Begawan Buddha, engkau merupakan guruku, engkau telah mengantarkanku ke dunia spiritual. Aku adalah muridmu, aku adalah adikmu, dan aku juga merupakan anakmu. Aku bertekad melanjutkan cita-citamu melayani semua makhluk. Engkau mengajarkan aku untuk berlatih rendah hati, sabar, dan penuh pengertian, dan tidak keras kepala. Engkau sendiri berlatih rendah hati agar bisa menjadi panutan bagi kami, siswa-siswamu.
Berkat pengertian mendalam, engkau tidak terjebak dalam kobaran api kemarahan, badai kekecewaan, dan ombak kekesalan, engkau juga tidak jatuh ke dalam jurang persepsi keliru. Caramu berpikir, berucap, dan bertindak penuh kesabaran dan pengertian, memancarkan kasih sayang dan welas asih kepada semua orang di sekitarmu.
Begawan Buddha, dari lubuk hatiku paling dalam, ternyata aku juga punya kehendak menjadi seperti dirimu, mengikuti jejak langkahmu, aku bertekad sepenuh hati untuk berlatih rendah hati, sabar, penuh pengertian dan tidak keras kepala, aku sadar apabila aku menjadi sombong, tergesa-gesa, bersikap tidak peduli dan keras kepala, maka aku menciptakan penderitaan besar bagi diriku sendiri dan juga penderitaan bagi orang-orang disekitarku. Diriku sendiri dan orang lain menjadi korban akibat sikap ketidakpedulian dan keras kepalaku.
Aku sadar bahwa sudah terlalu banyak persepsi keliru menumpuk dalam hatiku, sehingga aku tidak bisa menerima nasihat orang lain, bahkan aku selalu mengabaikan nasihat dari engkau, oh Buddha.
Mulai hari ini aku bertekad sepenuh hati berlatih menumbuhkan pengertian dan kasih, menghadirkan elemen-elemen kebahagiaan bagi diriku dan orang lain di sekelilingku, pada masa kini maupun masa akan datang.
Menyentuh Bumi
Aku menyentuh bumi tiga kali dengan tubuh, ucapan dan pikiran yang bersatupadu untuk meresapi dan meneguhkan tekad ini.