh sebagai sebuah kemenangan kecil dan teruslah berusaha.

8. Dapatkan beberapa dukungan

Makan dengan kesadaran penuh lebih mudah jika dilakukan bersama dengan orang lain. Ketika sekelompok orang duduk bersama makan berkesadaran penuh dengan tenang, semua orang bertindak sebagai pengingat bagi satu sama lain. Anda dapat merasakan pengalaman makan berkesadaran penuh bersama di retret Plum Village atau mungkin Sanggha setempat (komunitas praktik mindfulness) Anda mengadakan kegiatan makan berkesadaran penuh bersama dan jika tidak, Anda selalu dapat memberikan saran untuk itu!

Jika Anda tidak dapat menemukan orang lain untuk mempraktikkan makan berkesadaran penuh, aplikasi Plum Village dapat mendukung Anda. Aplikasi meditasi gratis ini memiliki bagian tentang meditasi makan termasuk meditasi minum kopi atau teh, meditasi jeruk, dan Lima Perenungan yang dibacakan di pusat latihan Plum Village sebelum makan.

Kami berharap Anda menikmati makan berkesadaran penuh!

Alih bahasa (Rumini, Chân Tiết Xuân “True Spring Season”)

Berhenti dan Relaks

Berhenti dan Relaks

“Mindfulness helps you go home to the present. And every time you go there and recognize a condition of happiness that you have, happiness comes.”

Thich Nhat Hanh

Seberapa sering kita melalui hari, bulan, dan tahun dengan benar-benar menyadarinya? Atau lebih sering menyadari ‘tahu-tahu’? “Tahu-tahu sudah mau akhir tahun. Tahu-tahu sudah mau 2019. Tahu-tahu sudah tua.”

Menyadari begitu cepatnya waktu berlalu tanpa kita benar-benar sadar melewatinya dapat menimbulkan penyesalan. Menyesal tidak menikmati momen, entah momen perkembangan sang buah hati, momen kebersamaan dengan orang tua atau orang yang kita kasihi, momen perayaan, dan banyak momen-momen berharga lainnya.

Untuk itu, diperlukan latihan dan keterampilan agar hidup kita makin berkualitas dan dapat menikmati setiap momennya. Itulah alasan tema yang diambil pada DOM guru dan staf sekolah bulan November ini adalah Stop and Relax. Bersyukur pada kesempatan ini Bhante Nyanabhadra bersedia membimbing kami melalui live streaming.

DO ONE THING AT A TIME

Dalam sesi dhamma talk, bhante mengingatkan kembali pentingnya beberapa meditasi terapan, seperti meditasi duduk, meditasi jalan, relaksasi badan, makan dengan hening, mendengar genta, berhenti, bernapas, relaks dan senyum. Melakukan satu hal pada satu waktu membantu kita untuk lebih menyadari setiap waktu yang dilalui. Menyatukan tubuh dan pikiran membuat kita benar-benar hadir di saat ini. Dengan makin sering kita berlatih mindfulness, akan menumbuhkan rasa bersyukur pada banyak hal dalam hidup kita. Seiring hal itu, benih welas asih dan kebahagiaan juga akan makin berkembang.

Pada sesi tanya jawab, para guru juga antusias untuk bertanya kepada bhante. Ada pertanyaan mengenai manfaat meditasi jalan, pola makan dan makan berkesadaran, pengalaman ketika relaksasi badan dan meditasi duduk, bagaimana kewawasan (mindfulness) dapat selaras diterapkan kepada murid sekolah, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Penjelasan jawaban dari bhante sangat gamblang sehingga mudah dimengerti dan diterima para guru yang kebanyakan adalah non-buddhis.

BEGINNING ANEW

Banyak orang memiliki hubungan yang menyakitkan dan terluka ketika masa kecil, masa remaja ataupun saat dewasa. Banyak orang yang tidak tumbuh dalam lingkungan yang menutrisi cara berkomunikasi dan berinteraksi yang positif, baik di dalam keluarga maupun lingkungan pertemanan. Hal ini menyebabkan banyak orang sulit berkomunikasi dengan orang lain karena mereka hanya fokus pada kualitas negatif diri mereka dan kualitas negatif orang lain, lebih cenderung menciptakan jarak daripada menjalin hubungan dengan sekitarnya.

‘Beginning Anew’ atau membuka lembaran baru menjadi tema dalam sesi sharing DOM (Day of Mindfulness) atau Hari Berkewawasan kali ini. Pada awal sesi, para peserta dibagi dalam beberapa kelompok kecil untuk bercerita singkat mengenai diri mereka masing-masing. Setelah itu, mereka diminta untuk ‘menyiram bunga’ sesama anggota kelompoknya dengan menuliskan hal-hal baik dan positif orang-orang tersebut.

Menyiram bunga (flower watering) adalah salah satu hal terpenting dalam sesi membuka lembaran baru. Ketika masing-masing membaca hal-hal positif dari sudut pandang rekan-rekannya, akan menumbuhkan benih positif dan rasa percaya diri pada masing-masing pribadi. Bahkan mungkin ada yang baru menyadarinya setelah diberitahu di sesi ini. Terkadang butuh sudut pandang orang lain untuk mengenali diri sendiri.

Napas masuk, saya tahu saya sedang bernapas masuk.
Napas keluar, saya tahu saya sedang bernapas keluar.
Napas masuk, saya melihat semua kualitas positif diri saya.
Napas keluar, saya ingin mengenali kualitas positif di diri teman, rekan atau anggota keluarga saya.
Napas masuk, saya ingin mengetahui berbagai kualitas positif di diri teman, rekan atau anggota keluarga saya dan memberikan penghargaan saya pada mereka.
Napas keluar, saya bahagia kata-kata saya dapat menunjukkan apresiasi saya pada mereka.

Setelah flower watering, masuk ke tahap yang lebih dalam, yaitu mengakui kesalahan dan penyesalan kita. Butuh keberanian dalam menaklukan ego diri dan hati yang besar untuk mengakui kesalahan kita. Menyadari kesalahan tidak begitu sulit, tapi untuk berani mengakuinya serta meminta maaf adalah satu sikap yang luar biasa. Terlebih lagi di dalam suatu forum. Salah seorang guru tidak disangka langsung mempraktikkan hal ini. Suatu kesalahpahaman yang telah berlangsung selama dua tahun akhirnya diungkapkan pada sesi ini.

Napas masuk, saya ingin mengenali bagaimana kata-kata dan perbuatan saya dapat menyakiti orang lain.
Napas keluar, saya ingin meminta maaf pada mereka.
Napas masuk, saya ingin berbagi kesulitan yang sedang saya hadapi.
Napas keluar, saya meyakinkan orang lain bahwa sikap tidak biasa saya tidak terkait dengan apapun yang telah dia lakukan.

Tahap terakhir adalah mengekspresikan kesulitan, luka batin maupun sakit hati kita. Biasanya tahap ini lebih mudah dibanding tahap sebelumnya. Ketika mendapat kesempatan mengungkapkan rasa kecewa, kesedihan, kemarahan ataupun sakit hati yang membebani selama ini akan sangat melegakan hati .

Napas masuk, saya sadar bahwa saya merasa disakiti seseorang melalui kata-kata atau perbuatannya.
Napas keluar, saya akan melakukan meditasi duduk atau meditasi jalan untuk menenangkan pikiranku.
Napas masuk saya mengajak teman, rekan atau keluarga saya untuk membicarakan perasaan tidak nyaman ini.
Napas keluar, saya akan berbagi perasaan ini dengan cara yang tenang, saya tidak akan menyalahkan orang lain.
Napas masuk, saya merasa bahagia dapat mengkomunikasikan hal ini dengan niat baik dan menghargai orang lain.
Napas keluar, saya tersenyum.

Beginning anew bukan meminta untuk dimaafkan. Mendapat kesempatan untuk membuka lembaran baru sangat membantu seseorang untuk mengungkapkan kesalahpahaman dan penderitaannya. Beginning anew mengubah pikiran dan hati kita untuk bertransformasi dari kesalahpahaman atau ketidaktahuan yang menyebabkan tindakan salah dari tubuh, hati, dan pikiran kita. Beginning anew juga menumbuhkan benih-benih welas asih dalam diri kita.

Praktik ini sungguh bermanfaat untuk memperbaiki hubungan yang bermasalah. Mendengar secara mendalam dan membuka pintu hati juga diperlukan agar latihan ini dapat membuahkan hasil yang baik. Semua kesalahpahaman muncul dari pikiran. Melalui pikiran juga, kesalahpahaman akan hilang.

“When another person makes you suffer, it is because he suffers deeply within himself, and his suffering is spilling over. He does not need punishment; he needs help.”

Thich Nhat Hanh

RUMINI LIM, guru sekolah Ananda Bagan Batu, pengajar mindfulness class dan volunteer retret mindfulness